Anda di halaman 1dari 26

LAPORAN KASUS

OTOMIKOSIS

Disusun oleh:

Annida Fillah 1102016027

Ayunin Novania 1102016038

Pembimbing:

dr. Arroyan Wardhana, Sp.THT-KL

KEPANITERAAN KLINIK TELINGA HIDUNG DAN


TENGGOROKAN
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS YARSI JAKARTA
PERIODE PJJ 7 SEPTEMBER – 20 SEPTEMBER 2020
BAB I
STATUS PASIEN

1.1 Identitas Pasien

- Nama : Tn. H
- Jenis Kelamin : Laki-laki
- Umur : 23 tahun
- Alamat : Jakarta
- Status : Belum Menikah
- Pendidikan : S1

1.2 Anamnesis

1.2.1 Keluhan Utama

Gatal pada telinga kanan sejak 6 hari sebelum masuk Rumah Sakit

1.2.2 Riwayat Penyakit Sekarang

Pasien datang berobat ke Poliklinik THT RS YARSI dengan


keluhan gatal pada liang telinga kanan sejak 6 hari sebelum masuk
Rumah Sakit. Keluhan gatal pada liang telinga kanan dirasakan terus-
menerus sampai mengganggu aktivitas sehari-hari dan membuat
pasien sering terbangun pada malam hari. Pasien mengatakan
beberapa kali membersihkan telinga kanannya dengan cotton bud dan
terkadang mengorek telinga menggunakan jari tangan. Pasien juga
mengeluhkan terasa penuh pada telinga kanan, nyeri telinga kanan dan
pendengaran menurun. Nyeri telingan kanan dirasakan terus menerus
dan dirasakan memberat setelah pasien membersihkan berulang kali
menggunakan cotton bud. Riwayat keluar cairan dari dalam telinga
disangkal, riwayat telinga berdenging disangkal dan riwayat demam
pada pasien disangkal. Pasien merupakan atlet renang, beraktifitas
renang 3-4 kali dalam seminggu.

1.2.3 Riwayat Penyakit Dahulu

- Riwayat penyakit serupa sebelumnya disangkal


- Riwayat alergi disangkal
- Riwayat Hipertensi, Diabetes Melitus, Asma disangkal
- Riwayat operasi pada telinga, hidung maupun tenggorokan disangkal

1.2.4 Riwayat Penyakit Keluarga

- Keluhan serupa pada keluarga disangkal.

1.2.5 Riwayat Pengobatan

- Pasien mengaku belum pernah berobat

1.3 Pemeriksaan Fisik

- Keadaan umum : Tampak sakit ringan


- Kesadaran : Composmentis
- Berat Badan : 50 Kg
- Tanda Vital :
a. Tekanan Darah : 110/70 mmHg
b. Pernafasan : 16x/m, teratur
c. Nadi : 78x/m, teratur
d. Suhu : 36,5°C

1.3.1 Status Generalis

a. Kepala : Normocephal (+), rambut berwarna hitam (+)


b. Mata : Konjungtiva anemis (-/-), sclera ikterik
(-/-), reflek pupil (+/+)
c. Telinga : Lihat Status lokalis
d. Hidung : Lihat status lokalis
e. Mulut : Mukosa bibir lembab, sianosis (-),
stomatitis(-)
f. Tenggorok : Lihat status lokalis
g. Leher : Lihat status lokalis
h. Thorax
- Inspeksi : kedua hemithoraks tampak simetris,
retraksi sela iga (-)
- Palpasi : kedua hemithoraks terangkat simetris
- Perkusi : sonor pada semua lapang paru
- Auskultasi : suara napas vesikuler (+/+), ronkhi
(-/-), wheezing (-/-)
i. Jantung
- Inspeksi : ictus cordis tidak terlihat
- Palpasi : ictus cordis teraba di ICS V midclavicularis
sinistra
- Perkusi : batas jantung relative batas normal
- Auskultasi : bunyi jantung I dan II reguler
j. Abdomen
- Inpeksi: simetris, datar
- Palpasi : supel, nyeri tekan epigastrium (-)
- Perkusi : timpani pada seluruh kuadran abdomen
- Auskultasi : bising usus (+) normal
k. Ekstremitas
- Superior : akral hangat, udem (-/-), CRT <2 detik
(+)
- Inferior : akral hangat, udem (-/-), CRT <2 detik
(+)

