Penguji
dr. Khuznita Dasa Novita, Sp.THT-KL
Oleh:
Danu Caraka
NIM. 160070200011003
2
HALAMAN PENGESAHAN
Oleh:
Danu Caraka
NIM 160070200011003
Dosen Penguji
Mengetahui,
Ka. Dept. Kedokteran Keluarga Dosen Pembimbing
3
Tanggal kunjungan pasien ke Puskesmas : Kamis, 20 Desember 2018
Identitas Pasien:
Anamnesis:
Autoanamnesa
Sakit Kepala
Pasien datang ke Puskesmas Kedung kandang karena pusing sejak 2 hari yang
lalu, pusing terasa seperti ada beban di tengkuk kepala dan dirasakan menetap
dan semakin lama semakin memberat. Sakit kepala terasa tumpul dan seperti
di tindih benda berat dan membaik saat di istirahatkan dan semakin memberat
saat aktivitas. Pasien belum pernah merasakan sakit kepala yang sama
sebelumnya, faktor stress dan depresi disangkal. Pasien juga mengeluhkan
nyeri perut bagian atas terutama saat sore hari, keluhan membaik setelah
mengkonsumsi makanan dan memberat saat pasien belum makan, pola makan
pasien tidak teratur, pasien makan saat pagi dan malam hari dengan komposisi
makanan nasi, sayur, dan lauk.
BAK dan BAB dalam batas normal. Tidak ada penurunan nafsu makan pada
pasien, Pasien mengkonsumsi mengkonsumsi kopi pada saat pagi hari dan
sudah berhenti merokok sekitar 5 tahun yang lalu.
4
Riwayat Penyakit Dahulu:
Pasien memiliki riwayat hipertensi sejak tahun 2010 namun jarang meminum
obatnya, dikarenakan tidak ada keluhan menurut pasien.
Pasien adalah seorang mantan satpol pp honorer di kecamatan yang telah lama
tidak bekerja sejak tahun 2013. Aktivitas sehari-hari yaitu mengurus ternak
burung dan ayam yang dimilikinya. Istri pasien telah meninggal sejak 4 tahun
lalu dengan riwayat diabetes. Saat ini pasien tinggal dengan anak
perempuannya, menantu, beserta 4 cucunya. Menantunya menjadi tulang
punggung keluarga dengan pekerjaan sebagai pengangkut sampah. Pasien
mengaku jarang mau untuk kontrol ke puskesmas ataupun beli obat di apotek.
Pasien lebih menyukai kehidupannya dengan mengurus dan memelihara
ternaknya dirumah.
Makanan sehari-hari pasien adalah nasi porsi besar dengan menu seadanya
seperti sayur dan tahu tempe dan tidak dirasakan adanya penurunan nafsu
makan sama sekali.
5
Riwayat pengobatan
Pemeriksaan Fisik
Tanda-tanda Vital
Status Generalis
KEPALA
LEHER
THORAX
Pulmo
6
Perkusi : sonor sonor
sonor sonor
sonor sonor
Auskultasi :
V V Rh - - Wh - -
V V - - - -
V V - - - -
Jantung
ABDOMEN
EKSTREMITAS
7
Analisis yang mendasari penegakkan diagnosis aksis 2
HIPERTENSI
Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana
tekanan sistoliknya di atas 130 mmHg dan tekanan diastolik di atas 80 mmHg.
Penyebab hipertensi dibagi menjadi dua golongan yaitu hipertensi esensial
(primer) merupakan hipertensi yang tidak diketahui penyebabnya dan ada
kemungkinan karena faktor keturunan atau genetik (90%). Hipertensi sekunder
yaitu hipertensi yang merupakan akibat dari adanya penyakit lain. Faktor resiko
pada hipertensi dibagi menjadi faktor yang dapat dirubah seperti merokok aktif
ataupun pasif, diabetes melitus, dislipidemia, obesitas, gaya hidup yang tidak
sehat serta makanan yang tidak sehat. Dan faktor yang tidak dapat dirubah
seperti gagal ginjal, keturunan, usia, sosioekonomi rendah, pendidikan rendah,
pria, stress dan gangguan tidur obstruktif. (Whelton, 2018)
8
Algoritma Terapi Hipertensi AHA 2017
9
Strategi Penentuan Dosis Obat Antihipertensi (JNC VIII, 2014)
Salah satu strategi pemberian obat antihipertensi dari guideline JNC VIII dan
National Heart Foundation of Australia adalah memulai terapi dengan 2 obat
sekaligus, sebagai 2 pil yang terpisah maupun sebagai kombinasi pil tunggal
(strategi C). Direkomendasikan untuk memulai terapi dengan ≥2 obat ketika
tekanan sistolik >160 mmHg dan/atau tekanan diastolik >100 mmHg, atau jika
tekanan sistolik >20 mmHg di atas target dan/atau jika tekanan diastolik >10
mmHg di atas target. Jika target tekanan darah tidak tercapai dengan
menggunakan 2 obat, pilihlah obat ketiga dari golongan ini (thiazide-type
diuretic, CCB, ACEI, atau ARB), hindari penggunaan kombinasi ACEI dan ARB.
