Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN KASUS

* Pendidikan Profesi Dokter / G1A218084 / Oktober 2020


** Preseptor

DISPEPSIA
*Khusna Wahyuni, S.Ked, **dr. Ratna Sugiati

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI DOKTER


BAGIAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
PUSKESMAS OLAK KEMANG
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS JAMBI
2020
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN KASUS

DISPEPSIA

Oleh:

Khusna Wahyuni, S.Ked


G1A218084

Sebagai salah satu tugas program pendidikan profesi dokter


Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Universitas Jambi
2020

Jambi, Oktober 2020

Preseptor,

dr. Ratna Sugiati


KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang
telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan laporan kasus yang berjudul “Dispepsia” sebagai kelengkapan
persyaratan dalam mengikuti Pendidikan Profesi Dokter Bagian Ilmu
Kesehatan Masyarakat di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas
Jambi.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada dr. Ratna Sugiati yang telah
meluangkan waktu dan pikirannya sebagai pembimbing sehingga penulis dapat
menyelesaikan laporan ini.
Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna. Oleh
karena itu kritik dan saran yang membangun dari berbagai pihak sangat
diharapkan. Selanjutnya, penulis berharap semoga laporan ini dapat bermanfaat
dan menambah ilmu bagi para pembaca.

Jambi, Oktober 2020

Penulis
BAB I

STATUS PASIEN

I. PASIEN

1. Identitas Pasien

Nama : Tn. H

Umur : 46 tahun

Jenis Kelamin : Laki-laki

Pekerjaan : Wiraswasta

Pendidikan : SMA

Alamat : Tanjung Raden

2. Latar Belakang Sosial-Ekonomi-Demografi-Lingkungan Keluarga

a. Status perkawinan : Menikah

b. Jumlah anak : 2 orang

c. Saudara : anak ke dua dari tiga bersaudara

d. Status ekonomi keluarga : Baik

e. Kondisi rumah : Tidak dilakukan pemeriksaan

f. Kondisi lingkungan disekitar rumah: Tidak dilakukan pemeriksaan

3. Aspek Perilaku dan Psikologis dalam Keluarga

Pasien mempunyai 1 orang istri dan 2 orang anak perempuan. Istri

bekerja sebagai ibu rumah tangga. Kedua anak pasien masih pelajar SD

dan SMP. Dirumah pasien tinggal bersama 1 orang istri dan 2 orang
anak. Tidak ada masalah psikologis dalam keluarga, hubungan pasien

dengan anggota keluarga lainnya cukup baik.

4. Keluhan Utama

Nyeri ulu hati sejak 2 hari sebelum datang ke Puskesmas.

5. Riwayat Penyakit Sekarang :

Pasien datang berobat dengan keluhan nyeri di ulu hati sejak 2 hari

sebelum datang ke Puskesmas. Nyeri dirasakan seperti rasa perih dan

panas. Nyeri dirasakan tidak menjalar ke punggung. Nyeri mulai terasa

setelah pasien meminum kopi. Pasien juga mengaku perut terasa

kembung dan rasa tidak enak diperut, sering sendawa, mual, muntah 1x,

muntahan terasa asam, muntahan darah (-).

Pasien juga mengeluhkan demam, demam terasa naik turun dalam

waktu yang tidak menentu. BAK dan BAB tidak ada keluhan. BAB

hitam/darah (-). Pasien mengaku selalu berobat ke puskesmas bila gejala

muncul, keluhan berkurang setelah pasien minum obat yang didapatan

dari puskesmas, pasien lupa nama obatnya. Namun dalam waktu

beberapa minggu ini pasien sudah tidak berobat ke puskesmas. Dan

keluhan muncul kembali.

Pasien mengaku beberapa hari ini sering minum kopi saat bekerja dan

makan teratur. Riwayat makan makanan asam dan pedas diakui pasien,

riwayat mengkonsumsi obat penghilang nyeri (-). Kebiasaan konsumsi

teh ada sekali-kali, kopi (+), merokok (+) dan minum alcohol (-).

Keluhan ini sering dirasakan pasien ± 5 tahun terakhir terutama saat


pasien minum kopi, terlambat makan dan makan makanan yang pedas

dan asam.

