LAPORAN KASUS
** Preseptor
UNIVERSITAS JAMBI
2020
2
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN KASUS
ASMA INTERMITEN EKSASERBASI AKUT RINGAN
Oleh:
G1A218084
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
laporan kasus yang berjudul “ASMA” sebagai kelengkapan persyaratan dalam
mengikuti Pendidikan Profesi Dokter Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat di
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Jambi.
Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna. Oleh
karena itu kritik dan saran yang membangun dari berbagai pihak sangat
diharapkan. Selanjutnya, penulis berharap semoga laporan ini dapat bermanfaat
dan menambah ilmu bagi para pembaca.
Penulis
5
BAB I
STATUS PASIEN
I. Identitas Pasien
b. Pekerjaan/Pendidikan : IRT / SD
- Pasien memiliki alergi terhadap udara dingin, alergi makanan dan obat
(-)
- Pasien tidak pernah menjemur kasur kapuk yang digunakan pada saat
tidur.
- Irama : reguler
- Tipe : Abdomino thorakal
7. Berat badan : 59 Kg
8. Tinggi Badan : 155 cm
9. IMT : Overweight
10. Kulit
- Turgor : baik
- Lembab / kering : lembab
- Lapisan lemak : ada
Pemeriksaan Organ
1. Kepala Bentuk : normocephal
2. Mata Exopthalmus/enophtal : (-)
Kelopak : normal
Conjungtiva : anemis (-/-)
Sklera : ikterik (-/-)
Kornea : normal
Pupil : bulat, isokor, RC+/+
Lensa : normal, keruh (-)
3. Hidung : tak ada kelainan
4. Telinga : tak ada kelainan
5. Mulut Bibir : basah, tidak pucat
Bau pernafasan : normal
Gigi geligi : lengkap
Palatum : deviasi (-)
Gusi : warna merah muda,
perdarahan (-)
Selaput Lendir : normal
Lidah : putih kotor (-), ulkus (-)
6. Leher KGB : tak ada pembengkakan
Kel.tiroid : tak ada pembesaran
7. Thorax Bentuk : simetris
9
Jantung
Abdomen
Perkusi Timpani
8. Ekstremitas Atas
Akral hangat (+)/(+), udem (-)
9. Ekstremitas bawah
Akral hangat (+)/(+), udem (-)
X. Pemeriksaan Penunjang
-
XI. Pemeriksaan Anjuran
Arus puncak ekspirasi (APE)
Pemeriksaan Eosinofil darah
Pemeriksaan serum IgE
Spirometri
Foto Rontgen Thoraks AP/LAT
XII. Diagnosis Kerja :
Asma intermiten Eksaserbasi Akut Ringan
XIII. DD :
PPOK
Bronchitis
XIV. Manajemen
a. Promotif :
- Edukasi kepada pasien tentang tatacara menghindari faktor
pencetus
- Edukasi kepada pasien tentang penyakit dan penatalaksanaan
penyakit apabila dalam serangan.
b. Preventif :
- Hindari faktor pencetus, seperti cuaca dingin (pakai jaket),
makanan, asap rokok, dll.
- Jangan membiarkan rumah dalam keadaan lembab dan berdebu,
segera bersihkan.
- Jika batuk segera berobat, agar tidak mencetuskan gejala asma.
11
c. Kuratif :
a. Non Farmakologis:
- Posisikan badan setengah duduk atau posisi nyaman untuk
mengurangi sesak.
- Bernafas di uap panas, atur pola nafas dengan tenang.
b. Farmakologis:
- Salbutamol tablet 2 mg (3x1)
- GG tablet 100 mg (3x1)
- Vitamin C tablet (3x1)
c. Obat tradisional
Timi
Thymus vulgaris (L)
Dosis: 4 x 20 gu herba/hari
Cara pembuatan/penggunaan: bahan
direbus dengan 2 gelas air sampai menjadi
setengahnya, dinginkan, saring dan
diminum sekaligus
10. Rehabilitatif :
- Minum obat sesuai anjuran dokter.
- Jika serangan asma semakin bertambah berat, maka segera
konsulkan ke puskesmas atau RS terdekat.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
12
3. 1 Definisi
Asma adalah penyakit inflamasi kronis saluran pernapasan yang
dihubungkan dengan hiperresponsif, keterbatasan aliran udara yang
reversibel dan gejala pernapasan.1
Asma bronkial adalah salah satu penyakit paru yang termasuk
dalam kelompok penyakit paru alergi dan imunologi yang merupakan
suatu penyakit yang ditandai oleh tanggap reaksi yang meningkat dari
trakea dan bronkus terhadap berbagai macam rangsangan dengan
manifestasi berupa kesukaran bernapas yang disebabkan oleh penyempitan
yang menyeluruh dari saluran napas. Penyempitan ini bersifat dinamis dan
derajat penyempitan dapat berubah, baik secara spontan maupun karena
pemberian obat.2
3. 2 Epidemiologi
3. 3 Faktor Resiko
a. Atopi
Hal yang diturunkan adalah bakat alerginya, meskipun belum
diketahui bagaimana cara penurunannya. Penderita dengan penyakit
alergi biasanya mempunyai keluarga dekat yang juga alergi.Dengan
adanya bakat alergi ini, penderita sangat mudah terkena penyakit
asma bronkial jika terpajan dengan faktor pencetus.
