Anda di halaman 1dari 39

WRAP UP SKENARIO 1

BLOK NEOPLASIA
BENJOLAN DI PAYUDARA

KELOMPOK A-8

Ketua : Andhika Shahnaz (1102014023)


Sekretaris : Laura Rahardini (1102014147)
Anggota : Giri Mahesa Putra Zatnika (1102012100)
Devinta Dhia Widyani (1102013077)
Kartika Pradipta (1102013144)
Aulia Elma Azzahra (1102014049)
Dayu Dwi Deria (1102014066)
Diah Ayu Kusuma Wardani (1102014072)
Khaulah Nurul Fadhilah (1102014144)

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS YARSI
2017
DAFTAR ISI

Daftar Isi 2
Skenario 3
Penentuan Kata-Kata Sulit 4
Rumusan Masalah 4
Analisis Masalah 5
Hipotesis 5
Sasaran Belajar 6
LI. 1. Memahami dan Menjelaskan Kanker Payudara 7
LO. 1.1 Memahami dan Menjelaskan Definisi kanker payudara 7
LO. 1.2. Memahami dan Menjelaskan Epidemiologi kanker payudara 7
LO. 1.3. Memahami dan Menjelaskan Etiologi kanker payudara 8
LO. 1.4. Memahami dan Menjelaskan Klasifikasi kanker payudara 10
LO. 1.5. Memahami dan Menjelaskan Patofisiologi kanker payudara 17
LO. 1.6. Memahami dan Menjelaskan Manifestasi kanker payudara 18
LO. 1.7. Memahami dan Menjelaskan Diagnosis dan Diagnosis kanker payudara 19
LO. 1.8. Memahami dan Menjelaskan Tatalaksana kanker payudara 30
LO. 1.9. Memahami dan Menjelaskan Pencegahan kanker payudara 33
LO. 1.10. Memahami dan Menjelaskan Komplikasi kanker payudara 34
LO. 1.11. Memahami dan Menjelaskan Prognosis kanker payudara 34
LI. 4. Memahami dan menjelaskan cara menghadapi penyakit berat dan terminal dari
segi agama islam 35
Daftar Pustaka 39

2
SKENARIO
Seorang perempuan berumur 55 tahun, ibu rumah tangga, datang ke poliklinik bedah karena
adanya benjolan di payudara sebelah kanan sudah setahun ini. Mula-mula sebesar biji
rambutan, kemudian sekarang sebesar bola tenis. Tidak terasa sakit, hanya kadang terasa
pegal. Pasien merasa berat badannya menurun drastis dalam empat bulan terakhir ini. Pada
keluarga terdapat riwayat penderita tumor ganas payudara, yaitu bibi pasien (adik kandung
dari ibu pasien). Bibi pasien meninggal karena penyakitnya ini. Pasien tidak mempunyai
anak. Sebulan ini timbul luka koreng berbau di kulit di atas benjolan payudara. Pasien juga
merasa sesak sebulan terakhir yang bertambah dengan aktifitas tapi tidak berkurang dengan
istirahat.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum baik, BB 40 kg, vital sign lain dalam batas
normal. Status lokalis pada payudara kanan didapatkan massa oval lebih kurang 8x7x7cm3 di
kwadran medial atas, keras, berbenjol, melekat ke dinding dada, peau de orange, ulkus,
retraksi papilla mammae, dan nipple discharge. Teraba limfonodi aksilla 2 buah, ukuran 1cm,
saling melekat satu dengan yang lain. Pada pemeriksaan Rontgen thoraks didapatkan coin
lesion di lobus superior paru kanan disertai efusi pleura. USG abdomen tidak didapatkan
nodul. Biopsi insisi memastikan pasien menderita kanker payudara (stadium terminal)
kemudian menjalani operasi simple mastectomy dilanjutkan kemoterapi dan radioterapi.
Bagaimanakah seharusnya pasien menghadapi penyakit berat dan terminal yang dideritanya
dari sisi agama Islam?

3
I. KATA SULIT
a. Nipple discharge
Substansi yang terekresi dari pappila mammae.

b. Coin lession
Bayangan bulat seperti koin tanda metastasis ke paru.

c. Peau de orange
Gambaran seperti kulit jeruk, tanda metastasis sel tumor.

d. Simple mastektomy
Operasi pengangkatan seluruh payudara.

e. Retraksi papilla mammae


Penarikan pappila mammae ke arah dalam.

II. RUMUSAN MASALAH


1. Bagaimana terjadinya coin lession?
2. Mengapa terdapat penurunan berat badan?
3. Mengapa bisa terjadi nipple discharge?
4. Mengapa benjolan tidak terasa sakit?
5. Apa saja faktor resiko penyakit tersebut?
6. Mengapa pasien sesak?
7. Mengapa bisa timbul luka koreng berbau diatas benjolan payudara?
8. Apakah benjolan ini bisa menyebar ke sebelahnya?
9. Apa tatalaksananya?
10. Stadium penyakitnya?
11. Mengapa pappila mammae bisa retraksi?
12. Mengapa pasien disarankan operasi simple mastektomi dan adakah cara lain
selain operasi?
13. Bagaimana cara menghadapi penyakit berat dan terminal dari segi agama
Islam?

4
III. ANALISA MASALAH
1. Sel kanker yang metastasis ke paru menyebabkan timbulnya coin lession.
2. Karena kanker menyebabkan sel sel terus membelah, saat pembelahan
membutuhkan energi lebih yang berasal dari glukosa sehingga pasien
mengalami penurunan berat badan.
3. Sel kanker masuk ke duktus yang besar pada payudara.
4. Karena benjolan tidak mengenai saraf.
5. hormon estrogen
- Lifestyle
- Kelahiran anak, terutama diusia tua
- Genetik
- Menopause yang lebih lama
6. Metastasis ke paru secara hematogen
7. Benjolan menekan pembuluh darah sehingga tidak ada aliran darah yang
menyebabkan sel nekrosis dan timbul ulkus.
8. Bisa, karena dapat metastasis ke seluruh tubuh
9. Simple mastektomi, radioterapi, kemoterapi, obat hormonal
10. Stadium terminal
11. Karena ligamentum cooper tertahan akibat inflamasi
12. Agar tidak metastasis ke sebelahnya ddan benjolan sudah besar, tidak ada.
13. Tabah, tawakal, ikhtiar.

IV. HIPOTESIS
Hormon estrogen, gaya hidup, kelahiran anak terutama diusia tua, genetik, dan
menopause yang lebih lama dapat menyebabkan kanker payudara yang memberikan
gejala penurunan berat badan karena sel sel kanker yang terus membelah dan
membutuhkan energi lebih banyak sehingga menyerap nutrisi tubuh, nipple discharge
karena sel kanker yang masuk ke dalam ductus pada payudara, retraksi papilla
mammae karena ligamentum cooper tertahan akibat inflamasi, dan coin lesion karena
sudah metastasis ke paru, dapat ditatalaksana simple mastektomi, radioterapi,
kemoterapi, obat hormonal dan pasien diberikan pesan agar tetap tabah, tawakal,
ikhtiar.

