SUSP HIPERTIROID
Oleh :
Khusna Wahyuni,S.Ked
G1A218084
Preseptor:
dr. Nuriyah, M. Biomed
1
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN KASUS
SUSP HIPERTIROID
Oleh :
Khusna Wahyuni,S.Ked
G1A218084
ii
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
laporan kasus yang berjudul “Susp. Hipertiroid” sebagai kelengkapan persyaratan
dalam mengikuti Kepaniteraan Klinik Senior Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat
Rotasi 2 di Puskesmas Olak Kemang.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada dr. Nuriyah, M. Biomed yang
telah bersedia meluangkan waktu dan pikirannya untuk membimbing penulis
selama menjalani Kepaniteraan Klinik Senior Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat
di Puskesmas Olak Kemang.
Penulis menyadari bahwa laporan kasus ini masih jauh dari sempurna.
Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun dari berbagai pihak sangat
diharapkan guna kesempurnaan laporan kasus ini, sehingga nantinya dapat
bermanfaat bagi penulis dan para pembaca.
Penulis
iii
DAFTAR ISI
HALAMANJUDUL......................................................................................................i
HALAMANPENGESAHAN.......................................................................................ii
KATAPENGANTAR.................................................................................................iii
DAFTARISI................................................................................................................iv
BAB ISTATUSPASIEN..............................................................................................1
BAB IITINJAUANPUSTAKA..................................................................................11
BAB IIIANALISISKASUS.......................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................22
iv
BAB I
STATUS PASIEN
1.1 IdentitasPasien
a. Nama/JenisKelamin/Umur :Ny. L/ Perempuan/ 35tahun
b. Pekerjaan/ Pendidikan : Ibu rumah tangga
c. Alamat : RT 03 Pasir panjang
hal-hal kecil lainnya. Mudah lelah (-),merasa ada benjolan dileher yang
semakin besar (+), sering merasa cemas (-).
1.10Pemeriksaan Fisik :
Status Generalisata
1. Keadaan Umum : tampak sakit ringan
2. Kesadaran : compos mentis
3
Pemeriksaan Organ
1. Kepala : Normocepal
2. Mata : CA(-), SI (-), Isokor, RC (+/+)
3. Telinga : Nyeri tekan (-), bengkak (-)
4. Hidung : Deformitas (-), napas cuping hidung (-),Sekretjernih
(-/-), mukosa cavum nasi hiperemis (-/-), edema (-/-)
5. Mulut : Bibir kering (-), sianosis (-)
6. Tenggorok : Tonsil T1/T1,cavum oris hiperemis(-),faring hiperamis (-)
7. Leher : Pembesaran KGB (-), kaku kuduk (-)
8. Thorak : Bentuk dbn, otot bantu napas (-), petekie (-)
Pulmo
Pemeriksaan Kanan Kiri
Inspeksi Simetris, retraksi iga (-) Simetris, retraksi iga (-)
Palpasi Stem fremitus normal Stem fremitus normal
Perkusi Sonor Sonor
Auskultasi Vesikuler (+)Wheezing (-), Vesikuler (+) Wheezing
rhonki (-) (-), rhonki (-)
Jantung
Inspeksi Ictus cordis tidak terlihat.
Palpasi Ictus cordis teraba di ICS IV linea midclavicula kiri, thrill
(-)
Perkusi Batas Jantung
Atas : ICS II
Kanan : Linea parasternalis kanan
4
Abdomen :
Inspeksi Cekung, massa (-), jaringan parut (-), petekie (-)
Palpasi Nyeri tekan (-),defans muscular (-), hepatomegali (-),
splenomegali (-), nyeri ketok costovertebra (-/-)
Perkusi Timpani
Auskultasi Bising usus (+) normal
Ekstrimitas
Superior : Akral hangat, CRT<2s, sianosis (-), edem (-)
Inferior : Akral hangat, CRT<2s, sianosis (-), edem (-)
Status lokalisata
Kelenjar Tiroid :
Benjolan (+),
simetris kanan dan kiri, kenyal,
isthmus tidak teraba,
permukaan rata, nyeri (-),
bruit (-)
Interpretasi : 26
1.11Pemeriksaan Penunjang
-
1.12Usulan Pemeriksaan
Pemeriksaan laboratorium: darah rutin, kadar hormon tiroid (T3, T4,
TSH) dan uji antibodi (anti-tiroglobulin, anti-mikrosomal, dan anti-
tirotropin reseptor), Radioisotop, pemeriksaan FNAB
Rontgen
USG tiroid
Skintigrafi tiroid
Pemeriksaan potong beku
1.13Diagnosis Kerja
6
1.14Diagnosis Banding:
Goiter (E04.9)
Tumor coli (D21.0)
Gangguan cemas
1.15Manajemen
1. Promotif:
Menjelaskan pada pasien dan pasien mengenai penyakit pasien mulai
dari penyebab, faktor risiko, perjalanan penyakit, pengobatan,
pencegahan dari penyakit ini.
