Anda di halaman 1dari 23

PORTOFOLIO FAMILY HEALTH CARE PROJECT

KEPANITERAAN KLINIK MADYA KEDOKTERAN KELUARGA FKUB

HIPERTENSI STADIUM II TIDAK TERKONTROL PADA LANSIA


DENGAN FAKTOR RESIKO KETIDAKPATUHAN MINUM OBAT DAN
SOSIOEKONOMI RENDAH

Dokter Muda Pembina


Danu Caraka
160070200011003

Puskesmas Kedung Kandang


Pembimbing
dr. Arief Alamsyah ,MARS
dr. Bonita Ratnasari

Penguji
dr. Khuznita Dasa Novita, Sp.THT-KL

Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya


2019
HALAMAN PERSETUJUAN

FAMILY HEALTH CARE PROJECT

HIPERTENSI STADIUM II TIDAK TERKONTROL PADA LANSIA


DENGAN FAKTOR RESIKO KETIDAKPATUHAN MINUM OBAT DAN
SOSIOEKONOMI RENDAH

Untuk Memenuhi Persyaratan


Ujian Kedokteran Keluarga

Oleh:
Danu Caraka
NIM. 160070200011003

Menyetujui untuk diuji


Ketua Tim Dokter Keluarga, Dosen Pembimbing,

dr. Arief Alamsyah, MARS dr. Arief Alamsyah, MARS


NIP. 197802192006041002 NIP. 197802192006041002

2
HALAMAN PENGESAHAN

PORTOFOLIO FAMILY HEALTH CARE PROJECT


KEPANITERAAN KLINIK MADYA DOKTER KELUARGA
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA

HIPERTENSI STADIUM II TIDAK TERKONTROL PADA LANSIA


DENGAN FAKTOR RESIKO KETIDAKPATUHAN MINUM OBAT DAN
SOSIOEKONOMI RENDAH

Oleh:
Danu Caraka
NIM 160070200011003

PERIODE 48 (10 Desember 2018 s/d 7 Januari 2019)

Telah diuji pada


Hari : Kamis
Tanggal : 3 Desember 2019

Dosen Penguji

dr. Khuznita Dasa Novita, Sp.THT-KL


NIP 2016098211102001

Mengetahui,
Ka. Dept. Kedokteran Keluarga Dosen Pembimbing

dr. Arief Alamsyah, MARS dr. Arief Alamsyah, MARS


NIP 197802192006041002 NIP 197802192006041002

3
Tanggal kunjungan pasien ke Puskesmas : Kamis, 20 Desember 2018

Identitas Pasien:

Nama : Tn. Heri Sasminto


Umur / tanggal lahir : 60 tahun / 06-06-1958
Jenis Kelamin : Pria
Alamat : Jln Mayjen Sungkono no.26 gg 9 Buring
Agama : Islam
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Pensiunan Satpol PP
Status Perkawinan : Menikah
Sistem Pembayaran : BPJS

Anamnesis:

Autoanamnesa

Keluhan Utama / Alasan Kedatangan:

Sakit Kepala

Riwayat keluhan saat ini

Pasien datang ke Puskesmas Kedung kandang karena pusing sejak 2 hari yang
lalu, pusing terasa seperti ada beban di tengkuk kepala dan dirasakan menetap
dan semakin lama semakin memberat. Sakit kepala terasa tumpul dan seperti
di tindih benda berat dan membaik saat di istirahatkan dan semakin memberat
saat aktivitas. Pasien belum pernah merasakan sakit kepala yang sama
sebelumnya, faktor stress dan depresi disangkal. Pasien juga mengeluhkan
nyeri perut bagian atas terutama saat sore hari, keluhan membaik setelah
mengkonsumsi makanan dan memberat saat pasien belum makan, pola makan
pasien tidak teratur, pasien makan saat pagi dan malam hari dengan komposisi
makanan nasi, sayur, dan lauk.
BAK dan BAB dalam batas normal. Tidak ada penurunan nafsu makan pada
pasien, Pasien mengkonsumsi mengkonsumsi kopi pada saat pagi hari dan
sudah berhenti merokok sekitar 5 tahun yang lalu.

4
Riwayat Penyakit Dahulu:

Pasien belum pernah mengalami keluhan sakit kepala yang serupa


sebelumnya.

Riwayat diabetes disangkal, Riwayat alergi disangkal.

Pasien memiliki riwayat hipertensi sejak tahun 2010 namun jarang meminum
obatnya, dikarenakan tidak ada keluhan menurut pasien.