1.4 Status lokalis THT


1.4.1 TELINGA
Tabel 1. Pemeriksaan Telinga
Auris Dextra Auris Sinistra
Aurikula Normotia, perikondritis (-),
edema (-), nyeri tarik (-)
Normotia, perikondritis (-),
edema (-), nyeri tarik (-)

Preaurikula Peradangan (-), pus (-), fistula (-), Peradangan (-), pus (-), fistula
nyeri tekan tragus (-), (-) , nyeri tekan tragus (-),
pembesaran KGB (-) pembesaran KGB (-)
Retroaurikula Peradangan (-), pus (-), fistula
(-), nyeri tekan (-), pembesaran
Peradangan (-), pus (-), fistula (-),
KGB (-)
nyeri tekan (-), pembesaran KGB
(-)

MAE sekret (-), serumen (-),


pseudohifa (+), massa (-), corpus
Sekret (-), serumen (-), massa (-),
alienum (-), pus (-), darah (-)
corpus alienum (-), pus (-), darah
(-), pseudohifa (-)
CAE Sempit, hiperemis (+), debris (+),
hifa (+), edema (+), serumen (+),
Sekret (-), serumen (-), massa (-),
pus (-), darah (-)
corpus alienum (-), pus (-), darah
(-), pseudohifa (-)

Membran timpani Tidak dapat dinilai

Intak, perforasi (-), refleks cahaya


(+) di jam 7, hiperemis (-),
retraksi (-)

Uji Rinne + +

Uji Weber Lateralisasi (-) Lateralisasi (-)

Uji Schwabach Sama dengan pemeriksa Sama dengan pemeriksa

Interpretasi : hifa (+) pada Aurikula Dextra

1.4.2 HIDUNG

Tabel 2. Pemeriksaan Hidung


Dekstra Sinistra
Inspeksi Deformitas (-), discharge (-), Deformitas (-), discharge (-),
hiperemis (-), lesi (-) hiperemis (-), lesi (-)
Palpasi Deformitas (-), Krepitasi (-) Deformitas (-), Krepitasi (-)

Rhinoskopi Anterior Konka : hiperemis (-), edema Konka : hiperemis (-), edema
(-), massa (-) (-), massa (-)
Septum: deviasi (-) Septum: deviasi (-)
Rhinoskopi Posterior Konka : hiperemis (-), edema Konka : hiperemis (-), edema
(-), massa (-) (-), massa (-)

Septum: deviasi (-) Septum: deviasi (-)

1.4.2.1 Sinus Paranasal

- Inspeksi : Pembesaran kedua pipi (-), kemerahan pada kelopak


mata bawah (-), pembesaran pada kelopak mata atas (-)
- Palpasi : Nyeri tekan pipi (-), nyeri ketuk pipi (-), nyeri tekan medial
atap orbita (-), nyeri tekan kantus medius (-)

1.4.2.2 Tes Penciuman

- Kanan : 15 cm dengan kopi


- Kiri : 15 cm dengan kopi
- Kesan : Normosmia

1.4.3 TENGGOROKAN
1.4.3.1 Nasofaring
Tabel 3.Pemeriksaan Nasofaring

Nasofaring (Rinoskopi Posterior)


