Anda di halaman 1dari 54

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA PADA KELUARGA

TN. A DENGAN KASUS HIPERTENSI DI RT 02 DESA PAKU


ALAM KEC. SUNGAI TABUK KAB. BANJAR

Untuk Menyelesaikan Tugas Profesi Keperawatan Komunitas & Keluarga


Program Profesi Ners

Di Susun Oleh:
Made Adhitya Affanda
NIM: 11194562110108

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS SARI MULIA
BANJARMASIN
2021
LEMBAR PERSETUJUAN

1
JUDUL : ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA DENGAN
HIPERTENSI PADA KELUARGA Tn. A
NAMA MAHASISWA : Made Adhitya Affanda
NIM : 11194692110106

Banjarmasin, Oktober 2021

Menyetujui

Preseptor Klinik (PK) PreseptorAkademik (PA)

Rizqah Amalia, S.Kep., Ns Angga Irawan, Ns., M.Kep


NRPTT : 01520162303 NIK. 1166093011044
LEMBAR PENGESAHAN

2
JUDUL : ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA DENGAN
HIPERTENSI PADA KELUARGA Tn. A
NAMA MAHASISWA : Made Adhitya Affanda
NIM : 11194692110106

Banjarmasin, Oktober 2021

Menyetujui

Preseptor Klinik (PK) PreseptorAkademik (PA)

Rizqah Amalia, S.Kep., Ns Angga Irawan, Ns., M.Kep


NRPTT : 01520162303 NIK. 1166093011044
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Mahasa
Esa (TYME), berkat rahmat dan karunia-Nya kami dapat melaksanakan

3
penulisan laporan pendahuluan dan asuhan keperawatan ini.
Adapun laporan pendahuluan dan asuhan keperawatan keluarga ini
disusun guna memenuhi tugas profesi keperawatan stase komunitas &
keluarga agar bisa tercapai sistem pembelajaran semester ini.
Dalam rangka pembuatan laporan ini penulis mengucapkan terima
kasih kepada :

1. Kepala puskesmas

2. Pembimbing akademik

3. Pembimbing klinik

4. Pembakal

5. Ketua RT 02

6. Kader

7. Masyarakat RT 02

8. Anggota kelompok stase keperawatan komunitas dan keluarga


kelompok pertama
Penyusun menyadari dalam pembuatan laporan pendahuluan dan
asuhan keperawatan keluarga ini tentunya masih banyak kekurangan.
Guna memperbaiki laporan penndahuluan dan asuhan keperawatan
keluarga ini agar menjadi lebih baik, maka penyusun sangat
mengharapkan saran dan kritik dari semua pihak yang membaca laporan
ini.

Banjarmasin, November 2021

Penulis

BAB I
PENDAHULUAN

4
A. LATAR BELAKANG

Hipertensi merupakan suatu penyakit yang ditandai dengan


meningkatnya tekanan darah arteri lebih dari normal. Tekanan darah
sistolik ≥140 mmHg dan Diastolik ≥85 mmHg merupakan batas normal
tekanan darah (Junaidi, 2010). Hipertensi atau tekanan darah tinggi
sering disebut-sebut sebagai sillent killer karena sesorang yang
mengidap hipertensi yang bahkan sudah bertahun-tahun seringkali
tidak menyadarinya sampai terjadi komplikasi seperti kerusakan organ
vital yang cukup berat yang bisa mengakibatkan kematian. Sebanyak
70 % penderita hipertensi tidak menyadari bahwa dirinya mengidap
hipertensi hingga ia memeriksakan tekanan darahnya ke pelayanan
kesehatan. Sebagian lagi mengalami tanda dan gejala seperti pusing,
kencang di tengkuk, dan sering berdebar-debar (Adib, 2009). Menurut
World Health Organization (WHO) tahun 2012 hipertensi adalah salah
satu yang memegang andil yang penting untuk penyakit jantung dan
stroke yang dapat menjadi penyebab kematian dan kecacatan nomor
satu.

Hipertensi berkonstribusi hampir 9,4 juta kematian akibat penyakit


kardiovaskuler setiap tahunnya. Menurut American Heart Association
(AHA), penduduk Amerika yang berusia diatas 20 tahun menderita
hipertensi telah mencapai angka hingga 74,5 juta jiwa, namun hamper
sekitar 90-95% kasus tidak diketahui penyebabnya. Hipertensi
merupakan silent killer dimana gejala dapat bervariasi pada masing-
masing individu dan hamper sama dengan gejala penyakit lainnya.
Gejala-gejalanya itu adalah sakit kepala/rasa berat di tengkuk, mumet
(vertigo), jantung berdebar-debar, mudah Ielah, penglihatan kabur,
telinga berdenging (tinnitus), dan mimisan (Kemenkes, 2014).

Berdasarkan prevalensi hipertensi lansia di Indonesia sebesar


45,9% untuk umur 55-64 tahun, 57,6% umur 65-74 tahun dan 63,8%
umur >75 tahun. Prevalensi hipertensi di Indonesia berdasarkan

5
pengukuran tekanan darah pada umur ≥18 tahun adalah sebesar
25,8%. Prevalensi tertinggi di Bangka Belitung (30,9%), diikuti
Kalimantan Selatan (30,8%), Kalimantan Timur (29,6%). (Balitbang
Kemenkes RI, 2013). Sedangkan menurut dinas kesehatan Provinsi
Kalimantan Selatan, penyakit tidak menular pada tahun 2014 terdapat
sebanyak 78,503 hingga pada tahun 2016 meningkat sebanyak
80,849 kasus hipertensi menempati urutan pertama dari 10 penyakit
terbanyak di kota Banjarmasin pada tahun 2018.

Faktor yang menyebabkan hipertensi, faktor risiko tersebut antara


lain yaitu umur, jenis kelamin, riwayat keluarga, obesitas, kadar garam
tinggi, kebiasaan merokok dan minum alkohol (Baradero, 2008).
Menurut Arista (2013) yang mengemukakan bahwa bagi individu yang
mempunyai faktor risiko hipertensi tersebut harus waspada serta
melakukan upaya pencegahan sedini mungkin contoh yang
sederhana yaitu dengan rutin kontrol tekanan darah lebih dari satu
kali, dan juga berusaha untuk menghindari faktor pencetus seperti
pola makan dan gaya hidup (live style) yang baik.

Menurut Austriani (2008) mengungkapkan bahwa kesadaran dan


pengetahuan masyarakat tentang penyakit hipertensi masih rendah,
hal ini dibuktikan masyarakat yang lebih memilih makanan cepat saji
yang biasanya rendah serat, tinggi lemak, gula, dan garam. Hal ini
dapat menyebabkan tingginya risiko terjadinya kekambuhan
hipertensi. Menurunkan angka kekambuhan hipertensi pada lansia
salah satunya adalah dengan menjaga pola makan yang sehat.

Peran perawat dalam asuhan keperawatan keluarga diantaranya


sebagai pendidikan, koordinator, pelaksanaan, pengawas kesehatan,
konsultan, kolaborasi, fasilitator, penemu kasus dan modifikasi
lingkungan.

Kondisi yang dirasakan oleh pasien yaitu pasien mengeluh sakit pada
bagian belakang leher dan didapatkan tekanan darah 140/110 mmHg.

A. Tujuan

6
1. Tujuan umum

Adapun tujuan dari penulisan laporan ini untuk mengetahui tentang


kesehatan keluarga Tn. A

2. Tujuan khusus

a. Melakukan pengkajian pada keluarga Tn. A

b. Melakukan diagnosis pada keluarga Tn. A

c. Melakukan intervensi pada keluarga Tn. A

d. Melakukan evaluasi pada keluarga Tn. A

e. Melakukan dokumentasi pada keluarga Tn. A

B. Rumusan masalah

1. Melakukan pengkajian pada keluarga Tn. A

2. Melakukan diagnosis pada keluarga Tn. A

3. Melakukan intervensi pada keluarga Tn. A

4. Melakukan evaluasi pada keluarga Tn. A

5. Melakukan dokumentasi pada keluarga Tn. A

C. Manfaat

1. Teoritis

Memperbaharui ilmu kesehatan tentang asuhan keperawatan


komunitas dan keluarga

2. Praktisi

Memberikan informasi terhadap penderita hipertensi dan tenaga


kesehatan dapat melaksanakan asuhan keperawatan komunitas
dan keluarga terhadap penderita hipertensi dengan mudah agar
dapat menekan kejadian hipertensi melalui pemantauan tekanan
darah

7
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Konsep Hipertensi
1. Pengertian Hipertensi
Tekanan darah tinggi (hipertensi) adalah suatu peningkatan
tekanan darah di dalam Arteri. Secara umum, hipertensi merupakan
suatu keadaan tanpa gejala, dimana tekanan yang abnormal tinggi
didalam arteri menyebabkan peningkatannya resiko terhadap stroke,
aneurisma, gagal jantung, serangan jantung dan kerusakann ginjal.
Sedangkan menurut (Triyanto,2014) Hipertensi adalah suatu
keadaan dimana seseorang mengalami peningkatan tekanan darah
diatas normal yang mengakibatkan peningkatan angka kesakitan
(morbiditas) dan angka kematian / mortalitas. Tekanan darah 140/90
mmHg didasarkan pada dua fase dalam setiap denyut jantung yaitu
fase sistolik 140 menunjukan fase darah yang sedang dipompa oleh
jantung dan fase diastolik 90 menunjukan fase darah yang kembali
ke jantung (Anies, 2006).
2. Klasifikasi Hipertensi
Kategori Tekanan Darah Tekanan Darah
Sistolik Diastolik
B. Normal Dibawah 120 mmHg Dibawah 80 mmH
C. Normal Tinggi 130-139 mmHg 85-89 mmHg
D. Stadium 1 (Ringan) 140-159 mmHg 90-99 mmHg
E. Stadium 2 (sedang) 160-179 mmHg 100-109 mmHg
F. Stadium 3 (Berat) 180-209 mmHg 110-119 mmHg
G. Stadium 4 (maligna) 210 mmHg atau H. 120 mmHg atau lebih
lebih
(Triyanto,2014)