6. Riwayat Penyakit Dahulu

- Riwayat di rawat di Rumah Sakit karena keluhan serupa (-)

- Riwayat mengalami keluhan serupa sebelumnya (+) sejak 5 tahun

terakhir

- Riwayat sakit kuning (-)

7. Riwayat penyakit keluarga

Keluarga yang mengalami keluhan serupa (-)

8. Riwayat Makan, Alergi dan Perilaku Kesehatan

- Riwayat makan makanan asam dan pedas diakui pasien. Kebiasaan

konsumsi teh ada sekali-kali, kopi 1 gelas setiap hari (+)

- Riwayat alergi makanan dan obat-obatan tidak ada

- Riwayat merokok (+)

- Riwayat minum alkohol disangkal

- Pasien jarang berolahraga dan kurang tidur

9. Pemeriksaan Fisik

Keadaan umum : tampak sakit ringan

Kesadaran : compos mentis

Tanda vital :

TD : 121/80 mmHg

Nadi : 86 x permenit

RR : 20 x permenit
Suhu : 37,70C

BB : 65 kg

TB : 170 cm

IMT : 22,5 (normal)

Kepala :

Mata : Konjunctiva anemis (-/-). Sklera ikterik (-/-). Pupil

isokor. Refleks cahaya (+/+)

THT : Tidak ada kelainan

Leher : Pembesaran KGB (-), pembesaran tiroid (-)

Pulmo :

Pemeriksaan Kanan Kiri


Inspeksi Simetris Simetris
Palpasi Stem Femitus normal Stem Femitus normal
Perkusi Sonor Sonor
Auskultasi Vesikuler (+) Vesikuler (+)

Wheezing (-), Rhonki (-) Wheezing (-), Rhonki

(-)
Jantung :

Inspeksi Ictus cordis terlihat di ICS V linea midclavicula kiri


Palpasi Ictus cordis teraba di ICS V linea midclavicula kiri
Perkusi Batas-batas jantung :

Kanan atas : ICS II linea parasternalis kanan

Kiri atas : ICS II linea parasternalis kiri

Kanan Bawah : ICS III linea parasternalis kanan

Kiri bawah : ICS V linea midclavicula kiri


Auskultasi BJ I/II regular, murmur (-), gallop (-)
Abdomen :
Inspeksi Cembung, massa (-), Jaringan parut (-), bekas

operasi (-)
Auskultasi Bising usus (+) normal
Palpasi Nyeri tekan epigastrium (+), defans muskuler (-),

hepatomegali (-), splenomegali (-), nyeri ketok

costovertebra (-/-)
Perkusi Timpani
Ekstremitas atas : akral hangat, edema (-), CRT < 2 detik

Ekstremitas bawah : akral hangat, edema (-), CRT < 2 detik

10. Pemeriksaan penunjang

(-)

11. Pemeriksaan anjuran

- Pemeriksaan Darah Rutin

- Pemeriksaan Ureabreath test

- Pemeriksaan Feces

- Pemeriksaan Endoskopi

12. Diagnosa Kerja

Dispepsia (K.30)

13. Diagnosa Banding

- Gastritis ( K29.7)

- Ulkus Gaster (K25)

- Ulkus duodenum (K26)

14. Manajemen

a. Promotif
- Memberikan informasi kepada pasien mengenai penyakitnya dan

pengobatannya

- Memberikan edukasi agar mengatur pola makan dan sebaiknya jangan

makan terlalu banyak dalam satu waktu makan dan usahakan untuk

makan dengan jumlah sedikit namun frekuensi sering.

- Istirahat yang cukup, tidur selama 8-9 jam dari jam 21.00 sampai jam

05.00 wib.

b. Preventif

- Jangan terlambat makan, sebaiknya makan tepat waktu.

- Jangan mengonsumsi makanan yang pedas, terlalu panas ataupun

terlalu dingin.

- Hindari stress dan kecemasan dalam diri.

- Jangan sembarangan membeli obat diwarung.

- Kurangi aktivitas yang terlalu berat, jangan terlalu kelelahan.

c. Kuratif

Non farmakologi

- Edukasi mengenai panyakit, faktor penyebab/pencetus dan

pengobatannya.

