Anda di halaman 1dari 24

1

BAB I
STATUS PASIEN

I. Identitas Pasien
a. Nama/Jenis Kelamin/Umur : Tn. S/Laki laki/60 tahun
b. Pekerjaan : IRT
c. Alamat : RT 10 Tambak Sari

II. Latar Belakang Sosio-ekonomi-demografi-lingkungan-keluarga


a. Status Perkawinan : Menikah
b. Jumlah anak : 4 orang
c. Status ekonomi keluarga : Cukup
d. Kondisi Rumah :

Pasien tinggal di lingkungan rumah yang padat penduduk. Rumah


beratapkan seng, halaman depan cukup luas dan banyak pepohonan. Rumah
terdiri dari 1 ruang tamu, 1 ruang tengah, 3 kamar tidur, dan 1 WC. Pada
ruang tamu dan ruang tengah terdapat 4 jendela dan beberapa lubang angin,
pencahayaan cukup. Air yang digunakan untuk masak, makan, minum, dan
mandi berasal dari air sumur. Secara keseluruhan rumah terkesan cukup
bersih dan rapi, pencahayaan dan ventilasi cukup.

e. Kondisi Lingkungan Sekitar


Sekitar rumah merupakan pemukiman padat penduduk. Kebersihan
lingkungan sekitar cukup.
2

III. Aspek Perilaku Psikologis dalam Keluarga


Pasien memiliki 4 orang anak. Pasien tinggal bersama istri dan anak
bungsunya. 3 anak pasien sudah menikah

IV. Keluhan Utama


Keluar benjolan dari anus setiap BAB sejak ± 2 minggu

V. Riwayat Perjalanan Penyakit:


Pasien datang dengan keluhan keluar benjolan kecil dari anus setiap kali
BAB sejak ± 2 minggu. Benjolan terutama keluar setiap pasien mengedan,
benjolan kemudian dapat masuk sendiri. Setiap BAB pasien membutuhkan
waktu yang lama. Pasien mengaku sering sembelit sehingga sering mengejan
dengan kuat setiap BAB. Setelah BAB pasien juga merasakan perih pada
anusnya. Kadang BAB disertai darah, BAB seperti kerikil (-), penurunan
berat badan (-). Pasien memang jarang mengkonsumsi buah dan sayur. Pasien
juga jarang mengkonsumsi air putih. Pasien sebelumnya belum pernah
berobat karena keluhan tersebut.

VI. Riwayat Penyakit Dahulu


 Riwayat keluhan yang sama (-)
 Riwayat darah tinggi (-)
 Riwayat kencing manis (-)

VII. Riwayat Penyakit Keluarga


 Keluhan yang sama (-)
 Riwayat darah tinggi (+)
 Riwayat kencing manis (-)

VIII. Riwayat makan, alergi, obat obatan


 Alergi obat (-)
 Alergi makanan (-)

IX. Pemeriksaan Fisik


Keadaan Umum : tampak sakit sedang
3

Kesadaran : compos mentis


Tekanan Darah : 120/70 mmHg
Nadi : 78 x/menit
Pernafasan : 18 x/menit
Suhu : 36,5°C
Berat Badan : 64 kg
Tinggi Badan : 166 cm
Status Gizi : IMT = 64 /(1,66)2 = 23,22

Status Generalisata
 Kepala : Normocepal

 Mata : Konjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/-, RC (+/+)

 Telinga : Nyeri tekan (-)

 Hidung : Simetris, napas cuping hidung (-), lendir -/-

 Mulut : Bibir kering (-), sianosis (-)

 Tenggorok : Tonsil T1/T1, hiperemis(-), faring hiperemis (-)

 Leher : Pembesaran KGB (-)

 Thoraks
Paru-paru :
 Inspeksi : Pergerakan dinding dada simetris,skar (-)
 Palpasi : Nyeri tekan (-)
 Perkusi : Sonor dikedua lapang paru
 Auskultasi : Vesikuler (+),ronkhi (-), wheezing (-)
Jantung
 Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat
 Palpasi : Ictus cordis teraba di ICS V linea midclavicula sinistra
 Perkusi : batas jantung dbn
 Auskultasi : BJ I dan II reguler, murmur (-), gallop (-)
 Abdomen
 Inspeksi : Datar, skar (-)
 Auskultasi : Peristaltik normal
4

 Palpasi : Nyeri tekan (-) hepar dan lien tidak teraba


 Perkusi : Timpani

 Ekstremitas Atas : akral hangat, edema (-), CRT < 2 detik


Ekstremitas bawah : akral hangat, edema (-), CRT < 2 detik

Status Lokalis
Rectal Toucher :
- Jepitan sfingter kuat
- Mukosa rectum dan anus licin
- Teraba benjolan diarah jam 3 konsistensi kenyal, licin, nyeri tekan (+),
permukaan rata, mobile.
- Ampulla recti tidak kolaps
- Sarung tangun : feses (+), darah (+)

X. Pemeriksaan Laboratorium
Darah rutin :
WBC : 7,9 x 103/µL
RBC : 3,81 x 106/µL
HGB : 11,2 g/dL
HCT : 37,3 %
PLT : 268 x 103/µL