3. Etiologi Hipertensi
Menurut (Widjadja,2009) penyebab hipertensi dapat
dikelompookan menjadi dua yaitu:

8
a. Hipertensi primer atau esensial
Belum diketahui penyebabnya dengan jelas. Berbagai faktor
diduga turut berperan sebagai penyebab hipertensi primer,
seperti bertambahnya usia, sters psikologis, pola konsumsi
yang tidak sehat, dan hereditas (keturunan). Sekitar 90%
pasien hipertensi diperkirakan termasuk dalam kategori ini.
b. Hipertensi sekunder
Hipertensi sekunder yang penyebabnya sudah di ketahui,
umumnya berupa penyakit atau kerusakan organ yang
berhubungan dengan cairan tubuh, misalnya ginjal yang tidak
berfungsi, pemakaiyan kontrasepsi oral, dan terganggunya
keseimbangan hormon yang merupakan faktor pengatur
tekanan darah. Dapat disebabkan oleh penyakit ginjal, penyakit
endokrin, dan penyakit jantung.
4. Faktor-faktor resiko hipertensi
Faktor-faktor resiko hipertensi ada yang dapat di kontrol dan
tidak dapat dikontrol menurut (Sutanto, 2010) antara lain :
a. Faktor yang dapat dikontrol :
Berkaitan dengan gaya hidup dan pola makan.
a) Kegemukan (obesitas)
Dari hasil penelitian, diungkapkan bahwa orang yang
kegemukan mudah terkena hipertensi. Wanita yang sangat
gemuk pada usia 30 tahun mempunyai resiko terserang
hipertensi 7 kali lipat dibandingkan dengan wanita langsing
pada usia yang sama. Curah jantung dan sirkulasi volume
darah penderita hipertensi yang obesitas. Meskipun belum
diketahui secara pasti hubungan antara hipertensi dan
obesitas, Namun terbukti bahwa daya pompa jantung dan
sirkulasi volume darah penderita obesitas dengan
hipertensi lebih tinggi dibanding penderita hipertensi
dengan berat badan normal.

9
b) Kurang olahraga
Orang yang kurang aktif melakkukan olahraga pada
umumnya cenderung mengalami kegemukan dan akan
menaikan tekanan darah. Dengan olahraga kita dapat
meningkatkan kerja jantung. Sehingga darah bisa
dipompadengan baik keseluruh tubuh.
c) Konsumsi garam berlebihan
Garam merupakan hal yang penting dalam
mekanisme timbulnya hipertensi. Pengaruh asupan garam
terhadap hipertensi adalah melalui peningkatan volume
plasma atau cairan tubuh dan tekanan darah. Keadaan ini
akan diikuti oleh peningkatan ekresi (pengeluaran)
kelebihan garam sehingga kembali pada kondisi keadaan
system hemodinamik (pendarahan) yang normal. Pada
hipertensi primer (esensial) mekanisme tersebut terganggu,
disamping kemungkinan ada faktor lain yang berpengaruh.
1) Tetapi banyak orang yang mengatakan bahwa mereka
tidak mengonsumsi garam, tetapi masih menderita
hipertensi. Ternyata setelah ditelusuri, banyak orang
yang mengartikan konsumsi garam adalah garam meja
atau garam yang ditambahkan dalam makanan saja.
Pendapat ini sebenarnya kurang tepat karena hampir
disemua makanan mengandung garam natrium
termasuk didalam bahanbahan pengawet makanan yang
digunakan.
2) Natrium dan klorida adalah ion utama cairan
ekstraseluler. Konsumsi natrium yang berlebih
menyebabkan konsetrasi natrium didalam cairan
ekstraseluler meningkat. Untuk menormalkannya
kembali, cairan intreseluler harus ditarik keluar sehingga
volume cairan ekstraseluler meningkat. Meningkatnya
volume cairan ekstraseluler tersebut menyebabkan

10
meningkatnya volume darah, sehingga berdampak pada
timbulnya hipertensi.
d) Merokok dan mengonsumsi alkohol
Nikotin yang terdapat dalam rokok sangat
membahayakan kesehatan selain dapat meningkatkan
penggumpalan darah dalam pembuluh darah, nikotin dapat
menyebabkan pengapuran pada dinding pembuluh darah.
Mengonsumsi alkohol juga dapat membahayakan kesehatan
karena dapat meningkatkan sistem katekholamin, adanya
katekholamin memicu naik tekanan darah.
e) Stres
Stres dapat meningkatkan tekanan darah untuk
sementara. Jika ketakutan, tegang atau dikejar masalah
maka tekanan darah kita dapat meningkat. Tetapi pada
umumnya, begitu kita sudah kembali rileks maka tekanan
darah akan turun kembali. Dalam keadaan stres maka terjadi
respon sel-sel saraf yang mengakibatkan kelainan
pengeluaran atau pengangkutan natrium. Hubungan antara
stres dengan hipertensi diduga melalui aktivitas saraf
simpatis (saraf yang bekerja ketika beraktivitas) yang dapat
meningkatkan tekanan darah secara bertahap. Stres
berkepanjanngan dapat mengakibatkan tekanan darah
menjadi tinggi. Hal tersebut belum terbukti secara pasti,
namun pada binatang percobaan yang diberikan stres
memicu binatang tersebut menjadi hipertensi.
b. Faktor yang tidak dapat dikontrol
a) Keturunan (Genetika)
Faktor keturunan memang memiliki peran yang
sangat besar terhadap munculnya hipertensi. Hal tersebut
terbukti dengan ditemukannya kejadian bahwa hipertensi
lebih banyak terjadi pada kembar monozigot (berasal dari
satu sel telur) dibandigkan heterozigot (berasal dari sel telur

11
yang berbeda). Jika seseorang termasuk orang yang
mempunyai sifat genetik hipertensi primer (esensial) dan
tidak melakukan penanganan atau pengobata maka ada
kemungkinan lingkungannya akan menyebabkan hipertensi
berkembang dan dalam waktu sekitar tiga puluhan tahun
akan mulai muncul tanda-tanda dan gejala hipertensi
dengan berbagai komplikasinya.
b) Jenis kelamin
Pada umumnya pria lebih terserang hipertensi
dibandingkan dengan wanita. Hal ini disebabkan pria
banyak mempunyai faktor yang mendorong terjadinya
hipertensi seperti kelelahan, perasaan kurang nyaman,
terhadap pekerjaan, pengangguran dan makan tidak
terkontrol. Biasanya wanita akan mengalami peningkatan
resiko hipertensi setelah masa menopause.
c) Umur
Dengan semakin bertambahannya usia, kemungkinan
seseorang menderita hipertensi juga semakin besar.
Penyakit hipertensi merupakan penyakit yang timbul akibat
adanya interaksi dari berbagai faktor risiko terhadap
timbulnya hipertensi. Hanya elastisitas jaringan yang
erterosklerosis serta pelebaran pembulu darah adalah faktor
penyebab hipertensi pada usia tua. Pada umumnya
hipertensi pada pria terjadi di atas usia 31 tahun sedangkan
pada wanita terjadi setelah berumur 45 tahun.

B. Keluarga
Menurut Harmoko (2012), banyak definisi yang diuraikan tentang
keluarga sesuai dengan perkembangan sosial masyarakat. Keluarga
adalah kumpulan dua atau lebih individu yang diikat oleh hubungan
darah, perkawinan atau adopsi, dan tiap-tiap anggota selalu
berinteraksi satu dengan yang lain.

12
Keluarga adalah unit terkecil dari masayarakat yang terdiri atas
kepala keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di
suatu tempat di bawah suatu atap dalam keadaan saling
ketergantungan (Setiadi,2008). Keluarga adalah dua atau tiga
individu yang tergabung karena hubungan darah, hubungan
perkawinan atau pengangkatan dan mereka hidup dalam suatu rumah
tangga, berinteraksi satu sama lain, dan di dalam peranannya masing-
masing, menciptakan serta mempertahankan kebudayaan (Bailon dan
( Maglaya, 1989 dalam Setiadi,2008).

Dari tiga difinisi diatas penulis dapat menarik kesimpulan bahwa


keluarga adalah :
1. Unit terkecil dari masyarakat.
2. Terdiri atas dua orang atau lebih.
3. Adanya ikatan perkawinan dan pertalian darah.
4. Hidup dalam satu rumah tangga.
5. Di bawah asuhan seseorang kepala rumah tangga.
6. Berinteraksi diantara sesama anggota keluarga.
7. Setiap anggota keluarga mempunyai peran masing-masing.
8. Menciptakan, mempertahankan suatu kebudayaan.

C. STRUKTUR KELUARGA
Dalam (Harmoko, 2012), struktur keluarga terdiri dari bermacam-
macam, diantarannya adalah :
1. Patrilineal : adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak
saudara sedarah dalam beberapa generasi, dimana hubungan itu
disusun melalui jalur garis ayah.
2. Matrilineal : adalah keluarga sedarah yang terdiri dari
sanak saudara sedarah dalam beberapa generasi di mana
hubungan itu disusun melalui jalur garis ibu.
3. Matrilokal : adalah sepasang suami istri yang tingga bersama
keluarga sedarah istri.

13
4. Patrilokal : adalah sepasang suami istri yang tingga bersama
keluarga sedarah suami.
5. Keluarga kawinan : adalah hubungan suami istri sebagai dasar
bagi pembina keluarga, dan beberapa sanak saudara yang
menjadi bagian keluarga karena adanya hubungan dengan suami
atau istri.

D. TIPE KELUARGA
Dalam (Harmoko, 2012 dalam Indra, 2015) tipe keluarga dibagi
menjadi dua macam yaitu :
1. Tipe Keluarga Tradisional
a. Keluarga Inti ( Nuclear Family ) , adalah keluarga yang terdiri
dari ayah, ibu dan anak-anak.
b. Keluarga Besar ( Exstended Family ), adalah keluarga inti di
tambah dengan sanak saudara, misalnya nenek, keponakan,
saudara sepupu, paman, bibi dan sebagainya.
c. Keluarga “Dyad” yaitu suatu rumah tangga yang terdiri dari
suami dan istri tanpa anak.
d. “Single Parent” yaitu suatu rumah tangga yang terdiri dari satu
orang tua (ayah/ibu) dengan anak (kandung/angkat). Kondisi
ini dapat disebabkan oleh perceraian atau kematian.
e. “Single Adult” yaitu suatu rumah tangga yang hanya terdiri
seorang dewasa (misalnya seorang yang telah dewasa
kemudian tinggal kost untuk bekerja atau kuliah)
2. Tipe Keluarga Non Tradisional
a. The Unmarriedteenege mather
Keluarga yang terdiri dari orang tua (terutama ibu) dengan
anak dari hubungan tanpa nikah.
b. The Stepparent Family

Keluarga dengan orang tua tiri.

