“TONSILITIS AKUT“
PUSKESMAS OLAK KEMANG
Disusun Oleh :
Amanda Nofita Dewi, S.Ked ( G1A216024 )
Preseptor :
Dr. Ratna Sugiati
1
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN KASUS
TONSILITIS AKUT
OLEH :
AMANDA NOFITA DEWI, S.ked
G1A216024
2
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT sebab karena rahmat-Nya
laporan kasus dengan judul Tonsilitis Akut ini dapat terselesaikan. Laporan kasus ini
dibuat sebagai tugas dalam menjalankan Kepaniteraan Klinik Senior di Bagian Ilmu
Kesehatan Masyarakat di Puskesmas Olak Kemang Kota Jambi.
Dalam kesempatan ini saya juga mengucapkan terima kasih kepada dr. Ratna
Sugiati yang telah mengorbankan waktu, tenaga, dan pikiran dalam memberikan ilmu yang
sangat berguna ketika diskusi selama kepaniteraan klinik di stase Ilmu Kesehatan
Masyarakat ini.
Penulis menyadari bahwa laporan kasus ini masih jauh dari kesempurnaan, karena
penulis masih dalam tahap belajar dan kurangnya pengalaman serta pengetahuan penulis.
Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran agar lebih baik kedepannya.
Akhir kata semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua dan dapat menambah
informasi dan pengetahuan kita.
Penulis
3
BAB I
STATUS PASIEN
I. Identitas Pasien
a. Nama/Kelamin/Umur : An. N/ perempuan / 10 tahun
b. Pekerjaan : Pelajar
c. Alamat : Rt 03 Tanjung Raden
4
kondisi dapur pasien tampak sedikit
berantakan. Pencahayaan di dapur cukup.
Ibu pasien memasak menggunakan
kompor gas.
5
f. Kondisi lingkungan di sekitar rumah :
Kondisi lingkungan pasienvcukup padat dengan sekitarnya. Jarak rumah dengan rumah
disekitar sekitar 2 meter. Jarak rumah dengan jalan sekitar 10 meter.
6
VIII. Riwayat makan, alergi, obat obatan, perilaku kesehatan dll yang relevan
Os seorang siswi SD kelas 5. Os sangat suka jajan disekolahan. Jajan yang sering
dikonsumsi berupa es dan snack chiki – chiki. Selain jajan disekolah, os juga suka makan
jajanan yang dijual oleh ibu pasien di rumahnya. Ibu os mengatakan bahwa anaknya tidak
mau makan nasi dan lebih sering makan jajanan.
Pemeriksaan Organ
1. Kepala : Normocephal
2. Mata : CA (-/-), SI (-/-), RC (+/+)
3. Telinga : dbn
4. Hidung : deviasi (-), sekret (-)
5. Mulut :
Bibir : basah, tidak pucat
Bau pernafasan : normal
Gusi : warna merah muda, perdarahan (-)
Lidah : putih kotor (-), ulkus (-)
6. Leher : Pembesaran KGB (-) , struma (-)
7. Thorax
Jantung
Inspeksi : Ictus cordis tak tampak
Palpasi : Ictus cordis teraba di ICS V linea midclavicula sinistra
7
Perkusi : Batas jantung dbn
Auskultasi : BJ I/II regular, murmur (-), gallop (-)
Pulmo
Inspeksi : Bentuk simetris, tidak ada bagian yang tertinggal
Palpasi : Fremitus taktil kanan = kiri
Perkusi : Sonor
Auskultasi : Vesikular (+/+), wheezing (-/-), ronki (-/-)
8. Abdomen :
Inspeksi : Datar, sikatriks (-)
Palpasi : Supel, Nyeri tekan (-), hepar, lien dan ginjal tidak teraba
Auskultasi : Bising usus (+) normal
Perkusi : Timpani, shifting dullness (-)
9. Ekstremitas : akral hangat, edema (-), sianosis (-), CRT < 2 detik
Status Lokalisata
Mukosa faring : hiperemis
Tonsil : T3/T3
Mukosa hiperemis :+/+
Kripta lebar :+/+
Detritus :-/-
8
X. Pemeriksaan Laboratorium
Tidak dilakukan
XIV. Manajemen.
a. Promotif :
Menerangkan kepada pasien dan ibu pasien tentang penyakit yang diderita,
pengobatan, pencegahan dan komplikasinya.