5
V. SASARAN BELAJAR

LI 1 Memahami dan menjelaskan kanker payudara


LO 1.1 Definisi
LO 1.2 Epidemiologi
LO 1.3 Etiologi
LO 1.4 Klasifikasi
LO 1.5 Patofisiologi
LO 1.6 Manivetasi klinis
LO 1.7 Diagnosis dan diagnosis banding
LO 1.8 Tatalaksana
LO 1.9 Pencegahan
LO 1.10 Komplikasi
LO 1.11 Prognosis

LI 2 Memahami dan menjelaskan cara menghadapi penyakit berat dan terminal dari
segi agama islam

6
LI 1 Memahami dan menjelaskan kanker payudara
LO 1.1 Definisi
Kanker adalah suatu kondisi dimana sel telah kehilangan pengendalian dan
mekanisme normalnya, sehingga mengalami pertumbuhan yang tidak normal,
cepat dan tidak terkendali. Kanker payudara (Carcinoma mammae) adalah
suatu penyakit neoplasma yang ganas berasal dari parenchyma. Penyakit ini
oleh Word Health Organization (WHO) dimasukkan ke dalam International
Classification of Diseases (ICD).
Kanker payudara adalah tumor ganas yang berasal dari kelenjar payudara.
Termasuk saluran kelenjar air susu dan jaringan penunjangnya yang tumbuh
infiltratif, destruktif, serta dapat bermetastase (Suryana, 2008).
Kanker payudara adalah sekelompok sel tidak normal pada payudara yang
terus tumbuh berupa ganda. Pada akhirnya sel-sel ini menjadi bentuk bejolan
di payudara. Jika benjolan kanker itu tidak dibuang atau terkontrol, sel-sel
kanker bisa menyebar (metastase) pada bagian-bagian tubuh lain. Metastase
bisa terjadi pada kelenjar getah bening (limfe) ketiak ataupun di atas tulang
belikat. Selain itu sel-sel kanker bisa bersarang di tulang, paru-paru, hati, kulit,
dan bawah kulit.

LO 1.2 Epidemiologi
Kanker payudara sering ditemukan di seluruh dunia dengan insidens relatif
tinggi, yaitu 20% dari seluruh keganasan (Tjahjadi, 1995). Dari 600.000 kasus kanker
payudara baru yang yang didiagnosis setiap tahunnya, sebanyak 350.000 di antaranya
ditemukan di negara maju, sedangkan 250.000 di negara yang sedang berkembang
(Moningkey, 2000). Di Amerika Serikat, kira-kira 175.000 wanita didiagnosis
menderita kanker payudara yang mewakili 32% dari semua kanker yang menyerang
wanita. Bahkan, disebutkan dari 150.000 penderita kanker payudara yang berobat ke
rumah sakit, 44.000 orang di antaranya meninggal setiap tahunnya (Oemiati, 1999).
American Cancer Society memperkirakan kanker payudara di Amerika akan
mencapai 2 juta dan 460.000 di antaranya meninggal antara 1990-2000 (Moningkey,
2000).

7
Kanker payudara merupakan kanker kedua terbanyak sesudah kanker leher
rahim di Indonesia (Tjindarbumi, 1995). Sejak 1988 sampai 1992, keganasan
tersering di Indonesia tidak banyak berubah. Kanker leher rahim dan kanker payudara
tetap menduduki tempat teratas. Selain jumlah kasus yang banyak, lebih dari 70%
penderita kanker payudara ditemukan pada stadium lanjut (Moningkey, 2000). Data
dari Direktorat Jenderal Pelayanan Medik Departemen Kesehatan menunjukkan
bahwa Case Fatality Rate (CFR) akibat kanker payudara menurut golongan penyebab
penyakit menunjukkan peningkatan dari tahun 1992-1993, yaitu dari 3,9 menjadi 7,8.

LO 1.3 Etiologi
1. Umur
Risiko Ca mammae bertambah seiring dengan umur. Wanita umur 60 tahun memiliki
risiko terkena ca mammae 100 kali lipat dibanding dengan wanita umur 20 tahun
2. Jenis Kelamin
Risiko terkena ca mammae pada pria sangat rendah, namun prognosisnya lebih buruk
karena cenderung terlambat diagnosis.
3. Herediter
BRCA 1 dan BRCA 2 merupakan gen autosomal dominan yang berperan pada
familial breast cancer. Wanita yang mengalami mutasi BRCA berisiko 60%-80%
terkena ca mammae.
4. Prior Cancer
Orang yang pernah didiagnosa dengan ca ovarium atau ca uterus memiliki risiko
terkena ca mammae lebih tinggi.
5. Faktor Makanan
a. Alkohol
Mengkonsumsi alkohol 1-2 gelas/hari memiliki risiko terkena ca mammae
150% dibanding normal dan mengkonsumsi alkohol 6 gelas/hari memiliki
risiko terkena ca mammae 330% dibanding normal.
Alkohol dapat meningkatkan :
Kadar estrogen dan androgen
Kerentanan gen terhadap bahan carcinogenik
Kerusakan DNA mammae
Potensi metastase

8
Proses angiogenesis tumor
b. Intake Lemak
Tidak terdapat pengaruh signifikan pada ca mammae, namun berdasarkan
statistik, orang dengan diet rendah lemak memiliki risiko yang lebih rendah
Penggunaan kontrasepsi hormonal jangka panjang meningkatkan risiko
terkena ca mammae
daripada diet tinggi lemak
Intake lemak yang tinggi kemungkinan hanya berpengaruh pada wanita
premenopause
c. Iodine
Iodine dapat menurunkan sensitivitas reseptor estrogen, mengurangi
pertumbuhan sel tumor, dan menyebabkan apoptosis pada sel yang malignant.
6. Obesitas
Peningkatan berat badan setelah menopause dapat meningkatkan risiko terkena ca
mammae.
7. Hormon
Peningkatan estrogen dan androgen darah yang persisten dapat meningkatkan risiko
ca mammae, namun peningkatkan progesteron dapat menurunkan risiko pada wanita
premenopause
a. Kehamilan dan menyusui
Umur saat melahirkan anak pertama (<24 tahun), memiliki anak (7%/anak),
dan menyusui (4,3%/tahun menyusui) dapat menurunkan risiko terkena ca
mammae.
Hamil pertama saat umur 30 tahun mengalamin peningkatan risiko terkena ca
mammae dua kali lipat dibanding pada umur <25 tahun. Tidak mempunyai
anak meningkatkan risiko terkena ca mammae sebesar tiga kali lipat
b. Kontrasepsi hormonal
c. Terapi pengganti hormon
Terapi estrogen + progesteron memiliki efek signifikan pada ca mammae dan
meningkatkan agresivitas serta prognosis yang lebih buruk, namun apabila
terapi jangka pendek dengan indikasi sindrom menopause, maka tidak ada
pengaruh pada risiko

9
8. Faktor Lingkungan
a. Perokok pasif
Meningkatkan risiko terkena ca mammae 70% pada wanita premenopause
b. Radiasi
Wanita umur <30 tahun yang menerima radiasi ionisasi dosis tinggi berisiko
terkena ca mammae lebih tinggi dibanding normal

LO 1.4 Klasifikasi
Klasifikasi histologi kanker payudara yang digunakan adalah berdasarkan:

WHO Histological Classification of Breast Tumor

Japanese Breast Cancer Society (1984) Histological Classification of Breast Tumor


Tabel 1. Klasifikasi Kanker Payudara
Maligna (Karsinoma)

1. Karsinoma Non-invasif
Karsinoma duktal non-invasif
Karsinoma lobular in situ

2. Karsinoma Invasif
a. Karsinoma duktal invasif
a1. Karsinoma papillobular
a2. Karsinoma tubuler solid
a3. Karsinoma scirrhous
b. Tipe Spesial
b1. Karsinoma musinosum
b2. Karsinoma medular
b3. Karsinoma lobuler invasif
b4. Karsinoma adenoid kistik
b5. Karsinoma sel skuamosa
b6. Karsinoma sel spindel
b7. Karsinoma apokrin
b8. Karsinoma dengan metaplasia kartilago dan atau osseous
b9. Karsinoma tubular