- Kontrol ulang jika keluhan bertambah berat

Farmakologi

- Antasida tablet 400 mg 3 x sehari

- Ranitidin tablet 150 mg 2 x sehari

- Paracetamol tablet 500 mg 3 x sehari (jika demam)


Obat tradisional

Ramuan Gastritis I

Bahan : Kunyit 2 buah

Cara : Parut kunyit tersebut kemudian diperas hingga keluar

airnya, kemudian minumlah air perasan kunyit tersebut.

Aturan : Diminum 2-3 kali sehari sebelum makan.

d. Rehabilitatif

Menjelaskan kepada pasien agar selalu menjaga pola makan dan

minum obat secara teratur dan menginstruksikan pasien agar

menghabiskan obat-obat yang diberikan. Jika nyerinya makin bertambah

dan ada muntah darah segera dibawa ke puskesmas atau ke rumah sakit.

Resep Puskesmas : Resep ilmiah :

Dinas Kesehatan Kota Jambi Dinas Kesehatan Kota Jambi


Puskesmas Olak Kemang Puskesmas Olak Kemang
dr. Khusna Wahyuni dr. Khusna Wahyuni
SIP. G1A218084 SIP. G1A218084
Jl. Pasir Panjang, Jambi/Telp. (0741) 88351858 Jl. Pasir Panjang, Jambi/Telp. (0741) 88351858

Jambi,12 Oktober 2020 Jambi,12 Oktober 2020

R/ Antasida tab 400 mg No. X R/ Piranzepin tab 50 mg No. X


R/ Ranitidin tab 150mg No. X R/ Simetidin tab 400 mg No. X
S.2.d.d tab I S.2.d.d caps I

R/ Paracetamol tab 500mg No. X


S.3.d.d tab I

Pro : Tn. H
Umur: 46 th
Pro : Tn. H BB: 65 kg
Umur: 46 th Alamat: Tanjung Raden
BB: 65 kg
Alamat: Tanjung Raden

Resep Ilmiah :

Dinas Kesehatan Kota Jambi Dinas Kesehatan Kota Jambi


Puskesmas Olak Kemang Puskesmas Olak Kemang
dr. Khusna Wahyuni dr. Khusna Wahyuni
SIP. G1A218084 SIP. G1A218084
Jl. Pasir Panjang, Jambi/Telp. (0741) 88351858 Jl. Pasir Panjang, Jambi/Telp. (0741) 88351858

Jambi,12 Oktober 2020 Jambi,12 Oktober 2020

R/ Famotidin tab 20 mg No. X R/ Lansoprazole tab 30 mg No. X


R/ Omeprazole caps 20mg No. X R/ Sucralfat Syr 500mg/5ml Fl No. X
S.2.d.d caps I S.4.d.d cth II

Pro : Tn. H Pro : Tn. H


Umur: 46 th Umur: 46 th
BB: 65 kg BB: 65 kg
Alamat: Tanjung Raden Alamat: Tanjung Raden
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi

Dispepsia adalah sekumpulan gejala (sindrom) yang terdiri dari nyeri


atau rasa tidak nyaman diepigastrium, mual, muntah, kembung, rasa penuhatau
cepat kenyang, dan sering bersendawa. Dispepsia dapat disebabkan oleh
kelainan organik (misalnya tukak peptik, gastritis, kolesistitis, dan lainnya),
bila telah diketahui adanya kelainan organik sebagai penyebabnya. maupun
yang bersifat nonorganik/fungsional/ dyspepsia non ulkus, bila tidak jelas
penyebabnya.1.2,5