XI. Pemeriksaan Penunjang Anjuran


a. Anoskopi
b. Sigmoidoskopi

XII. Diagnosis Kerja


Hemoroid Interna Grade II (I84.2)

XIII. Diagnosis Banding


 Polip Recti (K62.1)
 Ca Kolorektal (C18.9)
 Fisura Ani (K60.0)
5

XIV. Manajemen
a. Promotif :
 Menjelaskan kepada pasien bahwa penyakit ini sulit sembuh dengan
hanya pengobatan konservatif
 Menjelaskan komplikasi terburuk dari penyakit ini bila tidak
dilakukan pengobatan secara cepat, tepat, dan adekuat.
b. Preventif :
 Menghindari mengejan saat buang air besar
 Jangan terlalu lama saat BAB
 Hindari menahan BAB
c. Kuratif :
Non Farmakologi
 Rendam duduk dengan air hangat yang bersih atau PK dapat dilakukan
rutin dua kali sehari selama 10 menit pagi dan sore selama 1 – 2 minggu,
karena air hangat dapat merelaksasi sfingter dan spasme.
 Koreksi konstipasi dengan meningkatkan konsumsi serat (25-30 gram
sehari), dan menghindari obat-obatan yang dapat menyebabkan
konstipasi.
 Konsumsi air putih (minimal 8 gelas sehari)

Farmakologi
 Antihemoroid Supp 2x1
 Vitamin B comp 1x1

Obat Tradisional berdasarkan FOHAI


Herbal untuk Konstipasi dan Hemoroid :
- Daun Sendok
3x1 sachet (2gr serbuk)/hari
- Daun Wungu
2x1 sachet (5gr serbuk)/hari, rebus dengan 2 gelas air sampai menjadi 1
gelas.
- Lidah buaya
6

Dosis tunggal 1 kapsul (100mg ekstrak), malam (mulai kerja 8 jam). Aloe
digunakan untuk periode singkat, maksimal 8-10 hari.

d. Rehabilitatif
 Menyarankan kepada pasien untuk menghindari faktor-faktor penyebab
bertambah parahnya penyakit ini
 Jika keluhan bertambah berat pasien disarankan untuk kerumah sakit
untuk dilakukan pemeriksaan lebih lanjut
.
7

Resep Puskesmas Resep Ilmiah 1


DINAS KESEHATAN KOTA JAMBI DINAS KESEHATAN KOTA JAMBI
UPTD PUSKESMAS PAKUAN BARU UPTD PUSKESMAS PAKUAN BARU
Jl. Sudirman No. 75, Tambak Sari, Kec. Jambi Jl. Sudirman No. 75, Tambak Sari, Kec. Jambi
Selatan, Kota Jambi. Selatan, Kota Jambi.
Dokter : dr. Intan Anferta M Dokter : dr. Intan Anferta M

R/ R/

Pro : Pro :
Umur : Umur :

Resep Ilmiah 2 Resep Ilmiah 3


DINAS KESEHATAN KOTA JAMBI DINAS KESEHATAN KOTA JAMBI
UPTD PUSKESMAS PAKUAN BARU UPTD PUSKESMAS PAKUAN BARU
Jl. Sudirman No. 75, Tambak Sari, Kec. Jambi Jl. Sudirman No. 75, Tambak Sari, Kec. Jambi
Selatan, Kota Jambi. Selatan, Kota Jambi.
Dokter : dr. Intan Anferta M Dokter : dr. Intan Anferta M

R/ R/

Pro : Pro :
Umur : Umur :
8

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi Rektum dan Kanalis Analis


Rektum panjang nya sekitar 5 inci (13 cm) dan mulai di depan vertebra
sacralis ketiga sebagai lanjutan dari kolon sigmoideum. Rektum berjalan ke
bawah mengikuti lengkung sacrum dan coccygis, dan berakhir di depan ujung
coccygis dengan menembus diafragma pelvis dan melajutkan diri sebagai kanalis
analis. Bagian bawah rektum melebar membentuk ampulla recti. Peritoneum
hanya meliputi permukaan duapertiga bagian atas rektum. Taenia coli kolon
sigmoideum bersatu, dengan demikian serabut – serabut longitudinal membentuk
pita lebar pada permukaan anterior dan posterior rektum. Tunika mukosa rektum
bersama dengan stratum circulare membentuk tiga lipatan semicircularis, dua
terdapat pada sisi kiri dinding rektum, dan satu pada sisi kanan. Lipatan – lipatan
ini dinamakan plicae transversales recti.1,2

Gambar 2.1 Area anorektal disertai hemoroid

Kanalis analis panjangnya sekitar 1,5 inci (4 cm) dan berjalan ke bawah dan
belakang dari ampulla recti untuk membuka ke permukaan anus. Kecuali saat
defekasi, dinding lateral kanalis analis dipertahankan saling berdekatan dengan
musculus levator ani dan musculus sfingter ani.3 Pada perbatasan antara rektum
dan kanalis analis, musculus sfingter ani internus, musculus sfingter ani eksternus
pars profundus, dan musculus puborektalis membentuk cincin yang disebut cincin
anorektal, yang dapat diraba pada pemeriksaan rektum.3,5
9