10
b10. Karsinoma sekretoar
b11. Lain-lain
c. Penyakit Paget

Tabel 2. Tipe Histopatologi Kanker Payudara


Karsinoma In situ Karsinoma Invasif

NOS (no otherwise specific) NOS


Intraduktal Duktal
Penyakit Paget dan intraduktal Inflamatif
Meduler, NOS
Meduler dengan stroma limfoid
Musinosum
Papiler (predominan pola
mikropapiler)
Tubular
Lobular
Penyakit Paget dan infiltratif
Undifferentiated
Sel skuamosa
Adenoid kistik
Sekretoar
Kribriform

Seluruh kanker payudara kecuali tipe medulare harus dibuat gradasi


histologisnya. Sistem gradasi histologist yang direkomendasikan adalah menurut
The Nottingham Combined Histologic Grade (menurut Elston-Ellis yang
merupakan modifikasi dari Bloom-Richardson). Gradasinya adalah sebagai berikut:

11
Tabel 3. Gradasi Histologis Kanker Payudara
Gradasi Histologis Kanker Payudara

Gx Grading tidak dapat dinilai

G1 Low grade (rendah)

G2 Intermediate grade (sedang)

G3 High grade (tinggi)

Klasifikasi Stadium TNM Berdasarkan UICC/AJCC 2002


T = ukuran tumor primer
Ukuran T secara klinis, radiologis, dan mikroskopis adalah sama. Nilai T dalam cm;
nilai paling kecil dibulatkan ke angka 0,1 cm.

Tabel 4. Klasifikasi Ukuran Tumor Primer


Keterangan

TX Tumor primer tidak dapat ditentukan.

T0 Tidak terdapat tumor primer.

Tis Karsinoma in situ.


Tis Karsinoma duktal in situ.
(DCIS) Karsinoma lobular in situ.
Tis Penyakit Paget pada puting tanpa adanya tumor.
(LCIS)
Tis
(Paget)
T1 Tumor dengan ukuran diameter terbesarnya 2 cm atau kurang.
TI mic Adanya mikroinvasi ukuran 0.1 cm atau kurang.
T1a Tumor dengan ukuran lebih dari 0.1 sampai 0.5 cm.
T1b Tumor dengan ukuran lebih dari 0.5 cm sampai 1 cm.
T1c Tumor dengan ukuran lebih dari 1 cm sampai 2 cm.

T2 Tumor dengan ukuran diameter terbesarnya lebih dari 2 sampai 5 cm.

12
T3 Tumor dengan ukuran diameter terbesarnya lebih dari 5 cm.

T4 Ukuran tumor berapapun dengan ekstensi langsung ke dinding dada


atau kulit.
Catatan:
Dinding dada adalah termasuk iga, otot interkostalis, dan serratus
T4a anterior tapi tidak termasuk otot pektoralis.
T4b Ekstensi ke dinding dada (tidak termasuk otot pektoralis).
Edema (termasuk peau dorange) atau ulserasi kulit payudara, atau
T4c nodul satelit pada kulit yang terbatas pada 1 payudara.
T4d Mencakup kedua hal di atas (terdapat T4a dan T4b).
Mastitis karsinomatosa.

N= kelenjar getah bening (kgb) regional secara klinis


Yang dimaksud dengan terdeteksi secara klinis adalah terdeteksi dengan pemeriksaan
fisik atau secara pencitraan (di luar limfoskintigrafi).

Tabel 5. Klasifikasi Kgb Regional Secara Klinis


NX Kgb regional tidak dapat dinilai (telah diangkat sebelumnya).

N0 Tidak terdapat metastasis kgb.

N1 Metastasis ke kgb aksila ipsilateral yang mobil.

N2 Metastasis ke kgb aksila ipsilateral terfiksir, berkonglomerasi, atau


adanya pembesaran kgb mamaria interna ipsilateral (secara klinis)
yang jelas, tanpa adanya metastasis ke kgb aksila.
N2a Metastasis pada kgb aksila ipsilateral yang terfiksir atau
berkonglomerasi atau melekat ke struktur lain.
N2b Metastasis hanya pada kgb mamaria interna ipsilateral secara klinis
dan tidak terdapat metastasis ke kgb aksila.

N3 Metastasis pada kgb infraklavikular ipsilateral dengan atau tanpa


metastasis kgb aksila, atau secara klinis terdapat metastasis pada kgb
mamaria interna ipsilateral klinis dan metastasis pada kgb aksila; atau
metastasis pada kgb supraklavikula ipsilateral dengan atau tanpa
metastasis pada kgb aksila atau mamaria interna.

13
N3a Metastasis ke kgb infraklavikular ipsilateral.
N3b Metastasis ke kgb mamaria interna ipsilateral dan kgb aksila.
N3c Metastasis ke kgb supraklavikula ipsilateral.

pN = Penilaian kgb secara patologi


Klasifikasi ini berdasarkan diseksi kgb aksila dengan atau tanpa pemeriksaan sentinel
node. Klasifikasi berdasarkan hanya pada diseksi sentinel node tanpa diseksi kgb
aksila ditandai dengan (sn) untuk sentinel node, contohnya: pNO(i+) (sn).

Tabel 6. Klasifikasi KGB secara Patologi


Pnx Kgb regional tidak bisa dinilai (telah diangkat sebelumnya atau tidak
diangkat).

pN0 Tidak terdapat metastasis ke kgb secara patologi, tanpa pemeriksaan


tambahan untuk isolated tumor cell (ITC).
Catatan:
ITC adalah sel tumor tunggal atau kelompok sel kecil dengan ukuran
tidak lebih dari 0.2 mm, yang biasanya hanya terdeteksi dengan
pewarnaan imunohistokimia (IHC) atau metode molekuler lainnya
tapi masih dalam pewarnaan H&E. ITC tidak selalu menunjukkan
pN0 (i -) adanya aktifitas keganasan seperti proliferasi atau reaksi stromal.
pN0 (i +) Tidak terdapat metastasis kgb secara histologis, IHC negatif.
Tidak terdapat metastasis kgb secara histologis, IHC positif, tidak
terdapat kelompok IHC yang lebih dari 0.2 mm.
pN0 (mol -)
Tidak terdapat metastasis kgb secara histologis, pemeriksaan
molekuler negatif (RT-PCR).

pN0 (mol +) Tidak terdapat metastasis kgb secara histologis, pemeriksaan


molekuler positif (RT-PCR).
Catatan:
RT-PCR: reverse transcriptase / polymerase chain reaction.

pN1 Metastasis pada 1-3 kgb aksila dan atau kgb mamaria interna (klinis
negatif*) secara mikroskopis yang terdeteksi dengan diseksi sentinel
node.

14
pN1mic Mikrometastasis (lebih dari 0.2 mm sampai 2.0 mm).
pN1a Metastasis pada kgb aksila 1-3 buah.
pN1b Metastasis pada kgb mamaria interna (klinis negatif*) secara
mikroskopis terdeteksi melalui diseksi sentinel node.
pN1c Metastasis pada 1-3 kgb aksila dan kgb mamaria interna secara
mikroskopis melalui diseksi sentinel node dan secara klinis negatif
(jika terdapat lebih dari 3 buah kgb aksila yang positif, maka kgb
mamaria interna diklasifikasikan sebagai pN3b untuk menunjukkan
peningkatan besarnya tumor)

pN2 Metastasis pada 4-9 kgb aksila atau secara klinis terdapat pembesaran
kgb mamaria interna tanpa adanya metastasis kgb aksila.
pN2a Metastasis pada 4-9 kgb aksila (sedikitnya terdapat 1 deposit tumor
lebih dari 2.0 mm).
pN2b Metastasis pada kgb mamaria interna secara klinis tanpa metastasis
kgb aksila.

pN3 Metastasis pada 10 atau lebih kgb aksila; atau infraklavikula atau
metastasis kgb mamaria interna (klinis) pada 1 atau lebih kgb aksila
yang positif; atau pada metastasis kgb aksila yang positif lebih dari 3
dengan metastasis mikroskopis kgb mamaria interna negatif; atau
pN3a pada kgb supraklavikula.
Metastasis pada 10 atau lebih kgb aksila (sedikitnya terdapat 1
pN3b deposit tumor lebih dari 2.0 mm), atau metastasis pada kgb
infraklavikula.
Metastasis kgb mamaria interna ipsilateral (klinis) dan metastasis
pada kgb aksila 1 atau lebih; atau metastasis pada kgb aksila 3 buah
pN3c dengan terdapat metastasis mikroskopis pada kgb mamaria interna
yang terdeteksi dengan diseksi sentinel node yang secara klinis
negatif.
Metastasis pada kgb supraklavikula ipsilateral.