2.2 Etiologi 4,5


Penyebab Dispepsia meliputi :
1. Dispepsia Organik
 Gangguan dalam lumen saluran cerna (Tukak peptic, Gastritis,
Keganasan, dll)
 Gastroparesis
 Obat-obatan ( AINS, Teofilin, Digitalis, Antibiotik )
 Hepato Biller ( Hepatitis, Kolesistitis, Kolelitiatis, Keganasan,
Disfungsi spincter odii )
 Pancreas ( Pankreatitis, Keganasan )
 Keadaan Sistematik ( DM, Penyakit tiroid, Gagal ginjal,
Kehamilan, PJI )
2. Dispepsia Non organik atau fungsional
 Stress psikososial
 Factor lingkungan (makanan, genetik)
Perubahan pola makan yang tidak teratur, obat-obatan yang tidak jelas,
zat-zat seperti nikotin dan alkohol serta, pemasukan makanan menjadi kurang
sehingga lambung akan kosong, kekosongan lambung dapat mengakibatkan
erosi pada lambung akibat gesekan antara dinding-dinding lambung, kondisi
demikian dapat mengakibatkan peningkatan produksi HCL yang akan
merangsang terjadinya kondisi asam pada lambung, sehingga rangsangan di
medulla oblongata membawa impuls muntah sehingga intake tidak adekuat
baik makanan maupun cairan.
Rangsangan psikis/ emosi sendiri secara fisiologis dapat mempengaruhi
lambung dengan 2 cara, yaitu:
- Jalur neuron: rangsangan konflik emosi pada korteks serebri
mempengaruhi kerja hipotalamus anterior dan selanjutnya ke nucleus
vagus, nervus vagus dan selanjutnya ke lambung.
- Jalur neurohumoral: rangsangan pada korteks serebri → hipotalamus
anterior → hipofisis anterior (mengeluarkan kortikotropin) → hormon
→ merangsang korteks adrenal (menghasilkan hormon adrenal) →
merangsang produksi asam lambung
- Faktor psikis dan emosi (seperti pada anksietas dan depresi) dapat
mempengaruhi fungsi saluran cerna dan mengakibatkan perubahan
sekresi asam lambung, mempengaruhi motilitas dan vaskularisasi
mukosa lambung serta menurunkan ambang rangsang nyeri.Pasien
dyspepsia umumnya menderita anksietas, depresi dan neurotik lebih
jelas dibandingkan orang normal.

2.3 Gejala dan tanda 5,6


Berdasarkan atas keluhan atau gejala yang dominan, membagi
dispepsia menjadi 3 tipe :
1. Dispepsia dan keluhan seperti ulkus (ulcus-like dyspepsia), dengan
gejala
a. Nyeri epigastrium terlokalisasi.
b. Nyeri hilang setelah makan atau pemberian antasid.
c. Nyeri saat lapar.

d)    Nyeri episodik.

2. Dispepsia dengan GFI seperti dismotilitas (dysmotility-like dyspepsia),


dengan gejala :
a) Mudah kenyang
b) Perut cepat terasa penuh saat makan
c) Mual
d) Muntah
e) Upper abdominal bloating
f) Rasa tak nyaman bertambah saat makan.

3. Dispepsia nonspesifik (tidak ada gejala seperti kedua tipe diatas)

2.4 Diagnosis 3,5


Berbagai macam penyakit dapat menimbulkan keluhan yang sama,
seperti halnya pada sindrom dispepsia, oleh karena dispepsia hanya merupakan
kumpulan gejala dan penyakit disaluran pencernaan, maka perlu dipastikan
penyakitnya. Untuk memastikan penyakitnya, maka perlu dilakukan beberapa
pemeriksaan, selain pengamatan jasmani, juga perlu diperiksa: laboratorium,
radiologis, endoskopi, USG, dan lain-lain.

Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium tidak terlalu diperlukan, bisa dilakukan untuk
menyingkirkan penyebab organik lainnya seperti: pankreatitis kronik, diabetes
mellitus, dan lainnya. Pada dispepsia fungsional biasanya hasil laboratorium
dalam batas normal.
Radiologis
Pemeriksaan radiologis banyak menunjang dignosis suatu penyakit di saluran
makan. Setidak-tidaknya perlu dilakukan pemeriksaan radiologis terhadap
saluran makan bagian atas, dan sebaiknya menggunakan kontras ganda.

Endoskopi (Esofago-Gastro-Duodenoskopi)
Sesuai dengan definisi bahwa pada dispepsia fungsional, gambaran
endoskopinya normal atau sangat tidak spesifik.