2.2 Definisi Hemoroid


Hemoroid adalah jaringan normal yang terdapat pada semua orang, yang
terdiri atas pleksus arteri-vena, berfungsi sebagai katup didalam saluran anus
untuk membantu sistem sfingter anus, mencegah inkontinensia flatus dan cairan.
Apabila hemoroid ini sudah mulai menimbulkan keluhan, harus segera dilakukan
tindakan untuk mengatasinya.6 Hemoroid berasal dari kata ''haima'' yang berarti
darah dan ''rheo'' yang berarti mengalir.
Dalam medis, Hemoroid merupakan pelebaran dan inflamasi pembuluh darah
vena di daerah anus yang berasal dari pleksus hemoroidalis. 1 Dibedakan menjadi
2, yaitu hemoroid interna dan hemoroid eksterna yang pembagiannya berdasarkan
letak pleksus hemoroidalis yang terkena. Dibawah atau diluar linea dentatus,
pelebaran vena yang berada dibawah kulit (subkutan) disebut hemoroid eksterna.
Sedangkan di atas atau di dalam linea dentatus, pelebaran vena yang berada di
bawah mukosa (submukosa) disebut hemoroid interna.1,2

2.3 Etiologi dan Faktor Resiko


Etiologi idiopatik, beberapa faktor telah diklaim sebagai etiologi dari
perkembangan hemoroid, termasuk konstipasi dan mengejan berkepanjangan.
Dilatasi dan distorsi abnormal dari saluran pembuluh darah, bersamaan dengan
perubahan destruktif pada jaringan ikat penyangga dalam bantalan anal
merupakan temuan penting dari penyakit hemoroid.2
Faktor resiko terjadinya hemoroid antara lain :
1. Keturunan
Adanya kelemahan dinding vena di daerah anorektal yang didapat sejak lahir
akan memudahkan terjadinya hemoroid setelah mendapat paparan tambahan seperti
mengejan terlalu kuat atau terlalu lama, konstipasi, dan lain-lain.7
2. Konstipasi
Konstipasi dan mengejan berkepanjangan diyakini sebagai penyebab
hemoroid karena feses yang keras dan peningkatan tekanan intra abdominal dapat
menyebabkan obstruksi aliran balik vena sehingga mengakibatkan pembengkakan
pleksus hemoroidalis. Mengejan berlebihan untuk buang air besar dapat memicu
10

perkembangan gejala seperti perdarahan dan prolaps pada pasien dengan riwayat
hemoroid.2
3. Pola buang air besar yang salah
Pemakaian jamban duduk juga dapat meningkatkan insidensi hemoroid.
Dengan pemakaian jamban yang duduk posisi usus dan anus tidak dalam posisi
tegak. Sehingga akan menyebabkan tekanan dan gesekan pada vena di daerah
rektum dan anus. Berbeda halnya pada penggunaan jamban jongkok. Posisi jongkok
saat defekasi dapat mencegah terjadinya konstipasi yang secara tidak langsung dapat
mencegah terjadinya hemoroid. Hal tersebut dikarenakan pada posisi jongkok,
valvula ileocaecalis yang terletak antara usus kecil dan caecum dapat menutup
secara sempurna sehingga tekanan dalam kolon cukup untuk mengeluarkan feses.
Selain itu menghindari kebiasaan untuk menunda ke jamban ketika sudah dirasa
ingin buang air besar juga dapat menurunkan kejadian konstipasi.7
4. Usia
Pada usia tua terjadi degenerasi dari jaringan-jaringan tubuh, otot sfingter pun
juga menjadi tipis dan atonis. Karena sfingter nya lemah maka dapat timbul prolaps.
Selain itu pada usia tua juga sering terjadi sembelit yang dikarenakan penyerapan air
yang berlebihan pada saluran cerna. Hal tersebut menyebabkan konsistensi tinja
menjadi keras. Sehingga terjadi penekanan berlebihan pada pleksus hemoroidalis
yang dipicu oleh proses mengejan untuk mengeluarkan tinja.8
5. Kehamilan
Kehamilan dapat menimbulkan statis vena didaerah pelvis, meskipun
etiologinya belum diketahui secara pasti. Kebanyakan pasien tidak timbul gejala-
gejala hemoroid seperti sebelumnya setelah melahirkan. Adapula yang
beranggapan bahwa hemoroid pada wanita hamil disebabkan karena adanya
perubahan-perubahan hormonal selama kehamilan berlangsung. Pada wanita
hamil terjadi dilatasi vena ekstremitas dan anus oleh karena ada sekresi
hormon relaksin.9