Titrasi obat ketiga hingga dosis rekomendasi maksimal (JNC VIII, 2014; National
Heart Foundation of Australia, 2016). Inisiasi terapi dengan lebih dari satu obat
meningkatkan kemungkinan tercapainya tekanan darah target dalam waktu
yang yang lebih efisien. Penggunaan kombinasi multidrug sering menghasilkan
penurunan tekanan darah yang lebih besar dalam dosis yang lebih rendah
sehingga menimbulkan efek samping yang lebih sedikit (JNC VII, 2003).
10
Kombinasi obat antihipertensi yang efektif (National Heart Foundation of
Australia, 2016)
TTH
Menurut International Headache Society (IHS), Tension type headace
atau nyeri kepala tipe tegang merupakan maniestasi dari reaksi tubuh terhadap
stress, kecemasan, depresi konflik emosional atau kelelahan. Respon fisiologis
yang terjadi meliputi pelebaran pembuluh darah ekstrakranial serta kontraksi
otot-otot rangka kepala, leher, dan wajah (Chowdhury, 2012).
Jenis sakit kepala tipe tegang ini adalah episode berulang dari sakit kepala
yang berlangsung menit ke minggu. Rasa sakit biasanya seperti tertekan atau
diikat, intensitasnya mulai dari ringan hingga sedang, lokasi sakit terjadi secara
bilateral, dan tidak bertambah berat dengan aktivitas fisik sehari-hari. Tidak di
dapatkan mual dan muntah, tetapi fotofobia atau fonofobia mungkin bisa di
dapatkan (Karen, 2015).
Sakit kepala ini sebelumnya dikenal dengan banyak istilah seperti sakit kepala
psikogenik, sakit kepala stres, sakit kepala psychomyogenic dan lainnya.
11
Namun, istilah sakit kepala tipe tegang (TTH) telah dipilih oleh International
headache Society classification (ICHD I). Kata-kata "Ketegangan" dan "Jenis"
menggaris bawahi patogenesis pasti dan menunjukkan bahwa beberapa jenis
ketegangan mental atau otot mungkin menjadi faktor penyebab (Chowdhury,
2012).
Diagnosis TTH berasarkan klinis dan hanya bergantung pada gejala, yaitu:
Nyeri kepala
Rasa sakit dari TTH biasanya digambarkan sebagai rasa seperti tekanan
atau terikat di kepala. Pasien sering menggambarkan rasa sakit mereka
sebagai seperti mengenakan topi ketat atau bando ketat di sekitar
kepala, atau bantalan beban berat di kepala. Aktifitas fisik tidak
berpengaruh pada intensitas sakit kepala pada sebagian besar pasien.
Hal ini kontras dengan migrain dimana nyeri kepala memburuk pada
aktivitas fisik rutin dan dengan demikian dianggap sebagai salah satu
kriteria terbaik untuk membedakan antara migrain dan TTH. Dalam TTH
lokasi nyeri biasanya bilateral pada 90% pasien. Sedangkan lokasi
nnyeri pada migrain nyeri bervariasi dan satu sisi.
Dari anamnesis yang dilakukan, rasa nyeri kepala yang dirasakan oleh
pasien yaitu rasa nyeri seperti tertekan benda berat. Pasien masih bisa
melakukan pekerjaan rumah dengan sakit kepalanya ini. Pasien merasa
saat menjalani aktifitas sehari-hari rasa sakit yang dirasakan tidak
memberat. Sakit kepala yang dialami oleh pasien juga dirasakan di
kedua sisi bagian belakang dan menjalar sampai ke leher. Pasien
merasa lehernya juga kaku (Karen, 2015).