Riwayat Keluarga (Family History)

Pasien merupakan seorang ayah yang tinggal dengan anak perempuan,


menantu beserta cucu sejumlah 7 anggota keluarga dalam satu rumah. Istri
memiliki riwayat diabetes sejak 14 tahun lalu dan meninggal pada 4 tahun lalu.
Sedangkan anggota keluarga lain tidak memiliki riwayat diabetes maupun
hipertensi.

Riwayat sosial (eksplorasi faktor risiko internal dan eksternal)

Pasien adalah seorang mantan satpol pp honorer di kecamatan yang telah lama
tidak bekerja sejak tahun 2013. Aktivitas sehari-hari yaitu mengurus ternak
burung dan ayam yang dimilikinya. Istri pasien telah meninggal sejak 4 tahun
lalu dengan riwayat diabetes. Saat ini pasien tinggal dengan anak
perempuannya, menantu, beserta 4 cucunya. Menantunya menjadi tulang
punggung keluarga dengan pekerjaan sebagai pengangkut sampah. Pasien
mengaku jarang mau untuk kontrol ke puskesmas ataupun beli obat di apotek.
Pasien lebih menyukai kehidupannya dengan mengurus dan memelihara
ternaknya dirumah.
Makanan sehari-hari pasien adalah nasi porsi besar dengan menu seadanya
seperti sayur dan tahu tempe dan tidak dirasakan adanya penurunan nafsu
makan sama sekali.

5
Riwayat pengobatan

Pasien pergi ke poli puskesmas kedungkandang pada tahun 2010 dengan


diagnosa hipertensi mendapatkan obat amlodipin 10mg. Namun pasien
mengaku jarang meminum obat dari puskesmas karena dirasa telah membaik.
Pasien pergi ke poli puskesmas kedungkandang pada tahun 2017 dengan
diagnosa osteoarthritis dan di berikan obat natrium diclofenac 50mg keluhan
sempat membaik namun setelah obat habis lututnya kembali nyeri dan sekarang
pasien sudah dapat menerima kondisi lututnya.

Pemeriksaan Fisik

Tanda-tanda Vital

Keadaan Umum : Baik Suhu : 36,4°C


Frek. Nadi : 96x/menit, regular, kuat TB : 168 cm
Frek. Nafas : 18x/menit BB : 54 kg

Tekanan Darah : 150/90 mmHg Status Gizi : 19,1 kg/m2

Status Generalis

KEPALA

Inspeksi Anemis (-)/(-) ; Ikterik (-)/(-) ; pupil bulat isokor (3


mm/3 mm), reflek cahaya (+)/(+)

LEHER

Inspeksi Simetris, Edema (-), Massa (-), Inflamasi (-)

Palpasi Pembesaran kelenjar limfe (-)/(-), JVP R+1cmH2O

THORAX

Pulmo

Inspeksi : Gerakan D=S


statis & dinamis
Palpasi: Stem Fremitus D=S

6
Perkusi : sonor sonor
sonor sonor
sonor sonor
Auskultasi :
V V Rh - - Wh - -
V V - - - -
V V - - - -
Jantung

Inspeksi Iktus invisible

Palpasi Iktus palpable at ICS V 1cm lateral MCL S

Perkusi LHM ~ Ictus, RHM ~ sternal line D

Auskultasi S1S2 single, regular, murmur (-), gallop (-)

ABDOMEN

Inspeksi Flat, jaringan parut (-),massa (-)

Auskultasi BU (+) Normal

Perkusi Liver span 8 cm, traube’s space timpani

Palpasi Soefl, nyeri tekan (-), massa (-)

EKSTREMITAS

Superior Akral hangat, Edema (-)/(-)

Inferior Krepitasi lutut D (+) S (-)

Refleks Fisiologis Pattelar +2 / +2

Refleks Patologis (-)

Akral hangat, Edema (-)/(-)

7
Analisis yang mendasari penegakkan diagnosis aksis 2
HIPERTENSI
Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana
tekanan sistoliknya di atas 130 mmHg dan tekanan diastolik di atas 80 mmHg.
Penyebab hipertensi dibagi menjadi dua golongan yaitu hipertensi esensial
(primer) merupakan hipertensi yang tidak diketahui penyebabnya dan ada
kemungkinan karena faktor keturunan atau genetik (90%). Hipertensi sekunder
yaitu hipertensi yang merupakan akibat dari adanya penyakit lain. Faktor resiko
pada hipertensi dibagi menjadi faktor yang dapat dirubah seperti merokok aktif
ataupun pasif, diabetes melitus, dislipidemia, obesitas, gaya hidup yang tidak
sehat serta makanan yang tidak sehat. Dan faktor yang tidak dapat dirubah
seperti gagal ginjal, keturunan, usia, sosioekonomi rendah, pendidikan rendah,
pria, stress dan gangguan tidur obstruktif. (Whelton, 2018)