6. Kurangnya konsumsi makanan berserat


Serat makanan yang tinggi mampu mencegah dan mengobati konstipasi
apabila diiringi dengan peningkatan asupan cairan yang cukup setiap hari.
Konsumsi cairan dapat membantu kerja serat makanan dalam tubuh. Suatu studi
11

meta-analisis di Barcelona menyimpulkan bahwa kebiasaan mengonsumsi serat


akan menurunkan gejala dan perdarahan pada hemoroid.1,8
7. Kurang aktivitas fisik
Kebiasaan melakukan gerakan ringan dapat mengurangi frekuensi untuk duduk
dan merupakan salah satu pencegahan dari kekambuhan hemoroid. Selain itu
dengan melakukan olahraga yang ringan seperti berenang dan menggerakkan daerah

perut diharapkan dapat melemaskan dan mengurangi ketegangan dari otot. Namun
dengan melakukan aktivitas yang terlalu berat seperti mengangkat benda berat akan
meningkatkan risiko kejadian hemoroid. Hal tersebut dikarenakan terjadi peregangan
otot..8,10
8. Tumor
Tumor abdomen yang memiliki pengaruh besar terhadap kejadian hemoroid
adalah tumor di daerah pelvis seperti tumor ovarium, tumor rektal, dan lain-lain.
Tumor ini dapat menekan vena sehingga alirannya terganggu dan menyebabkan
pelebaran pleksus hemoroidalis.11
9. Hipertensi Portal
Penyakit sirosis hepatis yang disertai hipertensi portal sering mengakibatkan
hemoroid, karena vena hemoroidalis superior mengalirkan darah kedalam sistem
portal. Selain itu sistem portal tidak mempunyai katup, sehingga mudah terjadi
aliran balik. Penyakit hipertensi portal sering menyebabkan pembesaran limpa,
cairan bisa merembes dari hati dan masuk ke rongga perut sehingga menyebabkan
asites yang merupakan komplikasi dari sirosis hepatis yang merupakan faktor
resiko terjadinya hemoroid.6,11

2.4 Gejala dan Tanda


Pasien sering mengeluh menderita hemoroid atau “wasir” tanpa ada
hubungannya dengan gejala rektum atau anus yang khusus. Nyeri yang hebat
jarang sekali ada hubungan dengan hemoroid interna dan hanya timbul pada
hemoroid eksterna yang mengalami trombosis. Gejala yang paling sering
ditemukan adalah buang air besar sakit dan sulit, dubur terasa panas, adanya
benjolan di dubur, sekret atau keluar cairan melalui dubur, dan rasa tidak nyaman
di daerah bokong.12,13
12

a. Hemoroid Interna
Perdarahan umumnya merupakan tanda utama pada penderita hemoroid
interna akibat trauma oleh feses yang keras. Darah yang keluar berwarna merah
segar dan tidak tercampur dengan feses, dapat hanya berupa garis pada anus atau
kertas pembersih sampai pada pendarahan yang terlihat menetes atau mewarnai
air toilet menjadi merah. Walaupun berasal dari vena, darah yang keluar berwarna
merah segar. Pendarahan luas dan intensif di pleksus hemoroidalis menyebabkan
darah di anus merupakan darah arteri. Kadang perdarahan hemoroid yang
berulang dapat berakibat timbulnya anemia berat. 13,14
Hemoroid yang membesar secara perlahan-lahan akhirnya dapat menonjol
keluar menyebabkan prolaps. Pada tahap awal penonjolan ini hanya terjadi pada
saat defekasi dan disusul oleh reduksi sesudah selesai defekasi. Pada stadium yang
lebih lanjut hemoroid interna didorong kembali setelah defekasi masuk kedalam
anus. Akhirnya hemoroid dapat berlanjut menjadi bentuk yang mengalami prolaps
menetap dan tidak dapat terdorong masuk lagi. Keluarnya mucus dan terdapatnya
feses pada pakaian dalam merupakan ciri hemoroid yang mengalami prolaps
menetap. Iritasi kulit perianal dapat menimbulkan rasa gatal yang dikenal sebagai
pruritus anus dan ini disebabkan oleh kelembaban yang terus menerus dan
rangsangan mucus. Nyeri hanya timbul apabila terdapat trombosis yang luas
dengan udem dan radang.2,11,12
Apabila hemoroid interna membesar, nyeri bukan merupakan gambaran yang
biasa sampai situasi dipersulit oleh trombosis, infeksi, atau erosi permukaan
mukosa yang menutupinya. Kebanyakan penderita mengeluh adanya darah merah
cerah pada tisu toilet atau melapisi feses, dengan perasaan tidak nyaman pada
anus secara samar-samar. Ketidaknyamanan tersebut meningkat jika hemoroid
membesar atau prolaps melalui anus. Prolaps seringkali disertai dengan edema
dan spasme sfingter.2,11,12

b. Hemoroid Eksterna
Karena terletak di bawah kulit, cukup sering terasa nyeri, terutama jika ada
peningkatan mendadak pada massanya. Peristiwa ini menyebabkan
pembengkakan yang terasa nyeri pada pinggir anus akibat trombosis sebuah vena
pada pleksus eksterna dan tidak harus berhubungan dengan pembesaran vena
13