12
alkohol dan menstruasi juga telah dilaporkan sebagai pemicu sakit
kepala oleh beberapa pasien dengan ETTH.
Setelah melakukan anamnesis yang lebih dalam, pasien diketahui
memiliki faktor pemicu dan yang memperberat yaitu pasien stress
dikarenakan biasanya aktif melakukan perkerjaan sebagai kuli
bangunan, namun sudah 2 bulan ini pasien menganggur. Aktifitas sehari-
hari pasien saat ini hanya menonton televisi dan mengasuh cucunya saat
siang hari. Pasien juga diketahui kurang tidur karena pada malam hari
pasien sering meminum kopi sampai 2 gelas dengan aktifitas lain yaitu
menonton acara televisi hingga larut malam.
Pemeriksaan fisik
Untuk mendiagnosis TTH harus menyingkirkan gangguan dari penyebab
lainnya, riwayat klinis yang baik dan pemeriksaan fisik neurologis harus
dilakukan. Pemeriksaan fisik harus meliputi palpasi manual dari otot
perikranium untuk mengidentifikasi poin tender dan point memicu. Poin
tender adalah daerah di mana tekanan manual menginduksi nyeri lokal,
dan tekanan berkelanjutan juga dapat menginduksi nyeri di daerah lain
di wilayah tersebut.
Pada pemeriksaan fisik pasien didapatkan nyeri tekan pada daerah
belakang kepala pada saat palpasi.
Diagnosis Holistik
Aksis 1 - Aspek Personal
Alasan Kedatangan :Sakit kepala sejak 2 hari yang lalu
Persepsi :Pasien menganggap meminum obat dari
puskesmas akan menghilangkan keluhannya
Harapan :Pasien berharap segera sembuh dari keluhan sakit
kepalanya
Kekhawatiran :Pasien khawatir keluhan pusingnya terjadi terus-
menerus sehingga mengganggu aktivitas sehari-hari
Upaya :Pasien datang ke puskesmas untuk mendapatkan
penanganan lebih lanjut
Aksis 2 - Aspek Biomedis
Diagnosis klinis 1: Hipertensi stadium II tidak terkontrol
Diagnosis klinis 2: Gastritis kronis
Daignosis klinis 3: Susp. TTH
Aksis 3 - Aspek Risiko Internal
Pasien adalah pria usia 60 tahun
Perilaku/gaya hidup : riwayat perokok aktif
Pasien tidak mengonsumsi obat hipertensi karena merasa tidak ada
keluhan
13
Aksis 4 - Aspek Risiko Eksternal
Pendidikan rendah dan sosioekonomi rendah
Aksis 5 - Derajat Fungsional : Derajat 2
Pendekatan komprehensif adalah pendekatan yang tidak hanya kuratif saja tetapi
juga berorientasi pencegahan meliputi health promotion, spesific protection
(pencegahan primer), early case detection, prompt treatment (pencegahan
sekunder) dan disability limitation/rehabilitation (pencegahan tersier).
Intervensi Komprehensif
14
Aksis 3 Menjelaskan kepada pasien bahwa penyakit hipertensi juga
dapat dipengaruhi oleh faktor genetik/keturunan.
Mengedukasi pasien untuk mengikuti pola makan sehat,
yaitu mengurangi makanan berlemak dan diet rendah
garam untuk menurunkan risiko hipertensi.
Memberikan motivasi dan dukungan kepada pasien agar
tetap rutin mengkonsumsi obat dan tidak terlambat
mengambil obat supaya tidak sampai kehabisan obat.
Alasan pada pasien ini perlu dilakukan pembinaan keluarga mengacu pada
tatalaksana dokter keluarga yang holistik dan komprehensif dimana keadaan
kesehatan individu akan berdampak pada keluarga dan juga sebaliknya. Pada
pasien ini sudah 8 tahun terdiagnosis hipertensi, namun penyakitnya ini tidak
terkontrol dengan baik, pasien masih belum sadar betul akan bahaya pada
penyakitnya. Pasien juga memiliki gastritis dengan kebiasaan pola makan tidak
teratur, dengan adanya pembinaan keluarga ini diharapkan dapat membantu
memperbaiki kondisi pasien.