Kategori Hipertensi menurut AHA 2017


Kategori stadium Tekanan sistolik Tekanan diastolik
Normal < 120 mmHg dan <80 mmHg
Meningkat 120-129 mmHg dan <80 mmHg
Stadium 1 130-139 mmHg atau 80-89 mmHg
Stadium 2 ≥140 mmHg atau ≥ 90 mmHg

Pada pasien, didapatkan tekanan darah 150/90 mmHg sehingga masuk


ke dalam kategori hipertensi stadium 2. Faktor risiko hipertensi pada pasien ini
yaitu pria, usia 60 tahun, perokok aktif, sosioekonomi rendah, pendidikan
rendah.

8
Algoritma Terapi Hipertensi AHA 2017

Tatalaksana nonfarmakologis hipertensi (Whelton, 2018):


1. Penurunan berat badan menuju BMI ideal
2. Diet sehat menggunankan DASH diet (diet kaya akan buah, sayur, biji
gandum utuh, susu rendah lemak, dan makanan rendah lemak)
3. Mengurangi konsumsi sodium dengan batas <1500mg/hari
4. Meningkatkan konsumsi potasium dengan target 3500-5000mg/hari

Penelitian terkini menunjukkan bahwa tekanan darah dapat diturunkan dengan


mengikuti perencanaan makan DASH (Dietary Approaches to Stop
Hypertension). Semakin rendah intake garam (sodium), semakin rendah pula
tekanan darah. Studi menunjukkan bahwa menu pada DASH yang mengandung
2300 mg/hari sodium dapat menurunkan tekanan darah dan bahkan kadar
sodium yang lebih rendah yaitu 1500 mg/hari dapat menurunkan tekanan darah
lebih jauh. Semua menu pada DASH mengandung kadar sodium lebih rendah
daripada rata-rata intake sodium orang dewasa di Amerika yaitu 4200 mg/hari
(NIH, 2006).

Tatalakasana farmakologis hipertensi (JNC VIII, 2014)

9
Strategi Penentuan Dosis Obat Antihipertensi (JNC VIII, 2014)

Salah satu strategi pemberian obat antihipertensi dari guideline JNC VIII dan
National Heart Foundation of Australia adalah memulai terapi dengan 2 obat
sekaligus, sebagai 2 pil yang terpisah maupun sebagai kombinasi pil tunggal
(strategi C). Direkomendasikan untuk memulai terapi dengan ≥2 obat ketika
tekanan sistolik >160 mmHg dan/atau tekanan diastolik >100 mmHg, atau jika
tekanan sistolik >20 mmHg di atas target dan/atau jika tekanan diastolik >10
mmHg di atas target. Jika target tekanan darah tidak tercapai dengan
menggunakan 2 obat, pilihlah obat ketiga dari golongan ini (thiazide-type
diuretic, CCB, ACEI, atau ARB), hindari penggunaan kombinasi ACEI dan ARB.
Titrasi obat ketiga hingga dosis rekomendasi maksimal (JNC VIII, 2014; National
Heart Foundation of Australia, 2016). Inisiasi terapi dengan lebih dari satu obat
meningkatkan kemungkinan tercapainya tekanan darah target dalam waktu
yang yang lebih efisien. Penggunaan kombinasi multidrug sering menghasilkan
penurunan tekanan darah yang lebih besar dalam dosis yang lebih rendah
sehingga menimbulkan efek samping yang lebih sedikit (JNC VII, 2003).

10
Kombinasi obat antihipertensi yang efektif (National Heart Foundation of
Australia, 2016)

Kombinasi golongan obat antihipertensi (ESC, 2013)

Untuk mengontrol tekanan darah pasien disarankan untuk melakukan modifikasi


gaya hidup, yaitu dengan membatasi konsumsi garam, menjaga berat badan,
dan aktivitas fisik yang teratur. Pasien juga diberikan obat antihipertensi
amlodipin 1x10 mg.
Tekanan darah target pasien adalah <130/80 mmHg karena pasien termasuk ke
dalam general population (tanpa diabetes dan CKD) yang berumur 60 tahun.
Tekanan darah pasien adalah 150/90 mmHg sehingga diterapkan strategi A dari
guideline JNC VIII yaitu diberikan terapi antihipertensi CCB (amlodipin) yang
secara khusus efektif pada pasien dengan kebutuhan cost yang rendah serta
kapatuhan yang rendah dan di pertimbangkan penggunaan 2 obat jika masih
belum mencapai target tekanan darah.

