OTOMIKOSIS
Disusun oleh:
Pembimbing:
- Nama : Tn. H
- Jenis Kelamin : Laki-laki
- Umur : 23 tahun
- Alamat : Jakarta
- Status : Belum Menikah
- Pendidikan : S1
1.2 Anamnesis
Gatal pada telinga kanan sejak 6 hari sebelum masuk Rumah Sakit
Preaurikula Peradangan (-), pus (-), fistula (-), Peradangan (-), pus (-), fistula
nyeri tekan tragus (-), (-) , nyeri tekan tragus (-),
pembesaran KGB (-) pembesaran KGB (-)
Retroaurikula Peradangan (-), pus (-), fistula
(-), nyeri tekan (-), pembesaran
Peradangan (-), pus (-), fistula (-),
KGB (-)
nyeri tekan (-), pembesaran KGB
(-)
Uji Rinne + +
1.4.2 HIDUNG
Rhinoskopi Anterior Konka : hiperemis (-), edema Konka : hiperemis (-), edema
(-), massa (-) (-), massa (-)
Septum: deviasi (-) Septum: deviasi (-)
Rhinoskopi Posterior Konka : hiperemis (-), edema Konka : hiperemis (-), edema
(-), massa (-) (-), massa (-)
1.4.3 TENGGOROKAN
1.4.3.1 Nasofaring
Tabel 3.Pemeriksaan Nasofaring
Tes Pengecapan
Manis Tidak dilakukan
Asin Tidak dilakukan
Asam Tidak dilakukan
Pahit Tidak dilakukan
1.4.3.3 Laringofaring
1.4.4 MAKSILOFASIAL
Nervus Dekstra Sinistra
I. Olfaktorius
III. Okulomotorius
· Tes sensoris
oftalmikus
(+) (+)
(V1)
(+) (+)
– Cabang
maksila (V2)
– Cabang
mandibula
(V3)
VI. Abdusen
· Pergerakan
Simetris Simetris
palatum
XI. Assesorius
1.4.5 LEHER
Pemeriksaan Dekstra Sinistra
1.5 Resume
Pada pemeriksaan fisik, status generalis dalam batas normal, pada status
lokalis THT pada pemeriksaan telinga didapatkan hifa (+), debris berwarna putih,
edema (+) dan serumen (+) pada Aurikula Dextra.
1.6 Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan swab debris dari liang telinga kanan dengan pemeriksaan KOH
10% diperoleh hasil hifa(+)
1.9 Terapi
a. Medikamentosa
- Pembersihan debris menggunakan larutan normal saline
- Ketokonazole 10gr salep 2 x 1
- Cetrizine tablet 10 mg 1 x 1 malam hari bila gatal
- Kalium diklofenak 50 mg 2x 1
b. Nonmedikamentosa
- Menjaga agar telinga tetap kering dan menjaga kebersihan telinga
- Menghindari aktivitas yang memungkinkan air masuk ke dalam
telinga seperti berenang
- Tidak boleh mengorek telinga dengan jari maupun cotton bud
- Jika merasa ada cairan yang keluar dari telinga atau telinga kemasukan
air gunakan tisu yang telah dipotong dan dibentuk meruncing
ujungnya, dimasukkan ke dalam liang telinga untuk menyerap cairan
1.10 Prognosis
- Ad vitam : ad bonam
- Ad functionam : ad bonam
- Ad sanationam : ad bonam
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Anatomi
Telinga luar terdiri dari daun telinga dan liang telinga sampai membran
timpani. Daun telinga terdiri dari tulang rawan elastin dan kulit. Liang telinga
berbentuk huruf S, dan rangka tulang rawan pada sepertiga bagian luar,
sedangkan dua pertiga bagian dalam rangkanya terdiri dari tulang, dengan
panjang 2,5 – 3 cm1. Pada sepertiga bagian luar liang telinga (kanalis aurikularis
eksterna pars kartilaginosa) memiliki kulit lebih tebal yang mengandung kelenjar
seruminosa (kelenjar apokrin tubuler yang berkelok dan menghasilkan serumen),
kelenjar pilosebasea yang menghasilkan serumen dan pada sepertiga bagian luar
liang telinga ini terdapat rambut. Pada dua pertiga bagian dalam hanya sedikit
dijumpai kelenjar serumen dan rambut2.