Menerangkan kepada pasien bahwa penyakit ini tidak dapat sembuh
namun dapat dikontrol dengan cara rutin mengonsumsi obat dan
memelihara gaya hidup sehat.
Melakukan olahraga secara teratur.
Mengkonsumsi obat secara rutin.
2. Preventif :
Pasien harus selalu mengontrol kesehatannya dengan cara rutin
mengunjungi Puskesmas tiap bulan.
Olahraga secara teratur.
Mengatur pola makan yang benar, makan makanan yang cukup
yodium.
Menghindari rokok, alkohol, dan kafein karena dapat mempengaruhi
metabolisme tubuh.
3. Kuratif:
Non farmakologi :
Istirahat
Hindari aktivitas berat dan stres
7
Farmakologi
- Pasien dirujuk untuk melakukan pemeriksaan T3, T4, TSH
Rehabilitatif
Memantau penyakit pasien secara rutin. Hal ini dilakukan dengan kerjasama
dari pasien tersebut dengan mengikuti saran dokter untuk datang berobat
secara berkala.
Menyarankan pasien mengkonsumsi obat secara teratur.
Jika keluhan dirasakan kembali segera berobat ke pelayanan medis terdekat
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Prevalensi hipertiroidisme yang nyata berkisar dari 0,2% hingga 1,3% pada
daerah yang mengonsumsi cukup yodium di dunia. Pada tahun 1977, studi
Whickham Inggris melaporkan bahwa kejadian hipertiroidisme diperkirakan
antara 100 dan 200 kasus per 100.000 per tahun dengan prevalensi 2,7% pada
wanita dan 0,23% pada pria, mengambil memperhitungkan kasus yang sudah
mapan dan mungkin. Angka-angka ini jauh lebih tinggi daripada data retrospektif
sebelumnya dari Amerika Serikat, yang melaporkan kejadian 30 kasus per
100.000 per tahun untuk penyakit Graves pada periode 1935–1967. Follow-up 20
tahun dari kelompok Whickham menunjukkan insiden 80 kasus yang terus-
menerus per 100.000 wanita per tahun. National Health and Nutrition
Examination Survey (NHANES III) 2002 di Amerika Serikat, hipertiroidisme
yang nyata terdeteksi pada 0,5% populasi umum sementara 0,7% populasi umum
9
pemeriksaan T3, T4, dan TSH. Dalam hipertiroid semua akan menyebabkan TSH
menurun, kecuali dalam fenomena yang langka, yaitu terjadinya adenoma
hipofisis penyekresi TSH. Kebanyakan mengalami peningkatan T4, tetapi hanya
kurang dari 1% dari kasus yang hanya mengalami peningkatan T3.7
Absent 0
Goiter Present +3
Absent 0
Thyroid bruit Present +18
Absent 0
Exophthalmos Present +9
Absent 0
Lid retraction Present +2
Absent 0
Hyperkinesis Present +4
Absent 0
Fine finger tremor Present +7
Absent 0
Pulse rate > 90/min +16
80-90 > +8
min 0
< 80/min
selama masa kehamilan jika obat anti-tiroid lain tidak dapat ditoleransi,
dapat digunakan bersama obat anti-tiroid untuk terapi amiodarone-
induced hypertiroidism.