Catatan: * Yang dimaksud dengan tidak terdeteksi secara klinis atau klinis negatif
adalah tidak terdeteksi dengan pencitraan (kecuali limfoskintigrafi) atau dengan
pemeriksaan fisik.

15
M = metastasis jauh

Tabel 8. Pengelompokan Stadium TNM


Pengelompokan Stadium TNM

Stadium 0 Tis N0 M0

Stadium 1 T1* N0 M0

Stadium IIA T0 N1 M0
T1* N1 M0
T2 N0 M0

Stadium IIB T2 N1 M0
T3 N0 M0

Stadium IIIA T0 N2 M0
T1 N2 M0
T2 N2 M0
T3 N1 M0
T3 N2 M0

Stadium IIIB T4 N0 M0
T4 N1 M0
T4 N2 M0

Stadium IIIC Tiap T N3 M0

Stadium IV Tiap T Tiap N M1

Catatan: *T1: termasuk T1mic

16
LO 1.5 Patofisiologi
Proses jangka panjang terjadinya kanker ada 4 fase:
1. Fase induksi: 15-30 tahun :Sampai saat ini belum dipastikan sebab terjadinya kanker,
tapi lingkungan mungkin memegang peranan besar dalam terjadinya kanker pada
manusia. Kontak dengan karsinogen membutuhkan waktu bertahun-tahun samapi bisa
merubah jaringan displasi menjadi tumor ganas. Hal ini tergantung dari sifat, jumlah,
dan konsentrasi zat karsinogen tersebut, tempat yang dikenai karsinogen, lamanya
terkena, adanya zat-zat karsinogen atau ko-karsinogen lain, kerentanan jaringan dan
individu.
2. Fase in situ: 1-5 tahun: Pada fase ini perubahan jaringan muncul menjadi suatu lesi
pre-cancerous yang bisa ditemukan di serviks uteri, rongga mulut, paru-paru, saluran
cerna, kandung kemih, kulit dan akhirnya ditemukan di payudara.
3. Fase invasi: Sel-sel menjadi ganas, berkembang biak dan menginfiltrasi meleui
membrane sel ke jaringan sekitarnya ke pembuluh darah serta limfe.Waktu antara fase
ke 3 dan ke 4 berlangsung antara beberpa minggu sampai beberapa tahun.
4. Fase diseminasi: 1-5 tahun :Bila tumor makin membesar maka kemungkinan
penyebaran ke tempat-tempat lain bertambah.

Sel-sel kanker dibentuk dari sel-sel normal dalam suatu proses rumit yang disebut
transformasi, yang terdiri dari tahap inisiasi dan promosi.
1.Tahap Inisiasi
Terjadi suatu perubahan dalam bahan genetik sel yang memancing sel menjadi ganas.
Perubahan dalam bahan genetik sel ini disebabkan oleh suatu agen yang disebut karsinogen,
yang bisa berupa bahan kimia, virus, radiasi (penyinaran) atau sinar matahari. Tetapi tidak
semua sel memiliki kepekaan yang sama terhadap suatu karsinogen. Kelainan genetik dalam
sel atau bahan lainnya yang disebut promotor, menyebabkan sel lebih rentan terhadap suatu
karsinogen, bahkan gangguan fisik menahunpun bisa membuat sel menjadi lebih peka untuk
mengalami suatu keganasan
2.Tahap Promosi
Suatu sel yang telah mengalami inisiasi akan berubah menjadi ganas. Sel yang belum
melewati tahap inisiasi tidak akan terpengaruh oleh promosi. Karena itu diperlukan beberapa
faktor untuk terjadinya keganasan (gabungan dari sel yang peka dan suatu karsinogen).
3.Tahap Progresi/ metastase

17
F. PATHWAYS Ca MAMMAE

Faktor predisposisi dan resiko tinggi


Hiper plasia pada sel mammae

Mendesak Mendesak Mendesak


jaringan sekitar Sel syaraf Pembuluh darah

Interupsi sel saraf


Menekan jaringan sel Aliran darah
Mensuplai pada mammae terhambat
nyeri
nutrisi ke
jaringan ca Peningkatan
konsistensi hipoxia
mammae
Hipermetabolis ke
jaringan Necrose
Mammae
Ukuran jaringan
membengkak
mammae
Suplai nutrisi abnormal
Bakteri Patogen
jaringan lain Massa tumor
mendesak ke
jaringan luar Mammae Kurang
Berat badan turun Infeksi
asimetrik pengetahuan
Perfusi jaringan
Nutrisi kurang dari
terganggu
kebutuhan Gg body cemas
image
Ulkus
Infiltrasi pleura
parietale
Gg integritas kulit/
Expansi paru
jaringan
menurun

Gg pola nafas

LO 1.6 Manifestasi klinis


Umumnya berupa benjolan yang tidak nyeri pada payudara. Benjolan itu mula-mula
kecil, semakin lama akan semakin besar, lalu melekat pada kulit atau menimbulkan
perubahan pada kulit payudara atau pada puting susu.
1. Erosi atau eksema puting susu :Kulit atau puting susu tadi menjadi tertarik ke dalam
(retraksi), berwarna merah muda atau kecoklat-coklatan sampai menjadi oedema
hingga kulit kelihatan seperti kulit jeruk (peau dorange), mengkerut, atau timbul
borok (ulkus) pada payudara. Borok itu semakin lama akan semakin besar dan
mendalam sehingga dapat menghancurkan seluruh payudara, sering berbau busuk,
dan mudah berdarah. Ciri-ciri lainnya antara lain:
2. Pendarahan pada puting susu: Rasa sakit atau nyeri pada umumnya baru timbul
apabila tumor sudah besar, sudah timbul borok, atau bila sudah muncul metastase ke

18
tulang-tulang.
Kemudian timbul pembesaran kelenjar getah bening di ketiak, bengkak (edema) pada
lengan, dan penyebaran kanker ke seluruh tubuh (Handoyo, 1990).
3. Kanker payudara lanjut sangat mudah dikenali dengan mengetahui kriteria operbilitas
Heagensen sebagai berikut:
Terdapat edema luas pada kulit payudara (lebih 1/3 luas kulit payudara)
Adanya nodul satelit pada kulit payudara
Kanker payudara jenis mastitis karsinimatosa
Terdapat model parasternal
Terdapat nodul supraklavikula
Adanya edema lengan
Adanya metastase jauh
Serta terdapat dua dari tanda-tanda locally advanced, yaitu ulserasi kulit, edema kulit,
kulit terfiksasi pada dinding toraks, kelenjar getah bening aksila berdiameter lebih 2,5
cm, dan kelenjar getah bening aksila melekat satu sama lain
4. Keluarnya cairan (Nipple discharge) :Nipple discharge adalah keluarnya cairan dari
puting susu secara spontan dan tidak normal. Cairan yang keluar disebut normal
apabila terjadi pada wanita yang hamil, menyusui dan pemakai pil kontrasepsi.
Seorang wanita harus waspada apabila dari puting susu keluar cairan berdarah cairan
encer dengan warna merah atau coklat, keluar sendiri tanpa harus memijit puting susu,
berlangsung terus menerus, hanya pada satu payudara (unilateral), dan cairan selain
air susu.