14
c. Commune Family
Beberapa pasangan keluarga (dengan anaknya) yang tidak
ada hubungan saudara hidup bersama dalam satu rumah,
sumber dan fasilitas yang sama, pengalaman yang sama :
sosialisasi anak dengan melelui aktivitas kelompok atau
membesarkan anak bersama.
d. The Non Marital Heterosexual Conhibitang Family.
Keluarga yang hidup bersama dan berganti – ganti
pasangan tanpa melelui pernikahan.
e. Gay And Lesbian Family.
Seseorang yang mempunyai persamaan sex hidup bersama
sebagaimana suami – istri (marital partners).
f. Cohibiting Couple.
Orang dewasa yang hidup bersama diluar ikatan perkawinan
karena beberapa alas an tertentu.
g. Group-Marriage Family.
Beberapa orang dewasa menggunakan alat – alat rumah
tangga bersama yang saling merasa sudah menikah, berbagi
sesuatu termasuk sexual dan membesarkan anaknya.
h. Group Network Family.
Keluarga inti yang dibatasi aturan atau nilai – nilai, hidup
bersama atau berdekatan satu sama lainnya dan saling
menggunakan barang – barang rumah tangga bersama,
pelayanan dan tanggung jawab membesarkan anaknya.
i. Foster Family.
Keluarga menerima anak yang tidak ada hubungan keluarga
atau saudara didalam waktu sementara, pada saat orang tua
anak tersebut perlu mendapatkan bantuan untuk menyatukan
kembali keluarga yang aslinya.
j. Homeless Family.

15
Keluarga yang terbentuk dan tidak mempunyai perlindungan
yang permanent karena krisis personal yang dihubungkan
dengan keadaan ekonomi dan atau problem kesehatan mental.

k. Gang.
Sebuah bentuk keluarga yang destruktif dari orang- orang
muda yang mencari ikatan emosional dan keluarga yang
mempunyai perhatian tetapi berkembang dalam kekerasan dan
criminal dalam kehidupannya.

E. PERAN KELUARGA DAN PERAWAT KELUARGA


1. Peran Keluarga

Dalam (Setiadi, 2008), peranan keluarga menggambarkan


seperangkat perilaku interpersonal, sifat, kegiatan yang
berhubungan dengan individu dalam posisi dan situasi tertentu.
Berbagai peranan yang terdapat di dalam keluarga adalah sebagai
berikut :
a. Peranan ayah : ayah sebagai suami dan istri dan anak-anak,
berperan sebagai pencari nafkah, pendidik, pelindung dan
pemberi rasa aman, sebagai kepala keluarga, sebagai anggota
dari kelompok sosialnya serta sebagai anggota masyarakat dari
lingkunmgan.
b. Peranan ibu : sebagai istri dan ibu dari anak-anaknya, ibu
mempunyai peranan untuk mengurus rumah tangga, sebagai
pengasuh dan pendidik anak-anaknya, pelindung dan sebagai
salah satu kelompok dari peranan sosialnya serta sebagai
anggota masyarakat dari lingkungannya, disamping itu juga ibu
dapat berperan sebagai pencari nafkah tambahan dalam
keluarga.
c. Peranan anak : anak- anak melaksanakan peranan psiko-sosial
sesuai dengan tingkat perkembangannya baik fisik, mental,
sosial dan spriritual.

16
2. Perawat Keluarga

Tugas Kesehatan Menurut Friedman (1998), dalam


(Nugroho, 2014) yaitu :
a. Mengenal masalah kesehatan.
b. Membuat keputusan tindakan kesehatan yang tepat.
c. Memberi perawatan pada anggota keluarga yang sakit.
d. Mempertahankan/menciptakan suasana rumah sehat.
e. Mempertahankan hubungan dengan menggunakan fasilitas
kesehatan masyarakat.

F. FUNGSI KELUARGA

Dalam (Suprajitno,2014) fungsi keluarga adalah beberapa fungsi


yang dapat dijalankan keluarga sebagai berikut :
1. Fungsi Biologis
a. Untuk meneruskan keturunan.
b. Memelihara dan membesarkan anak.
c. Memenuhi kebutuhan gizi keluarga
d. Memelihara dan merawat anggota keluarga
2. Fungsi Psikologis
a. Memberikan kasih sayang dan rasa aman.
b. Memberikan perhatian diantara anggota keluarga.
c. Membina pendewasaan kepribadian anggota keluarga.
d. Memberikan identitas keluarga.
3. Fungsi sosialisasi
a. Membina sosial pada anak.
b. Membentuk norma-norma tingkah laku sesuai dengan tingkat
perkembangan anak.
c. Menaruh nilai-nilai budaya keluarga.
4. Fungsi Ekonomi
a. Mencari sumber – sumber penghasilan untuk memenuhi
kebutuhankeluarga.

17
b. Pengaturan penggunaan penghasilan keluarga untuk
memenuhi kebutuhan keluarga.
c. Menabung untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan keluarga di
masa yang akan datang, misalnya pendidikan anak-anak,
jaminan hari tua dan sebagainya.
5. Fungsi pendidikan
a. Menyekolahkan anak untuk memberikan pengetahuan,
ketrampilan dan membentuk perilaku anak sesuai dengan
bakat dan minat yang dimiliki.
b. Mempersiapkan anak untuk kehidupan dewasa yang akan
datang dalam memenuhi peranannya sebagai orang dewasa.
c. Mendidik anak sesuai dengan tingkat-tingkat
perkembangannya.
Menurut Effendy, (1998) dalam (Setiadi,2008) dari berbagai fungsi diatas
ada 3 fungsi pokok keluarga terhadap anggota keluarganya, adalah :
a. Asih adalah memberikan kasih sayang, perhatian, rasa aman,
kehangatan kepada anggota keluarga sehingga memungkinkan
mereka tumbuh dan berkembang sesuai usia dan kebutuhannya.
b. Asuh adalah memenuhi kebutuhan pemeliharaan dan perawatan
anak agar kesehatannya selalu terpelihara, sehingga diharapkan
menjadikan mereka anak-anak yang sehat baik fisik, mental, sosila
dan spiritual.
c. Asah adalah memenuhi kebutuhan pendidikan anak, sehingga siap
menjadi manusia dewasa yang mendiri dalam mempersiapkan
masa depannya.

G. TUGAS KELUARGA DALAM BIDANG KESEHATAN

Menurut Freedman (1981) dalam Nugroho (2014) membagi 5 tugas


keluarga dalam bidang kesehatan yang harus dilakukan, yaitu :
1. Mengenal masalah kesehatan setiap anggotanya .

Perubahan sekecil apapun yang dialami anggota keluarga

18
secara tidak langsung menjadi perhatian dan tanggung jawab
keluarga, maka apabila menyadari adanya perubahan perlu segera
dicatat kapan erjadinya, perubahan apa yang terjadi dan beberapa
besar perubahannya.
2. Mengambil keputusan untuk melakukan tindakan yang tepat bagi
keluarga.

Tugas ini merupakan upaya keluarga yang utama untuk mencari


pertolongan yang tepat sesuai dengan keadaan keluarga, dengan
pertimbangan siapa diantara keluarga yang mempunyai
kemampuan memutuskan untuk menentukan tindakan keluarga
maka segera melakukan tindakan tepat agar masalah kesehatan
dapat dikurangi atau bahkan teratasi. Jika keluarga mempunyai
keterbatasan seyogyanya meminta bantuan orang lain dilingkungan
sekitar keluarga.
3. Memberikan keperawatan anggotanya yang sakit atau yang tidak
dapat membantu dirinya sendiri karena cacat atau usianya yang
terlalu muda.

Perawatan ini dapat dilakukan tindakan dirumah apabila


keluarga memiliki kemampuan melakukan tindakan untuk
pertolongan pertama atau kepelayanan kesehatan untuk
memperoleh tindakan lanjjutan agar masalah yang lebih parah tidak
terjadi.

4. Mempertahankan suasana dirumah yang menguntungkan


kesehatan dan perkembangan kepribadian anggota keluarga.
5. Mempertahankan hubungan timbale balik antara keluarga dan
lembaga kesehatan (pemanfaatan fasilitas kesehatan yang ada)

H. TAHAPAN PERKEMBANGAN KELUARGA

Menurut Duval (1985) dalam (Setiadi,2008), membagi keluarga


dalam 8 tahap perkembangan, yaitu:

19
1. Keluarga Baru (Berganning Family)

Pasangan baru menikah yang belum mempunyai anak. Tugas


perkembangan keluarga tahap ini antara lain adalah :
a. Membina hubungan intim yang memuaskan.
b. Menetapkan tujuan bersama.
c. Membina hubungan dengan keluarga lain, teman dan kelompok
social.
d. Mendiskusikan rencana memiliki anak atau KB.
e. Persiapan menjadi orang tua.
f. Memehami prenatal care (pengertisn kehamilan, persalinan dan
menjadi orang tua).
2. Keluarga dengan anak pertama < 30 bulan (Child Bearing).

Masa ini merupakan transisi menjadi orang tua yang akan


menimbulkan krisis keluarga. Studi klasik Le Master (1957) dari 46
orang tua dinyatakan 17 % tidak bermasalah selebihnya
bermasalah dalam hal :
a. Suami merasa diabaikan.
b. Peningkatan perselisihan dan argument.
c. Interupsi dalam jadwal kontinu.
d. Kehidupan seksusl dan social terganggu dan menurun.
Tugas perkembangan keluarga tahap ini antara lain adalah :
a. Adaptasi perubahan anggota keluarga (peran, interaksi,
seksual dan kegiatan).
b. Mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan
pasangan.
c. Membagi peran dan tanggung jawab (bagaimana peran orang
tua terhadap bayi dengan memberi sentuhan dan kehangatan).
d. Bimbingan orang tua tentang pertumbuhan dan perkembangan
anak.
e. Konseling KB post partum 6 minggu.
f. Menata ruang untuk anak.
g. Biaya / dana Child Bearing.