2.3 Epidemiologi
Menurut Edward dan Irfandy kejadian otitis eksterna berkisar antara 5-
20% dari seluruh total kasus THT. Prevalensi otitis eksterna di Inggris berkisar
1,3% pada perempuan dan 1,2% pada laki-laki. Otomikosis dijumpai pada 9-50%
dari seluruh pasien yang mengalami gejala dan tanda otitis eksterna, bergantung
pada perbedaan lokasi geografisnya. Otomikosis lebih sering dijumpai pada
daerah yang lembab dan tropis4.
2.4 Etiologi
Faktor predisposisi terjadinya otitis eksterna, dalam hal ini otomikosis,
meliputi ketiadaan serumen, kelembaban yang tinggi, peningkatan temperatur,
dan trauma lokal, yang biasanya sering disebabkan oleh kapas telinga dan alat
bantu dengar. Serumen sendiri memiliki pH yang berkisar antara 4-5 yang
berfungsi menekan pertumbuhan bakteri dan jamur. Olahraga air misalnya
berenang dan berselancar sering dihubungkan dengan keadaan ini oleh karena
paparan ulang dengan air yang menyebabkan keluarnya serumen, dan keringnya
kanalis auditorius eksternus. Bisa juga disebabkan oleh adanya prosedur invasif
pada telinga3.
Pada 80% kasus otomikosis disebabkan oleh Aspergillus, diikuti Candida
sebagai penyebab otomikosis tersering. Jamur penyebab lainnya yang lebih jarang
menyebabkan otomikosis adalah Phycomycetes, Rhizopus, Actinomyces dan
Penicillium. Kumar mengisolasi Aspergillus niger (52,43%), Aspergillus
fumigates (34,14%), Candida albicans (11%), C. pseudotropicalis (1,21%) dam
Mucor sp (1,21%) pada pasien dengan otomikosis4.
2.5 Patogenesis
Otomikosis berkaitan dengan histologi dan fisiologi kanalis auditorius
eksternus. Pada interior resesus timpani, bagian medial sampai isthmus cenderung
mengumpulkan sisa keratin dan serumenm dan merupakan area yang sulit
dibersihkan.
Terdapat 4 proses yang dapat menyebabkan infeksi pada liang telinga
yaitu obstruksi serumen yang menyebabkan retensi air, hilangnya serumen akibat
pembersihan yang berlebih atau terpapar air terus menerus, trauma, dan
perubahan pH di permukaan liang telinga luar. Selain itu, faktor lain yang
mempengaruhi kemunculan otomikosis seperti faktor sistemik (gangguan
imunitas, penggunaan kortikosteroid, sitostatika, dan neoplasia), riwayat otitis
bakterial, OMSK, dan mastoidektomi radikal sebelumnya. Dermatomikosis di
area tubuh lain juga dapat menjadi faktor predisposisi, karena kemungkinan jamur
di bagian tubuh terinokulasi ke liang telinga luar dan menyebabkan otomikosis.
Retensi air menyebabkan peningkatan kelembapan di permukaan liang
telinga luar sehingga jamur dapat mudah berproliferasi dan tingginya kelembaban
juga dapat mengabrasi epitel sehingga mudah diinvasi oleh jamur. Hilangnya
serumen akibat pembersihan telingan yang berlebihan atau karena terlalu sering
terbilas air juga menghilangkan serumen yang memiliki fungsi proteksi dari jamur
dan organisme lainnya sehingga invasi oleh jamur patogen mudah terjadi di liang
telinga luar. Trauma dan perubahan pH juga menyediakan kondisi terbaik untuk
jamur berkembang biak di permukaan kulit liang telinga luar.
Invasi hifa dan spora dari jamur patogen pada kulit liang telinga luar
menyebabkan proses peradangan yang ditandai dengan nyeri, panas, eritema, dan
gatal. Hifa yang tumbuh di dalam liang telinga juga menyebabkan rasa penuh dan
tidak nyaman di dalam telinga.
2.7 Diagnosis
Diagnosa didasarkan pada :
1. Anamnesis
Adanya keluhan rasa gatal, nyeri dalam telinga, adanya secret yang keluar
dari telinga. Yang juga penting adalah kecenderungan beraktifitas yang
berhubungan dengan air, misalnya berenang, menyelam, dan sebagainya.
Hal ini disebabkan terjadinya eksfoliasi kulit oleh jamur yang tumbuh
sehingga terjadi pengelupasan kulit yang kemudian bercampur dengan jamur
itu sendiri membentuk masa debris yang basah. Massa basah ini selanjutnya
mengiritasi kulit liang telinga yang sudah terkelupas tadi sehingga timbul
rasa gatal. Dengan digaruk akan memperberat rasa gatal tersebut. Seperti
disebutkan rasa gatal ini merupakan keluhan yang paling sering dialami oleh
pasien.