LO 1.7 Diagnosis dan diagnosis banding


Diagnosis

1. Anamnesis
Benjolan Terdapat keluhan diketiak atau payudara berupa benjolan
merupakan hal yang sering dikeluhkan oleh pasien. Tanyakan sudah berapa
lama benjolan. Gejala nyeri juga bisa terjadi. Perubahan ukuran massa juga
mengambil peran yang penting dalam mendiagnosis kanker payudara.
Benjolan yang cenderung membesar dan meluas dalam jangka waktu yang
cepat cenderung kearah ganas jika dibandingkan dengan lesi yang cenderung
membesar seiring dengan waktu haid.

19
Riwayat nipple discharge (ND) Lebih signifikan lagi jika ND muncul
tanpa harus dipijat, yaitu spontan. ND juga menjadi menunjang kearah ganas
jika terjadi unilateral, terlokalisir pada salah satu duktus dan terjadi pada
pasien yang sudah tua. ND yang terkait dengan keganasan bisa jernih, darah
atau serous. ND yang mengarah ke jinak biasanya bilateral, berasal dari
multiduktus dan biasanya menyerupai susu, kehijauan atau hijau kebiruan.
Lagi, jika ND terjadi dikaitkan dengan orang dengan massa curiga ganas
maka 11% dari pasien ND yang terbukti ganas. Sementara itu, ND tidak
dikaitkan dengan massa maka hanya dibawah 1 % yang terdiagnosis sebagai
kanker payudara.
Riwayat kanker payudara pada lapis pertama dalam keluarga (ibu, anak atau
tante dari ibu) meningkatkan risiko tiga kali lipat , namun ada juga yang
berkata sampai 5 kali lipat. Jika dari lapis pertama terdapat kanker payudara
yang mengenai kedua payudara dan sebelum masa menopause akan
meningkatkan risiko sebesar 6 sampai 7 kali lipat, melakukan profilaksis
mastektomi bisa dipertimbangkan pada orang tersebut. Adanya riwayat
terkena kanker payudara harus membuat para wanita menyadari bahwa
kemungkinan terjadi kanker payudara berikutnya di payudara yang tersisa.
Lebih kurang 15% pada populasi yang terkena kanker payudara unilateral
akan berkembang menjadi kanker yang mengenai payudara yang tersisa. Dan
jika terjadinya kanker payudara pada usia yang lebih muda maka
persentasenya bisa lebih tinggi sehingga membutuhkan pengawasan yang
lebih intens
Untuk penggunaan HRT dan exogen esterogen telah dijelaskan di tajuk factor
risiko. Selain riwayat HRT, riwayat mengkonsumsi minuman berakohol juga
bisa memicu terjadinya kanker payudara. Dengan mengkonsumsi minimal 3-
9 gelas perminggu, insidens terjadinya kanker payudara pernah dilaporkan
meningkat 1,3 kali dari rata-rata normal. Konsumsi alcohol lebih dari 15 g
per hari bisa meningkatkan risiko mejadi 1,6 kali.

2. Pemeriksaan Fisik
Inspeksi pasien diminta duduk tegak, berbaring atau keduanya. Perhatikan
bentuk kedua payudara, warna kulit, tonjolan, lekukan, adanya kulit

20
berbintik, seperti kulit jeruk, ulkus. Dengan lengan terangkat lurus keatas,
kelainan terlihat lebih jelas.
Palpasi lebih baik dilakukan pada pasien yang berbaring diatas bantal tipis
dipunggung. Telapak tangan digerakkan perlahan tanpa tekanan pada setiap
kuadran payudara. Pemeriksaan aksila lebih mudah pada posisi duduk tegak.
Dengan memijat halus puting susu dapat diketahui adanya pengeluaran
cairan, nanah, atau darah. Cairan yang keluar dari kedua puting harus
dibandingkan.
Yang diperhatikan pada cairan dari puting payudara:
Sifat cairan (serous, hemoragik, susu)
Ada/tidaknya sel tumor
Unilateral atau bilateral
Dari satu atau dari beberapa duktus
Keluar spontan atau setelah dipijat
Keluar bila seluruh mamma dipijat atau dari segmen tertentu
Berhubungan dengan daur haid
Pramenopause/pascamenopause
Penggunaan obat hormon

21
Frekuensi lokasi Ca Mamae

(Dikutip dari

Current Medical Diagnosis

and Treatment 2009)

Algoritme Massa di Payudara

(Dikutip dari Harrisons, Principle of Internal


Medicine)

3. Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium meliputi:

o Morfologi sel darah


o Laju endap darah
o Tes faal hati
o Tes tumor marker (carsino Embrionyk Antigen/CEA) dalam serum atau plasma
o Pemeriksaan sitologik
Pemeriksaan ini memegang peranan penting pada penilaian cairan yang keluar
spontan dari puting payudara, cairan kista atau cairan yang keluar dari ekskoriasi.

22
Ada beberapa pemeriksaan penunjang. Namun secara umum terbagi dua yaitu
noninvasive dan invasive.

Non- 1. Mammografi Dapat ditemukan benjolan yang kecil sekalipun.


Invasif Prediksi malignansi dapat dipermudah dengan
menerapkan kategori BI-RADS (Breast Imaging
Reporting and Data system). Adapun kategori BI-
RADS, yaitu :
1. Kategori 0 : diperlukan pemeriksaan tambahan
2. Kategori 1 : tidak tampak kelainan
3. Kategori 2 : lesi benigna
4. Kategori 3 : kemungkinan lesi benigna, diperlukan
follow up 6 bulan
5. Kategori 4 : kemungkinan maligna
6. Kategori 5 : sangat dicurigai maligna atau maligna
Lesi ganas memperlihatkan gambaran stelata dan
batas irreguler, kelompok mikrokalsifikasi yang
berspikula, distorsi parenkim disekitar lesi. Lesi jinak
mempunyai batas tegas dan bulat, bila ada kalsifikasi
berbentuk bulat dan jarang berkelompok.
Faktor yang mempengaruhi gambaran mammografi :
1. Usia
Bila usia < 30 tahun, struktur fibroglandular yang
padat akan memberikan gambaran densitas yang
tinggi sehingga sulit mendeteksi mikrokalsifikasi
atau distorsi parenkim. Dengan meningkatnya
usia, struktur fibroglandular akan berkurang
kepadatannya sehingga gambaran
mammografi lebih lusen dan memudahkan untuk
mendeteksi kelainan pada payudara.
2. Siklus haid/laktasi
Kompresi pada payudara akan memberikan rasa
tidak nyaman bahkan nyeri pada payudara. Oleh
karena itu pemeriksaan mammografi dianjurkan

23
dilakukan setelah haid dan sekaligus memastikan
tidak ada kehamilan.
Indikasi mammografi :
Evaluasi benjolan yang diragukan atau perubahan
samar dipayudara
Mamma kontralateral jika (pernah) ada kanker
payudara
Mencari karsinoma primer jika ada metastasis
sedangkan sumbernya tidak diketahui
Penapisan karsinoma mamma pada resiko tinggi
Penapisan sebelum tindak bedah plastik atau
kosmetik
2. Ultrasound Untuk mengevaluasi densitas payudara dan dalam
membedakan antara kista dengan massa padat.
Tidak dapat divisualisasi untuk massa yang lebih kecil
antara 5-10 mm
Massa pada jaringan lemak payudara sulit dievaluasi.
Keuntungannya adalah tidak ada radiasi dan tidak
nyeri.
3. Computed Untuk mengevaluasi aksila, mediastinum dan area
Tomography supraklavikula untuk adenopati dan membantu dalam
dan Magnetic melakukan staging pada proses keganasan.
Resonannce Publikasi terkini menyatakan bahwa MRI dapat
Imaging mengidentifikasi secara tepat antara tumor primer atau
Scans residual dan secara akurat memprediksi ekstensi
penyakit pada pasien dengan diagnosis kanker
payudara.
Invasif 1. Sitologi Sitologi aspirasi dilakukan menggunakan jarum halus
Aspirasi (ukuran 20 atau lebih kecil) dengan spuit untuk
mengaspirasi sel pada area yang dicurigai, lalu
dismear di atas slide dan difiksasi segera dan diwarnai
untuk evaluasi sitologi. Jika specimen diambil secara
tepat, prosedur ini sangat akurat.