20
h. Memfasilitasi role learning angggota keluarga.
i. Mengadakan kebiasaan keagamaan secara rutin.
3. Keluarga dengan Anak Pra Sekolah

Tugas perkembangannya adalah menyesuaikan pada


kebutuhan pada anak pra sekolah (sesuai dengan tumbuh
kembang, proses belajar dan kotak sosial) dan merencanakan
kelahiran berikutnya. Tugas perkembangan keluarga pada saat ini
adalah :
a. Pemenuhan kebutuhan anggota keluarga.
b. Membantu anak bersosialisasi.
c. Beradaptasi dengan anak baru lahir, anakl yang lain juga
terpenuhi.
d. Mempertahankan hubungan di dalam maupun di luar keluarga.
e. Pembagian waktu, individu, pasangan dan anak.
f. Merencanakan kegiatan dan waktu stimulasi tumbuh dan
kembang anak.
4. Keluarga dengan Anak Usia Sekolah (6 – 13 tahun)
Tugas perkembangan keluarga pada saat ini adalah :
a. Membantu sosialisasi anak terhadap lingkungan luar rumah,
sekolah dan lingkungan lebih luas.
b. Mendoprong anak untuk mencapai pengembangan daya
intelektual.
c. Menyediakan aktivitas untuk anak.
d. Menyesuaikan pada aktivitas komuniti dengan mengikut
sertakan anak.
e. Memenuhi kebutuhan yang meningkat termasuk biaya
kehidupan dan kesehatan anggota keluarga.
5. Keluarga dengan Anak Remaja (13-20 tahun).
Tugas perkembangan keluarga pada saat ini adalah :
a. Pengembangan terhadap remaja (memberikan kebebasan yang
seimbang dan brertanggung jawab mengingat remaja adalah
seorang yang dewasa muda dan mulai memiliki otonomi).

21
b. Memelihara komunikasi terbuka (cegah gep komunikasi).
c. Memelihara hubungan intim dalam keluarga.
d. Mempersiapkan perubahan system peran dan peraturan
anggota keluarga untuk memenuhi kebutuhan tumbuh kembang
anggota keluarga.
6. Keluarga dengan Anak Dewasa (anak 1 meninggalkan rumah).
Tugas perkembangan keluarga mempersiapkan anak untuk hidup
mandiri dan menerim,a kepergian anaknya, menata kembali
fasilitas dan sumber yang ada dalam keluarga, berperan sebagai
suami istri, kakek dan nenek. Tugas perkembangan keluarga pada
saat ini adalah :
a. Memperluas keluarga inti menjadi keluarga besar.
b. Mempertahankan keintiman.
c. Menbantu anak untuk mandiri sebagai keluarga baru di
masyarakat.
d. Mempersiapkan anak untuk hidup mandiri dan menerima
kepergian anaknya.
e. Menata kembali fasilitas dan sumber yang ada pada keluarga.
f. Berperan suami – istri kakek dan nenek.
g. Menciptakan lingkungan rumah yang dapat menjadi contoh bagi
anak – anaknya.
7. Keluarga Usia Pertengahan (Midle Age Family).
Tugas perkembangan keluarga pada saat ini adalah :
a. Mempunyai lebih banyak waktu dan kebebasan dalam
mengolah minat social dan waktu santai.
b. Memuluhkan hubungan antara generasi muda tua.
c. Keakrapan dengan pasangan.
d. Memelihara hubungan/kontak dengan anak dan keluarga.
e. Persiapan masa tua/ pension.
8. Keluarga Lanjut Usia.
Tugas perkembangan keluarga pada saat ini adalah :

22
a. Penyesuaian tahap masa pension dengan cara merubah cara
hidup.
b. Menerima kematian pasangan, kawan dan mempersiapkan
kematian.
c. Mempertahankan keakraban pasangan dan saling merawat.
d. Melakukan life review masa lalu.

I. KELUARGA MANDIRI
Sikap mental dalam hal berupaya meningkatkan kepedulian
masyarakat dalam pembangunan, mendewasakan usia perkawinan,
membina dan meningkatkan ketahanan keluarga, mengatur kelahiran
dan mengembangkan kualitas dan kesejahteraan keluarga,
berdasarkan kesadaran dan tanggung jawab.
Secara singkat kemandirian mengandung pengertian suatu
keadaan dimana seseorang yang memiliki hasrat bersaing untuk maju
demi kebaikannya. Mampu mengambil keputusan dan inisiatif untuk
mengatasi masalah yang dihadapi.

Memiliki kepercayaan diri dalam mengerjakan tugas-tugasnya,


bertanggung  jawab terhadap apa yang di lakukannya. Kemandirian
merupakan suatu sikapindi:idu yang diperoleh secara kumulatif
selama perkembangan dimana individuakan terus belajar untuk
bersikap mandiri dalam menghadapi berbagai situasi dilingkungan
sehingga individu pada akhirnya akan mampu berpikir dan
bertindak sendiri. Dengan kemandirian seseorang dapat berkembang
dengan lebih mantap untuk dapat mandiri seseorang membutuhkan
kesempatan, dukungan, dan dorongan dari keluarga serta lingkungan
di sekitarnya.
1. Indikator kemandirian keluarga dilihat dari tingkat kemandirian
keluarga (Depkes,2006).
a. Keluarga Mandiri Tingkat 1
1) Menerima petugas perawatan kesehatan komunitas

23
2) Menerima pelayanan keperawatan yang diberikan sesuai
dengan rencana keperawatan.
b. Keluarga Mandiri Tingkat II
1) Menerima petugas perawatan kesehatan komunitas
2) Menerima pelayanan keperawatan yang diberikan sesuai
dengan rencana keperawatan.
3) Tahu dan dapat mengungkapkan masalah kesehatannya
secara benar
4) Melakukan perawatan sederhana sesuai dengan yang
dianjurkan.
c. Keluarga Mandiri Tingkat III
1) Menerima petugas perawatan kesehatan komunitas
2) Menerima pelayanan keperawatan yang diberikan sesuai
dengan rencana keperawatan.
3) Tahu dan dapat mengungkapkan masalah kesehatannya
secara benar
4) Melakukan perawatan sederhana sesuai dengan yang
dianjurkan.
5) Memanfaatkan fasilitas layanan kesehatan secara aktif
6) Melaksanakn tindakan pencegahan secara aktif
d. Keluarga Mandiri Tingkat IV
1) Menerima petugas perawatan kesehatan komunitas
2) Menerima pelayanan keperawatan yang diberikan sesuai
dengan rencana keperawatan.
3) Tahu dan dapat mengungkapkan masalah kesehatannya
secara benar
4) Melakukan perawatan sederhana sesuai dengan yang
dianjurkan.
5) Memanfaatkan fasilitas layanan kesehatan secara aktif
6) Melaksanakn tindakan pencegahan secara aktif
7) Melaksanakan tindakan promotif secara aktif.

24
J. Konsep Asuhan Keperawatan Keluarga
1. Pengkajian
Menurut Mubarak (2009) dalam Suprajitno 2014, pengkajian
adalah tahapan seorang perawat mengumpulkan informasi
secara terus menerus terhadap anggota keluarga yang
dibinanya. Secara garis besar data dasar yang dipergunakan
mengkaji status keluarga adalah:
a. Data umum
1) Nama kepala keluarga, umur, alamat, pendidikan,
pekerjaan, komposisi keluarga, status imunisasi dan
genogram 3 generasis
2) Tipe keluarga.
3) Suku bangsa.
4) Agama.
5) Status sosial ekonomi keluarga.
6) Aktifitas rekreasi keluarga dan waktu luang.
b. Riwayat dan tahap perkembangan keluarga
1) Tahap perkembangan keluarga saat ini, ditentukan oleh
anak tertua dari keluarga inti.
2) Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi,
menjelaskan bagaimana tugas perkembangan yang
belum terpenuhi dan kendalannya.
3) Riwayat keluarga inti, menjelaskan riwayat kesehatan
keluarga inti meliputi: riwayat penyakit keturunan, riwayat
kesehatan masing-masing anggota keluarga dan
sumber pelayanan yang digunakan.
4) Riwayat keluarga sebelumnya, orang tua, dan hubungan
masa silam dengan kedua orang tua.
c. Pengkajian lingkungan
1) Karakteristik rumah
Meliputi: gambaran tipe tempat tinggal, denah rumah,
sanitasi, pengcahayaan, kerapian.