Konka superior Tidak dilakukan
Torus tubarius Tidak dilakukan
Fossa Rossenmuller Tidak dilakukan
Plika salfingofaringeal Tidak dilakukan
1.4.3.2 Orofaring
Tabel 4 Pemeriksaan Orofaring
Pemeriksaan Dekstra Sinistra
Orofaring
Mulut
Mukosa mulut Hiperemis (-) Hiperemis (-)
Lidah Simetris Simetris
(normal), bersih (normal), bersih
Palatum molle Simetris Simetris
(normal), bersih (normal), bersih
Gigi geligi Lubang (-) Lubang (-)
Uvula Simetris Simetris
(normal), bersih (normal), bersih
Tonsil
Mukosa Tenang Tenang
Tonsil T1 T1
Kripta - -
Detritus - -
Perlengketan - -
Faring
Mukosa Tenang Tenang
Granula - -
Post nasal drip - -

Tes Pengecapan
Manis Tidak dilakukan
Asin Tidak dilakukan
Asam Tidak dilakukan
Pahit Tidak dilakukan

1.4.3.3 Laringofaring

Laringofaring (Laringoskopi Indirect)


Epiglotis Tidak dilakukan
Plika ariepiglotika Tidak dilakukan
Plika ventrikularis Tidak dilakukan
Plika vokalis Tidak dilakukan
Rima glotis Tidak dilakukan

1.4.4 MAKSILOFASIAL
Nervus Dekstra Sinistra

I. Olfaktorius

Penciuman Normosmia Normosmia


II. Optikus

· Daya penglihatan (+) (+)

· Refleks pupil (+) (+)

III. Okulomotorius

· Membuka kelopak (+) (+)


mata
(+) (+)
· Gerakan bola mata
(+) (+)
ke superior
(+) (+)
· Gerakan bola mata
ke inferior (+) (+)

· Gerakan bola mata


ke medial

· Gerakan bola mata


ke laterosuperior
IV. Troklearis

Gerakan bola mata ke (+) (+)


lateroinferior
V. Trigeminal

· Tes sensoris

– Cabang (+) (+)

oftalmikus
(+) (+)
(V1)
(+) (+)
– Cabang
maksila (V2)

– Cabang
mandibula
(V3)
VI. Abdusen

Gerakan bola mata ke (+) (+)


lateral
VII. Fasial

· Mengangkat alis (+) (+)

· Kerutan dahi (+) (+)

· Menunjukkan gigi (+) (+)

· Daya kecap lidah Tidak Tidak


2/3 anterior dilakukan dilakukan
VIII. Akustikus

Tes garpu tala Normal Normal


IX. Glossofaringeal

· Refleks muntah (+) (+)

· Daya kecap lidah Tidak Tidak


1/3 posterior dilakukan dilakukan
X. Vagus

· Refleks muntah (+) (+)


dan menelan
(-) (-)
· Deviasi uvula

· Pergerakan
Simetris Simetris
palatum
XI. Assesorius

· Memalingkan (+) (+)


kepala
(+) (+)
· Kekuatan bahu
XII. Hipoglossus

· Tremor lidah (-) (-)

· Deviasi lidah (-) (-)

1.4.5 LEHER
Pemeriksaan Dekstra Sinistra

Tiroid Pembesaran Pembesaran (-)


(-)
Kelenjar submental Pembesaran Pembesaran (-)
(-)
Kelenjar Pembesaran Pembesaran (-)
submandibular (-)
Kelenjar jugularis Pembesaran Pembesaran (-)
superior (-)
Kelenjar jugularis Pembesaran Pembesaran (-)
media (-)
Kelenjar jugularis Pembesaran Pembesaran (-)
inferior (-)
Kelenjar suprasternal Pembesaran Pembesaran (-)
(-)
Kelenjar Pembesaran Pembesaran (-)
supraklavikularis (-)

1.5 Resume

Pasien datang ke Poliklinik THT RS YARSI dengan keluhan telinga kanan


gatal sejak 6 hari sebelum masuk Rumah Sakit. Rasa gatal ini berlangsung terus
menerus sampai mengganggu aktivitas sehari-hari dan membuat pasien sering
terbanagun pada malam hari. Pasien juga mengeluhkan telinga kanan terasa
penuh, nyeri telinga kanan dan pendengaran menurun. Pasien mengaku beberapa
kali membersihkan telingan kanannya dengan cotton bud dan terkadang
menggunakan jari. Pasien merupakan atlet renang yang beraktifitas renang 3-4
kali dalam seminggu.