24
Tidak dapat untuk memeriksa gambaran histopatologi
jaringan sebab pemeriksaan ini tidak mampu
mengambil struktur jaringan sekitarnya.
Kelemahan : ketidakmampuan untuk menentukan
secara akurat reseptor esterogen dan progesteron pada
specimen yag sangat kecil.
2. Core Needle Biopsi jarum menggunakan jarum bor yang besar
Biopsy sering dilakukan. Hal tersebut lebih invasive
(CNB) dibandingkan dengan aspirasi jarun.
Lebih akurat dan bisa digunakan untuk menentukan
reseptor esterogen dan progesteron serta bisa
dilakukan untuk memeriksa gambaran histopatologi.
Bisa dilakukan secara stereotaktik atau dengan
bantuan ultrasound.
3. Biopsi a. Biopsi Mengangkat seluruh masa yang terlihat
Terbuka eksisi dan biasanya dengan sedikit batas
jaringan yang sehat.
Untuk lesi yang besar dan sulit untuk
b. Biopsi insisi dilakukan biopsy eksisi biasanya
dilakukan biopsy insisi dengan hanya
mengambil sedikit jaringan.
c. Needle- Tehnik ini dilakukan atas dasar prinsip
Guided menghilangkan lesi secara presisi tanpa
Biopsy mengorbankan jaringan sehat
(NGB) sekitarnya.
Untuk lesi yang tidak teraba
namun, terlihat gambarannya
d. Ultrasound-
melalui ultrasound. Bisa dilakukan
Guided
biopsy dengan bantuan ultrasound.
Biopsy
UGB dilakukan dengan pasien pada
(UGB)
posisi supine, dan payudara discan
menggunakan transducer. Lalu
kulitnya ditandai dengan pensil;

25
lalu dilakukan biopsy secara
standard. Aspirasi kista juga bisa
dilakukan dengan bantuan
ultrasound
Setelah menekan daerah putting maka
e. Nipple
akan keluar cairan. Cairan yang keluar
Discharge
bisa diusap pada gelas kaca difiksasi
Smear
dan dilihat untuk dievaluasi secara
(NDS)
sitologi.
Perubahan epithelium dari putting
sering terkait dengan gatal atau
nipple discharge biasa
f. Nipple
diperbolehkan untuk dilakukan
Biopsy
biopsi puting.
Sebuah potongan nipple/areola
complex bisa dieksisi dalam local
anstesia dengan tepi yang minimal.

Stadium kanker
Stadium T N M
Tis N0 MO
0
(LCIS/DCIS)
I T1 N0 M0
T1 N1 M0
IIA
T2 N0 M0
T2 N1 M0
IIB
T3 N0 M0
T1/T2 N2 M0
IIIA
T3 N1/N2 M0
IIIB T4 Semua N M0
III C Semua T N3 M0
IV Semua T Semua N M1

26
Keterangan

TX : Lokasi tumor ganas tidak dapat dinilai

Tis : Tumor in situ (pre invasive carcinoma) dan penyakit paget pada papilla tanpa
teraba tumor

T0 : Tidak ada bukti adanya tumot primer

T1 : Tumor diameter 2 cm

T1a : diameter tumor < 0,5 cm

T1b : diameter tumor 0,5-1cm

T1c : diameter tumor 1-2 cm

T2 : Tumor diameter lebih besar dari 2 cm tapi kurang dari 5 cm

T3 : Tumor diameter > 5 cm

T4 : setiap tumor yang diekstensi ke kulit atau dinding dada

T4a : ekstensi ke dinding dada

T4b : edema (peau dorange), ulserasi, satelit nodul pada payudara ipsilateral

T4c : kedua-duanya T4a dan T4b

T4d : mastitis karsinomatosa

Nx : Penyebaran pada KGB tidak dapat dinilai

N0 : KGB tidak terlibat

N1 : Metastasis KGB ipsilateral aksila dapat digerakkan

N2 : Metastasis KGB ipsilateral terfiksasi dengan jaringan sekitar

N3 : Metastasis KGB ipsilatral KGB mammae atau ipsilateral KGB supraklavikuler

Mx : Metastasis tidak dapat dinilai

M0 : Tidak ada metastasis

M1 : Metastasis pada organ - organ lainnya

27
Stadium 1 Stadium II A

Stadium II B Stadium III A

Stadium III B Stadium III C

28
Stadium IV

Diagnosis banding
a. Fibroadenoma
o Pada usia 1530 tahun
o Padat kenyal, mobile, bulet lonjong, berbatas tegas
o Pertumbuhan lambat,tidak nyeri
o Tidak ada perubahan kulit
o Pengobatan eksisi tumor
b. Fibrokista
o Gejala nyeri timbul menjelang haid
o Ukurannya dipengaruhi pada saat menstruasi
o Ditemukan pada usia pertengahan usia
c. Kistasarkoma filoides
o Tidak bermetastase
o Bentuk haid lonjong permukaan berbenjol
o Batas tegas, ukuran 20-30 cm
o Pengobatan simple mastektomi
d. Galactocele
o Bukan neoplasia, tapi massa berisi asi mengental yang terjadi karena adanya
sumbatan duktus laktiferus

29
o Biasanya terjadi pada ibu yang sedang / baru selesai masa laktasi
e. Mastitis infeksi kelenjar payudara biasanya pada ibu menyusui

LO 1.8 Tatalaksana

a) Terapi Bedah
Mastektomi radikal
Reaksinya mencakup kulit berjarak minimal 3cm dari tumor, seluruh kelenjar
mammae, m. pektoralis mayor dan minor dan jaringan limfatik, lemak subskapular.
Mastektomi radikal modifikasi
Lingkup reseksi sama dengan tekhnik radikal, tapi mempertahankan m. pektoralis
mayor dan minor.
Mastektomi total
Hanyamembuang seluruh kelenjar mammae tanpa membersihkan kelenjar limfe.
Model operasi ini terutama untuk karsinoma insitu atau pada pasien lanjut usia.
Mastektomi segmental
Diseksi kelenjar limfe aksilar. Secara umum disebut dengan operasi konversi
mammae. Biasanya dibuat insisi dua terpisah di mammae normal dan aksila.
Bartujuan mereseksi sebagian jaringan kelenjar mammae normal di tepi tumor.

b) Kemoterapi
Kemoterapi pra-operasi (neoadjuvan)
Terutama kemoterapi sistemik, bila perlu dapat dilakukan kemoterapi intra-arterial.
Kemoterapi adjuvant pasca operasi
Dewasa ini indikasi kemoterapi adjuvant pasca operasi relative luas, terhadap semua
pasien karsinoma invasif dengan diametr terbesar tumor lebih besar atau sama dengan
1 cm harus dipikirkan kemoterapi adjuvant.
Kemoterapi terhadap kanker mammae stadium lanjut atau rekuren dan metastatik
Kemoterapi adjuvant karsinoma mammae selain sebaian kecil masih memakai
regimen CMF, semakin banyak yang memakai kemoterapi kombinasi berbasis
golongan antrasiklin.