25
2) Karakteristik lingkungan dan komunitas tempat tinggal,
meliputi: tipe, keadaan, sanitasi, perusahaan, sarana
sosial, kejahatan.
3) Mobilitas geografi keluarga
Menjelaskan lama keluarga tinggal di daerah ini.
4) Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat
menjelaskan perkumpulan yang diikuti.
5) System pendukung keluarga, meliputi: jumlah anggota
keluarga yang sehat, fasilitas kesehatan, jaminan
kesehatan yang dimiliki.
d. Struktur keluarga
Menurut Suprajitno (2014), struktur keluarga sebagai berikut :
1) Struktur peran keluarga
Menjelaskan peran masing-masing anggota keluarga
secara formal maupun informal baik di keluarga atau
masyarakat.
2) Nilai atau norma keluarga
Menjelaskan nilai atau norma yang dipelajari dan
dianut oleh keluarga yang berhubungan dengan
kesehatan.
3) Pola komunikasi keluarga
Menjelaskan bagaimana cara keluarga
berkomunikasi, siapa pengambil keputusan utama, dan
bagai mana peran anggota keluarga dalam mencapai
komunikasi.
4) Struktur kekuatan keluarga
Menjelaskan kemampuan keluarga untuk memengaruhi dan
mengendalikan anggota keluarga untuk mengubah perilaku
yang berhubungan dnengan kesehatan.
e. Fungsi keluarga
Menurut Suprajitno (2014), struktur keluarga sebagai
berikut :

26
1) Fungsi ekonomi
2) Fungsi mendapatkan status social.
3) Fungsi sosialisasi.
4) Fungsi pemenuhan kesehatan.
5) Fungsi religious.
6) Fungsi rekreasi.
7) Fungsi reproduksi.
8) Fungsi afeksi..
f. Stress dan koping keluarga
1) Stressor jangka pendek, stressor yang dialami keluarga
yang memerlukan penyelesaian dalam waktu kurang dari
6 bulan.
2) Stressor jangka panjang, stressor yang dialami keluarga
yang memerlukan penyelesaian lebih 6 bulan.
3) Kemampuan keluarga berespon terhadap situasi atau
stressor, mengkaji sejauh mana keluarga berespon
terhadap stressor.
4) Strategi koping yang digunakan, bila keluarga
menghadapi masalah.
5) Strategi adaptasi disfungsional, menjelaskan adaptasi
disfungsional yang digunakan keluarga bila menghadapi
masalah.
g. Pemeriksaan fisik
Dilakukan pada semua anggota keluarga. Metode yang
dilakukan tidak beda pada pemeriksaan fisik di klinik.
h. Harapan keluarga
Pada akhir pengkajian perawat menanyakan harapan
keluarga terhadap petugas kesehatan yang ada.
2. Diagnosa keperawatan
Menurut Mubarak (2009) dalam Nugroho 2014, diagnosa
keperawatan adalah keputusan klinik mengenai individu,
keluarga, atau masyarakat, yang diperoleh melalui suatu

27
proses pengumpulan data dan analisis data secara cermat,
memberikan dasar untuk menetapkan tindakan dimana perawat
bertanggung jawab untuk melaksanakannya. Diagnosa
keperawatan keluarga dirumuskan berdasar data yang
didapatkan pada pengkajian. Komponen diagnose keperawatan
meliputi Problem atau masalah, Etilogi atau penyebab, dan
Sign atau tanda yang dikenal dengan PES.Tipologi dari
diagnosa keperawatan :
a. Diagnosa aktual (terjadi defisit atau gangguan kesehatan)
Dari hasil pengkajian didapatkan tanda dan gejala dari
gangguan kesehatan, di mana masalah kesehatan
memerlukan bantuan untuk segera ditangani dengan cepat.
Pada diagnosa aktual, faktor yang berhubungan merupakan
etiologi. Secara umum faktor yang berhubungan atau etiologi
dari diagnosa keperawatan keluarga adalah adanya:
1) Ketidaktahuan (kurang pengetahuan, pemahaman, dan
kesalahan persepsi)
2) Ketidakmauan (sikap dan motivasi)
3) Ketidakmampuan (kurangnya ketrampilan terhadap
suatu prosedur atau tindakan, kurangnya sumber daya
keluarga, baik finansial, fasilitas, system pendukung,
lingkungan fisik, dan psikologis) terhadap tugas
kesehatan keluarga.
b. Diagnosa risiko tinggi (ancaman kesehatan)
Sudah ada data yang menunjang namun belum terjadi
gangguan,tapi tanda tersebut dapat menjadi masalah aktual
apabila tidak segera mendapat bantuan pemecahan dari tim
kesehatan atau keperawatan.
c. Diagnosa potensial (keadaan sejahtera atau weelness)
suatu keadaan jika keluarga dalam keadaan sejahtera,
kesehatan keluarga dapat ditingkatkan, diagnose

28
keperawatan sejahtera tidak mencakup faktor-faktor yang
berhubungan.
Diagnosa keperawatan keluarga yang mungkin muncul
pada hipertensi mengacu pada lima tugas keluarga, yaitu :
1) Adanya resiko tinggi terhadap penururnan curah jantung
b/d ketidakmampuan keluarga mengenal masalah
kesehatan
2) Intoleransi aktivitas b/d ketidakmampuan keluarga
mengenal masalah kesehatan keluarga
3) Sakit kepala, Nyeri akut b/d ketidakmampuan keluarga
merawat anggota keluarga yang sakit
4) Perubahan nutrisi b/d ketidakmampuan keluarga
menegenal masalah kesehatan
5) Kurang pengetahuan tentang hipertensi b/d
ketidakmampuan keluarga mengenal masalah kesehatan
keluarga.

Tabel 2.4 Penentuan prioritas masalah dan skoring


No Kriteria Skor Bobot

1 Sifat masalah 1

 Tidak/kurang sehat 3
 Ancaman kesehatan 2

 Krisis/keadaan sejahtera 1

2 Kemungkinan masalah dapat diubah 2

 Dengan mudah 2
 Hanya sebagian 1

 Tidak dapat 0

3 Potensial masalah untuk di cegah 1

29
 Tinggi 3
 Cukup 2

 Rendah 1

4 Menonjolnya masalah 1

 Masalah berat harus segera 2


ditangani
 Ada masalah tetapi tidak 1
perlu Segera ditangani 0
 Masalah tidak dirasakan
Sumber: Mubarak (2009) dalam Suprajitno 2014

Proses skoring dilakukan untuk setiap diagnosa


keperawatan dengan cara berikut ini:
a. Tentukan skor untuk setiap kriteria yang telah dibuat
b. Selanjutnya skor dibagi dengan angka tertinggi yang
dikalikan dengan bobot.

Skor
X Bobot
Angka tertinggi

c. Jumlahkan skor untuk semua kriteria, skor tertinggi adalah 5,


sama dengan seluruh bobot empat kriteria yang dapat
mempengaruhi penentuan prioritas masalah.
1) Sifat masalah
Sifat masalah kesehatan dapat dikelompokkan
kedalam tidak atau kurang sehat diberikan bobot yang
lebih tinggi, karena masalah tersebut memerlukan
tindakan yang segera dan biasanya masalahnya
dirasakan atau disadari oleh keluarga. Krisis atau
keadaan sejahtera diberikan bobot yang paling sedikit
atau rendah karena faktor kebudayaan biasanya dapat

30
memberikan dukungan bagi keluarga untuk mengatasi
masalah dengan baik.
2) Kemungkinan masalah dapat diubah
Keberhasilan mengurangi atau mencegah masalah
jika ada tindakan (intervensi). Faktor-faktor yang perlu
diperhatikan dalam menentukan skore kemungkinan
masalah dapat diperbaiki adalah:
a) Pengetahuan dan teknologi serta tindakan yang
dapat dilakukan untuk menangani masalah.
b) Sumber-sumber yang ada pada keluarga, baik dalam
fisik, keuangan, atau tenaga.
c) Sumber-sumber dari keperawatan, misalnya dalam
bentuk pengetahuan, ketrampilan, dan waktu.
d) Sumber-sumber dimasyarakat, misalnya dalam
bentuk fasilitas kesehatan, organisasi masyarakat.

3) Potensi masalah bila dicegah


Menyangkut sifat dan beratnya masalah yang akan
timbul dapat dikurangi atau dicegah. Faktor-faktor yang
perlu diperhatikan dalam menentukan skor kriteria
potensi masalah bisa dicegah adalah sebagai berikut:
a) Masalah yang berkaitan dengan beratnya penyakit
atau masalah, prognosis penyakit atau
kemungkinan mengubah masalah. Umumnya makin
berat masalah tersebut makin sedikit kemungkinan
untuk mengubah atau mencegah sehingga makin
kecil potensi masalah yang akan timbul.
b) Lamanya masalah Hal ini berkaitan dengan jangka
waktu terjadinya masalah tersebut. Biasanya
lamanya masalah mempunyai dukungan langsung
dengan potensi masalah bila dicegah.

31
c) Adanya kelompok resiko tinggi atau kelompok yang
peka atau rawan. Adanya kelompok tersebut pada
keluarga akan me nambah potensi masalah bila
dicegah.
4) Menonjolnya masalah
Merupakan cara keluarga melihat dan menilai
masalah mengenai beratnya masalah serta
mendesaknya masalah untuk diatasi. Hal yang perlu
diperhatikan dalam memberikan skor pada kriteria ini,
perawat perlu menilai persepsi atau bagaimana
keluarga tersebut melihat masalah. Dalam hal ini, jika
keluarga menyadari masalah dan merasa perlu untuk
menangani segera, maka harus diberi skor yang tinggi
(Suprajitno, 2014)
3. Intervensi
Menurut Mubarak (2009) dalam Suprajitno 2014, apabila
masalah kesehatan maupun masalah keperawatan telah
teridentifikasi, maka langkah selanjutnya adalah menyusun
rencana keperawatan sesuai dengan urutan prioritas
masalahnya. Rencana keperawatan keluarga merupakan
kumpulan tindakan yang direncanakan oleh perawat untuk
dilaksanakan dalam menyelesaikan atau mengatasi masalah
kesehatan/keperawatan yang telah diidentifikasi. Rencana
keperawatan yang berkualitas akan menjamin keberhasilan
dalam mencapai tujuan serta penyelesaian masalah. Beberapa
hal yang perlu diperhatikan dalam mengembangkan
keperawatan keluarga diantaranya:
a. Rencana keperawatan harus didasarkan atas analisis yang
menyeluruh tentang masalah atau situasi keluarga.
b. Rencana yang baik harus realistis, artinya dapat
dilaksanakan dan dapat menghasilkan apa yang
diharapkan.