TTH
Menurut International Headache Society (IHS), Tension type headace
atau nyeri kepala tipe tegang merupakan maniestasi dari reaksi tubuh terhadap
stress, kecemasan, depresi konflik emosional atau kelelahan. Respon fisiologis
yang terjadi meliputi pelebaran pembuluh darah ekstrakranial serta kontraksi
otot-otot rangka kepala, leher, dan wajah (Chowdhury, 2012).
Jenis sakit kepala tipe tegang ini adalah episode berulang dari sakit kepala
yang berlangsung menit ke minggu. Rasa sakit biasanya seperti tertekan atau
diikat, intensitasnya mulai dari ringan hingga sedang, lokasi sakit terjadi secara
bilateral, dan tidak bertambah berat dengan aktivitas fisik sehari-hari. Tidak di
dapatkan mual dan muntah, tetapi fotofobia atau fonofobia mungkin bisa di
dapatkan (Karen, 2015).
Sakit kepala ini sebelumnya dikenal dengan banyak istilah seperti sakit kepala
psikogenik, sakit kepala stres, sakit kepala psychomyogenic dan lainnya.

11
Namun, istilah sakit kepala tipe tegang (TTH) telah dipilih oleh International
headache Society classification (ICHD I). Kata-kata "Ketegangan" dan "Jenis"
menggaris bawahi patogenesis pasti dan menunjukkan bahwa beberapa jenis
ketegangan mental atau otot mungkin menjadi faktor penyebab (Chowdhury,
2012).
Diagnosis TTH berasarkan klinis dan hanya bergantung pada gejala, yaitu:

 Nyeri kepala
Rasa sakit dari TTH biasanya digambarkan sebagai rasa seperti tekanan
atau terikat di kepala. Pasien sering menggambarkan rasa sakit mereka
sebagai seperti mengenakan topi ketat atau bando ketat di sekitar
kepala, atau bantalan beban berat di kepala. Aktifitas fisik tidak
berpengaruh pada intensitas sakit kepala pada sebagian besar pasien.
Hal ini kontras dengan migrain dimana nyeri kepala memburuk pada
aktivitas fisik rutin dan dengan demikian dianggap sebagai salah satu
kriteria terbaik untuk membedakan antara migrain dan TTH. Dalam TTH
lokasi nyeri biasanya bilateral pada 90% pasien. Sedangkan lokasi
nnyeri pada migrain nyeri bervariasi dan satu sisi.
Dari anamnesis yang dilakukan, rasa nyeri kepala yang dirasakan oleh
pasien yaitu rasa nyeri seperti tertekan benda berat. Pasien masih bisa
melakukan pekerjaan rumah dengan sakit kepalanya ini. Pasien merasa
saat menjalani aktifitas sehari-hari rasa sakit yang dirasakan tidak
memberat. Sakit kepala yang dialami oleh pasien juga dirasakan di
kedua sisi bagian belakang dan menjalar sampai ke leher. Pasien
merasa lehernya juga kaku (Karen, 2015).

 Gejala yang menyertai


Sekitar 20% pasien dari TTH bisa mengeluh anoreksia ringan sampai
sedang yang perlu dibedakan dari mual.
Pada pasien tidak ditemukan gejala penyerta anoreksia.

 Faktor yang memperberat


Faktor yang memperberat yaitu stres, kurang tidur, dan tidak makan
pada waktu sakit kepala yang paling umum dilaporkan oleh kedua pasien
migrain dan orang-orang dengan tipe ketegangan sakit kepala. Kadang

12
alkohol dan menstruasi juga telah dilaporkan sebagai pemicu sakit
kepala oleh beberapa pasien dengan ETTH.
Setelah melakukan anamnesis yang lebih dalam, pasien diketahui
memiliki faktor pemicu dan yang memperberat yaitu pasien stress
dikarenakan biasanya aktif melakukan perkerjaan sebagai kuli
bangunan, namun sudah 2 bulan ini pasien menganggur. Aktifitas sehari-
hari pasien saat ini hanya menonton televisi dan mengasuh cucunya saat
siang hari. Pasien juga diketahui kurang tidur karena pada malam hari
pasien sering meminum kopi sampai 2 gelas dengan aktifitas lain yaitu
menonton acara televisi hingga larut malam.