Kontraindikasi dan komplikasi: peningkatan pelepasan hormone dengan
penggunaan yang memanjang, efek samping yang sering dijumpai antara
lain konjungtivitis, acneform rash, sialadenitis.
c) Obat Antitiroid
Mekanisme : PTU dapat memblok konversi T4 menjadi T3 dalam jumlah
besar di perifer.
Indikasi : merupakan 1st line terapi jangka panjang pada Grave’s disease
(di Eropa, Jepang, dan Australia), PTU merupakan pilihan terapi pada
pasien hamil dengan Grave’s disease berat; merupakan pilihan terapi
Grave’s disease pada anak dan dewasa yang menolak menjalani terapi
radioaktif iodine; pretreatment pada lansia pasien dengan penyakit jantung
sebelum pembedahan atau menjalani terapi radioaktif; dapat digunakan
selama menyusui.
Kontraindikasi : angka kekambuhan sangat tinggi, terutama pada perokok,
pasien dengan ukuran goiter yang besar, dan pasien dengan thyroid-
stimulating antibody level pada pengobatan fase lanjut. Efek samping yang
sering muncul antara lain polyarthritis (1-2%), agranulositosis (0.1-0.5%),
PTU dapat menyebabkan peningkatan enzim transaminase (30%), dan
hepatitis imunoalergik (0.1-0.2%), methimazole dapat menyebabkan
cholestasis dan abnormalitas kongenital, namun jarang. Efek samping
minor (<5%) adalah rash, demam, efek gastrointestinal, dan arthralgia.
Grave’s hipertiroid. Namun, jika digunakan dalam dosis yang adekuat, terapi ini
sangat efektif dalam mengontrol hipertiroid.8
Ada 2 kelas ATD yang tersedia: thiouracil (propylthiouracil (PTU)) dan
imidazole (methimazole (MMI), carbimazole dan thiamazole).
Dosis awal PTU tinggi, dimulai dengan 100-200 mg tiga kali sehari,
tergantung pada tingkat keparahan hipertiroidisme. Ketika temuan klinis dan tes
fungsi tiroid kembali normal, pengurangan ke dosis PTU perawatan 50 mg dua
atau tiga kali sehari, bahkan sekali sehari biasanya dimungkinkan sebagai dosis
pemeliharaan.
Seperti PTU, pada awal terapi MMI, dosis yang lebih tinggi disarankan (10-
20 mg setiap hari) untuk mengembalikan euthyroidism, setelah itu dosis dapat
dititrasi ke tingkat pemeliharaan (umumnya 5-10 mg setiap hari). MMI memiliki
manfaat administrasi satu hari dan mengurangi risiko efek samping utama
dibandingkan dengan PTU.
Penilaian serum T4 bebas harus diperoleh sekitar 4 minggu setelah memulai
terapi, sampai tingkat euthyroid dicapai dengan dosis minimal obat. Setelah
pasien mengalami eutiroid, pengujian biokimia dan evaluasi klinis dapat
dilakukan dengan interval 2–3 bulan
Methimazole direkomendasikan sebagai terapi yang digunakan pada setiap
pasien dengan obat anti tiroid, kecuali pada kehamilan trimester pertama
(pilihannya adalah PTU), krisis tiroid, dan pasien yang mengalami reaksi minor
dengan pemberian methimazole. Selain itu, pasien yang mulai mengonsumsi obat
anti tiroid direkomendasikan untuk melakukan pemeriksaan darah lengkap, diff
count, dan profile fungsi hepar termasuk bilirubin dan enzim transaminase.
Kontraindikasi untuk memulai terapi dengan obat anti-tiroid adalah jika
jumlah neutrophil <500/mm3 atau kadar enzim transaminase meningkat lebih dari
5x lipat dari normal. Monitoring profile hepar pasien dengan konsumsi obat anti-
tiroid rutin direkomendasikan dilakukan secara rutin, terutama pada 6 bulan
pertama terapi. Namun, sulit dibedakan apakah penyebab peningkatan enzim
transaminase tersebut disebabkan oleh pemberian anti-tiroid atau disebabkan oleh
tirotoksikosis persisten. Namun umumnya, peningkatan enzim transaminase yang
disebabkan oleh pemberian PTU bersifat akut dan sangat progresif. Pemberian
19
PTU harus dihentikan jika didapatkan kadar enzim transaminase meningkat 2-3
kali lipat diatas normal dan tidak mengalami perbaikan dalam 1 minggu saat
dilakukan pengukuran ulang. Setelah pemberian PTU dihentikan, profil fungsi
hepar harus dimonitor setiap minggu hingga mencapai nilai normal.