32
c. Rencana keperawatan harus sesuai dengan tujuan dan
falsafah instansi kesehatan.
d. Rencana keperawatan dibuat dengan keluarga. Hal ini
sesuai dengan prinsip bahwa perawat bekerja bersama
keluarga bukan untuk keluarga.
e. Rencana keperawatan sebaiknya dibuat secara tertulis. Hal
ini selain berguna untuk perawat juga akan berguna bagi
anggota tim kesehatan lainnya. Selain itu dengan rencana
tertulis akan membantu mengevaluasi perkembangan
masalah keluarga.
4. Implementasi Keperawatan
Pelaksanaan merupakan salah satu tahap dari proses
keperawatan keluarga di mana perawat mendapatkan
kesempatan untuk membangkitkan minat keluarga dalam
mengadakan perbaikan kearah perilaku hidup sehat. Guna
membangkitkan minat keluarga dalam berprilaku hidup
sehat, maka perawat harus memahami teknik-teknik motivasi.
Tindakan keperawatan keluarga mencakup hal-hal di bawah
ini.
a. Menstimulasi kesadaran atau penerimaan keluarga
mengenai masalah dan kebutuhan kesehatan dengan cara
memberikan informasi, mengidentifikasi kebutuhan dan
harapan tentang kesehatan, serta mendorong sikap emosi
yang sehat terhadap masalah.
b. Menstimulasi keluarga untuk memutuskan cara perawatan
yang tepat dengan cara mengidentifikasi konsekuensi untuk
tidak melakukan tindakan, mengidentifikasi sumber-sumber
yang dimiliki keluarga, dan mendiskusikan setiap tindakan.
c. Memberikan kepercayaan diri dalam merawat anggota
keluarga yang sakit dengan cara mendemonstrasikan cara
perawatan, penggunaan alat dan fasilitas yang ada di rumah
dan mengawasi keluarga melakukan perawatan.

33
d. Membantu keluarga untuk menemukan cara membuat
lingkungan menjadi sehat dengan menemukan sumber-
sumber yang dapat digunakan keluarga dan melakukan
perubahan lingkungan keluarga seoptimal mungkin.
e. Memotivasi keluarga untuk memanfaatkan fasilitas
kesehatan dengan cara mengenalkan fasilitas kesehatan
yang ada di lingkungan keluarga dan membantu keluarga
cara menggunakan fasilitas tersebut.
5. Evaluasi
Sesuai dengan rencana tindakan yang telah diberikan,
tahap penilaian dilakukan untuk melihat keberhasilanya. Bila
tidak atau belum berhasil, maka perlu disusun rencana baru
yang sesuai. Semua tindakan keperawatan mungkin tidak dapat
dilakukan dalam satu kali kunjungan ke keluarga. Oleh karena
itu, kunjungan dapat dilakukan secara bertahap sesuai dengan
waktu dan kesediaan keluarga. Langkah-langkah dalam
mengevaluasi pelayanan keperawatan yang diberikan, baik pada
individu maupun keluarga adalah sebagai berikut:
a. Tentukan garis besar masalah kesehatan yang dihadapi dan
bagaimana keluarga mengatasi masalah tersebut.
b. Tentukan bagaimana rumusan tujuan keperawatan yang
akan dicapai.
c. Tentukan kriteria dan standar untuk evaluasi. Kriteria dapat
berhubungan sumber-sumber proses atau hasil, bergantung
pada dimensi evaluasi yang diinginkan.
d. Tentukan metode dan teknik evaluasi yang sesuai serta
sumber-sumber data yang diperlukan.
e. Bandingkan dengan keadaan yang nyata (sesudah
perawatan) dengan kriteria dan standar evaluasi.
f. Identifikasi penyebab atau alasan penampilan yang
optimal atau pelaksanaan yang kurang memuaskan.

34
g. Perbaiki tujuan berikutnya. Bila tujuan tidak tercapai, perlu
ditentukan alasan kemungkinan tujuan tidak realistis,
tindakan tidak tepat, atau kemungkinan ada faktor
lingkungan yang tidak dapat diatasi.
6. Dokumentasi Keperawatan
Dokumentasi adalah bagian integral bukan sesuatu yang
berbeda dari metode problem-solving. Dokumentasi
keperawatan mencakup pengkajian, identifikasi masalah,
perencanaan, intervensi. Perawat kemudian mengobservasi dan
mengevaluasi respon klien terhadap intervensi yang diberikan
dan mengkomunikasikan informasi tersebut kepada profesi
kesehatan lainnya. Kekurangan dalam pendokumentasian
proses keperawatan meliputi penggunaan terminology dan cara
pendokumentasian yang tidak standar yang tidak menunjukkan
adanya suatu perbedaan asuhan keperawatan yang kompleks
(Nursalam 2009).

35
BAB III

ASKEP KELUARGA

A. DATA UMUM KELUARGA


1. Nama kepala keluarga : Tn. A
2. Umur : 41 Tahun
3. Agama : Islam
4. Pendidikan : SLTA
5. Pekerjaan : Wiraswasta
6. Suku / Bangsa : Banjar / Indonesia
7. Alamat : Desa Paku Alam
8. Komposisi keluarga
Nama Anggota

Kesehatan
Keluarga

Keterangan
keluarga

Immunisasi
Pendidikan
Umur (thn)
Hubungan

Pekerjaan

Keadaan
Agama
No. / KB
P

1. Tn. a Kepala L 41 SL Wirasa Islam seha Tida Tidak


Keluarga TA sta t k
2. Ny. N Istri P 41 SL Wirasw Islam Sakit Pak Tidak
TP ata ai
3. An. K Anak L 16 SL Pelajar Islam Seh Tida Tidak
TA at k

9. Tipe keluarga
Keluarga dengan tipe keluarga inti (nuclear family) yang terdiri dari ayah, ibu
dan anak.

36
33

10. Genogram

Ny. N
Umur 41
Keterangan:
: Laki-laki
: Perempuan
: Anggota keluarga yang sakit
: Meninggal perempuan
: Meninggal laki-laki
: Tinggal serumah

11. Sifat Keluarga


a. Pengambilan Keputusan
Apabila ada masalah di dalam keluarga Tn. A sering kali
memusyawarahkan bersama-sama dan yang sering berperan
dalam pengambilan keputusan adalah Tn. A.
b. Kebiasaan Hidup Sehari-hari
1) Kebiasaan tidur / istirahat
a) Tidur siang
Keluarga Tn. A memiliki jam tidur siang yang tidak
menentu biasanya sekitar pukul 14.00 – 15.30 WITA.
b) Tidur malam
Keluarga Tn. A waktu tidur malam sekitar pukul 00.30 –
05.00 WITA
2) Kebiasaan rekreasi
Keluarga sangat jarang rekreasi, jika mempunyai
cukup luang kebiasaannya cuma nonton televisi dirumah
namun, keluarga sering berkunjung ke keluarga yang lain,
keluarga Tn. A saling bercengkrama di ruang keluarga.
34

3) Kebiasaan makan keluarga


a) Jenis makanan
Nasi, lauk dan sayur
b) Frekuensi
2-3 kali sehari
c) Keseimbangan gizi

Normal
12. Status Sosial Ekonomi Keluarga
Penghasilan keluarga perbulan adalah >Rp500.000,-.
Penghasilan berasal dari hasil pekerjaan sebagai pedagang buah.
Anggota keluarga yang bertanggung jawab terhadap perekonomian
keluarga adalah Tn. A bekerja sebagai pedagang buah.
13. Suku (kebiasaan kesehatan terkait suku bangsa)
Seluruh anggota keluarga adalah suku asli Banjar bangsa
Indonesia. Bahasa yang digunakan sehari-hari adalah bahasa
Banjar. Tidak ada kebiasaan budaya banjar yang mempengaruhi
kesehatan keluarga. Kebiasaan budaya dan istiadat yang ada di
masyarakat setempat adalah berkumpul dalam satu acara di dalam
wilayah RT 02.
14. Agama (kebiasaan kesehatan terkait agama)
Agama yang di pegang atau di anut keluarga Tn. A
seluruhnya agama islam. Seluruh keluarga selalu menunaikan
shalat 5 waktu. Persepsi keluarga tentang agama Islam yang di
anut sangat menyakini serta mempercayainnya. Kegiatan Ny. N
dalam seminggu ada 1 acara yaitu yasinan yang diikuti di wilayah
RT 02. Menurut keluarga Islam adalah agama yang sempurna dan
akan di pegang hingga akhir hayat.

B. RIWAYAT DAN TAHAP PERKEMBANGAN KELUARGA


1. Tahap perkembangan keluarga saat ini
Tahap perkembangan keluarga Tn. A adalah pada tahap
yaitu keluarga dengan tahap perkembangan desawa muda, karena
35

anak-anak Tn. A masih sekolah.


2. Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi
Keluarga Tn.A memiliki 1 orang anak. Anaknnya belum
menikah dan tinggal serumah sebagai pelajar sehingga keluarga
belum dapat menjalankan tugas perkembangan secara maksimal.
3. Riwayat keluarga inti
Pasangan ini menikah pada tahun 1998 dan dikaruniai 1
orang anak. Anak Tn. A belum bekerja dan belum menikah.
4. Riwayat kesehatan keluarga sebelumnya (pihak istri dan suami)
Penyakit yang pernah dialami sebelumnya adalah penyakit
Hipertensi. Dalam keluarga Tn. A pernah mengalami sakit akut
yang kurang dari 6 bulan. Keluarga Tn. A tidak pernah mengalami
penyakit menular seperti TB paru. Keluarga Tn. A tidak ada yang
mengalami cacat fisik. Anggota keluarga jarang berobat
kepelayanan kesehatan karena mengobati penyakit dengan
meminum obat yang ada diwarung.
5. Riwayat kesehatan mental, psikologis, spiritual
Tidak ada anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa/
dirawat di rumah sakit jiwa
6. Persepsi dan tanggapan keluarga terhadap layanan kesehatan
Pelayanan kesehatan yang ada sudah baik namun karena
jarang memeriksakan kesehatan sehingga tidak mengetahui
perkembangan pelayanan kesehatan

C. LINGKUNGAN
1. Karakteristik rumah (tipe, ukuran, jumlah ruangan)
Luas rumah 8 x 15 m2. Status kepemilikan rumah saat ini adalah
rumah sendiri. Rumah yang dihuni sekarang adalah rumah
permanen, lantai kayu papan, atap rumah terbuat dari seng, rumah
memiliki wc sendiri, 2 kamar tidur, dapur, dan ruang tamu.
36

2. Ventilasi dan penerangan


Luas jendela > 10% luas ruangan rumah. Pencahayaan rumah
baik, terdapat ventilasi di atas jendela, jendela ada 7 dan selalu
dibuka setiap hari, lantai bersih sering disapu, tidak ada bau yang
kurang enak, keluarga merasa bahagia tinggal di rumah.
3. Persediaan air bersih
Keluarga mengambil dari sungai.
4. Pembuangan sampah
Tidak ada tempat pembungan sampah disekitar rumah.
5. Pembuangan air limbah
Air limbah yang dihasilkan keluarga yaitu air cucian, air memasak
dan mandi. Limbah tidak ditampung, tetapi langsung buang di
belakang rumah.
6. Jamban / WC (tipe, jarak dari sumber air)
Keluarga memiliki toilet jongkok dan septitank. Letak toilet jongkok
dan septitank ada di belakang rumah. Kondisi jongkok dan
septitank cukup bersih, tidak berlumut.
7. Denah Rumah

14 m
U

6m

Dapur Keterangan:
Ruang Keluarga
Pintu
rangan: : pintu Jendela

Kamar Kamar
37

8. Lingkungan sekitar rumah


Keluarga tidak memiliki halaman rumah. Rumah berada di
pinggir jalan, Jarak rumah dengan terangga ± 2 meter. Suasana
rumah tenang, nyaman dan sejuk.
9. Sarana komunikasi dan transportasi
Keluarga memiliki handphone dan memiliki 2 sepeda motor.
10. Fasilitas hiburan (TV, radio, dll.)
Keluarga memiliki 1 buah TV, kulkas, dan kompor gas
11. Fasilitas pelayanan kesehatan
Disekitar tempat tinggal keluarga ada terdapat pelayanan
kesehatan. Jarak antara rumah dan pelayanan kesehatan
(puskesmas) adalah sekitar ± 8 km.