 Pemeriksaan fisik
Untuk mendiagnosis TTH harus menyingkirkan gangguan dari penyebab
lainnya, riwayat klinis yang baik dan pemeriksaan fisik neurologis harus
dilakukan. Pemeriksaan fisik harus meliputi palpasi manual dari otot
perikranium untuk mengidentifikasi poin tender dan point memicu. Poin
tender adalah daerah di mana tekanan manual menginduksi nyeri lokal,
dan tekanan berkelanjutan juga dapat menginduksi nyeri di daerah lain
di wilayah tersebut.
Pada pemeriksaan fisik pasien didapatkan nyeri tekan pada daerah
belakang kepala pada saat palpasi.

Pendekatan holistik adalah pendekatan yang memandang manusia sebagai


makhluk biopsikososial dalam ekosistemnya yang mencakup seluruh tubuh
jasmani dan rohani pasien (whole body system).

Diagnosis Holistik
Aksis 1 - Aspek Personal
 Alasan Kedatangan :Sakit kepala sejak 2 hari yang lalu
 Persepsi :Pasien menganggap meminum obat dari
puskesmas akan menghilangkan keluhannya
 Harapan :Pasien berharap segera sembuh dari keluhan sakit
kepalanya
 Kekhawatiran :Pasien khawatir keluhan pusingnya terjadi terus-
menerus sehingga mengganggu aktivitas sehari-hari
 Upaya :Pasien datang ke puskesmas untuk mendapatkan
penanganan lebih lanjut
Aksis 2 - Aspek Biomedis
 Diagnosis klinis 1: Hipertensi stadium II tidak terkontrol
 Diagnosis klinis 2: Gastritis kronis
 Daignosis klinis 3: Susp. TTH
Aksis 3 - Aspek Risiko Internal
 Pasien adalah pria usia 60 tahun
 Perilaku/gaya hidup : riwayat perokok aktif
 Pasien tidak mengonsumsi obat hipertensi karena merasa tidak ada
keluhan

13
Aksis 4 - Aspek Risiko Eksternal
 Pendidikan rendah dan sosioekonomi rendah
Aksis 5 - Derajat Fungsional : Derajat 2

Resume Diagnosis Kerja


1. Faktor pemicu: Pendidikan dan sosioekonomi rendah
2. Faktor risiko: pria, usia 60 tahun, perokok aktif
3. Faktor predisposisi: tingkat kepatuhan/adherence yang kurang

Pendekatan komprehensif adalah pendekatan yang tidak hanya kuratif saja tetapi
juga berorientasi pencegahan meliputi health promotion, spesific protection
(pencegahan primer), early case detection, prompt treatment (pencegahan
sekunder) dan disability limitation/rehabilitation (pencegahan tersier).

Intervensi Komprehensif

Diagnosis Intervensi Komprehensif


Holistik
Aksis 1  Mengedukasi pentingnya kontrol tekanan darah agar tidak
muncul komplikasi seperti gangguan pada mata, ginjal,
jantung, dan pembuluh darah.
 Mengapresiasi tindakan pasien untuk memeriksakan diri ke
puskesmas sebagai tindakan yang tepat.
Aksis 2  Memberi penjelasan kepada pasien mengenai penyakit
yang diderita pasien yaitu hipertensi, baik dari pengertian,
penanganan, pentingnya kontrol, faktor risiko, komplikasi,
upaya yang dapat dilakukan dan prognosis.
 Menjelaskan bahwa penyebab gastritis adalah pola makan
yang tidak sehat dan tidak teratur.
 Non farmakologis gastritis: makan teratur sehari 3 kali
dengan porsi yang cukup dan menghindari makanan yang
pedas dan kecut serta menghindari minum kopi yang dapat
menyababkan sakit pada lambung
 Farmakologis gastritis: antasida 3x1 tablet kunyah untuk
mengurangi gejala
 Menjelaskan kepada pasien tentang definisi, faktor risiko
yang dapat menyebabkan penyakit hipertensi, pengobatan,
komplikasi penyakit, dan prognosis penyakit.
 Menjelaskan bahwa tekanan darah tinggi yang dialami
pasien dapat dipengaruhi berbagai faktor.
 Mengedukasi pasien untuk membatasi konsumsi makanan
dengan kadar garam yang tinggi. Konsumsi garam <1,5
gram/hari.
 Farmakologis: Memberikan penjelasan tentang obat yang
harus diminum pasien. Pasien diberikan obat antihipertensi
amlodipine 10 mg pagi hari.
 Pasien diberikan edukasi bahwa pasien obat antihipertensi
harus diminum secara teratur seumur hidup dan harus
kontrol rutin ke dokter setiap bulan untuk mencegah
komplikasi-komplikasinya.