interna. Karena trombus biasanya terletak pada batas otot sfingter, spasme anus
sering terjadi.11
Hemoroid eksterna mengakibatkan spasme anus dan menimbulkan rasa nyeri.
Rasa nyeri yang dirasakan penderita dapat menghambat keinginan untuk defekasi.
Tidak adanya keinginan defekasi, penderita hemoroid dapat terjadi konstipasi.
Konstipasi disebabkan karena frekuensi defekasi kurang dari tiga kali per minggu.
Hemoroid yang dibiarkan, akan menonjol secara perlahan-lahan. Mula-mula
penonjolan hanya terjadi sewaktu buang air besar dan dapat masuk sendiri dengan
spontan. Namun lama-kelamaan penonjolan itu tidak dapat masuk ke anus dengan
sendirinya sehingga harus dimasukkan dengan tangan. Bila tidak segera ditangani,
hemoroid itu akan menonjol secara menetap dan terapi satu-satunya hanyalah
dengan operasi. Biasanya pada celana dalam penderita sering didapatkan feses
atau lendir yang kental dan menyebabkan daerah sekitar anus menjadi lebih
lembab. Sehingga sering pada kebanyakan orang terjadi iritasi dan gatal di daerah
anus.11,12,13

2.5 Klasifikasi Hemoroid dan Derajat Hemoroid


Klasifikasi hemoroid ini berguna tidak hanya untuk membantu dalam
pemilihan terapi, tetapi juga untuk memungkinkan perbandingan hasil terapi
diantara nya. Hemoroid umumnya diklasifikasikan berdasarkan lokasi dan derajat
prolaps hemoroid. Berdasarkan lokasinya hemoroid dibagi menjadi hemoroid
interna dan hemoroid eksterna.2,15

a. Hemoroid Interna
Hemoroid interna berasal dari pleksus vena hemoroidalis inferior diatas linea
dentatus dan ditutupi oleh mukosa. Pembengkakan pada pleksus vena
hemoroidalis interna disebut dengan hemoroid interna. Hemoroid interna
merupakan bantalan vaskuler di dalam jaringan submukosa pada rektum sebelah
bawah. Hemoroid interna sering terdapat pada tiga posisi primer, yaitu kanan
depan, kanan belakang, dan kiri lateral. Hemoroid yang kecil-kecil terdapat
diantara ketiga letak primer tersebut.2,6,15,16
14

Gambar 2.2 Letak umum bantalan anus dan hemoroid interna


(a) Letak umum bantalan anus mayor (b) Letak umum hemoroid internal

Hemoroid internal diklasifikasikan menjadi beberapa tingkatan yakni:6,12


a. Derajat I, hemoroid menyebabkan perdarahan merah segar tanpa nyeri pada
waktu defekasi. Pada stadium yang awal seperti ini tidak terdapat prolaps dan
pada pemeriksaan anoskopi terlihat hemoroid yang membesar menonjol
kedalam lumen.
b. Derajat II, mencapai sfingter eksternal. Hemoroid menonjol melalui kanalis
analis pada saat mengedan ringan tetapi dapat masuk kembali secara spontan.
c. Derajat III, hemoroid telah keluar dari kanalis analis dan hanya dapat masuk
kembali secara manual oleh pasien.
d. Derajat IV, hemoroid selalu keluar dan tidak dapat masuk ke kanalis analis
meski dimasukkan secara manual.
15

Gambar 2.3 Derajat hemoroid

b. Hemoroid Eksterna
Hemoroid eksterna terdapat di bawah linea dentatus dan ditutupi oleh epitel
skuamosa. Hemoroid eksterna yang merupakan pelebaran dan penonjolan pleksus
hemoroid inferior terletak di sebelah distal garis mukokutan didalam jaringan
dibawah epitel anus. Pleksus vena hemoroidalis eksterna, apabila terjadi
pembengkakan maka disebut hemoroid eksterna.6,12
Kedua pleksus hemoroid, internus dan ekternus, saling berhubungan secara
longgar dan merupakan awal dari aliran vena yang kembali bermula dari rektum
sebelah bawah dan anus. Pleksus hemoroid interna mengalirkan darah ke vena
hemoroidalis superior dan selanjutnya ke vena porta. Pleksus hemoroid eksternus
mengalirkan darah ke peredaran sistemik melalui daerah perineum dan lipat paha
ke vena iliaka.6,12

2.6 Patofisiologi
Hemoroid dikatakan sebagai penyakit keturunan. Namun sampai saat ini
belum terbukti kebenarannya. Akhir akhir ini, keterlibatan bantalan anus makin
dipahami sebagai dasar terjadinya penyakit ini. Bantalan anus merupakan jaringan
lunak yang kaya akan pembuluh darah. Agar stabil, kedudukannya disokong oleh
ligamentum Treitz dan lapisan muskularis submukosa.2,13
Bendungan dan hipertrofi pada bantalan anus menjadi mekanisme dasar
terjadinya hemoroid. Pertama, kegagalan pengosongan vena bantalan anus secara
cepat saat defekasi. Kedua, bantalan anus terlalu mobile, dan ketiga, bantalan anus
terperangkap oleh sfingter anus yang ketat. Akibatnya, vena intramuskular kanalis
anus akan terjepit (obstruksi). Proses pembendungan diatas diperparah lagi
apabila seseorang mengedan atau adanya feses yang keras melalui dinding
rektum.2,13
16