D. SOSIAL
1. Karakteristik tetangga dan komunitas
Tetangga sekitar memiliki empati yang tinggi dan saling
bergotong royong dalam melakukan suatu kegiatan.
2. Mobilitas geografis keluarga
Keluarga Tn. A tinggal menetap dan memiliki kepemilikan
rumah sendiri.
3. Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat
Keluarga sering berkumpul pada sore hari di teras rumah
dan pada siang hari mengadakan pengajian 1 minggu sekali
4. Sistem pendukung keluarga
Keluarga termasuk dalam system pendukung dengan
keluarga sejahtera 1 di tunjukan dengan rumah kepemilikan sendiri,
mempunyai sepeda motor.

E. STRUKTUR KELUARGA
1. Pola komunikasi keluarga
Bahasa yang digunakan sehari-hari oleh keluarga ialah
bahasa Banjar. Tidak ada waktu khusus untuk berkumpul dengan
38

keluarga, jika ada waktu kosong akan dimanfaatkan untuk


berkumpul atau mengunjungai keluarga yang tidak jauh dari
tempat tinggal keluarga Tn. A.
2. Struktur kekuataan keluarga
Anggota keluarga yang berperan mengambil keputusan
adalah Tn. A. Keputusan diambil dengan cara bermusyawarah
terlebih dahulu dengan anggota keluarga. Orang tua, suami, dan
anak selalu terlibat dalam pengambilan keputusan, namun yang
paling berpengaruh adalah Tn. A.
3. Struktur peran (formal dan informal)
Tn. A berperan sebagai kepala keluarga, pencari nafkah
sebagai wiraswasta untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, serta
bertanggung jawab terhadap anak dan istri. Tn. A berperan
sebagai suami dari Ny. N yang membantu Ny. N dalam mendidik 1
anak. Tn. A juga memberi contoh dan role model untuk anak-
anaknya, menyayangi serta melindungi. Sedangkan Ny. A
berperan sebagai istri, sebagai pengambil keputusan, dan
berperan sebagai ibu rumah tangga mengurusi keluarga dan
mengasuh, mendidik dan merawat anak, dan membantu
berdagang. Pada anak-anak Tn. A berperan sebagai anak dan
masih bersekolah.
4. Nilai dan norma keluarga
Keluarga Tn. A hidup dalam nilai dan norma budaya banjar,
yang dimana Tn. A sebagai kepala keluarga dan Ny. N sebagai
istri yang membantu berjualan dan mengurus rumah. Tidak ada
hal-hal budaya yang diyakini dan aturan dikeluarga fleksibel.

F. FUNGSI KELUARGA
1. Fungsi Afektif
Anggota keluarga saling menyayangi satu sama lain,
memiliki dan mendukung. Persoalan dan masalah dalam keluarga
selalu dibicarakan bersama sehingga tidak memicu terjadinya
39

masalah komunikasi.Maka dari itu keluarga selalu melakukan


komunikasi terbuka. Tidak ada masalah dalam keluarga.
2. Fungsi Sosialisasi
Keluarga selalu mengajarkan dan menanamkan perilaku
sosial yang baik, sopan santun, disamping itu sebagai contoh
konkrit orang tua selalu berdiskusi dengan anak-anaknya terhadap
suatu masalah yang ada, memandirikan anak agar memberikan
pendapat ataupun masukan, jika itu bisa cukup membantu untuk
menyelesaikan masalah yang ada.
3. Fungsi perawatan kesehatan
Pendapat dari keluarga Tn. A, sehat adalah keadaan dimana
tidak ada keluhan kesehatan yang mengganggu aktifitas sehari-
hari dalam keluarga, sedangkan sakit adalah saat ada salah satu
anggota keluarga yang mengalami gangguan kesehatan yang
sudah mengganggu aktifitas sehari-hari dan perlu pengobatan
baik tradisional atau medis. Tn. A mempunyai kebiasaan
memakan makanan yang asin dan mengkonsumsi makanan yang
asin hampir setiap hari serta makan makanan yang berlemak
karena Ny. N memasak menggunakan penyedap rasa (MSG) dan
garam. Peran keluarga ketika ada keluarga yang sakit ikut
merawat dan membantu untuk mengantar ke pelayanan
kesehatan apabila sakitnya parah.
4. Fungsi Reproduksi
Keluarga sudah tidak lagi merencanakan akan menambah
anggota keluarga.
5. Fungsi Ekonomi

Pendapatan keluarga dipergunakan dengan baik untuk


memenuhi kebutuhan sehari-hari.

G. STRESS DAN KOPING KELUARGA


1. Struktur jangka pendek dan jangka panjang
40

a. Stressor jangka pendek


Koping dalam keluarga Tn. A tidak ada masalah. Keluarga
Tn.A selalu bersyukur apa yang telah dimiliki.
b. Stressor jangka panjang
Koping dalam keluarga Tn. A mengeluhkan yaitu kondisi
kesehatan yang di alalmi.
2. Kemampuan Keluarga Berespon Terhadap Situasi dan Stressor
Respon keluarga dalam menghadapi masalah dengan teknik
asertif, yaitu mengutamakan masalah anggota keluarga, mencari
solusi bersama tidak menyalahkan orang lain atau hal diluar
dirinya.
3. Strategi Koping Yang Digunakan
Strategi kompensasi yaitu jika ada masalah keluarga selalu
berusaha ditutupi dengan jalan berunding bersama ataupun
berkonsultasi dengan orang yang lebih tahu serta tidak saling
menyalahkan justru saling mendukung satu sama lain.
4. Strategi Adaptasi Disfungsional
Bila keluarga sedang mengalami masalah kesehatan yang
berat mereka cenderung berdiskusi dan minta pendapat pada
tetangga atau keluarga dekat sebelum masalah menjadi lebih
berat.

H. RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA


1. Riwayat kesehatan masing-masing anggota keluarga
a. Tn. A

Mengalami riwayat hipertensi sejak 1 tahun yang lalu


b. Ny. N
Mengalami riwayat hipertensi sejak 1 tahun yang lalu
c. An. K

Tidak ada memiliki riwayat penyakit sebelumnya


41

2. Keluarga berencana
Ny. N Masih menggunakan KB (Pil)
3. Imunisasi
Tn. A dan Ny. N tidak pernah dan anaknya pun juga belum
imunisasi lengkap.
4. Tumbuh Kembang
a. Pemeriksaan Tumbuh Kembang Anak
Keluarga memiliki anak dengan tumbuh kembang dengan
anak usia sekolah dan tidak mengalami keterlambatan tumbuh
kembang
b. Pengetahuan Orang Tua Terhadap Kembang
Keluarga mengetahui tentang tumbuh kembang pada anak
seperti bermain dengan anak sebayanya.

I. HARAPAN KELUARGA
Ny. N sangat berharap tekanan darah istirinya turun ke angka
normal dan berharap keluarganya sehat selalu.
42

J. PEMERIKSAAN FISIK KELUARGA


Pemeriksaan Tn. A Ny. N An. K
No
1 2 3 4
Sering pakai kaos Sering pakai baju
1 Penampilan Sering pakai daster
oblong kaos oblong
2 Kesadaran Composmentis Composmentis Composmentis
3 Tanda-tanda
vital
a. Tekanan 130/ 90 mmHg 150 / 100 mmHg 120/80 mmHg
darah 95x/menit 88x/menit 81x/menit
b. Nadi 20x/menit 21x/menit 20x/menit
c. Respirasi 36,5ºC 36ºC 36,3ºC
d. Suhu 58 Kg 45 Kg 40 Kg
e. Berat badan
4
Kepala
Bentuk normal Bentuk normal Bentuk normal
a. Bentuk
Rambut warna Rambut warna hitam Rambut warna hitam.
b. Rambut
hitam Kulit kepala normal Kulit kepala normal
c. Kulit kepala
Kulit kepala normal
5
Mata
Bentuk normal Bentuk normal Bentuk normal
a. Bentuk
Konjungtiva tidak Konjungtiva tidak Konjungtiva tidak
b. Konjungtiva
anemis anemis anemis
c. Sclera
Sclera tidak ikterik Sclera tidak ikterik Sclera tidak ikterik
d. Fungsi
Fungsi penglihatan Fungsi penglihatan Fungsi penglihatan
penglihatan
normal normal normal
6 Hidung
a. Bentuk Bentuk normal Bentuk normal Bentuk normal
hidung Fungsi penciuman Fungsi penciuman Fungsi penciuman
b. Fungsi baik baik baik
penciuman
7 Telinga
a. Bentuk Bentuk normal Bentuk normal Bentuk normal
b. Fungsi Fungsi Fungsi pendengaran Fungsi pendengaran
pendengaran pendengaran baik baik baik
8
Mulut
Bentuk normal Bentuk normal Bentuk normal
a. Bentuk
Bibir tidak kering Bibir kering Bibir tidak kering
b. Bibir
Gigi tidak lengkap Gigi tidak lengkap Gigi lengkap
c. Gigi
9 Leher
a. Bentuk Bentuk normal Bentuk normal Bentuk normal
43