Pada pemeriksaan fisik, status generalis dalam batas normal, pada status
lokalis THT pada pemeriksaan telinga didapatkan hifa (+), debris berwarna putih,
edema (+) dan serumen (+) pada Aurikula Dextra.
1.6 Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan swab debris dari liang telinga kanan dengan pemeriksaan KOH
10% diperoleh hasil hifa(+)

1.7 Diagnosis Kerja


- Otomikosis Auricular Dextra

1.8 Diagnosa Banding


- Otitis Eksterna Aurikula Dextra

1.9 Terapi
a. Medikamentosa
- Pembersihan debris menggunakan larutan normal saline
- Ketokonazole 10gr salep 2 x 1
- Cetrizine tablet 10 mg 1 x 1 malam hari bila gatal
- Kalium diklofenak 50 mg 2x 1
b. Nonmedikamentosa
- Menjaga agar telinga tetap kering dan menjaga kebersihan telinga
- Menghindari aktivitas yang memungkinkan air masuk ke dalam
telinga seperti berenang
- Tidak boleh mengorek telinga dengan jari maupun cotton bud
- Jika merasa ada cairan yang keluar dari telinga atau telinga kemasukan
air gunakan tisu yang telah dipotong dan dibentuk meruncing
ujungnya, dimasukkan ke dalam liang telinga untuk menyerap cairan

1.10 Prognosis

- Ad vitam : ad bonam
- Ad functionam : ad bonam
- Ad sanationam : ad bonam
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi

Telinga luar terdiri dari daun telinga dan liang telinga sampai membran
timpani. Daun telinga terdiri dari tulang rawan elastin dan kulit. Liang telinga
berbentuk huruf S, dan rangka tulang rawan pada sepertiga bagian luar,
sedangkan dua pertiga bagian dalam rangkanya terdiri dari tulang, dengan
panjang 2,5 – 3 cm1. Pada sepertiga bagian luar liang telinga (kanalis aurikularis
eksterna pars kartilaginosa) memiliki kulit lebih tebal yang mengandung kelenjar
seruminosa (kelenjar apokrin tubuler yang berkelok dan menghasilkan serumen),
kelenjar pilosebasea yang menghasilkan serumen dan pada sepertiga bagian luar
liang telinga ini terdapat rambut. Pada dua pertiga bagian dalam hanya sedikit
dijumpai kelenjar serumen dan rambut2.

Telinga luar dilapisi dengan epitel skuamosa berlapis yang bersambungan


dengan kulit dari pinna dan epitel yang meliputi membrane timpani. Lapisan
subkutan dari bagian tulang rawan telinga luar memiliki folikel rambut, kelenjar
sebasea, dan kelenjar serumen, serta ketebalannya 1 mm. sementara itu kulit dari
bagian tulang dari telinga luar tidak memiliki elemen subkutan dan ketebalannya
hanya 0,2 mm.

Serumen terdiri dari lemak ( 46-73 % ), protein, asam amino, ion-ion


mineral, dan juga mengandung lisozim, immunoglobulin, dan asam lemak tak
jenuh rantai ganda. Asam lemak inimenyebabkan kulit yang tak mudah rapuh
sehingga menginhibisi pertumbuhan bakteri. Oleh karena komposisi
hidrofobiknya, serumen dapat membuat permukaan kanal menjadi impermeable,
kemudian mencegah terjadinya maserasi dan kerusakan epitel. Kesimpulannya,
serumen memiliki sifat antimikotik dan bakteriostatik dan juga repellent terhadap
serangga.

