LAPORAN KASUS
HEMOROID INTERNA GRADE III
Oleh:
Riyan Irawan., S. Ked
G1A216044
Segala puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa
yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan laporan kasus yang berjudul “Hemoroid Interna Grade III”
sebagai kelengkapan persyaratan dalam mengikuti Pendidikan Profesi Dokter
Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Universitas Jambi.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada dr. Azwar Djauhari, M.Sc
yang telah meluangkan waktu dan pikirannya sebagai pembimbing sehingga
penulis dapat menyelesaikan laporan ini.
Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna. Oleh
karena itu kritik dan saran yang membangun dari berbagai pihak sangat
diharapkan. Selanjutnya, penulis berharap semoga laporan ini dapat bermanfaat
dan menambah ilmu bagi para pembaca.
I. Identitas Pasien
a. Nama/Jenis Kelamin/Umur : Tn.M / Laki-laki / 25 tahun
b. Pekerjaan : Tidak bekerja
c. Alamat : RT 09 jalan lapangan utama
Pemeriksaan Organ
1. Kepala : Normocephal
Mata : Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), reflex cahaya
(+/+), isokhor, pergerakan bola mata simetris
Telinga : Dalam batas normal
Hidung : Dalam batas normal
Tenggorokan : Uvula di tengah, tonsil T1-T1 hiperemis (-)
Mulut : Bibir sianosis (-), lidah kotor (-)
2. Leher : JVP 5 - 2 cmH2O, pembesaran kelenjar (-)
3. Thoraks
Pulmo
Pemeriksaan Kanan Kiri
Inspeksi Statis & dinamis: simetris Statis & dinamis : simetris
Palpasi Stem fremitus normal Stem fremitus normal
Perkusi Sonor Sonor
Batas paru-hepar :ICS VI kanan
Auskultasi Wheezing (-), rhonki (-) Wheezing (-), rhonki (-)
Jantung
Inspeksi Ictus cordis terlihat di ICS V linea midclavicula kiri
Palpasi Ictus cordis teraba di ICS V linea midclavicularis kiri
Perkusi Batas-batas jantung :
Atas : ICS II kiri
Kanan : linea sternalis kanan
Kiri : ICS VI 2 linea midclavicula kiri
Auskultasi BJ I/II regular, murmur (-), gallop (-)
4. Abdomen
Inspeksi Datar, skar (-), venektasi (-), spidernevi (-)
Palpasi Nyeri tekan regio epigastrium (-), defans musculer (-), ,
hepatomegali (-), splenomegali (-), nyeri ketok costovertebra (-/-)
Perkusi Timpani
Auskultasi Bising usus (+) normal
IX. Diagnosis
Hemoroid (K64.8)
X. Diagnosis Banding
a. Prolaps rekti
b. Fisura Anal
c. Ca colorektal
XI. Manajemen
a. Promotif :
Menjelaskan kepada pasien bahwa penyakit ini sulit sembuh
dengan hanya pengobatan konservatif
Menjelaskan komplikasi terburuk dari penyakit ini bila tidak
dilakukan pengobatan secara cepat, tepat, dan adekuat.
b. Preventif :
Koreksi konstipasi dengan meningkatkan konsumsi serat (25-30
gram sehari), dan menghindari obat-obatan yang dapat
menyebabkan konstipasi.
Meningkatkan konsumsi cairan (6-8 gelas sehari)
Menghindari mengejan saat buang air besar, dan segera ke kamar
mandi saat merasa akan buang air besar, jangan ditahan karena
akan memperkeras feses.
c. Kuratif :
Non Farmakologi
Tirah baring untuk membantu mempercepat berkurangnya
pembengkakan.
Rendam duduk dengan air hangat yang bersih dapat dilakukan rutin
dua kali sehari selama 10 menit pagi dan sore selama 1 – 2 minggu,
karena air hangat dapat merelaksasi sfingter dan spasme.
Makan makanan yang berserat (25-30 gram sehari), dan
menghindari obat-obatan yang dapat menyebabkan konstipasi.