Selain itu gangguan rotasi bantalan anus juga menjadi dasar terjadinya
keluhan hemoroid. Dalam keadaan normal, bantalan anus menempel secara
longgar pada lapisan otot sirkuler. Ketika defekasi, sfingter ani interna akan
relaksasi. Kemudian bantalan anus berotasi ke arah luar (eversi) membentuk bibir
anorektum. Faktor endokrin, usia, konstipasi dan mengedan yang lama
menyebabkan gangguan eversi pada bantalan tersebut.2,13
Hemoroid timbul akibat kongesti vena yang disebabkan gangguan aliran balik
dari vena hemoroidalis. Kantung kantung vena yang melebar menonjol kedalam
saluran anus dan rektum menjadi trombosis, ulserasi, perdarahan, dan nyeri.
Perdarahan umumnya terjadi akibat trauma oleh feses yang keras. Darah yang
keluar berwarna merah segar meskipun berasal dari vena karena kaya akan asam.
Nyeri yang timbul akibat inflamasi dan edema yang disebabkan oleh trombosis.
Trombosis adalah pembekuan darah dalam hemoroid. Trombosis ini akan
mengakibatkan iskemi pada daerah tersebut dan nekrosis.2,13
Pada hemoroid interna, sumbatan aliran darah sistem porta menyebabkan
timbulnya hipertensi portal dan terbentuk kolateral pada vena hemoroidalis
superior dan medius. Selain itu, sistem vena portal tidak mempunyai katup
sehingga mudah terjadi aliran balik. Pada hemoroid eksterna, robeknya vena
hemoroidalis inferior membentuk hematoma dikulit yang berwarna kebiruan,
kenyal kenyal dan nyeri. Bentuk ini sering nyeri dan gatal karena ujung ujung
saraf pada kulit merupakan reseptor nyeri.2,13

2.7 Diagnosis
Sebelum diagnosa di buat terlebih dahulu kita melakukan anamnesis.
Anamnesis yang baik akan menghasilkan diagnosa yang tepat. Anamnesis harus
dikaitkan dengan faktor obstipasi, defekasi yang keras, yang membutuhkan
tekanan intra abdominal yang tinggi (mengejan), pasien sering jongkok berjam-
jam di toilet, dan dapat disertai rasa nyeri bila terjadi peradangan. Pemeriksaan
umum lainnya tidak boleh diabaikan karena keadaan ini dapat disebabkan oleh
penyakit lain seperti sindrom hipertensi portal. Diagnosis hemoroid ditegakkan
dari pemeriksaan-pemeriksaan sebagai berikut:6
a. Inspeksi
Hemoroid eksterna mudah terlihat, terutama bila sudah menjadi thrombus.
17

Hemoroid interna yang menjadi prolaps dapat terlihat dengan cara menyuruh
pasien mengejan. Prolaps dapat terlihat sebagai benjolan yang tertutup mukosa.

b. Rectal Toucher (RT)


Hemoroid interna stadium awal biasanya tidak teraba dan tidak nyeri,
hemoroid ini dapat teraba bila sudah ada thrombus atau fibrosis. Apabila
hemoroid sering prolaps, selaput lendir akan menebal. Trombosis dan fibrosis
pada perabaan terasa padat dengan dasar yang lebar. Rectal toucher (RT)
diperlukan untuk menyingkirkan kemungkinan adanya karsinoma recti.

c. Anoskopi
Pemeriksaan diperlukan untuk melihat hemoroid interna yang belum prolaps.
Anoskopi dimasukan untuk mengamati keempat kuadran dan akan terlihat sebagai
struktur vaskuler yang menonjol kedalam lumen. Apabila penderita diminta
mengejan sedikit maka ukuran hemoroid akan membesar dan penonjolan atau
prolaps akan lebih nyata. Banyaknya benjolan, derajatnya, letak, besarnya, dan
keadaan lain seperti polip, fisura ani, dan tumor ganas harus diperhatikan.

2.8 Diagnosis Banding


Perdarahan rektum yang merupakan manifestasi utama hemoroid interna juga
terjadi pada karsinoma kolon-rektal, penyakit divertikel seperti diverkulitas,
colitis ulserosa, dan polip. Hemoroid memilki gejala yang sangat mirip dengan
kanker kolorektal. Hemoroid bisa menjadi gejala awal seseorang terkena kanker
kolorektal. Kanker kolorektal merupakan sel kanker yang tumbuh di dekat
rektum, gejala yang perlu diwaspadai dari kanker ini adalah adanya darah pada
feses. Darah pada feses juga menunjukkan hemoroid. Untuk memastikan apakah
darah itu karena kanker kolorektal atau hemoroid perlu dilakukan kolonoskopi.
Jika pada hasil kolonoskopi diketahui ada polip maka dokter akan langsung
memotongnya sebelum jadi kanker, jika tidak dipotong, dalam 5-10 tahun polip
ini akan berkembang jadi kanker. 6,17

2.9 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan Konservatif
18

Sebagian besar kasus hemoroid derajat I dapat ditatalaksana dengan


pengobatan konservatif. Tatalaksana tersebut yaitu perubahan gaya hidup
seperti :6
 Konsumsi serat 25-30 gram sehari. Makanan tinggi serat seperti buah-buahan,
sayur-mayur, dan kacang-kacangan menyebabkan feses menyerap air di
kolon. Hal ini membuat feses lebih lembek dan besar, sehingga mengurangi
proses mengedan dan tekanan pada vena anus.
 Minum air sebanyak 6-8 gelas sehari
 Mengubah kebiasaan buang air besar. Segera ke kamar mandi saat merasa
akan buang air besar, jangan ditahan karena akan memperkeras feses. Hindari
mengedan.