Persarafan terbanyak pada daun telinga yaitu persarafan dari pleksus


servikal (C 2-3), Nervus trigeminus (N. V 3) mempersarafi tragus, dan crus helix,
cabang dari nervus vagus (N. X) atau disebut juga dengan Arnold’s nerve
mempersarafi concha dan bagian tengah daun telinga2

Liang telinga luar (canalis auditorius eksterna) dipersarafi oleh N.


Trigeminus (V 3), N. Vagus (N. X) dan N. Facialis (N. VII)2
2.2 Definisi
Otomikosis merupakan infeksi jamur superfisialis pada kanalis auditorius
eksternus. Infeksi telinga ini dapat bersifat akut dan subakut dengan tanda khas
adanya inflamasi, rasa gatal dan ketidaknyamanan. Mikosis ini menyebabkan
adanya pembengkakan, pengelupasan epitel superfisialis, adanya penumpukan
debris yang berbentuk hifa, disertai supurasi dan nyeri3.

Pada otomikosis, jamur merupakan patogen primer namun biasanya


ditemukan adanya infeksi bakteri superimposed kanalis auditorius eksterna
maupun telinga tengah4.

2.3 Epidemiologi
Menurut Edward dan Irfandy kejadian otitis eksterna berkisar antara 5-
20% dari seluruh total kasus THT. Prevalensi otitis eksterna di Inggris berkisar
1,3% pada perempuan dan 1,2% pada laki-laki. Otomikosis dijumpai pada 9-50%
dari seluruh pasien yang mengalami gejala dan tanda otitis eksterna, bergantung
pada perbedaan lokasi geografisnya. Otomikosis lebih sering dijumpai pada
daerah yang lembab dan tropis4.

2.4 Etiologi
Faktor predisposisi terjadinya otitis eksterna, dalam hal ini otomikosis,
meliputi ketiadaan serumen, kelembaban yang tinggi, peningkatan temperatur,
dan trauma lokal, yang biasanya sering disebabkan oleh kapas telinga dan alat
bantu dengar. Serumen sendiri memiliki pH yang berkisar antara 4-5 yang
berfungsi menekan pertumbuhan bakteri dan jamur. Olahraga air misalnya
berenang dan berselancar sering dihubungkan dengan keadaan ini oleh karena
paparan ulang dengan air yang menyebabkan keluarnya serumen, dan keringnya
kanalis auditorius eksternus. Bisa juga disebabkan oleh adanya prosedur invasif
pada telinga3.
Pada 80% kasus otomikosis disebabkan oleh Aspergillus, diikuti Candida
sebagai penyebab otomikosis tersering. Jamur penyebab lainnya yang lebih jarang
menyebabkan otomikosis adalah Phycomycetes, Rhizopus, Actinomyces dan
Penicillium. Kumar mengisolasi Aspergillus niger (52,43%), Aspergillus
fumigates (34,14%), Candida albicans (11%), C. pseudotropicalis (1,21%) dam
Mucor sp (1,21%) pada pasien dengan otomikosis4.