14
Aksis 3  Menjelaskan kepada pasien bahwa penyakit hipertensi juga
dapat dipengaruhi oleh faktor genetik/keturunan.
 Mengedukasi pasien untuk mengikuti pola makan sehat,
yaitu mengurangi makanan berlemak dan diet rendah
garam untuk menurunkan risiko hipertensi.
 Memberikan motivasi dan dukungan kepada pasien agar
tetap rutin mengkonsumsi obat dan tidak terlambat
mengambil obat supaya tidak sampai kehabisan obat.

Aksis 4  Mengedukasi pasien untuk mengikuti pola makan sehat,


yaitu mengurangi makanan berlemak dan diet rendah
garam untuk menurunkan risiko hipertensi dan gastritis.
Aksis 5  Diharapkan dengan memperbaiki kondisi pasien maka
derajat fungsional pasien akan membaik.
 Mengingatkan keluarga untuk membantu pasien dalam
melakukan aktivitasnya.

Alasan pembinaan keluarga pada kasus ini:

Alasan pada pasien ini perlu dilakukan pembinaan keluarga mengacu pada
tatalaksana dokter keluarga yang holistik dan komprehensif dimana keadaan
kesehatan individu akan berdampak pada keluarga dan juga sebaliknya. Pada
pasien ini sudah 8 tahun terdiagnosis hipertensi, namun penyakitnya ini tidak
terkontrol dengan baik, pasien masih belum sadar betul akan bahaya pada
penyakitnya. Pasien juga memiliki gastritis dengan kebiasaan pola makan tidak
teratur, dengan adanya pembinaan keluarga ini diharapkan dapat membantu
memperbaiki kondisi pasien.

Kunjungan Rumah Pertama

Tanggal 21 Desember 2018

15
Family Genogram

Keluarga besar Tn. H

Pasien hipertensi istri pasien meninggal karena DM


Heri/60 Sri/alm

Ganang/32 Yono/41 Tutik/38 Siti/40 Abdul/41

Raka/6 Gilang/10 Asri/14 Rudi/15 Yuli/18 Anang/20

Laki laki Perempuan Hipertensi Diabetes

Family APGAR
No. Pertanyaan Sering Kadang-kadang Jarang

1. Saya puas karena saya dapat √


bercerita kepada keluarga saat
saya memiliki masalah
2. Saya puas dengan cara keluarga √
bermusyawarah untuk
memecahkan masalah

3. Saya puas karena diberikan √


kesempatan bertumbuh sesuai
arah kehidupan yang saya
inginkan
4. Saya puas dengan kasih sayang √
yang terjalin di antara keluarga
saya
5. Saya puas dengan keluarga √
membagi antara waktu pribadi dan
waktu bersama

Penilaian nilai total:


8-10 : Fungsi keluarga baik (Highly Functional Family)
4-7 : Fungsi keluarga kurang baik (Moderately Functional Family)
0-3 : Fungsi keluarga tidak fungsional (Severely Disfuctional Family)

Skor Family APGAR = 10 Fungsi keluarga baik (Highly Functional Family)

16
Family SCREEM
Sosial (-)
Kultural (-)
Religion (-)
Ekonomi Pasien dan keluarga termasuk sosioekonomi rendah
Edukasi Pasien merupakan lulusan SMP dengan tingkat pengetahuan
tentang penyakitnya yang rendah.
Medical Pasien bergantung pada menantu dan cucunya untuk diantar ke
pusat pelayanan kesehatan, sedangkan menantunya bekerja
seharian penuh dan pulang sore hari dan cucunya terkadang sibuk
dengan kegiatan sekolah.
 Bentuk Keluarga: Keluarga campuran (extended family)
Tahapan Keluarga (sesuai DUVAL) : Tahap VII Middle-age family
(emptiness to retirement)
 Family coping score: 5 Ful participation, independent.
Mandala of Health

Budaya
Komunitas

Life Style

Personal behavior
 Riwayat perokok aktif Psycho, socio, economic
 Pasien tidak minum obat hipertensi Family environment
secara teratur -  Sosioekonomi rendah

Sick Care System Pasien terdiagnosis Work


- hipertensi disertai -
gastritis dan susp.
TTH

Human Biology
 Pria Physical Environment
Pendidikan rendah
 Usia 60th Sosioekonomi rendah

Lingkungan Manusia
Biosfer
Mandala of health adalah analisis dan konsep berpikir dokter keluarga yang
menjelaskan hubungan antara masalah kesehatan dengan faktor-faktor risiko
yang ditemukan dalam pemeriksaan.