Mengkonsumsi cairan (6-8 gelas sehari)
Farmakologi
Anti Hemoroid supp 1x1
Vit K 3x1
B comp 2x1
Anjuran Hemoroidektomi
d. Rehabilitatif
Pasien disarankan untuk kerumah sakit untuk dilakukan
pemeriksaan lebih lanjut
Menyarankan kepada pasien untuk menghindari faktor-faktor
penyebab bertambah parahnya penyakit ini
Dinas Kesehatan Kota Jambi Dinas Kesehatan Kota Jambi
Puskesmas Tahtul Yaman Puskesmas Tahtul Yaman
Dr. Riyan irawan Dr. Riyan irawan
SIP. G1A216044 SIP. G1A216044
Pro :
Pro :
Umur :
Umur : Resep tidak boleh ditukar tanpa sepengetahuan dokter
Resep tidak boleh ditukar tanpa sepengetahuan dokter
Dinas Kesehatan Kota Jambi Dinas Kesehatan Kota Jambi
Puskesmas Tahtul Yaman Puskesmas Tahtul Yaman
Dr. Riyan irawan Dr. Riyan irawan
SIP. G1A216044 SIP. G1A216044
Pro :
Pro :
Umur :
Umur : Resep tidak boleh ditukar tanpa sepengetahuan dokter
Resep tidak boleh ditukar tanpa sepengetahuan dokter
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Hemoroid adalah pelebaran vena di dalam pleksus hemoroidales yang tidak
merupakan keadaan patologis, hanya apabila menimbulkan keluhan atau penyulit
diperlukan tindakan. Hemoroid adalah dilatasi varikosus vena dari plexus
hemorrhoidal inferior dan superior.
Hemoroid dibedakan menjadi dua, interna dan eksterna. Hemoroid interna
adalah pleksus vena hemoroidales superior diatas garis mukokutan dan ditutupi
oleh mukosa. Sering terdapat pada tiga posisi primer, yaitu kanan depan, kanan
belakang, dan kiri lateral, sedangkan hemoroid yang lebih kecil terdapat diantara
ketiga letak primer tersebut. Hemoroid eksterna merupakan pelebaran dan
penonjolan pleksus hemoroid inferior yang terdapat di bagian distal garis
mukokutan di dalam jaringan dibawah epitel anus .
2.2 Epidemiologi
Sekitar 75% orang mengalami penyakit hemoroid setidaknya sekali seumur
hidupnya, hemoroid banyak terjadi pada dewasa berusia 45 – 60 tahun, dan juga
sering terjadi pada wanita hamil .
2.4 Klasifikasi
Diagnosa hemorrhoid dapat ditegakkan salah satunya dengan anoskopi.
Anoskopi adalah pemeriksaan pada anus dan rektum dengan menggunakan sebuah
spekulum. Pemeriksaan ini dapat menentukan letak dari hemorrhoid tersebut.
Secara anoskopi, berdasarkan letaknya hemorrhoid terbagi atas :
1. Hemorrhoid eksterna
Merupakan pelebaran dan penonjolan vena hemorrhoidalis inferior yang
timbul di sebelah luar musculus sphincter ani.
2. Hemorrhoid interna
Merupakan pelebaran dan penonjolan vena hemorrhoidalis superior dan
media yang timbul di sebelah proksimal dari musculus sphincter ani.
Kedua jenis hemorrhoid ini sangat sering dijumpai dan terjadi pada sekitar
35% penduduk yang berusia di atas 25 tahun. Hemorrhoid eksterna
diklasifikasikan sebagai bentuk akut dan kronis. Bentuk akut dapat berupa
pembengkakan bulat kebiruan pada pinggir anus yang merupakan suatu
hematoma. Bentuk ini sering terasa sangat nyeri dan gatal karena ujung-ujung
saraf pada kulit merupakan reseptor nyeri. Hemorrhoid eksterna kronis atau skin
tag biasanya merupakan sequele dari hematoma akut.
Hemoroid interna dikelompokkan ke dalam 4 derajat, yakni:
1. Derajat I : bila terjadi pembesaran hemorrhoid yang tidak prolaps ke luar
kanalis analis yang hanya dapat dilihat dengan anorektoskop.
2. Derajat II : pembesaran hemorrhoid yang prolaps dan menghilang atau
dapat masuk kembali ke dalam anus secara spontan.
3. Derajat III : pembesaran hemorrhoid yang prolaps dimana harus dibantu
dengan dorongan jari untuk memasukkannya kembali ke dalam anus.
4. Derajat IV : prolaps hemorrhoid yang yang permanen. Prolaps ini rentan
dan cenderung mengalami trombosis dan infark.
2.6 Patogenesis
2.7 Diagnosis Banding
Diagnosa banding untuk hemoroid dapat bermacam, tabel dibawah ini
akan membaginya berdasarkan gejala klinis yang dapat muncul.
Jenis Nyeri Perdarahan Massa Lainnya
Penyakit
Fisura Anal + + - Terdapat skin tag atau umbai kulit
(radang kronik dengan bendungan limfe
dan fibrosis pada kulit)
Karsinoma - + + Pembengkakan KGB sekitar
Anal
Abses + - - Demam, leukositosis,
Anorektal penderita tidak dapat duduk di sisi
bokong
Hematom + + + Sering terjadi pada orang yang
Perianal mengangkat barang berat, leukositosis.
