BAB I
STATUS PASIEN
I. Identitas Pasien
a. Nama/Jenis Kelamin/Umur : Tn. S/Laki laki/60 tahun
b. Pekerjaan : IRT
c. Alamat : RT 10 Tambak Sari
Status Generalisata
Kepala : Normocepal
Thoraks
Paru-paru :
Inspeksi : Pergerakan dinding dada simetris,skar (-)
Palpasi : Nyeri tekan (-)
Perkusi : Sonor dikedua lapang paru
Auskultasi : Vesikuler (+),ronkhi (-), wheezing (-)
Jantung
Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat
Palpasi : Ictus cordis teraba di ICS V linea midclavicula sinistra
Perkusi : batas jantung dbn
Auskultasi : BJ I dan II reguler, murmur (-), gallop (-)
Abdomen
Inspeksi : Datar, skar (-)
Auskultasi : Peristaltik normal
4
Status Lokalis
Rectal Toucher :
- Jepitan sfingter kuat
- Mukosa rectum dan anus licin
- Teraba benjolan diarah jam 3 konsistensi kenyal, licin, nyeri tekan (+),
permukaan rata, mobile.
- Ampulla recti tidak kolaps
- Sarung tangun : feses (+), darah (+)
X. Pemeriksaan Laboratorium
Darah rutin :
WBC : 7,9 x 103/µL
RBC : 3,81 x 106/µL
HGB : 11,2 g/dL
HCT : 37,3 %
PLT : 268 x 103/µL
XIV. Manajemen
a. Promotif :
Menjelaskan kepada pasien bahwa penyakit ini sulit sembuh dengan
hanya pengobatan konservatif
Menjelaskan komplikasi terburuk dari penyakit ini bila tidak
dilakukan pengobatan secara cepat, tepat, dan adekuat.
b. Preventif :
Menghindari mengejan saat buang air besar
Jangan terlalu lama saat BAB
Hindari menahan BAB
c. Kuratif :
Non Farmakologi
Rendam duduk dengan air hangat yang bersih atau PK dapat dilakukan
rutin dua kali sehari selama 10 menit pagi dan sore selama 1 – 2 minggu,
karena air hangat dapat merelaksasi sfingter dan spasme.
Koreksi konstipasi dengan meningkatkan konsumsi serat (25-30 gram
sehari), dan menghindari obat-obatan yang dapat menyebabkan
konstipasi.
Konsumsi air putih (minimal 8 gelas sehari)
Farmakologi
Antihemoroid Supp 2x1
Vitamin B comp 1x1
Dosis tunggal 1 kapsul (100mg ekstrak), malam (mulai kerja 8 jam). Aloe
digunakan untuk periode singkat, maksimal 8-10 hari.
d. Rehabilitatif
Menyarankan kepada pasien untuk menghindari faktor-faktor penyebab
bertambah parahnya penyakit ini
Jika keluhan bertambah berat pasien disarankan untuk kerumah sakit
untuk dilakukan pemeriksaan lebih lanjut
.
7
R/ R/
Pro : Pro :
Umur : Umur :
R/ R/
Pro : Pro :
Umur : Umur :
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Kanalis analis panjangnya sekitar 1,5 inci (4 cm) dan berjalan ke bawah dan
belakang dari ampulla recti untuk membuka ke permukaan anus. Kecuali saat
defekasi, dinding lateral kanalis analis dipertahankan saling berdekatan dengan
musculus levator ani dan musculus sfingter ani.3 Pada perbatasan antara rektum
dan kanalis analis, musculus sfingter ani internus, musculus sfingter ani eksternus
pars profundus, dan musculus puborektalis membentuk cincin yang disebut cincin
anorektal, yang dapat diraba pada pemeriksaan rektum.3,5
9
perkembangan gejala seperti perdarahan dan prolaps pada pasien dengan riwayat
hemoroid.2
3. Pola buang air besar yang salah
Pemakaian jamban duduk juga dapat meningkatkan insidensi hemoroid.
Dengan pemakaian jamban yang duduk posisi usus dan anus tidak dalam posisi
tegak. Sehingga akan menyebabkan tekanan dan gesekan pada vena di daerah
rektum dan anus. Berbeda halnya pada penggunaan jamban jongkok. Posisi jongkok
saat defekasi dapat mencegah terjadinya konstipasi yang secara tidak langsung dapat
mencegah terjadinya hemoroid. Hal tersebut dikarenakan pada posisi jongkok,
valvula ileocaecalis yang terletak antara usus kecil dan caecum dapat menutup
secara sempurna sehingga tekanan dalam kolon cukup untuk mengeluarkan feses.