USG (ultrasonografi)
Merupakan diagnostik yang tidak invasif, akhir-akhir ini makin banyak
dimanfaatkan untuk membantu menentukan diagnostik dari suatu penyakit,
apalagi alat ini tidak menimbulkan efek samping, dapat digunakan setiap saat
dan pada kondisi klien yang beratpun dapat dimanfaatkan.

Waktu Pengosongan Lambung


Dapat dilakukan dengan scintigafi atau dengan pellet radioopak. Pada dispepsia
fungsional terdapat pengosongan lambung pada 30 – 40 % kasus.a

2.5 Pengobatan 1,3,4,5


Penatalaksanaan farmakologis yaitu:
Pengobatan dispepsia mengenal beberapa golongan obat, yaitu :
1. Antasida
Golongan obat ini mudah didapat dan murah. Antasid akan menetralisir
sekresi asam lambung. Campuran yang biasanya terdapat dalam antasid
antara lain Na bikarbonat, AL (OH)3, Mg (OH)2 dan Mg trisilikat.
Pemakaian obat ini sebaiknya jangan diberikan terus-menerus, sifatnya
hanya simtomatis, untuk mengurangi rasa nyeri. Mg trisilikat dapat dipakai
dalam waktu lebih lama, juga berkhasiat sebagai adsorben sehingga bersifat
nontoksik, namun dalam dosis besar akan menyebabkan diare karena
terbentuk senyawa MgCl2.
2. Antikolinergik
Perlu diperhatikan, karena kerja obat ini tidak spesifik. Obat yang agak
selektif yaitu pirenzepin bekerja sebagai anti reseptor muskarinik yang dapat
menekan sekresi asam lambung sekitar 28-43%. Pirenzepin juga memiliki
efek sitoprotektif.
3. Antagonis reseptor H2
Golongan obat ini banyak digunakan untuk mengobati dispepsia
organik atau esensial seperti tukak peptik. Obat yang termasuk golongan
antagonis reseptor H2 antara lain simetidin, roksatidin, ranitidin dan
famotidin.

4. Penghambat pompa asam (proton pump inhibitor = PPI)


Sesuai dengan namanya, golongan obat ini mengatur sekresi asam
lambung pada stadium akhir dari proses sekresi asam lambung. Obat-obat
yang termasuk golongan PPI adalah omeperazol, lansoprazol dan
pantoprazol.

5. Sitoprotektif
Prostaglandin sintetik seperti misoprostol (PGE) dan enprestil (PGE2).
Selain bersifat sitoprotektif, juga menekan sekresi asam lambung oleh sel
parietal. Sukralfat berfungsi meningkatkan sekresi prostaglandin endogen,
yang selanjutnya memperbaiki mikrosirkulasi, meningkatkan produksi
mukus dan meningkatkan sekresi bikarbonat mukosa, serta membentuk
lapisan protektif (sebagai site protective), yang senyawa dengan protein
sekitar lesi mukosa saluran cerna bagian atas (SCBA).

6. Golongan prokinetik
Obat yang termasuk golongan prokinetik, yaitu sisaprid, dom peridon
dan metoklopramid. Golongan ini cukup efektif untuk mengobati dispepsia
fungsional dan refluks esofagitis dengan mencegah refluks dan
memperbaiki bersihan asam lambung (acid clearance).

Penatalaksanaan non farmakologis


 Menghindari makanan yang dapat meningkatkan asam lambung

 Menghindari faktor resiko seperti alkohol, makanan yang pedas, obat-


obatan yang berlebihan, nikotin rokok, stress,dll.
 Atur pola makan

2.6 Pencegahan 3,5


Pola makan yang normal dan teratur, pilih makanan yang seimbang
dengan kebutuhan dan jadwal makan yang teratur, sebaiknya tidak
mengkomsumsi makanan yang berkadar asam tinggi, cabai, alkohol, dan
pantang rokok, bila harus makan obat karena sesuatu penyakit, misalnya sakit
kepala, gunakan obat secara wajar dan tidak mengganggu fungsi lambung.
BAB III
ANALISA KASUS

a. Hubungan diagnosis dengan keadaan rumah dan lingkungan sekitar


Tidak dapat dinilai

b. Hubungan diagnosis dengan keadaan keluarga dan hubungan


keluarga
Jika dilihat dari penyakit yang diderita Tn. H dengan keadaan keluarga
dan hubungan keluarga, keadaan dan hubungan keluarga pasien terjalin
cukup baik sehingga tidak terdapat hubungan antara penyakit pasien
dengan keadaan keluarga dan hubungan keluarga.