Ulseratif
Prolaps Polip - + + Adanya gejala mual, muntah, dan
Kolorektal konstipasi yang parah (jika ukurannya
besar)
Karsinoma - + + Karsinoma rektum
rektum
2.8 Diagnosis
Diagnosis hemoroid ditegakkan melalui anamnesa, pemeriksaan fisik, dan
pemeriksaan penunjang.
1. Anamnesa
Pada anamnesa biasanya didapatkan pasien mengeluhkan adanya darah
segar pada saat buang air besar, darah yang keluar bisa menetes dan bisa juga
keluar terus menerus dan tidak bercampur dengan feses. Selain itu pasien juga
akan mengeluhkan adanya gatal-gatal pada daerah anus. Serta keluhan adanya
massa pada anus dan membuatnya merasa tidak nyaman, biasanya pada hemoroid
interna derajat II dan hemoroid eksterna. Pasien juga akan mengeluhkan nyeri
pada hemoroid interna derajat IV dan hemoroid eksterna.
Perdarahan yang disertai nyeri mengindikasikan hemoroid eksterna yang
sudah mengalami trombosis. Biasanya hemoroid interna mulai menimbulkan
gejala setelah terjadi prolapsus, sehingga mengakibatkan perdarahan, ulserasi,
atau trombosis. Hemoroid eksterna juga bisa terjadi tanpa gejala atau dapat
ditandai dengan nyeri akut, rasa tak nyaman, atau perdarahan akibat ulserasi dan
thrombosis.
2. Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan adanya pembengkakan vena yang
mengindikasikan hemoroid eksterna atau hemoroid interna yang sudah mengalami
prolaps, biasanya jika berupa prolapsnya hemoroid interna akan terlihat adanya
mukus yang keluar saat pasien disuruh untuk mengedan. Jika pasien mengeluhkan
perdarahan kemungkinan bisa menyebabkan anemia sekunder yang dapat dilihat
dari konjungtiva palpebra pasien yang sedikit anemis, tapi hal ini mungkin terjadi.
Daerah perianal juga diinspeksi untuk melihat ada atau tidaknya fisura, fistula,
polip atau tumor. Pada rectal toucher juga dinilai ukuran, perdarahan dan tingkat
keparahan inflamasi. Biasanya agak susah meraba hemoroid interna karena
tekanan vena yang tidak tinggi dan biasanya tidak nyeri. Rectal toucher juga
dilakukan untuk menyingkirkan kemungkinan karsinoma rektum.
3. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dilakukan dapat berupa pemeriksaan
laboratorium untuk mendeteksi apakah terjadi anemia pada pasien dan
pemeriksaan anoskopi serta sigmoideskopi. Anoskopi dilakukan untuk menilai
mukosa rektal dan mengevaluasi tingkat pembesaran hemoroid. Hasil anoskopi
hemoroid interna yang tidak mengalami prolaps biasanya terlihat gambaran
vascular yang menonjol keluar, dan apabila pasien diminta mengejan akan terlihat
gambaran yang lebih jelas. Sedangkan dengan menggunakan sigmoideskopi dapat
mengevaluasi kondisi lain sebagai diagnose banding untuk perdarahan rektal dan
rasa tak nyaman seperti pada fisura anal dan fistula, colitis, polip rectal, dan
kanker.
2.9 Penatalaksanaan
1. Terapi Non Farmakologi
Dapat diberikan pada semua kasus hemoroid terutama hemoroid interna
derajat 1, disebut juga terapi konservatif, diantaranya adalah :
Koreksi konstipasi dengan meningkatkan konsumsi serat (25-30 gram
sehari), dan menghindari obat-obatan yang dapat menyebabkan
konstipasi.
Meningkatkan konsumsi cairan (6-8 gelas sehari)
Menghindari mengejan saat buang air besar, dan segera ke kamar
mandi saat merasa akan buang air besar, jangan ditahan karena akan
memperkeras feses.
Rendam duduk dengan air hangat yang bersih dapat dilakukan rutin
dua kali sehari selama 10 menit pagi dan sore selama 1 – 2 minggu,
karena air hangat dapat merelaksasi sfingter dan spasme.
Tirah baring untuk membantu mempercepat berkurangnya
pembengkakan.