15
Family Genogram
Family APGAR
No. Pertanyaan Sering Kadang-kadang Jarang
16
Family SCREEM
Sosial (-)
Kultural (-)
Religion (-)
Ekonomi Pasien dan keluarga termasuk sosioekonomi rendah
Edukasi Pasien merupakan lulusan SMP dengan tingkat pengetahuan
tentang penyakitnya yang rendah.
Medical Pasien bergantung pada menantu dan cucunya untuk diantar ke
pusat pelayanan kesehatan, sedangkan menantunya bekerja
seharian penuh dan pulang sore hari dan cucunya terkadang sibuk
dengan kegiatan sekolah.
Bentuk Keluarga: Keluarga campuran (extended family)
Tahapan Keluarga (sesuai DUVAL) : Tahap VII Middle-age family
(emptiness to retirement)
Family coping score: 5 Ful participation, independent.
Mandala of Health
Budaya
Komunitas
Life Style
Personal behavior
Riwayat perokok aktif Psycho, socio, economic
Pasien tidak minum obat hipertensi Family environment
secara teratur - Sosioekonomi rendah
Human Biology
Pria Physical Environment
Pendidikan rendah
Usia 60th Sosioekonomi rendah
Lingkungan Manusia
Biosfer
Mandala of health adalah analisis dan konsep berpikir dokter keluarga yang
menjelaskan hubungan antara masalah kesehatan dengan faktor-faktor risiko
yang ditemukan dalam pemeriksaan.
17
SOAP tanggal 21 Desember 2018
Dx Subyektif Obyektif Planning / Intervensi
Holisti
k
Aksis 1 Keluhan sakit Pasien tampak Mengevaluasi keluhan yang
kepala sakit sedang. muncul dari pasien yang
berkurang TD: 130/80 timbul.
mmHg Memberi penjelasan kepada
pasien mengenai penyakit
yang diderita pasien, baik dari
pengertian, penanganan,
pentingnya kontrol, faktor
risiko, komplikasi, upaya yang
dapat dilakukan dan prognosis.
Menjelaskan bahwa penyebab
sakit kepala pada pasien
adalah tekanan darah yang
meningkat.
18
Aksis 4 Diet rendah Pasien Mengedukasi pasien bahwa diet
garam menkonsumsi tinggi garam merupakan faktor
garam berlebih risiko hipertensi dan Meniere
hampir setiap disease (sehingga perlu
hari, dan tidak membatasi konsumsi makanan
mengontrol dengan kadar garam yang tinggi
intake makanan seperti ikan laut. Konsumsi
garam <2,3 gram/hari. Keluarga
yang asin
diminta untuk memberikan
dukungan moral dan aktif
membantu menjaga pola makan
pasien.
Memberikan tips-tips dalam
melakukan diet rendah garam
19
Menjelaskan terapi
nonfarmakologis hipertensi
seperti diet rendah garam dan
menghindari gaya hidup
sedentary.
Mengingatkan pasien untuk
kontrol ke puskesmas setelah 20
hari.
Mengingatkan kapan waktu
pasien untuk kontrol ke
puskesmas atau rumah sakit,
meskipun tidak ada keluhan.
Memberikan saran kepada
pasien untuk melakukan
pemeriksaan mata, profil lipid,
fungsi ginjal, urin lengkap, dan
GDP setiap 3-6 bulan sekali.
Aksis 3 Tingkat Pasien sudah Mengevaluasi diet pasien
keaptuhan/ mengerti bahwa terutama intake makanan yang
adherence yang hipertensi mengandung garam
rendah sering tidak Menjelaskan kepada pasien
bergejala dan tentang komplikasi-komplikasi
pengobatannya hipertensi.
harus dilakukan
seumur hidup.
20
Lingkungan Tempat Tinggal
Bertingkat 1
Ventilasi
Kelembapan rumah: lembab pada seluruh rumah
Tata letak Barang dalam rumah: kurang rapi dan kurang teratur
Sumber air
air minum dari: PDAM
air cuci dan masak dari: PDAM
Kamar Mandi Keluarga: ada di dalam rumah jumlah 1 buah, ukuran 1x2 m2
Jamban: Ada
Bentuk jamban: jongkok
21
Denah Rumah
Dapur
Dokumentasi
22
DAFTAR PUSTAKA
23