17
SOAP tanggal 21 Desember 2018
Dx Subyektif Obyektif Planning / Intervensi
Holisti
k
Aksis 1 Keluhan sakit Pasien tampak  Mengevaluasi keluhan yang
kepala sakit sedang. muncul dari pasien yang
berkurang TD: 130/80 timbul.
mmHg  Memberi penjelasan kepada
pasien mengenai penyakit
yang diderita pasien, baik dari
pengertian, penanganan,
pentingnya kontrol, faktor
risiko, komplikasi, upaya yang
dapat dilakukan dan prognosis.
 Menjelaskan bahwa penyebab
sakit kepala pada pasien
adalah tekanan darah yang
meningkat.

Aksis 2 Keluhan sakit Tampak sakit  Mengevaluasi upaya terapi


kepala ringan. Tekanan nonfarmakologis dan
berkurang darah 130/80 farmakologis hipertensi yang
mmHg telah dilakukan pasien
Keluhan nyeri  Mengingatkan kapan waktu
perut berkurang pasien untuk kontrol ke
puskesmas atau rumah sakit,
meskipun tidak ada keluhan.
 Mengingatkan pentingnya
makan teratur

Aksis 3 Tingkat Pasien tidak  Menjelaskan kepada pasien


kepatuhan/ melanjutkan dan keluarga bahwa hipertensi
adherence yang obat hipertensi juga dipengaruhi oleh faktor
rendah setelah keturunan. Oleh karena itu
terdiagnosis menghimbau kepada anak-
hipertensi 8 anak dan cucu pasien untuk
tahun yang lalu rutin melakukan general check
karena merasa up.
tidak ada  Menjelaskan kepada pasien
keluhan tentang definisi, pengobatan,
komplikasi, dan prognosis
hipertensi sehingga pasien
mengerti bahwa hipertensi
sering tidak bergejala dan
pengobatannya harus
dilakukan seumur hidup untuk
mencegah komplikasi-
komplikasinya walaupun tidak
ada keluhan.

18
Aksis 4 Diet rendah Pasien  Mengedukasi pasien bahwa diet
garam menkonsumsi tinggi garam merupakan faktor
garam berlebih risiko hipertensi dan Meniere
hampir setiap disease (sehingga perlu
hari, dan tidak membatasi konsumsi makanan
mengontrol dengan kadar garam yang tinggi
intake makanan seperti ikan laut. Konsumsi
garam <2,3 gram/hari. Keluarga
yang asin
diminta untuk memberikan
dukungan moral dan aktif
membantu menjaga pola makan
pasien.
 Memberikan tips-tips dalam
melakukan diet rendah garam

Aksis 5 Pasien merasa  Skala  Mengedukasi pasien untuk


aktivitasnya kesulitan mengikuti semua saran dokter
terganggu aktivitas agar terus membaik dan kembali
karena dengan sehari-hari : 2 menjalani aktivitasnya
sakit kepalanya  Mengingatkan keluarga untuk
pasien lebih membantu pasien dalam
sering di tempat melakukan aktivitasnya.
tidur

Kunjungan Rumah Kedua

Tanggal 26 Desember 2018

SOAP tanggal 26 Desember 2018


Dx Subyektif Obyektif Planning / Intervensi
Holisti
k
Aksis 1 Keluhan pusing Pasien tampak  Mengevaluasi keluhan yang
sudah jauh sakit ringan. muncul dari pasien yang
berkurang. TD: 130/80 timbul.
Keluhan sakit mmHg  Menjelaskan bahwa penyebab
pada perut sakit kepala pada pasien
sudah hilang. adalah peningkatan tekanan
darah
Aksis 2 Keluhan pusing Pasien tampak  Mengevaluasi upaya
sudah jauh sakit ringan. nonfarmakologis dan
berkurang. TD: 130/80 farmakologis yang sudah
Keluhan sakit mmHg dilakukan pasien, seperti diet
perut sudah dan ketaatan minum obat
hilang. dengan menghitung jumlah obat
yang tersisa.

19
 Menjelaskan terapi
nonfarmakologis hipertensi
seperti diet rendah garam dan
menghindari gaya hidup
sedentary.
 Mengingatkan pasien untuk
kontrol ke puskesmas setelah 20
hari.
 Mengingatkan kapan waktu
pasien untuk kontrol ke
puskesmas atau rumah sakit,
meskipun tidak ada keluhan.
 Memberikan saran kepada
pasien untuk melakukan
pemeriksaan mata, profil lipid,
fungsi ginjal, urin lengkap, dan
GDP setiap 3-6 bulan sekali.
Aksis 3 Tingkat Pasien sudah  Mengevaluasi diet pasien
keaptuhan/ mengerti bahwa terutama intake makanan yang
adherence yang hipertensi mengandung garam
rendah sering tidak  Menjelaskan kepada pasien
bergejala dan tentang komplikasi-komplikasi
pengobatannya hipertensi.
harus dilakukan
seumur hidup.