Selain itu menghindari kebiasaan untuk menunda ke jamban ketika sudah dirasa
ingin buang air besar juga dapat menurunkan kejadian konstipasi.7
4. Usia
Pada usia tua terjadi degenerasi dari jaringan-jaringan tubuh, otot sfingter pun
juga menjadi tipis dan atonis. Karena sfingter nya lemah maka dapat timbul prolaps.
Selain itu pada usia tua juga sering terjadi sembelit yang dikarenakan penyerapan air
yang berlebihan pada saluran cerna. Hal tersebut menyebabkan konsistensi tinja
menjadi keras. Sehingga terjadi penekanan berlebihan pada pleksus hemoroidalis
yang dipicu oleh proses mengejan untuk mengeluarkan tinja.8
5. Kehamilan
Kehamilan dapat menimbulkan statis vena didaerah pelvis, meskipun
etiologinya belum diketahui secara pasti. Kebanyakan pasien tidak timbul gejala-
gejala hemoroid seperti sebelumnya setelah melahirkan. Adapula yang
beranggapan bahwa hemoroid pada wanita hamil disebabkan karena adanya
perubahan-perubahan hormonal selama kehamilan berlangsung. Pada wanita
hamil terjadi dilatasi vena ekstremitas dan anus oleh karena ada sekresi
hormon relaksin.9
perut diharapkan dapat melemaskan dan mengurangi ketegangan dari otot. Namun
dengan melakukan aktivitas yang terlalu berat seperti mengangkat benda berat akan
meningkatkan risiko kejadian hemoroid. Hal tersebut dikarenakan terjadi peregangan
otot..8,10
8. Tumor
Tumor abdomen yang memiliki pengaruh besar terhadap kejadian hemoroid
adalah tumor di daerah pelvis seperti tumor ovarium, tumor rektal, dan lain-lain.
Tumor ini dapat menekan vena sehingga alirannya terganggu dan menyebabkan
pelebaran pleksus hemoroidalis.11
9. Hipertensi Portal
Penyakit sirosis hepatis yang disertai hipertensi portal sering mengakibatkan
hemoroid, karena vena hemoroidalis superior mengalirkan darah kedalam sistem
portal. Selain itu sistem portal tidak mempunyai katup, sehingga mudah terjadi
aliran balik. Penyakit hipertensi portal sering menyebabkan pembesaran limpa,
cairan bisa merembes dari hati dan masuk ke rongga perut sehingga menyebabkan
asites yang merupakan komplikasi dari sirosis hepatis yang merupakan faktor
resiko terjadinya hemoroid.6,11
a. Hemoroid Interna
Perdarahan umumnya merupakan tanda utama pada penderita hemoroid
interna akibat trauma oleh feses yang keras. Darah yang keluar berwarna merah
segar dan tidak tercampur dengan feses, dapat hanya berupa garis pada anus atau
kertas pembersih sampai pada pendarahan yang terlihat menetes atau mewarnai
air toilet menjadi merah. Walaupun berasal dari vena, darah yang keluar berwarna
merah segar. Pendarahan luas dan intensif di pleksus hemoroidalis menyebabkan
darah di anus merupakan darah arteri. Kadang perdarahan hemoroid yang
berulang dapat berakibat timbulnya anemia berat. 13,14
Hemoroid yang membesar secara perlahan-lahan akhirnya dapat menonjol
keluar menyebabkan prolaps. Pada tahap awal penonjolan ini hanya terjadi pada
saat defekasi dan disusul oleh reduksi sesudah selesai defekasi. Pada stadium yang
lebih lanjut hemoroid interna didorong kembali setelah defekasi masuk kedalam
anus. Akhirnya hemoroid dapat berlanjut menjadi bentuk yang mengalami prolaps
menetap dan tidak dapat terdorong masuk lagi. Keluarnya mucus dan terdapatnya
feses pada pakaian dalam merupakan ciri hemoroid yang mengalami prolaps
menetap. Iritasi kulit perianal dapat menimbulkan rasa gatal yang dikenal sebagai
pruritus anus dan ini disebabkan oleh kelembaban yang terus menerus dan
rangsangan mucus. Nyeri hanya timbul apabila terdapat trombosis yang luas
dengan udem dan radang.2,11,12
Apabila hemoroid interna membesar, nyeri bukan merupakan gambaran yang
biasa sampai situasi dipersulit oleh trombosis, infeksi, atau erosi permukaan
mukosa yang menutupinya. Kebanyakan penderita mengeluh adanya darah merah
cerah pada tisu toilet atau melapisi feses, dengan perasaan tidak nyaman pada
anus secara samar-samar. Ketidaknyamanan tersebut meningkat jika hemoroid
membesar atau prolaps melalui anus. Prolaps seringkali disertai dengan edema
dan spasme sfingter.2,11,12
b. Hemoroid Eksterna
Karena terletak di bawah kulit, cukup sering terasa nyeri, terutama jika ada
peningkatan mendadak pada massanya. Peristiwa ini menyebabkan
pembengkakan yang terasa nyeri pada pinggir anus akibat trombosis sebuah vena
pada pleksus eksterna dan tidak harus berhubungan dengan pembesaran vena
13
interna. Karena trombus biasanya terletak pada batas otot sfingter, spasme anus
sering terjadi.11
Hemoroid eksterna mengakibatkan spasme anus dan menimbulkan rasa nyeri.