b. Hiperreaktivitas bronkus
Saluran pernapasan sensitif terhadap berbagai rangsangan alergen
maupun iritan.
c. Jenis Kelamin
Perbandingan laki – laki dan perempuan pada usia dini adalah 2:1
dan pada usia remaja menjadi 1:1. Prevalensi asma lebih besar pada
wanita usia dewasa.
d. Obesitas
Obesitas atau peningkatan Body Mass Index (BMI) merupakan
faktor resiko asma.Mediator tertentu seperti leptin dapat
mempengaruhi fungsi saluran pernapasan dan meningkatkan
kemungkinan terjadinya asma.Meskipun mekanismenya belum jelas,
penurunan berat badan penderita obesitas dengan asma, dapat
mempengaruhi gejala fungsi paru, morbiditas dan status kesehatan.
15
Manifestasi klinis asma (perubahan ireversibel pd struktur dan fungsi jalan napas)
3.5 Klasifikasi
Asma bronkial Gejala >1x/mgg, tetapi <1x/hr, gejala APE atau VEP1
persisten asma malam >2x/bln, eksaserbasi >80% nilai duga
ringan dapat mengganggu aktivitas dan tidur Variabilitas 20-30%
Pulsus - +/-10-20 + -
paradoksus 10 mmHg mmHg >25 mmHg Kelelahan otot
18
3.6 Patogenesis
Asma merupakan inflamasi kronik saluran napas dan disebabkan
oleh hiperreaktivitas saluran napas yang melibatkan beberapa sel inflamasi
terutama sel mast, eosinofil, sel limfosit T, makrofag, neutrofil dan sel
epitel yang menyebabkan pelepasan mediator seperti histamin dan
leukotrin yang dapat mengaktivasi target saluran napas sehingga terjadi
bronkokonstriksi, kebocoran mikrovaskular, edema dan hipersekresi
mukus. Inflamasi saluran napas pada asma merupakan proses yang sangat
kompleks melibatkan faktor genetik, antigen dan berbagai sel inflamasi,
interaksi antara sel dan mediator yang membentuk proses inflamasi
kronik.4,
Proses inflamasi kronik ini berhubungan dengan peningkatan
kepekaan saluran napas sehingga memicu episode mengi berulang, sesak
napas, batuk terutama pada malam hari. Hiperresponsivitas saluran napas
19
pemic
u
Hiperreaktivit
as
Bronkokonstriksi, hipersekresi
mukus, edema saluran napas
3.7 Diagnosis
Diagnosis dapat ditegakkan dari anamnesis, pemeriksaan fisik,
pemeriksaan laboratorium, dan pemeriksaan penunjang.
Anamnesis
20
Emfisema paru
Sesak napas merupakan gejala utama emfisema, sedangkan
batuk dan mengi jarang menyertainya.
Gagal jantung kiri
Dulu gagal jantung kiri dikenal dengan asma kardial dan
timbul pada malam hari disebut paroxysmal nocturnal
dispnea.Penderita tiba-tiba terbangun pada malam hari karena
sesak, tetapi sesak menghilang atau berkurang bila duduk.Pada
pemeriksaan fisik ditemukan kardiomegali dan edema paru.
Emboli paru
Hal-hal yang dapat menimbulkan emboli paru adalah gagal
jantung.Disamping gejala sesak napas, pasien batuk dengan
disertai darah (haemoptoe).
2.9 Penatalaksanaan
Pengontrol (Controllers)
Kortikosteroid inhalasi
Kortikosteroid sistemik
Sodium kromoglikat
Nedokromil sodium
Metilsantin
Agonis beta-2 kerja lama, inhalasi
24
Aminofillin
Adrenalin
Metilsantin
Antikolinergik
Adrenalin
3.10Komplikasi
1. Status asmatikus
2. Atelektasis
3. Hipoksemia
4. Pneumothoraks
5. Emfisema
3.11Prognosis
BAB III
ANALISA KASUS
Pasien menyatakan bahwa rumah pasien dekat dengan jalan umum, sehingga
debu dengan mudah masuk kedalam rumah pasien. hal ini dapat memicu
kekambuhan pasien. sehingga, terdapat hubungan antara diagnosis dengan
keadaan rumah dan lingkungan sekitar.
saat tidur.
Serangan asma timbul akibat adanya faktor pencetus. Pada pasien ini
yang dapat disimpulkan sebagai faktor pencetus asmanya adalah debu akibat
pencahayaan dan keadaan rumah yang lembab serta polusi udara akibat
jalanan umum didepan rumah pasien. Pasien
DAFTAR PUSTAKA
31
LAMPIRAN