Pembedahan
Pembedahan yang sering dilakukan yaitu: 18
1. Skleroterapi. Teknik ini dilakukan menginjeksikan 5 mL oil phenol 5 %,
vegetable oil, quinine, dan urea hydrochlorate atau hypertonic salt
solution. Lokasi injeksi adalah submukosa hemoroid. Efek injeksi
sklerosan tersebut adalah edema, reaksi inflamasi dengan proliferasi
fibroblast, dan trombosis intravaskular. Reaksi ini akan menyebabkan
fibrosis pada sumukosa hemoroid. Hal ini akan mencegah atau
mengurangi prolapsus jaringan hemoroid (Kaidar-Person dkk, 2007).
Senapati (1988) dalam Acheson dan Scholfield (2009) menyatakan teknik
ini murah dan mudah dilakukan, tetapi jarang dilaksanakan karena tingkat
kegagalan yang tinggi.
2. Rubber band ligation. Ligasi jaringan hemoroid dengan rubber band
menyebabkan nekrosis iskemia, ulserasi dan scarring yang akan
menghsilkan fiksasi jaringan ikat ke dinding rektum. Komplikasi prosedur
ini adalah nyeri dan perdarahan.
3. Infrared thermocoagulation. Sinar infra merah masuk ke jaringan dan
berubah menjadi panas. Manipulasi instrumen tersebut dapat digunakan
untuk mengatur banyaknya jumlah kerusakan jaringan. Prosedur ini
menyebabkan koagulasi, oklusi, dan sklerosis jaringan hemoroid. Teknik
ini singkat dan dengan komplikasi yang minimal. Doppler ultrasound
19

guided haemorrhoid artery ligation. Teknik ini dilakukan dengan


menggunakan proktoskop yang dilengkapi dengan doppler probe yang
dapat melokalisasi arteri. Kemudian arteri yang memperdarahi jaringan
hemoroid tersebut diligasi menggunakan absorbable suture. Pemotongan
aliran darah ini diperkirakan akan mengurangi ukuran hemoroid.
4. Cryotherapy. Teknik ini dilakukan dengan menggunakan temperatur yang
sangat rendah untuk merusak jaringan. Kerusakan ini disebabkan kristal
yang terbentuk di dalam sel, menghancurkan membran sel dan jaringan.
Namun prosedur ini menghabiskan banyak waktu dan hasil yang cukup
mengecewakan. Cryotherapy adalah teknik yang paling jarang dilakukan
untuk hemoroid.
5. Hemorrhoidektomi. Suatu tindakan pembedahan dan cara pengangkatan
pleksus hemoroidalis dan mukosa atau tanpa mukosa yang hanya
dilakukan pada jaringan yang benar-benar berlebih. Indikasi : Penderita
dengan keluhan menahun dan hemoroid derajat III dan IV, Perdarahan
berulang dan anemia yang tidak sembuh dengan terapi lain yang lebih
sederhana, hemoroid derajat IV dengan thrombus dan nyeri hebat.
6. Stappled Hemorrhoidopexy. Teknik dilakukan dengan mengeksisi
jaringan hemoroid pada bagian proksimal dentate line. Keuntungan pada
stappled hemorrhoidopexy adalah berkurangnya rasa nyeri paska operasi
selain itu teknik ini juga aman dan efektif sebagai standar
hemorrhoidectomy.
7. Doppler ultrasound guided haemorrhoid artery ligation. Teknik ini
dilakukan dengan menggunakan proktoskop yang dilengkapi dengan
doppler probe yang dapat melokalisasi arteri. Kemudian arteri yang
memperdarahi jaringan hemoroid tersebut diligasi menggunakan
absorbable suture. Pemotongan aliran darah ini diperkirakan akan
mengurangi ukuran hemoroid.
20

Gambar 2.4 Pilihan terapi hemoroid

BAB III
ANALISIS KASUS
21

1. Hubungan diagnosis dengan keadaan rumah dan lingkungan sekitar :


Diagnosis penyakit pada pasien ini tidak ada hubungan dengan lingkungan
disekitarnya, karena penyakit pasien ini bukan merupakan penyakit berbasis
lingkungan.

2. Hubungan diagnosis dengan keadaan keluarga dan hubungan dalam


keluarga :
Di dalam hubungan diagnosis dan aspek psikologis di keluarga tidak ada
hubungannya dengan penyakit pasien, karena didalam keluarga pasien
hubungan pasien dengan keluarga baik. Sehingga tidak ada hubungan
diagnosis dengan aspek psikologis dalam keluarga.