Edukasi tentang menjaga kesehatan diri dan meningkatkan kekebalan tubuh.
b. Preventif :
Menghindari makanan dan minuman yang merangsang amandel seperti gorengan,
minuman dingin (es) dan snack (chiki) yang banyak mengandung penyedap rasa.
Menjaga kebersihan gigi dan mulut dengan menggosok gigi minimal 2 kali sehari.
c. Kuratif :
Non Farmakologi
Istirahat yang cukup
Banyak minum air putih (2 liter sehari)
9
Makan makanan bergizi
Farmakologi
Amoksisilin 250 mg 3 x 1 tab P.O selama 5 hari (25-50 mg/kgBB)
Parasetamol 500 mg 3 x ½ tab P.O jika demam (10-15 mg/kgBB)
Tradisional
Mengkudu, cara membuat :
- Siapkan 3 mengkudu yang sudah matang dan madu murni
- Tumbuk mengkudu dan saring airnya
- Kemudian campur air mengkudu dengan madu murni
- Aduk hingga merata dan minum 3 kali sehari
d. Rehabilitatif
Pasien disarankan untuk kontrol ulang ke puskesmas atau rumah sakit bila keluhan
timbul penyakit.
Jika tonsil sering meradang, menimbulkan sesak, atau sukar menelan segera
periksakan diri ke dokter spesialis THT.
10
Dinas Kesehatan Kota Jambi Dinas Kesehatan Kota Jambi
Puskesmas Olak Kemang Puskesmas Olak Kemang
Dr. Amanda Nofita Dewi SIP : 20817252 Dr. Amanda Nofita Dewi SIP : 20817252
Jalan : Kelurahan Olak Kemang 085378999028 Jalan : Kelurahan Olak Kemang 085378999028
Dr. Amanda Nofita Dewi SIP : 20817252 Dr. Amanda Nofita Dewi SIP : 20817252
Jalan : Kelurahan Olak Kemang 085378999028 Jalan : Kelurahan Olak Kemang 085378999028
11
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Tonsilitis adalah peradagan tonsil palatina yang merupakan bagian dari cincin
Waldeyer. Tonsil hampir selalu diartikan sebagai tonsil palatina.Tonsilitis akut
merupakan infeksi tonsil yang sifatnya akut, sedangkan tonsilitis kronik merupakan
tonsilitis yang terjadi berulang kali (kronik).(1,2,3)
2.2 Epidemiologi
Tonsilitis paling sering terjadi pada anak-anak, meskipun jarang terjadi pada
anak-anak usia kurang dari dua tahun. Tonsilitis akibat infeksi Streptococcus secara
khusus terjadi pada anak-anak usia 6-15 tahun. Kasus terbanyak ditemukan pada anak-
anak usia sekolah, yang berkontak dengan anak lain yang menderita tonsilitis akibat
bakteri maupun virus.(1, 3, 4)
2.3 Klasifikasi
Adapun jenis - jenis dari tonsilitis, adalah:
1. Tonsilitis Akut
Tonsilitis akut merupakan suatu infeksi pada tonsil yang ditandai nyeri
tenggorok, nyeri menelan, panas, dan malaise. Pemeriksaan fisik dapat ditemukan
pembesaran tonsil, eritema dan eksudat pada permukaan tonsil, kadang ditemukan
adanya limadenopati servikal. Korblut, menjelaskan gejala tonsilitis akut akan
berkurang 4-6 hari. Penyakit ini biasanya akan sembuh setelah 7-14 hari. Tonsilitis akut
berdasarkan penyebab infeksi, yaitu(1, 2):
a. Tonsilitis Viral
Tonsilitis yang disebabkan oleh virus. Gejala lebih menyerupai common cold