2.5 Patogenesis
Otomikosis berkaitan dengan histologi dan fisiologi kanalis auditorius
eksternus. Pada interior resesus timpani, bagian medial sampai isthmus cenderung
mengumpulkan sisa keratin dan serumenm dan merupakan area yang sulit
dibersihkan.
Terdapat 4 proses yang dapat menyebabkan infeksi pada liang telinga
yaitu obstruksi serumen yang menyebabkan retensi air, hilangnya serumen akibat
pembersihan yang berlebih atau terpapar air terus menerus, trauma, dan
perubahan pH di permukaan liang telinga luar. Selain itu, faktor lain yang
mempengaruhi kemunculan otomikosis seperti faktor sistemik (gangguan
imunitas, penggunaan kortikosteroid, sitostatika, dan neoplasia), riwayat otitis
bakterial, OMSK, dan mastoidektomi radikal sebelumnya. Dermatomikosis di
area tubuh lain juga dapat menjadi faktor predisposisi, karena kemungkinan jamur
di bagian tubuh terinokulasi ke liang telinga luar dan menyebabkan otomikosis.
Retensi air menyebabkan peningkatan kelembapan di permukaan liang
telinga luar sehingga jamur dapat mudah berproliferasi dan tingginya kelembaban
juga dapat mengabrasi epitel sehingga mudah diinvasi oleh jamur. Hilangnya
serumen akibat pembersihan telingan yang berlebihan atau karena terlalu sering
terbilas air juga menghilangkan serumen yang memiliki fungsi proteksi dari jamur
dan organisme lainnya sehingga invasi oleh jamur patogen mudah terjadi di liang
telinga luar. Trauma dan perubahan pH juga menyediakan kondisi terbaik untuk
jamur berkembang biak di permukaan kulit liang telinga luar.
Invasi hifa dan spora dari jamur patogen pada kulit liang telinga luar
menyebabkan proses peradangan yang ditandai dengan nyeri, panas, eritema, dan
gatal. Hifa yang tumbuh di dalam liang telinga juga menyebabkan rasa penuh dan
tidak nyaman di dalam telinga.

2.6 Gejala klinis


Gejala otitis eksterna bakterial dan otomikosis hampir sama, namun dalam
perjalanan penyakitnya, rasa gatal sering dikeluhkan dan lebih menonjol pada
infeksi mikosis. Disertai juga dengan rasa penuh ditelinga, rasa tidak nyaman,
gangguan pendengaran, tinitus dan keluar cairan dari telinga. Tetapi sering pula
tanpa keluhan.

2.7 Diagnosis
Diagnosa didasarkan pada :

1. Anamnesis
Adanya keluhan rasa gatal, nyeri dalam telinga, adanya secret yang keluar
dari telinga. Yang juga penting adalah kecenderungan beraktifitas yang
berhubungan dengan air, misalnya berenang, menyelam, dan sebagainya.

Dapat ditemukan gejala dan tanda, antara lain:

· Gatal-gatal pada otomokosis

Hal ini disebabkan terjadinya eksfoliasi kulit oleh jamur yang tumbuh
sehingga terjadi pengelupasan kulit yang kemudian bercampur dengan jamur
itu sendiri membentuk masa debris yang basah. Massa basah ini selanjutnya
mengiritasi kulit liang telinga yang sudah terkelupas tadi sehingga timbul
rasa gatal. Dengan digaruk akan memperberat rasa gatal tersebut. Seperti
disebutkan rasa gatal ini merupakan keluhan yang paling sering dialami oleh
pasien.

· Sakit pada telinga

Keluhan sakit pada dasarnya merupakan keluhan lanjutan setelah gatal dan
liang telinga dikorek-korek, sehingga membuat trauma dan menimbulkan
reaksi radang yang diikuti infeksi bakteri. Keluhan ini merupakan keluhan
kedua terbanyak.

· Perasaan tidak enak

Perasaan tak enak pada liang telinga ini dirasakan difusi sehingga penderita
sendiri sukar untuk menerangkannya.

· Gangguan Pendengaran
Gangguan pendengaran biasanya ringan saja akibat adanya massa seperti
busa yang besar pada liang telinga yang terutama disebabkan oleh jamur
Aspergillus niger.

· Telinga berair

Cairan telinga dapat bervariasi mulai dari serous seropurulent sampai pada
cairan berwarna krem dan kehitam-hitaman.

· Tinitus

Keluhan ini sering menetap dan sangat mengganggu penderita sehingga


sering menyebabkan penderita datang berobat tanpa disertai gejala atau
lainya yang berarti. Tinitus ini mungkin hanya disebabkan oleh sumbatan
debris dalam liang telinga yang menekan gendang telinga. Keluhan ini akan
hilang setelah debris ini diangkat.