Rasa nyeri yang dirasakan penderita dapat menghambat keinginan untuk defekasi.
Tidak adanya keinginan defekasi, penderita hemoroid dapat terjadi konstipasi.
Konstipasi disebabkan karena frekuensi defekasi kurang dari tiga kali per minggu.
Hemoroid yang dibiarkan, akan menonjol secara perlahan-lahan. Mula-mula
penonjolan hanya terjadi sewaktu buang air besar dan dapat masuk sendiri dengan
spontan. Namun lama-kelamaan penonjolan itu tidak dapat masuk ke anus dengan
sendirinya sehingga harus dimasukkan dengan tangan. Bila tidak segera ditangani,
hemoroid itu akan menonjol secara menetap dan terapi satu-satunya hanyalah
dengan operasi. Biasanya pada celana dalam penderita sering didapatkan feses
atau lendir yang kental dan menyebabkan daerah sekitar anus menjadi lebih
lembab. Sehingga sering pada kebanyakan orang terjadi iritasi dan gatal di daerah
anus.11,12,13
a. Hemoroid Interna
Hemoroid interna berasal dari pleksus vena hemoroidalis inferior diatas linea
dentatus dan ditutupi oleh mukosa. Pembengkakan pada pleksus vena
hemoroidalis interna disebut dengan hemoroid interna. Hemoroid interna
merupakan bantalan vaskuler di dalam jaringan submukosa pada rektum sebelah
bawah. Hemoroid interna sering terdapat pada tiga posisi primer, yaitu kanan
depan, kanan belakang, dan kiri lateral. Hemoroid yang kecil-kecil terdapat
diantara ketiga letak primer tersebut.2,6,15,16
14
b. Hemoroid Eksterna
Hemoroid eksterna terdapat di bawah linea dentatus dan ditutupi oleh epitel
skuamosa. Hemoroid eksterna yang merupakan pelebaran dan penonjolan pleksus
hemoroid inferior terletak di sebelah distal garis mukokutan didalam jaringan
dibawah epitel anus. Pleksus vena hemoroidalis eksterna, apabila terjadi
pembengkakan maka disebut hemoroid eksterna.6,12
Kedua pleksus hemoroid, internus dan ekternus, saling berhubungan secara
longgar dan merupakan awal dari aliran vena yang kembali bermula dari rektum
sebelah bawah dan anus. Pleksus hemoroid interna mengalirkan darah ke vena
hemoroidalis superior dan selanjutnya ke vena porta. Pleksus hemoroid eksternus
mengalirkan darah ke peredaran sistemik melalui daerah perineum dan lipat paha
ke vena iliaka.6,12
2.6 Patofisiologi
Hemoroid dikatakan sebagai penyakit keturunan. Namun sampai saat ini
belum terbukti kebenarannya. Akhir akhir ini, keterlibatan bantalan anus makin
dipahami sebagai dasar terjadinya penyakit ini. Bantalan anus merupakan jaringan
lunak yang kaya akan pembuluh darah. Agar stabil, kedudukannya disokong oleh
ligamentum Treitz dan lapisan muskularis submukosa.2,13
Bendungan dan hipertrofi pada bantalan anus menjadi mekanisme dasar
terjadinya hemoroid. Pertama, kegagalan pengosongan vena bantalan anus secara
cepat saat defekasi. Kedua, bantalan anus terlalu mobile, dan ketiga, bantalan anus
terperangkap oleh sfingter anus yang ketat. Akibatnya, vena intramuskular kanalis
anus akan terjepit (obstruksi). Proses pembendungan diatas diperparah lagi
apabila seseorang mengedan atau adanya feses yang keras melalui dinding
rektum.2,13
16
Selain itu gangguan rotasi bantalan anus juga menjadi dasar terjadinya
keluhan hemoroid. Dalam keadaan normal, bantalan anus menempel secara
longgar pada lapisan otot sirkuler. Ketika defekasi, sfingter ani interna akan
relaksasi. Kemudian bantalan anus berotasi ke arah luar (eversi) membentuk bibir
anorektum. Faktor endokrin, usia, konstipasi dan mengedan yang lama
menyebabkan gangguan eversi pada bantalan tersebut.2,13
Hemoroid timbul akibat kongesti vena yang disebabkan gangguan aliran balik
dari vena hemoroidalis. Kantung kantung vena yang melebar menonjol kedalam
saluran anus dan rektum menjadi trombosis, ulserasi, perdarahan, dan nyeri.