yang disertai rasa nyeri tenggorok. Penyebab yang sering Epstein Barr, influenza, para
12
influenza, coxasakie, echovirus, rhinovirus. Douglas seperti dikutip Kornbult
menemukan bahwa kebanyakan tonsilitis virus terjadi pada usia prasekolah
sedangkan infeksi bakteri terjadi pada anak yang lebih besar.(1, 2)
b. Tonsilitis Bakterial
Tonsilitis akut bakterial paling banyak disebabkan Streptococcus β
hemoliticus. Lebih kurang 30%-40% tonsilitis akut disebabkan oleh Streptococcus β
hemoliticus grup A. Brook, menyatakan dalam mendiagnosis tonsilitis keterlibatan
Streptococcus β hemoliticus grup A harus tetap dipertimbangkan disamping bakteri
lain yang juga dapat ditemukan pada pemeriksaan bakteriologi.(1, 2)
13
2. Tonsilitis Kronik
Tonsilitis kronis adalah peradangan tonsil yang menetap sebagai akibat infeksi
akut atau subklinis yang berulang. Ukuran tonsil membesar akibat hiperplasia parenkim
atau degenerasi fibrinoid dengan obstruksi kripta tonsil, namun dapat juga ditemukan
tonsil yang relatif kecil akibat pembentukan sikatrik yang kronis. Brodsky, menjelaskan
durasi maupun beratnya keluhan nyeri tenggorok sulit dijelaskan. Biasanya nyeri
tenggorok dan nyeri menelan dirasakan lebih dari 4 minggu dan kadang dapat
menetap. Brook dan Gober, seperti dikutip oleh Hammouda menjelaskan tonsilitis
kronis adalah suatu kondisi yang merujuk kepada adanya pembesaran tonsil sebagai
akibat infeksi tonsil yang berulang.(1, 7)
Gambar 2.2. Tonsilitis kronik dengan eksudasi purulen yang menutupi kedua tonsil.
Pada uvula dan arkus tampak hiperemis dan edema.(8)
14
3. Tonsilitis Rekuren
Tonsilitis rekuren merupakan peradangan pada tonsil yang ditandai gejala episode
tonsilitis akut pada saat pasien datang dimana ada riwayat penyembuhan lengkap
diantara episode akut tersebut. Menurut Brodsky, tonsilitis rekuren didefiniskan
sebagai tonsilitis akut yang berulang lebih dari 4 kali dalam satu tahun, atau lebih dari 7
kali dalam 1 tahun, 5 kali setiap tahun selama 2 tahun, atau 3 kali setahun selama 3
tahun. (1, 9)
Kebanyakan pada anak tidak ditemukan adanya keluhan diantara episode, dengan
gambaran maupun ukuran tonsil yang kembali normal. Letak tonsil, jumlah dari kripte,
dan celahnya tampaknya sebagai tempat berkembangnya bakteri. Pengobatan secara
cepat pada tonsilitis akut mungkin saja tidak berhasil dalam mencegah infeksi
lanjutan.(1, 9)
15
radang dengan infiltrasi leukosit polimorfonuklear. Karena proses radang berulang yang
timbul maka selain epitel mukosa juga jaringan limfoid diganti oleh jaringan parut yang
akan mengalami pengerutan sehingga kripte melebar. Secara klinis kripte ini akan
tampak diisi oleh Detritus (akumulasi epitel yang mati, sel leukosit yang mati dan
bakteri yang menutupi kripte berupa eksudat yang berwarna kekuning-kuningan).