2. Terapi Farmakologi
Salep anastetik lokal
Kortikosteroid
Laksatif
Analgesik
Suplemen flavonoid, membantu mengurangi tonus vena dan
mengurangi hiperpermeabilitas serta efek antiinflamasi (Acheson
dan Schirfield, 2008)
3. Terapi Pembedahan
Hemorrhoid Institute of South Texas (HIST) menetapkan indikasi
tatalaksana pembedahan hemoroid antara lain :
Hemoroid interna derajat II berulang
Hemoroid derajat III dan IV dengan gejala
Mukosa rektum menonjol keluar anus
Hemoroid interna derajat I dan II dengan penyakit penyerta seperti
fisura
Kegagalan penatalaksanaan konservatif
Permintaan pasien
Adapun jenis pembedahan yang sering dilakukan yaitu :
Skleroterapi
Teknik ini dilakukan dengan menginjeksikan 5 % fenol dalam minyak
nabati yang tujuannya untuk merangsang. Lokasi injeksi adalah
submukosa hemoroid. Efek dari injeksi adalah edema, reaksi inflamasi
dengan proliferasi fibroblast dan thrombosis intravascular. Reaksi ini akan
menyebabkan fibrosis pada submukosa hemoroid sehingga akan mencegah
atau mengurangi prolapsus jaringan hemoroid. Terapi ini disertai anjuran
makanan tinggi serat dapat efektif untuk hemoroid interna derajat I dan II.
Menurut Acheson dan Scholfield pada tahun 2009, teknik ini murah dan
mudah dilakukan, tetapi jarang dilaksanakan karena tingkat kegagalan
yang tinggi.
Ligasi dengan gelang karet (Rubber band ligation)
Biasanya teknik ini dilakukan untuk hemoroid yang besar atau yang
mengalami prolaps. Dengan bantuan anuskop, mukosa diatas hemoroid
yang menonjol dijepit dan ditarik atau dihisap kedalam tabung ligator
khusus. Efek dari teknik ini adalah nekrosis iskemia, ulserasi, dan scarring
yang akan menghasilkan fiksasi jaringan ikat ke dinding rektum.
Komplikasi nya dapat terjadi perdarahan setelah 7-10 hari dan nyeri.
Bedah beku
Teknik bedah beku dilakukan dengan pendinginan hemoroid pada
suhu yang sangat rendah. Teknik ini tidak dipakai secara luas karena
mukosa yg nekrosis sukar ditentukan luasnya. Teknik ini lebih cocok
untuk terapi paliatif pada karsinoma rektum yang inoperable.
Hemoroidektomi
Teknik dipakai untuk hemoroid derajat III atau IV dengan keluhan
menahun, juga untuk penderita denga perdarahan berulang dan anemia
yang tidak sembuh dengan terapi lain yang lebih sederhana. Prinsipnya
adalah eksisi hanya dilakukan pada jaringan yang benar-benar berlebihan,
dan pada anoderm serta kulit yang normal dengan tidak mengganggu
sfingter anus. Selama pembedahan sfingter anus biasanya dilatasi dan
hemoroid diangkat dengan klem atau diligasi dan kemudian dieksisi.
Tindak bedah lain
- Infrared thermocoagulation
- Bipolar diathermy
- Laser haemorrhoidectomy
- Doppler ultrasound guided haemorrhoid artery ligation
- Cryotherapy
- Stappled hemorrhoidopexy
BAB III
PEMBAHASAN
1. Silvia A.P, Lorraine M.W, Hemoroid, 2005. Dalam: Konsep – konsep Klinis
Proses Penyakit, Edisi VI, Patofisiologi Vol.1. Jakarta, Penerbit Buku
Kedokteran EGC. Hal: 467
2. Susan Galandiuk, MD, Louisville, KY, A Systematic Review of Stapled
Hemorrhoidectomy – Invited Critique, Jama and Archives, Vol. 137 No. 12,
December, 2002, http://archsurg.ama.org/egi/content/extract. last update
Desember 2009.
3. Anonim, 2004, Hemorhoid, http://www.hemorjoid.net/hemoroid galery.html.
Last update Desember 2009.
4. Sjamsuhidajat, Wim de Jong. Hemoroid, 2004 Dalam: Buku Ajar Ilmu Bedah,
Ed.2, Jakarta, Penerbit Buku Kedokteran EGC. Hal: 672 – 675
5. Werner Kahle ( Helmut Leonhardt,werner platzer ), dr Marjadi Hardjasudarma
( alih bahasa ), 1998, Berwarna dan teks anatomi Manusia Alat – Alat
Dalam,Hal: 232
6. Mansjur A dkk ( editor ), 1999, Kapita selekta Kedokteran, Jilid II, Edisi III,
FK UI, Jakarta,pemeriksaan penunjang: 321 – 324.
7. Linchan W.M,1994,Sabiston Buku Ajar Bedah Jilid II,EGC, Jakarta,hal 56 –
59
8. Brown, John Stuart, Buku Ajar dan Atlas Bedah Minor, alih Bahasa, Devi H,
Ronardy, Melfiawati, Jakarta, Penerbit Buku Kedokteran EGC, 2001.
9. KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR HK.01.07/MENKES/187/2017 TENTANG FORMULARIUM
RAMUAN OBAT TRADISIONAL INDONESIA