2. Pemeriksaan Fisik

Pada pemeriksaan klinis umumnya tidak menunjukan kelainan yang berarti


pada daun telinga, kecuali sedikit rasa nyeri saat daun telinga ditarik serta
ulserasi ringan dengan pembentukan krusta.

Pada liang telinga akan tampak berwarna merah, ditutupi oleh skuama, dan
kelainan ini ke bagian luar akan dapat meluas sampai muara liang telinga dan
daun telinga sebelah dalam. Pada liang telinga dapat terjadi penyempitan
dalam berbagai derajat. Penyempitan disebabkan reaksi peradangan pada
lapisan kulit liang telinga luar karena infeksi jamur. Didapati adanya
akumulasi debris fibrin yang tebal, pertumbuhan hifa berfilamen yang
berwarna putih dan panjang dari permukaan kulit. Sedangkan pada
membrana timpani dapat dijumpai kongesti dan peradangan pada gendang
telinga meskipun pada kebanyakan kasus tidak ditemukan kelainan Tempat
yang terinfeksi menjadi merah dan ditutupi skuama halus. Bila meluas
sampai kedalam, sampai ke membran timpani, maka akan dapat
mengeluarkan cairan serosanguinos.

Pada pemeriksaan telinga yang dicurigai otomikosis, didapati adanya


akumulasi debris fibrin yang tebal, pertumbuhan hifa berfilamen yang
berwana putih dan panjang dari permukaan kulit, hilangnya pembengkakan
signifikan pada dinding kanalis, dan area melingkar dari jaringan granulasi
diantara kanalis eksterna atau pada membran timpani.

Ciri-ciri pemeriksaan fisik infeksi jamur menyerupai jamur biasa, dengan


terlihat hifa dan spora halus (konidiofor) pada Aspergillus. Candida, ragi,
sering membentuk tikar miselia yang bercorak putih bila dicampur dengan
serumen tampak kekuningan. Infeksi kandida bisa lebih sulit untuk dideteksi
secara klinis karena kurangnya karakteristik penampilan seperti Aspergillus
seperti otorrhea dan tidak merespon antimikroba aural. Otomycosis yang
disebabkan oleh Candida sering diidentifikasi oleh data kultur. Tampaknya
tidak ada perbedaan yang dilaporkan dalam presentasi berdasarkan organisme
yang paling umum

3. Pemeriksaan Laboratorium

a. Preparat langsung:

Skuama dari kerokan kulit liang telinga diperiksa dengan KOH 10 %


akan tampak hifa-hifa lebar, berseptum, dan kadang-kadang dapat
ditemukan spora-spora kecil dengan diameter 2-3 u.

b. Pembiakan:

Skuama dibiakkan pada media Agar Saboraud, dan dieramkan pada suhu
kamar. Koloni akan tumbuh dalam satu minggu berupa koloni filament
berwarna putih. Dengan mikroskop tampak hifa-hifa lebar dan pada
ujung-ujung hifa dapat ditemukan sterigma dan spora berjejer melekat
pada permukaannya.

2.8 Diagnosis Banding

Otomikosis terkadang sulit dibedakan dari bentuk lain dari otitis eksterna
terutama otitis eksterna difus. Infeksi campuran terkadang terjadi, Kumar (2005)
mendeteksi koinfeksi bakteri di antara 44 kasus dari total 82 kasus. Bakteri yang
umumnya diisolasi termasuk koagulase negatif stafilokokus, pseudomonas sp.
Staphylococcus aureus, E.coli dan Klebsiella sp. 8 Infeksi jamur juga dapat
berkembang pada otitis media supuratif kronis.
2.9 Tatalaksana