Proses ini terus meluas hingga menembus kapsul sehingga terjadi perlekatan dengan
jaringan sekitar fossa tonsilaris. Pada anak-anak, proses ini akan disertai dengan
pembesaran kelenjar submandibula.(1, 2, 11)
Gejala klinis tonsilitis akut maupun kronik dapat ditemukan adanya nyeri
tenggorok, di mana pada tonsilitis kronik didahului gejala tonsilitis akut seperti nyeri
tenggorok yang tidak hilang sempurna. adapun gejala pada tonsilitis akut ditandai
dengan nyeri tenggorok, nyeri menelan, demam, dan malaise. Halitosis akibat debris
yang tertahan di dalam kripta tonsil, yang kemudian dapat menjadi sumber infeksi
berikutnya.(1, 2)
Tabel 1. Perbedaan Tonsilitis(1, 2, 7, 9)
Tanda Tonsilitis Akut Tonsilitis Tonsilitis Rekuren
Kronis
Warna Hiperemis (+) Hiperemis (-) Hiperemis (+)
Edema (+) (-) (+)
Kripte Melebar (-) Melebar (+) Melebar (+)
Detritus (+/-) (+) (+)
Perlengketan (-) (+) (+)
Onset 7-14 Hari >4 minggu Ada fase sembuh
diantara 2 fase
akut/lebih
16
Gambar. 2.3 Derajat Tonsil.(11)
2.6 Diagnosis
Pada anamnesis, penderita biasanya datang dengan keluhan tonsilitis berulang
berupa nyeri tenggorokan berulang atau menetap, rasa ada yang mengganjal di
tenggorok, ada rasa kering di tenggorok, napas berbau, iritasi pada tenggorokan, dan
obstruksi pada saluran cerna dan saluran napas, yang paling sering disebabkan oleh
adenoid yang hipertrofi. Gejala-gejala konstitusi dapat ditemukan seperti demam, tetapi
tidak mencolok. Pada anak dapat ditemukan adanya pembesaran kelenjar limfa
submandibular.(2, 13)
Pada pemeriksaan tampak tonsil membesar dengan permukaan yang tidak rata,
kripte melebar dan beberapa kripte terisi oleh detritus.. Pada umumnya terdapat dua
gambaran tonsil yang secara menyeluruh dimasukkan ke dalam kategori tonsilitis
kronik.(10)
Pemeriksaan Bakteriologi
Pemeriksaan bakteriologi dari tonsil dapat dilakukan dengan pemeriksaan sediaan
swab secara gram dengan pewarnaan Ziehl-Nelson atau dengan pemeriksaan biakan
dan uji kepekaan. Pemeriksaan ini dapat diambil dari swab permukaan tonsil maupun
jaringan inti tonsil.(1) Daerah tenggorok banyak mengandung flora normal. Permukaan
tonsil mengalami kontaminasi dengan flora normal di saluran nafas atas. Patogen yang
didapatkan dari daerah ini bisa jadi bukan merupakan bakteri yang menginfeksi tonsil.
17
Pemeriksaan kultur dari permukaan tonsil saja tidak selalu menunjukkan bakteri
patogen yang sebenarnya.(1)
Pemeriksaan Histopatologi
Penelitian yang dilakukan Ugras dan Kutluhan tahun 2008 di Turkey terhadap
480 spesimen tonsil, menunjukkan bahwa diagnosa Tonsilitis Kronis dapat ditegakkan
berdasarkan pemeriksaan histopatologi dengan tiga kriteria histopatologi yaitu
ditemukan ringan-sedang infiltrasi limfosit, adanya Ugra’s abses dan infiltrasi limfosit
yang difus. Kombinasi ketiga hal tersebut ditambah temuan histopatologi lainnya dapat
dengan jelas menegakkan diagnosa Tonsilitis Kronik.(11)
A B
. .