Keluhan sakit pada dasarnya merupakan keluhan lanjutan setelah gatal dan
liang telinga dikorek-korek, sehingga membuat trauma dan menimbulkan
reaksi radang yang diikuti infeksi bakteri. Keluhan ini merupakan keluhan
kedua terbanyak.
Perasaan tak enak pada liang telinga ini dirasakan difusi sehingga penderita
sendiri sukar untuk menerangkannya.
· Gangguan Pendengaran
Gangguan pendengaran biasanya ringan saja akibat adanya massa seperti
busa yang besar pada liang telinga yang terutama disebabkan oleh jamur
Aspergillus niger.
· Telinga berair
Cairan telinga dapat bervariasi mulai dari serous seropurulent sampai pada
cairan berwarna krem dan kehitam-hitaman.
· Tinitus
2. Pemeriksaan Fisik
Pada liang telinga akan tampak berwarna merah, ditutupi oleh skuama, dan
kelainan ini ke bagian luar akan dapat meluas sampai muara liang telinga dan
daun telinga sebelah dalam. Pada liang telinga dapat terjadi penyempitan
dalam berbagai derajat. Penyempitan disebabkan reaksi peradangan pada
lapisan kulit liang telinga luar karena infeksi jamur. Didapati adanya
akumulasi debris fibrin yang tebal, pertumbuhan hifa berfilamen yang
berwarna putih dan panjang dari permukaan kulit. Sedangkan pada
membrana timpani dapat dijumpai kongesti dan peradangan pada gendang
telinga meskipun pada kebanyakan kasus tidak ditemukan kelainan Tempat
yang terinfeksi menjadi merah dan ditutupi skuama halus. Bila meluas
sampai kedalam, sampai ke membran timpani, maka akan dapat
mengeluarkan cairan serosanguinos.
3. Pemeriksaan Laboratorium
a. Preparat langsung:
b. Pembiakan:
Skuama dibiakkan pada media Agar Saboraud, dan dieramkan pada suhu
kamar. Koloni akan tumbuh dalam satu minggu berupa koloni filament
berwarna putih. Dengan mikroskop tampak hifa-hifa lebar dan pada
ujung-ujung hifa dapat ditemukan sterigma dan spora berjejer melekat
pada permukaannya.
Otomikosis terkadang sulit dibedakan dari bentuk lain dari otitis eksterna
terutama otitis eksterna difus. Infeksi campuran terkadang terjadi, Kumar (2005)
mendeteksi koinfeksi bakteri di antara 44 kasus dari total 82 kasus. Bakteri yang
umumnya diisolasi termasuk koagulase negatif stafilokokus, pseudomonas sp.
Staphylococcus aureus, E.coli dan Klebsiella sp. 8 Infeksi jamur juga dapat
berkembang pada otitis media supuratif kronis.
2.9 Tatalaksana
Non medikamentosa
2.10 Komplikasi
Komplikasi dari otomikosis yang pernah dilaporkan adalah perforasi dari
membran timpani dan otitis media serosa, tetapi hal tersebut sangat jarang terjadi,
dan cenderung sembuh dengan pengobatan. Patofisiologi dari perforasi membran
timpani mungkin berhubungan dengan nekrosis avaskular dari membran timpani
sebagai akibat dari trombosis pada pembuluh darah. Angka insiden terjadinya
perforasi membran yang dilaporkan dari berbagai penelitian berkisar antara 12-16
% dari seluruh kasus otomikosis. Tidak terdapat gejala dini untuk memprediksi
terjadinya perforasi tersebut, keterlibatan membran timpani sepertinya merupakan
konsekuensi inokulasi jamur pada aspek medial dari telinga luar ataupun
merupakan ekstensi langsung infeksi tersebut dari kulit sekitarnya.
2.11 Pencegahan
2.12 Prognosis
Umumnya baik bila diobati dengan pengobatan yang adekuat. Pada saat
terapi dengan anti jamur dimulai, maka akan dimulai suatu proses resolusi
( penyembuhan ) yang baik secara imunologi. Bagaimanapun juga, resiko
kekambuhan sangat tinggi, jika faktor yang menyebabkan infeksi sebenarnya
tidak dikoreksi, dan fisiologi lingkungan normal dari kanalis auditorius eksternus
masih terganggu.
DAFTAR PUSTAKA
1. Telinga, Hidung, Tenggorok, Kepala & Leher Ed.6 Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia
3. Marlinda Lita; Aprilia, Ety. 2016. Otomikosis Auris Dekstra pada Perenang. J
Medula Unila Vol. 6 No.1 hal: 67-71