Aksis 4 Pasien  Mengedukasi keluarga pasien


menggantungka bahwa hipertensi dan
n anak dan dislipidemia merupakan
cucunya untuk penyakit kronik dengan
mengantarnya pengobatan seumur hidup
ke pusat sehingga harus rutin kontrol
layanan setiap bulan.
kesehatan  Memastikan kesediaan dan
namun mereka kemampuan keluarga untuk
memiliki meluangkan waktunya untuk
mengantar pasien kontrol setiap
kesibukan
bulan.
masing-masing.
Aksis 5 Pasien sudah  Skala  Mengedukasi pasien untuk
mulai mampu kesulitan mengikuti semua saran dokter
melakukan aktivitas agar terus membaik dan kembali
aktivitas sehari- sehari-hari : 2 menjalani aktivitasnya
harinya secara
mandiri.

20
Lingkungan Tempat Tinggal

Karakteristik Rumah dan Lingkungan

Luas rumah: 4x8 m2

Jumlah orang dalam satu rumah: 7 orang

Luas halaman rumah: 4x1 m2

Bertingkat 1

Lantai rumah dari: tegel dan sebagian semen

Dinding rumah dari: tembok dan sebagian kayu

Penerangan di dalam rumah


Jendela: ada; Jumlah: 2 buah di ruang tamu depan, 1 buah kamar tidur
Listrik: ada

Ventilasi
Kelembapan rumah: lembab pada seluruh rumah

Kebersihan di dalam rumah: kotor

Tata letak Barang dalam rumah: kurang rapi dan kurang teratur

Sumber air
air minum dari: PDAM
air cuci dan masak dari: PDAM

Kamar Mandi Keluarga: ada di dalam rumah jumlah 1 buah, ukuran 1x2 m2

Jamban: Ada
Bentuk jamban: jongkok

Tempat sampah: ada tempat sampah di dalam rumah


Kesan kebersihan lingkungan pemukiman: kurang baik

Kendaraan: Sepeda motor, sepeda

21
Denah Rumah

Kamar mandi Tempat burung


Kamar

Dapur

Kamar Ruang Tamu

Dokumentasi

22
DAFTAR PUSTAKA

Chowdhury, 2012. Tension type headace. Ann Inian AcadNeurol 15:S83-88


JNC 7. 2003. The Seventh Report of the Joint National Committee on Prevention,
Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure: the JNC 7
report. JAMA. 290(2):197.
JNC 8. 2014. JNC 8 Guidelines for the Management of Hypertension in Adults.
JAMA. 90(7):503-504.
Karen E Waldy, 2015. Tension-Type Headache: A life-Course
Review.http://headace.imepub.com/tensiontype-headache-a-lifecourse
review.php ?aid=7702 diakses 28 desember 2018
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2014. Panduan Praktik Klinis bagi
Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer.
Lilly LS. 2011. Pathophysiology of Heart Disease: A Collaborative Project of
Medical Students and Faculty. USA: Lippincott Williams & Wilkins.
Mancio G, et al. 2013 ESH/ESC Guidelines for the management of arterial
hypertension. European Heart Journal (2013) 34, 2159–2219.
National Heart Foundation of Australia. Guideline for the diagnosis and
management of hypertension in adults – 2016. Melbourne: National Heart
Foundation of Australia, 2016.
National Institutes of Health. 2006. Your Guide to Lowering Your Blood Pressure
With DASH. USA: U.S. Department of Health and Human Services.
Whelton, P.K., Carey, R.M., Aronow, W.S., Casey, D.E., Collins, K.J., Himmelfarb,
C.D., DePalma, S.M., Gidding, S., Jamerson, K.A., Jones, D.W. and
MacLaughlin, E.J., 2018. 2017
ACC/AHA/AAPA/ABC/ACPM/AGS/APhA/ASH/ASPC/NMA/PCNA guideline
for the prevention, detection, evaluation, and management of high blood
pressure in adults: a report of the American College of Cardiology/American
Heart Association Task Force on Clinical Practice Guidelines. Journal of the
American College of Cardiology, 71(19), pp.e127-e248.

23

Anda mungkin juga menyukai