Gambar 2.4A. Pharynx posterior dengan peteki dan eksudat. B. Pemeriksaan
bakteriologi Streptococcus pyogenes.(15)
Gejala klinis secara umum pada faringitis berupa demam, nyeri tenggorok, sulit
menelan, dan nyeri kepala. Pada pemeriksaan tampak tonsil membesar, faring dan tonsil
hiperemis dan terdapat eksudat di permukaannya. Beberapa hari kemudian timbul bercak
18
petechiae pada palatum dan faring. Kelenjar limfa anterior membesar, kenyal, dan nyeri
pada penekanan.(2, 13, 14)
2. Difteri
Disebabkan oleh kuman Corynebacterium diphteriae. Tidak semua orang yang
terinfeksi oleh kuman ini akan sakit. Keadaan ini tergantung pada titer antitoksin dalam
darah. Titer antitoksin sebesar 0,03 sat/cc darah dapat dianggap cukup memberikan dasar
imunitas. Tonsilitis difteri sering ditemukan pada anak berusia kurang dari 10 tahun dan
frekuensi tertinggi pada usia 5 tahun.(2)
A B
. .
Gambar 2.5 arakteristik membran tipis pada infeksi difteri di pharynx posterior. B.
Gambaran mikrobiologi Corynebacterium diphtheriae gram positif dengan pewarnaan
metilen blue.(16)
Gejala klinik terbagi dalam tiga golongan yaitu : umum, lokal, dan gejala akibat
eksotoksin. Gejala umum sama seperti gejala infeksi lainnya yaitu kenaikan suhu tubuh
biasanya subfebris, nyeri kepala, tidak nafsu makan, badan lemah, nadi lambat serta
keluhan nyeri menelan. Gejala lokal yang tampak berupa tonsil membengkak ditutupi
bercak putih kotor yang makin lama makin meluas dan bersatu membentuk membrane
semu (pseudomembran) yang melekat erat pada dasarnya sehingga bila diangkat akan
mudah berdarah..(2, 14)
3. Hipertrofi Adenoid
Adenoid adalah massa yang terdiri dari jaringan limfoid yang terletak pada
dinding posterior nasofaring, termasuk dalam rangkaian cincin Waldeyer. Secara
19
fisiologik adenoid ini membesar pada anak usia 3 tahun dan kemudian akan mengecil dan
hilang sama sekali pada usia 14 tahun. Akibat dari hypertrophy ini akan timbul sumbatan
Koana dan tuba eustachi..(2)
Gambar 2.6 Choana posterior sinistra yang mengalami obstruksi oleh massa
jaringan adenoid pada pemeriksaan nasoendoskopi(8)
4. Tumor Tonsil
Neoplasma bukanlah penyebab dari tonsilitis akut maupun kronik, tetapi
seringkali menjadi penanda akan adanya etiologi infeksi. Pasien yang mendapat
penanganan faringitis infeksi yang tidak membaik, perlu dilakukan pemeriksaan untuk
mendeteksi adanya neoplasma. Gejala umum dari tumor tonsil antara lain, nyeri tonsil
unilateral, disfagia, odinofagia, penurunan berat bedan, dan otalgia.(9, 14)
20
2.8 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan untuk tonsilitis terdiri atas terapi medikamentosa dan operatif,
yakni(2, 11, 17) :
1. Medikamentosa
Terapi medikamentosa diterapi sesuai dengan penyebabnya. Pada tonsilitis viral
dilakukan penatalaksanaan berupa istirahat, minum yang cukup, analgetika, dan obat
antiviral jika menunjukkan gejala yang berat.(2) Pada tonsilitis bakterial diberikan obat
antibiotik spektrum luas penisilin, eritromisin, antipiretik dan obat kumur yang
mengandung desinfektan. Pemberian antibiotik yang bermanfaat pada penderita Tonsilitis
Kronis yaitu cephaleksin ditambah metronidazole, klindamisin (terutama jika disebabkan
mononukleosis atau abses), amoksisilin dengan asam kalvulanat (jika bukan disebabkan
mononukleosis).(2)
2. Operatif
Tonsilektomi dilakukan bila terjadi infeksi yang berulang atau kronik, gejala
sumbatan serta kecurigaan neoplasma.(9, 10)
Indikasi tonsilektomi dulu dan sekarang tidak berbeda, namun terdapat perbedaan
prioritas relatif dalam menentukan indikasi tonsilektomi pada saat ini. Dulu tonsilektomi
diindikasikan untuk terapi tonsilitis kronik dan berulang. Saat ini, indikasi yang lebih
utama adalah obstruksi saluran napas dan hipertrofi tonsil. Untuk keadaan emergency
seperti adanya obstruksi saluran napas, indikasi tonsilektomi sudah tidak diperdebatkan
lagi (indikasi absolut). Namun, indikasi relatif tonsilektomi pada keadaan non emergency
dan perlunya batasan usia pada keadaan ini masih menjadi perdebatan. Sebuah
kepustakaan menyebutkan bahwa usia tidak menentukan boleh tidaknya dilakukan
tonsilektomi.(1, 2,17)
Indikasi Absolut(2, 3, 10, 17,18)
a) Pembengkakan tonsil yang menyebabkan obstruksi saluran napas, disfagia, gangguan
tidur dan komplikasi kardiopulmonar.