30
c) Terapi Hormon
Terapi hormonal diberikan pada kanker payudara stadium IV. Prinsip terapi ini
berdasarkan adanya reseptor hormon yang menjadi target dari agen terapi kanker.
Ketika berikatan dengan ligand, reseptor ini mengurangi transkripsi gen dan
menginduksi apoptosis.

Jaringan payudara mengandung reseptor estrogen. Kanker payudara primer


atau metastasis juga mengandung reseptor tersebut. Tumor dengan reseptor estrogen
tanpa ada reseptor progesteron memiliki respon sebesar 30%, sedangkan jika
memiliki reseptor estrogen dan progesteron, respon terapi dapat mencapai 70%.
Pemilihan terapi endokrin atau hormonal berdasarkan toksisitas dan ketersediaan.
Pada banyak pasien, terapi endokrin inisial berupa inhibitor aromatase. Untuk wanita
dengan reseptor estrogen yang positif, respon terhadap inhibitor aromatase lebih besar
dibandingkan dengan tamoxifen.

Tamoxifen paling sering digunakan sebagai terapi adjuvant pada perempuan


dengan kanker payudara yang telah di reseksi. Penggunaan tamoxifen harus
diteruskan selama 5 tahun. Pada pasien dengan kanker payudara yang telah
metastasis, lebih sering digunakan inhibitor aromatase. Namun, bagi pasien yang yang
memburuk setelah mendapat inhibitor aromatase, tamoxifen dapat memberikan
manfaat. Selain itu, tamoxifen juga bermanfaat sebagai kemopreventif kanker
payudara.

Dosis standard tamoxifen adalah 20 mg, dengan pemberian 1 kali sehari


karena waktu paruh yang panjang. Efek samping yang dapat ditimbulkan antara lain
hot flushes, kelainan sekresi cairan vagina dan toksisitas retina, walaupun tidak
mengancam penglihatan. Efek samping yang harus diperhatikan adalah bahwa
tamoxifen dapat menyebabkan penurunan densitas tulang pada wanita premenopause
dan kanker endometrium.
Pemberian terapi hormonal dibedakan tiga golongan penderita menurut status
menstruasi:
o Premenopause
Terapi hormonal yang diberikan berupa ablasi yaitu bilateral oopharektomi.

31
o Postmenopause
Terapi hormonal yang diberikan berupa pemberian obat anti estrogen.
o 1-5 Tahun Menopause
Jenis terapi hormonal tergantung dari aktifitas efek estrogen. Efek estrogen positif
dilakukan terapi ablasi, jika efek estrogen negatif maka dilakukan pemberian obat-
obatan anti estrogen.

d) Radioterapi
Merupakan terapi utama untuk kanker payudara stadium IIIb (locally advanced),dan
dapat diikuti oleh modalitas lain yaitu terapi hormonal dan kemoterapi. Radiasi
terkadang diperlukan untuk paliasi di daerah tulang weight bearing yang mengandung
metastase atau pada tumor bed yang berdarah difus dan berbau yang mengganggu
sekitarnya.
Prinsip dasar radiasi adalah memberikan stress fisik pada sel kanker yang berada pada
keadaan membelah sehingga terjadi kerusakan DNA dan menyebabkan terbentuknya
radikal bebas dari air yang dapat merusak membran, protein, dan organel sel. Tingkat
keparahan radiasi tergantung pada oksigen. Sel yang hipoksia akan lebih resisten
terhadap radiasi dibandingkan dengan sel yang tidak hipoksia. Hal ini terjadi karena
radikal bebas yang dapat menyebabkan kerusakan sel berasal dari oksigen. Oleh
karena itu, pemberian oksigen dapat meningkatkan sensitivitas radiasi.
Radioterapi dapat diberikan dengan tiga cara, yaitu :

a) Teleteraphy
Teknik ini berupa pemberian sinar radiasi yang memiliki jarak yang cukup
jauh dari tumor. Teknik ini dapat digunakan sendirian atau kombinasi dengan
kemoterapi untuk memberikan kesembuhan terhadap tumor atau kanker yang lokal
dan mengkontrol tumor primer. Teleterapi paling sering digunakan dalam radioterapi.
b) Bachytherapy
Teknik ini berupa implantasi sumber radiasi ke dalam jaringan kanker atau
jaringan disekitarnya.
c) Systemic therapy
Teknik ini berupa pemberian radionuklida ke dalam masa tumor atau kanker.

32
LO 1.9 Pencegahan
Pada prinsipnya, strategi pencegahan dikelompokkan dalam tiga kelompok besar,
yaitu pencegahan pada lingkungan, pada pejamu, dan milestone. Hampir setiap
epidemiolog sepakat bahwa pencegahan yang paling efektif bagi kejadian penyakit
tidak menular adalah promosi kesehatan dan deteksi dini. Begitu pula pada kanker
payudara, pencegahan yang dilakukan antara lain berupa:

Pencegahan primer
Pencegahan primer pada kanker payudara merupakan salah satu bentuk promosi
kesehatan karena dilakukan pada orang yang "sehat" melalui upaya menghindarkan
diri dari keterpaparan pada berbagai faktor risiko dan melaksanakan pola hidup sehat.
Pencagahan primer ini juga bisa berupa pemeriksaan SADARI (pemeriksaan
payudara sendiri) yang dilakukan secara rutin sehingga bisa memperkecil faktor risiko
terkena kanker payudara.

Pencegahan sekunder
Pencegahan sekunder dilakukan terhadap individu yang memiliki risiko untuk terkena
kanker payudara. Setiap wanita yang normal dan memiliki siklus haid normal
merupakan populasiat risk dari kanker payudara. Pencegahan sekunder dilakukan
dengan melakukan deteksi dini. Beberapa metode deteksi dini terus mengalami
perkembangan. Skrining melaluimammografi diklaim memiliki akurasi 90% dari
semua penderita kanker payudara, tetapi keterpaparan terus-menerus pada
mammografi pada wanita yang sehat merupakan salah satu faktor risiko terjadinya
kanker payudara. Karena itu, skrining dengan mammografi tetap dapat dilaksanakan
dengan beberapa pertimbangan antara lain:
Wanita yang sudah mencapai usia 40 tahun dianjurkan melakukan cancer risk
assessement survey.
Pada wanita dengan faktor risiko mendapat rujukan untuk dilakukan
mammografi setiap tahun.
Wanita normal mendapat rujukan mammografi setiap 2 tahun sampai
mencapai usia 50 tahun.
Foster dan Constanta menemukan bahwa kematian oleh kanker payudara lebih sedikit
pada wanita yang melakukan pemeriksaan SADARI (Pemeriksaan Payudara Sendiri)

33
dibandingkan yang tidak. Walaupun sensitivitas SADARI untuk mendeteksi kanker
payudara hanya 26%, bila dikombinasikan dengan mammografi maka sensitivitas
mendeteksi secara dini menjadi 75%

Pencegahan tertier
Pencegahan tertier biasanya diarahkan pada individu yang telah positif menderita
kanker payudara. Penanganan yang tepat penderita kanker payudara sesuai dengan
stadiumnya akan dapat mengurangi kecatatan dan memperpanjang harapan hidup
penderita. Pencegahan tertier ini penting untuk meningkatkan kualitas hidup penderita
serta mencegah komplikasi penyakit dan meneruskan pengobatan. Tindakan
pengobatan dapat berupa operasi walaupun tidak berpengaruh banyak terhadap
ketahanan hidup penderita. Bila kanker telah jauh bermetastasis, dilakukan tindakan
kemoterapi dengan sitostatika. Pada stadium tertentu, pengobatan yang diberikan
hanya berupa simptomatik dan dianjurkan untuk mencari pengobatan alternatif.