Pengobatannya ialah dengan membersihkan liang telinga larutan asam


asetat 2% dalam alkohol, larutan lodium povidon 5% atau tetes telinga yang
mengandung campuran antibiotik dan steroid yang diteteskan ke liang telinga
biasanya dapat menyembuhkan. Kadang-kadang diperlukan juga obat anti-jamur
(sebagai salep) yang diberikan secara topikal yang mengandung nistatin,
klotrimazol.
Obat anti jamur pada pengobatan otomikosis terbagi menjadi 2 kelompok,
yaitu: spesifik dan non-spesifik. Obat anti jamur spesifik (klotrimasol, mikonasol,
ekonasol, nistatin, tolnaftat) dan non spesifik (asam asetat, alkohol, asam borat,
m-kresil asetat dan gentian violet).

Non medikamentosa

Pengobatan ditujukan untuk menjaga agar liang telinga tetap kering,


jangan lembab, dan disarankan untuk tidak mengorek-ngorek telinga dengan
barang-barang yang kotor seperti korek api, garukan telinga, atau kapas. Kotoran-
kotoran telinga harus sering dibersihkan

2.10 Komplikasi
Komplikasi dari otomikosis yang pernah dilaporkan adalah perforasi dari
membran timpani dan otitis media serosa, tetapi hal tersebut sangat jarang terjadi,
dan cenderung sembuh dengan pengobatan. Patofisiologi dari perforasi membran
timpani mungkin berhubungan dengan nekrosis avaskular dari membran timpani
sebagai akibat dari trombosis pada pembuluh darah. Angka insiden terjadinya
perforasi membran yang dilaporkan dari berbagai penelitian berkisar antara 12-16
% dari seluruh kasus otomikosis. Tidak terdapat gejala dini untuk memprediksi
terjadinya perforasi tersebut, keterlibatan membran timpani sepertinya merupakan
konsekuensi inokulasi jamur pada aspek medial dari telinga luar ataupun
merupakan ekstensi langsung infeksi tersebut dari kulit sekitarnya.

2.11 Pencegahan

Untuk mencegah otomikosis dengan menjaga pertahanan alami saluran


telinga terhadap infeksi bekerja dengan baik. Meninggalkan kotoran telinga dalam
jumlah yang cukup di dalam saluran karena memiliki antijamur.
Setelah berenang atau mandi, gunakan handuk untuk mengeringkan
telinga dengan baik. Putar kepala anda ke setiap sisi dan tarik daun telinga ke arah
yang berbeda untuk membantu air keluar. Pengering rambut yang disetel dengan
kecepatan dan panas paling rendah juga dapat membantu mengeringkan telinga,
tetapi pastikan untuk menahannya beberapa inci dari telinga.
Setelah berenang di kolam umum, teteskan beberapa tetes tetes telinga
asam asetat atau obat tetes telinga antijamur lainnya.
Gunakan penutup telinga, saat berenang. Penyumbat telinga yang dibuat
khusus dapat tersedia dari toko alat bantu dengar.

2.12 Prognosis
Umumnya baik bila diobati dengan pengobatan yang adekuat. Pada saat
terapi dengan anti jamur dimulai, maka akan dimulai suatu proses resolusi
( penyembuhan ) yang baik secara imunologi. Bagaimanapun juga, resiko
kekambuhan sangat tinggi, jika faktor yang menyebabkan infeksi sebenarnya
tidak dikoreksi, dan fisiologi lingkungan normal dari kanalis auditorius eksternus
masih terganggu.
DAFTAR PUSTAKA
1. Telinga, Hidung, Tenggorok, Kepala & Leher Ed.6 Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia

2. Diseases of Ear, Nose and Throat 7th Edition. Elsevier

3. Marlinda Lita; Aprilia, Ety. 2016. Otomikosis Auris Dekstra pada Perenang. J
Medula Unila Vol. 6 No.1 hal: 67-71

4. Edward, Yan; Irfandi Dolly. 2012. Otomycosis. Jurnal kesehatan Andalas


1(2): 101-106

Anda mungkin juga menyukai