b) Abses peritonsil yang tidak membaik dengan pengobatan medis dan drainase
c) Tonsilitis yang menimbulkan kejang demam
d) Tonsilitis yang membutuhkan biopsi untuk menentukan patologi anatomi
21
Indikasi Relatif((2, 3, 10, 17)
a) Terjadi 3 episode atau lebih infeksi tonsil per tahun dengan terapi antibiotik adekuat.
b) Halitosis akibat tonsilitis kronik yang tidak membaik dengan pemberian terapi medis.
c) Tonsilitis kronik atau berulang pada karier streptokokus yang tidak membaik dengan
pemberian antibiotik β laktamase resisten.
2.8 Komplikasi
22
BAB III
ANALISA KASUS
d. Analisis kemungkinan berbagai faktor risiko atau etiologi penyakit pada pasien ini
- Pasien jarang menggosok gigi sehingga kebersihan gigi dan mulut pasien kurang.
Kuman akan hidup di gigi dan mulut yang kurang terjaga kebersihannya.
23
- Pasien sering mengkonsumsi makanan atau minuman yang merangsang. Dimana
pasien gemar minum es dan snack chiki - chiki.
e. Analisis untuk mengurangi paparan atau memutus rantai penularan dengan faktor
risiko atau etiologi pada pasien ini.
- Menghindari makanan dan minuman yang merangsang amandel seperti minuman
dingin (es) dan snack (chiki) yang mengandung penyedap rasa.
- Menjaga kebersihan gigi dan mulut dengan menggosok gigi minimal 2 kali sehari.
24
DAFTAR PUSTAKA
1. Rusmarjono dan Hermani B. Odinofagia. Buku ajar ilmu kesehatan telinga hidung
tenggorok& leher. Edisis Keenam. Cetakan ke-5. Balai penerbit FKUI : Jakarta : 2010
2. Rusmarjono dan Soepardi EA. Faringitis, tonsilitis, dan hipertrofi adenoid. Buku ajar
ilmu kesehatan telinga hidung tenggorok& leher. Edisis Keenam. Cetakan ke-5. Balai
penerbit FKUI : Jakarta : 2010; h 217-9
3. Mansjoer, A (ed). 2005. Ilmu penyakit telinga, hidung, tenggorok : Tenggorok dalam :
Kapita Selekta Kedokteran Edisi 3. FKUI : Jakarta; h.118
4. Accera JR. Pharyngitis in Emergency medicine. 2010. Diambil dari
http://medicine.medscape.com/article/764304-overview#a0199
5. Pommerville, JC. Alcano’s Fundamentals of microbiology. Ed ke-9. Soubury : Jones &
bartlett Publisher; 2011; h. 304-5
6. Lipsky MS, King MS. Blueprints Family medicine. Philadelphia : lipincott; 2010; h. 87-9
7. Dhingra PL. Diseases of Ear, Nose, Throat, India : Reed Elsevier; 2000; h. 236-7
8. http://www.mdcalc.com/modified-centor-score-for-step-pharyngitis
25