Tidak terdapat JVP Tidak terdapat JVP Tidak terdapat JVP


Tidak terdapat Tidak terdapat KGB Tidak terdapat KGB
b. JVP KGB Tidak ada Tidak ada
c. KGB Tidak ada pembatasan gerak pembatasan gerak
d. Pergerakan pembatasan gerak

10
Dada Pergerakan dada Pergerakan dada Pergerakan dada
a. Pergerakan simetris simetris simetris
b. Bunyi nafas Bunyi nafas Bunyi nafas Bunyi nafas vesikuler
c. Bunyi jantung vesikuler vesikuler Terdapat bunyi S1
Terdapat bunyi S1 Terdapat bunyi S1 dan S2
dan S2 dan S2

11
Abdomen
Bentuk normal Bentuk normal Bentuk normal
a. Bentuk
Bising usus Bising usus 8x/menit Bising usus 11x/menit
b. Bising usus
10x/menit
Ekstrimitas
12 Tidak ada Tidak ada Tidak ada
a. Atas
pembatasan gerak pembatasan gerak pembatasan gerak
b. Pergerakan
Pergerakan normal Pergerakan normal Pergerakan normal
c. Bawah
Tidak ada Tidak ada Tidak ada
d. Pergerakan
pembatasan gerak pembatasan gerak pembatasan gerak
e. Kekuataan
Pergerakan normal Pergerakan normal Pergerakan normal
otot
Kuat Kuat Kuat
44

K. Tipologi Masalah Kesehatan


No Daftar Masalah Kesehatan
1 Ancaman
a. Terlalu sering memakan yang asin dan menggunakan
penyedap rasa (MSG) dan garam serta makanan makanan
berlemak menyebabkan TD meningkat terjadinya hipertensi
2 Kurang/Tidak Sehat
a. Ny. N menderita tekanan darah yang tinggi (hipertensi)
b. Ny. N makan tidak teratur serta suka makanan yang asin
dan berlemak
c. Ny. N memasak menggunakan penyedap rasa (MSG) dan
garam
3 Defisit
Ny. N sangat jarang berobat ke puskesmas, tetapi hanya
meminum obat jika tidak parah

Pengkajian Khusus Berdasarkan 5 Tugas Keluarga


No Kriteria Pengkajian
I. Mengenal masalah J. Pengetahuan keluarga
1
tentang penyakit baik.
Keluarga menyatakan
cemas dengan penyakit
hipertensi yang di derita Ny.
N, tetapi apabila pusing
sudah terbiasa hanya
meminum obat yang ada di
warung, dan Ny. N.
K. Mengambil keputusan yang
L. Kebiasaan dalam keluarga,
2
tepat jika penyakit yang diderita
dirasa tidak terlalu
mengganggu, keluarga
memilih obat warung,
namun saat penyakit
dirasakan sangat sakit
barulah keluarga mencari
pertolongan terhadap
45

tenaga kesehatan.
M. Merawat anggota keluarga yangN. Keluarga Tn. A mengatakan
3
sakit atau punya masalah sudah mengetahui
bagaimana cara merawat
anggota yang sakit. Akan
tetapi Ny. N sulit dikasih
tahu kalau makanan yang
asin dapat memicu
timbulnya tekanan darah
tinggi.
O. Memodifikasi lingkungan P. Keluarga memodifikasi
4
lingkungan dengan cara
membersihkan rumah agar
tetap bersih.
Q. Memanfaatkan saranaR. Keluarga Tn.A kurang
5
kesehatan menggunakan fasilitas
kesehatan (POSKESDES)
dan merasa kesehatan
baik-baik saja, ketika sakit
baru ke puskesmas.

B. Daftar Masalah
No Data Problem Etiologi
1 Data Subyektif : Perilaku kesehatan Ketidakmampuan
- Ny. N menyatakan cenderung keluarga dalam
memiliki riwayat beresiko merawat keluarga
hipertensi sejak yang sakit
tahun 2020
- Ny. N menyatakan
mengetahui
makanan yang
menyebabkan
terjadinya
hipertensi tetapi
Ny. N tetap
memakan
makanan tersebut.
46

- Ny. N menyatakan
masih makan
makanan yang
menggunakan
penyedap rasa
(MSG) dan garam.
- Ny. N menyatakan
makan makanan
yang berlemak
Data obyektif:
- Ny. N tahu saat
ditanya tentang
penyebab, tanda
dan gejala
hipertensi
- Keluarga kurang
tahu saat ditanya
tentang
bagaimana diet
yang baik bagi
hipertensi
- Keluarga masih
mengkonsumsi
makanan yang
tinggi kandungan
garam dan
penyedap rasa.
- TD: 150/100
mmHg
- Nadi: 95x/menit
- RR: 20x/menit
- T: 36,5ºC
2 Data Subyektif: Ketidakefektifan Pendidikan rendah,
- Keluarga managemen kurangnnya terpapar
menyatakan kesehatan informasi kesehatan
jarang
memeriksakan
kesehatan
dipelayanan
kesehatan karena
berobat sendiri

Data obyektif:
- Anggota keluarga
tidak mampu
menjelaskan
tentang obat-
47

obatan
- Ny. N (TD :
150/100 mmHg)
- Tekanan darah
Ny. N diatas batas
normal

Skoring
Diagnosa 1
No Kriteria Skor Bobot
S. Sifat masalah T.
1 1
 Tidak/kurang sehat
3 2/3x1=2/3
 Ancaman kesehatan 2
 Krisis/keadaan sejahtera 1
U. Kemungkinan masalah dapat diubah
2 2
 Dengan mudah
2 1/2x2=1
 Hanya sebagian 1
 Tidak dapat 0
V. Potensial masalah untuk di cegah
3 1
 Tinggi W. 2/3x1=2/3
3
 Cukup 2
 Rendah 1

4 Menonjolnya masalah 1
 Masalah berat harus segera
2 2/2x1=1
ditangani
 Ada masalah tetapi tidak perlu 1
Segera ditangani
 Masalah tidak dirasakan 0

TOTAL 3,4

Diagnosa 2
No Kriteria Skor Bobot
1 Sifat masalah 1
 Tidak/kurang sehat
3 2/3x1=2/3
48

 Ancaman kesehatan
2
 Krisis/keadaan sejahtera 1
2 Kemungkinan masalah dapat diubah 2
 Dengan mudah 2 1/2x2=1
 Hanya sebagian 1
 Tidak dapat 0

3 Potensial masalah untuk di cegah 1


 Tinggi 3 1/3x1=1/3
 Cukup 2
 Rendah 1

4 Menonjolnya masalah 1
 Masalah berat harus segera 2 2/2x1=1
ditangani
 Ada masalah tetapi tidak perlu 1
Segera ditangani
 Masalah tidak dirasakan 0

TOTAL 3

C. PERENCANAAN ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA


INTEGRASI DOKUMENTASI ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA
DENGAN NANDA/INCP, NOC, NIC
Diagnosa NOC
NIC
Data Keperawatan
kode Diagnosa Kode Hasil kode Intervensi
Data Subyektif : 0018 Perilaku - Keluarga mampu 7560 a.
- Ny. N menyatakan Mengunjungi
8 kesehatan mengenal masalah
fasilitas
memiliki riwayat
cenderung kesehatan kesehatan
hipertensi sejak 1803 5606 b.Pengajaran :
beresiko a. Pengetahuan
individu
tahun 2020 1602 b. Kesehatan c.Pengajaran :
- Ny. N menyatakan 5602 proses
Pengetahuan
penyakit
mengetahui 1603
c.Tentang proses d.Dukungan
49

makanan yang penyakit 7140 keluarga


e.Terapi nutrisi
menyebabkan d.Perilaku
f. Monitor
terjadinya hipertensi peninkatan 1120 nutrisi
tetapi Ny. N tetap 1623 kesehatan 1160
memakan makanan e.Keluarga mampu
1622
tersebut. merawat:
- Ny. N menyatakan f.Perilaku patuh
masih makan terhadap
makanan yang pengobatan
menggunakan g.Perilaku kepatuhan:
penyedap rasa diet yang dianjurkan
(MSG) dan garam.
- Ny. N menyatakan
makan makanan
yang berlemak

Data obyektif:
- Ny. N tahu saat
ditanya tentang
penyebab, tanda
dan gejala
hipertensi
- Keluarga kurang
tahu saat ditanya
tentang bagaimana
diet yang baik bagi
hipertensi
- Keluarga masih
mengkonsumsi
makanan yang
tinggi kandungan
garam dan
50

penyedap rasa.
- TD: 150/100 mmHg
- Nadi: 95x/menit
- RR: 24x/menit
- T: 36,5ºC
Data Subyektif: 0008 Ketidakefe - Keluarga mampu 5510 a. Pendidikan
kesehatan:
- Keluarga 0 ktifan mengenal masalah
mengajarkan
menyatakan jarang manajeme tentang proses
penyakit
memeriksakan n pengetahuan dan
yang dialami
kesehatan kesehatan perilaku kesehatan b.Pengajaran:
1602 5602 proses
dipelayanan a.Pengetahuan:
penyakit
kesehatan karena proses penyakit c.Pengajaran:
1808 5614 diet yang
berobat sendiri b.Pengetahuan:
1802 tepat /
c.Pengobatan dianjurkan
Data obyektif: d.Dukungan
Pengetahuan:
7040 memberi
- Anggota keluarga anjuran pengaturan perawatan
tidak mampu e.Dukungan
1613 diet
keluarga
menjelaskan d.Pengetahuan: f.Mengunjungi
7140
tentang obat-obatan fasilitas
regimen
kesehatan
- Ny. N (TD : 150/100 pengobatan 7560
mmHg) - Keluarga mampu
Tekanan darah Tn. 1806 memanfaatkan
S diatas batas fasilitas
normal 1603 kesehatan
e.Pengetahuan
tentang sumber
kesehatan
f.Perilaku mencari
pelayanan
kesehatan

Anda mungkin juga menyukai