c. Hubungan diagnosis dengan perilaku kesehatan dalam keluarga dan


lingkungan sekitar
Perilaku kesehatan pasien dalam hal mengatur pola makan pasien
dalam keluarga dianggap berhubungan terhadap penyakit yang dialami
pasien. Perilaku kesehatan pasien tergolong tidak baik, hal ini tergambar
dari kebiasaan pola makan dan pola hidup yang tidak sehat seperti :
1. Pasien mengaku memiliki riwayat makan makanan asam dan pedas.
2. Pasien mengaku memiliki kebiasaan minum kopi satu gelas per hari
3. Pasien juga sangat jarang berolah raga dan kurang tidur.
Bila dilihat dari keadaan perilaku kesehatan pasien maka jelas ada
hubungannya dengan penyakit yang dialami oleh pasien karena hal-hal
tersebut merupakan faktor resiko dari dispepsia.
Terdapat hubungan dengan perilaku kesehatan dalam keluarga dengan
penyakit yang diderita pasien.
d. Analisis kemungkinan faktor risiko atau etiologi penyakit pada pasien
Pada pasien ini dari anamnesis yang dilakukan terhadap berbagai faktor
yang bisa menyebabkan terjadinya penyakit ini didapatkan kesimpulan
bahwa kebiasaan pasien dengan seringnya mengonsumsi makan makanan
asam dan pedas, minum kopi, kurangnya aktifitas olahraga dan kurang
tidur menjadi faktor resiko yang mendukung terjadinya penyakit ini.
e. Analisis untuk mengurangi paparan
Pasien kita edukasi mengenai penyakit yang diderita dan
penatalaksanaan yang diberikan. Menghindari makanan pencetus yang
merangsang, seperti pedas, asam, tinggi lemak. Makan teratur, sedikit tapi
berulang kali (sering), dan makanan yang dimakan sebaiknya lunak,
mudah dicerna dan dapat menetralisir asam lambung. Selain itu juga harus
diikuti dengan banyak konsumsi buah, sayuran, dan produk-produk rendah
lemak.
f. Edukasi penyakit kepada pasien dan kepada keluarga
1. Menjelaskan kepada pasien dan keluarga pasien bahwa penyakit ini
merupakan penyakit yang dapat berulang kembali dan dapat dicegah
kekambuhannya dengan mengatur pola makan dan mengkonsumsi
makanan yang tidak merangsang meningkatnya asam lambung.

2. Menjelaskan kepada pasien dan keluarga pasien untuk menghindari


stres baik fisiologis maupun psikologis dengan istirahat yang cukup
dan melakukan kegiatan yang positif dikarenakan stres dapat
meningkatkan resiko kekambuhan gastritis.

3. Menjelaskan kepada pasien bagaimana cara konsumsi obat,


menjelaskan komplikasi yang dapat terjadi akibat penyakit tersebut
sehingga apabila tidak ada perbaikan atau keluhan yang memburuk
pasien diminta kembali kontrol ke puskesmas ataupun sarana
kesehatan lainnya untuk dilakukan pemeriksaan yang lebih lanjut.
DAFTAR PUSTAKA

1. Hirlan. Gastritis dalam: Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, jilid 1. Jakarta.
Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia: 2006. hal. 335-7.
2. Tarigan P. Tukak Gaster dalam : Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, jilid 1.
Jakarta. Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia: 2006. hal. 338-44.
3. Djojoningrat D. Dispepsia Fungsional dalam: Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam, jilid 1. Jakarta. Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia: 2006. hal. 352-4.
4. Lindseth G. Gangguan Lambung dan Duodenum dalam Patofisiologi
Konsep Klinis Proses-proses Penyakit, volume 1. ECG: 2006. hal. 422-3.
5. Mubin H. Panduan Praktis Ilmu Penyakit Dalam Diagnosis dan Terapi.
EGC: 2001. hal 240.

Anda mungkin juga menyukai