3. Hubungan diagnosis dengan perilaku kesehatan dalam keluarga,


lingkungan sekitar :
Didalam hubungan diagnosis dengan perilaku kesehatan dalam keluarga,
lingkungan sekitar tidak ada hubungannya dengan pasien, karena tidak ada
anggota keluarga ataupun orang disekitar yang mempunyai keluhan mata
merah yang sama dengan pasien.

4. Analisis kemungkinan berbagai faktor risiko atau etiologi penyakit pada


pasien ini :
Pasien jarang mengkonsumsi makanan yang berserat seperti sayuran dan buah
buahan. Minum kurang dari 8 gelas perhari, sering mengejan dengan kuat jika
BAB, pasien juga sering menahan jika ingin BAB. Perilaku pasien yang tidak
baik ini merupakan salah satu faktor risiko dari penyebab hemoroid.

5. Analisis untuk mengurangi paparan atau memutus rantai penularan


dengan faktor resiko atau etiologi pada pasien ini :
- Koreksi konstipasi dengan meningkatkan konsumsi serat (25-30 gram
sehari), dan menghindari obat-obatan yang dapat menyebabkan konstipasi.
- Meningkatkan konsumsi cairan (8 gelas sehari)
- Menghindari mengejan saat buang air besar, dan segera ke kamar mandi
saat merasa akan buang air besar, jangan ditahan karena akan
memperkeras feses.
22

6. Edukasi yang diberikan pada pasien atau keluarga :


- Menjelaskan pada pasien dan keluarga pasien bahwa tindakan yang dapat
dilakukan adalah dengan melakukan tindakan pembedahan pasien dapat
lebih baik.
- Menyarankan kepada pasien untuk menghindari faktor-faktor penyebab
bertambah parahnya penyakit ini

DOKUMENTASI
23

DAFTAR PUSTAKA
24

1. Setiati S, Alwi I, Sudoyo AW, Simadibrata M, Setiyohadi B, Syam AF.


Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi Ke-6. Jakarta: Interna Publishing;
2014. Vol 2. Hal. 1870-1873.
2. Lohsiriwat V. Hemorrhoids: From Basic Pathophysiology to Clinical
Management. World Journal of Gastroenterology. 2012 May
7;18(17):2009-15
3. Sakakibara R, Tsunoyama K, Hosoi H, Takahashi O, Sugiyama M, Kishi
M, et al. Influence of Body Position on Defecation in Humans. Luts:
Lower Urinary Tract Symptoms. 20 April 2010; 2(1):16-21.
4. Mubarak H. Karakteristik Penderita Hemoroid Berdasarkan Umur dan
Jenis Kelamin di RSUP H. Adam Malik tahun 2008-2009 [Karya Tulis
Ilmiah]. Medan: Universitas Sumatera Utara. 2010.
5. Snell RS. Anatomi Klinis Berdasarkan Sistem. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC; 2014. Hal. 694-697.
6. Sjamsuhidajat R, Wim De Jong. Usus Halus, Appendiks, Kolon, dan
Anorektum. Dalam: Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi Ke-3. Jakarta: Penerbit
Buku Kedokteran EGC; 2011. Hal.731-798.
7. Hain JM, Medical Treatment of Hemmoroids Using Flavonoids. In:
Practical Gastroenterology; 2011. P.C1-8.
8. Fridolin W, Saleh I, Hernawan AD. Faktor Resiko yang Berhubungan
dengan Kejadian Hemoroid pada Pasien di RSUD Dr Soedarso Pontianak.
2014.
9. Ulima B. Faktor Resiko Kejadian Hemoroid pada Usia 21-30 Tahun: Studi
Kasus-Kontrol (Skripsi). Semarang: Fakultas Kedokteran Universitas
Diponegoro; 2012.
10. artika U. Bedanya Olahraga dengan Aktivitas Fisik. 2014 Apr 8: [1 P.]
11. Mahendra R. Karakteristik Penderita Hemoroid di RSUD Raden Mattaher.
Jambi: Universitas Jambi; 2013.
12. Jacobs D. Hemorrhoids. 2014 N Engl J Med 2014;371:944-51.
13. Ganz RA. The Evaluation and Treatment of Hemorrhoid: A Guide For The
Gastroenterologist. Clinical Gastroenterology and Hepatology.
2013;11:593-603.
14. Sutedjo K, Budiman D. Wasir : Segala Sesuatu yang Harus Anda Ketahui
Tentang Wasir. Jakarta: Gramedia; 2012. 2p.
15. Sabiston. Buku Ajar Bedah: Penyakit Kolon dan Rektum. Bagian 2.
Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2012. Hal. 34-58.
16. Ellis H, Calne SR, Watson C. General Surgery: The Rectum and Canal
Anal. Edisi 12. Usa: Willey-Blackwell; 2011. Hal 218-221.
17. Hassan MRA, Leong TW, Andu DFO, Hat H, Mustapha RNR. Evaluation
of A Colorectal Carcinoma Screening Program in Kota Setar and Kuala
Muda Districts, Malaysia. Asian Pac J Cancer Prev. 2016;17(2):596-573.
18. Sun Z, Migaly J. Revief of Hemorrhoid Disease : Presentation and
Management. Clin Colon Rectal Surg 2016;29:22–29.

Anda mungkin juga menyukai