Perdarahan umumnya terjadi akibat trauma oleh feses yang keras. Darah yang
keluar berwarna merah segar meskipun berasal dari vena karena kaya akan asam.
Nyeri yang timbul akibat inflamasi dan edema yang disebabkan oleh trombosis.
Trombosis adalah pembekuan darah dalam hemoroid. Trombosis ini akan
mengakibatkan iskemi pada daerah tersebut dan nekrosis.2,13
Pada hemoroid interna, sumbatan aliran darah sistem porta menyebabkan
timbulnya hipertensi portal dan terbentuk kolateral pada vena hemoroidalis
superior dan medius. Selain itu, sistem vena portal tidak mempunyai katup
sehingga mudah terjadi aliran balik. Pada hemoroid eksterna, robeknya vena
hemoroidalis inferior membentuk hematoma dikulit yang berwarna kebiruan,
kenyal kenyal dan nyeri. Bentuk ini sering nyeri dan gatal karena ujung ujung
saraf pada kulit merupakan reseptor nyeri.2,13
2.7 Diagnosis
Sebelum diagnosa di buat terlebih dahulu kita melakukan anamnesis.
Anamnesis yang baik akan menghasilkan diagnosa yang tepat. Anamnesis harus
dikaitkan dengan faktor obstipasi, defekasi yang keras, yang membutuhkan
tekanan intra abdominal yang tinggi (mengejan), pasien sering jongkok berjam-
jam di toilet, dan dapat disertai rasa nyeri bila terjadi peradangan. Pemeriksaan
umum lainnya tidak boleh diabaikan karena keadaan ini dapat disebabkan oleh
penyakit lain seperti sindrom hipertensi portal. Diagnosis hemoroid ditegakkan
dari pemeriksaan-pemeriksaan sebagai berikut:6
a. Inspeksi
Hemoroid eksterna mudah terlihat, terutama bila sudah menjadi thrombus.
17
Hemoroid interna yang menjadi prolaps dapat terlihat dengan cara menyuruh
pasien mengejan. Prolaps dapat terlihat sebagai benjolan yang tertutup mukosa.
c. Anoskopi
Pemeriksaan diperlukan untuk melihat hemoroid interna yang belum prolaps.
Anoskopi dimasukan untuk mengamati keempat kuadran dan akan terlihat sebagai
struktur vaskuler yang menonjol kedalam lumen. Apabila penderita diminta
mengejan sedikit maka ukuran hemoroid akan membesar dan penonjolan atau
prolaps akan lebih nyata. Banyaknya benjolan, derajatnya, letak, besarnya, dan
keadaan lain seperti polip, fisura ani, dan tumor ganas harus diperhatikan.
2.9 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan Konservatif
18
Pembedahan
Pembedahan yang sering dilakukan yaitu: 18
1. Skleroterapi. Teknik ini dilakukan menginjeksikan 5 mL oil phenol 5 %,
vegetable oil, quinine, dan urea hydrochlorate atau hypertonic salt
solution. Lokasi injeksi adalah submukosa hemoroid. Efek injeksi
sklerosan tersebut adalah edema, reaksi inflamasi dengan proliferasi
fibroblast, dan trombosis intravaskular. Reaksi ini akan menyebabkan
fibrosis pada sumukosa hemoroid. Hal ini akan mencegah atau
mengurangi prolapsus jaringan hemoroid (Kaidar-Person dkk, 2007).
Senapati (1988) dalam Acheson dan Scholfield (2009) menyatakan teknik
ini murah dan mudah dilakukan, tetapi jarang dilaksanakan karena tingkat
kegagalan yang tinggi.
2. Rubber band ligation. Ligasi jaringan hemoroid dengan rubber band
menyebabkan nekrosis iskemia, ulserasi dan scarring yang akan
menghsilkan fiksasi jaringan ikat ke dinding rektum. Komplikasi prosedur
ini adalah nyeri dan perdarahan.
3. Infrared thermocoagulation. Sinar infra merah masuk ke jaringan dan
berubah menjadi panas. Manipulasi instrumen tersebut dapat digunakan
untuk mengatur banyaknya jumlah kerusakan jaringan. Prosedur ini
menyebabkan koagulasi, oklusi, dan sklerosis jaringan hemoroid. Teknik
ini singkat dan dengan komplikasi yang minimal. Doppler ultrasound
19
BAB III
ANALISIS KASUS
21
DOKUMENTASI
23
DAFTAR PUSTAKA
24