d) Radioaktif
Mekanisme : terkonsentrasi pada kelenjar tiroid dan menghancurkan
jaringan tiroid
Indikasi : memiliki high cure rates pada terapi single-dose (80%),
merupakan terapi pilihan pada Grave’s disease di US, multinodular goiter,
nodul toksik, dan pasien dengan usia > 40 tahun, serta pada pasien yang
mengalami relapse dengan terapi obat antitiroid.
Kontraindikasi : pasien hamil atau sedang menyusui, dapat menyebabkan
suara serak, flushing, dan penurunan pengecapan, serta radiation
thyroiditis (1%), dapat menimbulkan eksaserbasi Grave’s ophthalmopathy.
Membutuhkan pre-terapi dengan menggunakan obat anti-tiroid pada
pasien dengan riwayat sakit jantung.
Tindak lanjut dalam 1-3 bulan pertama setelah terapi yodium radioaktif untuk
GD harus mencakup penilaian T4 bebas dan total T3. Jika setelah 3 bulan follow-
up, pasien tetap tirotoksik, dosis kedua terapi iodin radioaktif harus
dipertimbangkan. Hipotiroidisme transien mengikuti terapi yodium radioaktif
jarang dapat terjadi selama 6 bulan setelah terapi yodium, dengan pemulihan
fungsi tiroid yang lengkap berikutnya. Oleh karena itu, hipotiroidisme yang
terjadi selama 6 bulan pertama tidak memerlukan terapi pengganti hormon tiroid.
e) Pembedahan (Subtotal Tiroidektomi)
Mekanisme : mengurangi massa tiroid
Indikasi : terapi pilihan pada pasien hamil dan anak-anak dengan yang
timbul efek samping dalam penggunaan obat anti tiroid, nodul toksik pada
pasien dengan usia < 40 tahun, dan goiter yang besar dengan gejala hebat.
Dapat menjadi pilihan pada pasien yang menolak terapi radioaktif, atau
gagal dalam menjalani terapi anti-tiroid, serta dapat dilakukan dengan
indikasi kosmetik.
20
terjadi episode paralisis yang diinduksi oleh kegiatan fisik atau masukan
karbohidrat dan adanya hipokalemia dapat terjadi sebagai komplikasi.
Hiperkalsemia dan nefrokalsinosis dapat terjadi. Pria dengan hipertiroid dapat
mengalami penurunan libido, impotensi, berkurangnya jumlah sperma, dan
ginekomastia.2
BAB III
ANALISIS KASUS
3.3 Analisis kemungkinan berbagai faktor risiko atau etiologi penyakit pada
pasienini:
Herediter
Stres
Konsumsi garam
1. Sherwood, lauralee. 2009. Human physiology from cells to system 6th Ed.
Jakarta : EGC.
2. R. Djoko Moejianto. 2009. Kelenjar Tiroid, Hipotiroidisme, dan Hipertiroidisme.
Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Edisi V Jilid III h.1993-2009. Jakarta : Interna
Publishing
3. Price,Syaliva A. 2005. Patofisiologi Konsep Klinis proses-Proses Penyakit. Edisi 6.
Jakarta : EGC
4. Taylor, Peter N et all. Global epidemiology of hyperthyroidism
and hypothyroidism.Nature Reviews Endocrinology. 2018:p5029-5037.
5. Leo Simone De, Lee Sun Y, Braverman Lewis E. Hyperthyroidism. The
lancet. 2016:p.1-13
6. Guyton, AC, Hall, JE. 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 11.
Jakarta : EGC.
7. Murray Longmore, et al.2012. Buku Saku Oxford Kedokteran Klinis Ed 8.Jakarta :
EGC.
8. Bahn, R.S., Burch, et all. Hyperthyroidism and Other Causes of
Thyrotoxicosis: Management Guidelines of The American Thyroid
Association and American Association of Clinical Endocrinologists.Endocr
Pract. 2011 May-Jun;17(3):456-520.
24