LO 1.10 Komplikasi
Adanya metastase ke jaringan sekitar secara limfogen dan hematogen merupakan
komplikasi pada carcinoma mamae. Metastase secara limfogen menyebar sampai ke
paru, pelura, hati dan tulang. Sedangkan metastase secara hematogen menyebar
sampai ke otak.

LO 1.11 Prognosis
Prognosis kanker payudara ditentukan oleh :
1. Stadium Kanker
Semakin dini semakin baik prognosisnya.
5-years survival rate

Stadium Survival rate (%)

0 99

I 98

II a 82

II b 65

34
III a 47

III b 44

IV 14

2. Tipe Histopatologi
CIS (Carsinoma In Situ) mempunyai prognosis yang lebih baik dibandingkan invasif.
3. Reseptor Hormon
Kanker yang mempunyai reseptor (+) dengan hormon memiliki prognosis lebih baik.

LI 2 Memahami dan menjelaskan cara menghadapi penyakit berat dan terminal


dari segi agama islam

Makna Dan Hakekat Tawakal


Dari segi bahasa, tawakal berasal dari kata tawakala yang memiliki arti;
menyerahkan, mempercayakan dan mewakilkan. (Munawir, 1984 : 1687). Seseorang
yang bertawakal adalah seseorang yang menyerahkan, mempercayakan dan
mewakilkan segala urusannya hanya kepada Allah SWT.

Derajat Tawakal
1. Marifat kepada Allah SWT dengan segala sifat-sifat-Nya
2. Memiliki keyakinan akan keharusan melakukan usaha
3. Adanya ketetapan hati dalam mentauhidkan (mengesakan) Dzat yang ditawakali,
yaitu Allah SWT.
4. Menyandarkan hati sepenuhnya hanya kepada Allah SWT, dan menjadikan situasi
bahwa hati yang tenang hanyalah ketika mengingatkan diri kepada-Nya
5. Husnudzan (baca ; berbaik sangka) terhadap Allah SWT
6. Memasrahkan jiwa sepenuhya hanya kepada Allah SWT
7. Menyerahkan, mewakilkan, mengharapkan, dan memasrahkan segala sesuatu
hanya kepada Allah SWT.

35



Dan aku menyerahkan urusanku kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Melihat
akan hamba-hamba-Nya".

Tawakal Dalam Al-Quran


1. Tawakal merupakan perintah Allah SWT.
Allah berfirman dalam Al-Quran (QS. 8 : 61)
2. Larangan bertawakal selain kepada Allah (menjadikan selain Allah sebagai
penolong)
Allah berfirman (QS. 17:2)
3. Orang yang beriman; hanya kepada Allah lah ia bertawakal.
Allah berfirman (QS. 3 : 122) :
4. Tawakal harus senantiasa mengiringi suatu azam (baca; keingingan/ ambisi positif
yang kuat)
Allah berfirman (QS. 3 : 159)
5. Allah sebaik-baik tempat untuk menggantungkan tawakal (pelindung)
Allah berfirman (QS. 3: 173)
6. Akan mendapatkan perlindungan, pertolongan dan anugrah dari Allah.
Allah berfirman (QS. 8 : 49)
7. Mendapatkan kebaikan di dunia dan di akhirat (surga)
Allah berfirman (QS. 16: 41-42)
8. Allah akan mencukupkan orang yang bertawakal kepada-Nya.
Allah berfirman (QS. 65:3)

Tawakal Dalam Hadits


1. Orang yang bertawakal hanya kepada Allah, akan masuk ke dalam surga tanpa
hisab.
2. Tawakal merupakan sunnah Rasulullah SAW.
3. Allah merupakan sebaik-baik tempat untuk bertawakal.
4. Tawakal akan mendatangkan nasrullah.
5. Tawakal yang benar tidak akan menjadikan seseorang kelaparan.
6. Tawakal adalah setelah usaha.

36
Taubat
Asal makna taubat adalah kembali dari kesalahan dan dosa kepada keta'atan.
Orang yang bertaubat kepada Allah adalah orang yang kembali dari perbuatan
maksiat menuju perbuatan ta'at. Seseorang dikatakan bertaubat jika ia mengakui dosa
- dosanya, menyesal, berhenti dan berusaha tidak mengulangi perbuatannya.
Taubat merupakan fardbu 'ain yang harus dilakukan setiap muslim dan muslimah.
Perintah taubat merupakan perintah wajib yang harus segera dilaksanakan sebelum
ajal tiba. Allah berfirman (artinya): "8ertaubatlah Kalian kepada Allah, hai orang-
orang yang beriman supaya kamu beruntung. "(An Nur: 31).

"Hai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kamu kepada Allah dengan taubat yang
benar (Ikhlas). "(AtTahrim: 8).

Syarat-syarat Taubat.
Para ulama menjelaskan syarat-syarat taubat yang diterima Allah, sbb:
1. Orang yang berbuat dosa itu harus berhenti dari perbuatan dosa dan maksiat yang
selama ini ia lakukan.
2. Dia harus menyesali perbuatan tersebut.
3. Dia harus berazam (mempunyai tekad bulat) tidak mengulangi perbuatan itu. Jika
perbuatan dosa itu ada hubungannya dengan orang lain maka di samping tiga syarat
terdahulu, ada satu syarat lagi yaitu:
4. Harus ada pernyataan bebas dari hak kawan yang dirugikan. Jika yang dirugikan itu
hartanya maka harta itu harus dikembalikan. Jika berupa tuduhan jahat maka dia harus
minta maaf. Demikian seterusnya. Di samping syarat-syarat tersebut diatas, orang
yang bertaubat dianjurkan melakukan shalat dua raka'at. Shalat ini dikenal dengan
nama shalat taubat.
Dalilnya, lihat hadits hasan riwayat At Tirmidzi, no. 404, Ahmad 1:10, Abu Daud dan
Ibnu Majah )

Janji Allah kepada orang-orang yang bertaubat dan beristiqamah dalam


taubatnya
1. Taubat menghapuskan dosa-dosa seolah-olah ia tidak berdosa.
"orang yang bertaubat dari dosa seolah-olah ia tidak berdosa" (HR. Ibnu Majah,
Shahih Jami'us Shaghir 3005)

37
2. Allah berjanji menerima taubat mereka.
Allah berfirman(artinya): " Tidakkah mereka mengetahui bahwasanya Allah
menerima taubat dari hamba-hambaNya dan menerima zakat, dan bahwasanya Allah
Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang. " (O.S. 9: 104).

3. Orang yang istiqamah dalam taubatnya adalah sebaik-baiknya manusia.

Nabi SAW bersabda: "Setiap anak Adam pasti berbuat salah dan sebaik-baik orang
yang berbuat salah adalah yang bertaubat. " (HR. Ahmad 3: 198. Shahih Jami'us
Shaghir 4391).

38
DAFTAR PUSTAKA

2010. Atlanta:American Cancer Society, Inc. Available from :


http://www.cancer.org/downloads/STT/F861009_final%209-08-09.pdf
American Cancer Society (ACS), 2009. Breast Cancer Facts & Figures 2009
Bagian Farmakologi FKUI, 2007. Farmakologi dan Terapi Edisi 5. Jakarta:FKUI
http://www.eramuslim.com/syariah/
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Panduan Penatalaksanaan Kanker
Payudara. Jakarta
Price, Sylvia Anderson. 2006. Patofisiologi Konsep Klinis Proses Proses Penyakit
Edisi 6. Jakarta : EGC
Robbins. 2013. Buku Ajar Patologi Edisi 8 . Jakarta : EGC
Sjamsuhidajat, R. 2004. Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi 2. Jakarta : EGC
Wan Desen. 2008.Buku Ajar Onkologi Klinis. Balai Penerbit FKUI. Jakarta

39

Anda mungkin juga menyukai