Anda di halaman 1dari 30

LAPORAN PRAKTIK KLINIK I

ASUHAN KEPERAWATAN MATERNITAS CA MAMMAE


Dosen pembimbing :
Efa Nur’aini, S.Kep.,Ns,M.Kep

Disusun oleh :
Anggi Ajeng Pangestu
(201801011)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KARYA HUSADA KEDIRI
TAHUN 2020/2021
LEMBAR PENGESAHAN
Laporan pendahuluan dan Asuhan Keperawatan ini dibuat untuk memenuhi
tugas praktik klinik I pada tanggal 3 April sampai 11 juni 2021 oleh
mahasiswa Program Studi S1 Keperawatan STIKES KARYA HUSADA
KEDIRI

Nama : Anggi Ajeng Pangestu


NIM : 201801011
Prodi : S1 Keperawatan tingkat 3

Judul : Laporan Pendahuluan Keperawatan Maternitas Dan Asuhan


Keperawatan Dengan Kasus Ca Mammae

Laporan pendahuluan dan asuhan keperawatan ini telah di setujui oleh


pembimbing akademik

Pembimbing Institusi Mahasiswa

(Efa Nur’aini, S.Kep.,Ns,M.Kep) (Anggi Ajeng Pangestu)

NIDN. 07-0403-7601 NIM. 201801011


LEMBAR PENILAIAN PRAKTIK KLINIK

Nama : Anggi Ajeng Pangestu


NIM : 201801011
Periode Praktik : Keperawatan Maternitas
Tanggal : 3 April – 11 juni 2021
Judul : Laporan Pendahuluan Keperawatan Maternitas Dan Asuhan
Keperawatan Dengan Kasus Ca Mammae

Nilai Total Nilai


No. Elemen 1+2+3 TT Preceptor
(0-100) 3

1. Laporan Pendahuluan (LP)

2. Asuhan Keperawatan

3. Responsi
(……………………)
Efa Nur’aini, S.Kep.,Ns,M.Kep
Laporan Pendahuluan
1. Konsep Dasar Kanker Payudara
A. Definisi
Kanker ialah penyakit yang disebabkan karena sel-sel jaringan tubuh
mengalami pertumbuhan yang tidak normal. Sel-sel kanker tidak terkendali,
berkembang cepat, dan akan terus membelah diri, kemudian menyusup ke
jaringan di sekitarnya, kemudian menyebar melalui darah, jaringan ikat, dapat
menyerang organ penting serta saraf tulang belakang.
Menurut Sofi Ariani (2015), kanker dapat terjadi di berbagai jaringan organ di
setiap tubuh, dari ujung kepala sampai kaki. Bila kanker terjadi di bagian
permukaan tubuh, akan mudah diketahui dan diobati. Namun, bila terjadi di
dalam tubuh kanker akan sulit diketahui kadang-kadang tidak memiliki gejala.
Kalaupun timbul gejala biasanya sudah stadium lanjut sehingga sulit diobati.
Kelenjar yang terletak di bawah kulit dan diatas otot dada yang disebut
payudara. Beratnya kira-kira 200 gr pada orang dewasa, payudara kanan
umumnya lebih kecil dari yang kiri. Pada ibu hamil, payudara mencapai 600gr dan
pada ibu menyusui mencapai 800gr pembesaran payudara merupakan hal yang
normal. (Sofi Ariani, 2015)
Kanker payudara merupakan jumlah sel kanker yang muncul dan berkembang
tanpa terkendali, berasal dari kelenjar, saluran kelenjar serta jaringan sekitar
payudara. (Sofi Ariani, 2015)
Menurut dr. Wawan Supriyanto (2015) kanker payudara terjadi karena gen
pengatur pertumbuhan sel berfungsi abnormal sehingga pertumbuhan sel payudara
tidak bisa terkontrol. Normalnya sel payudara baru akan tumbuh menggantikan
sel lama yang mati. Untuk mempertahankan fungsi payudara maka dilakukan
regenerasi sel.
B. Etiologi

Kanker payudara terjadi akibat pertumbuhan abnormal dari sel-sel pada


payudara. Pertumbuhan abnormal ini diduga disebabkan oleh mutasi gen yang
diturunkan secara genetik. Selain itu, terdapat beberapa faktor risiko yang diduga
menjadi pemicu kanker payudara, yaitu:

• Jenis kelamin wanita jauh lebih tinggi dibandingkan pria.


• Usia yang bertambah, paling banyak pada usia di atas 50 tahun.
• Belum pernah hamil sebelumnya.
• Kebiasaan merokok atau minum minuman beralkohol.
• Kelebihan berat badan atau obesitas.
• Mulai menopause pada usia lebih tua, yaitu setelah usia 55 tahun.
• Mulai menstruasi sebelum usia 12 tahun.
• Penggunaan alat kontrasepsi hormon dan terapi hormon setelah
menopause.
• Riwayat kanker payudara pada diri sendiri pada salah satu payudara.
• Riwayat kanker payudara pada nenek, ibu, tante, adik, kakak, atau
anak sekandung.

• Riwayat terpapar dengan radiasi.

C. Manifestasi Klinis

Kanker payudara pada stadium dini tidak menimbulkan keluhan rasa sakit.
Salah satu tanda yang diamati pada stadium dini adalah adanya benjolan kecil
di payudara. Beberapa keluhan akan dirasakan oleh penderita pada stadium lanjut.
(Sofi Ariani, 2015)

1. Jika diraba dengan tangan, terasa ada benjolan di payudara.


2. Jika diamati bentuk payudara berbeda dengan sebelumnya.
3. Ada luka dan eksim di payudara dan puting susu yang tidak dapat
sembuh meskipun telah diobati.
4. Keluar darah atau cairan encer dari puting susu.
5. Puting susu masuk ke dalam payudara.
6. Kulit payudara dapat berkerut seperti buah jeruk.

Gejala awal berupa sebuah benjolan yang biasanya dirasakan berbeda dari
jaringan payudara di sekitarnya, tidak menimbulkan nyeri dan biasanya memiliki
pinggiran yang tidak teratur. (Andar dan Yessie, 2013)
a. Fase awal yaitu asimtomatik, pada fase awal, jika di dorong oleh jari
tangan, benjolan bisa digerakkan dengan mudah di bawah kulit. Tanda
umum terdapat benjolan/ penebalan pada payudara.
• Tanda dan gejala lanjut:
1. Kulit cekung
2. Retraksi/ deviasi putting susu
3. Nyeri tekan/ raba
4. Kulit tebal dan pori-pori menonjol seperti kulit jeruk
5. Ulserasi pada payudara
• Tanda metastase:
1. Nyeri pada bahu, pinggang, punggung bawah
2. Batuk menetap

3. Anoreksia

4. BB turun

5. Gangguan pencernaan

6. Kabur

7. Sakit kepala
b. Stadium lanjut, benjolan biasanya melekat pada dinding dada atau
kulit disekitarnya. Pada kanker stadium lanjut, bisa terbentuk benjolan
yang membengkak atau borok di kulit payudara. Kadang kulit diatas
benjolan mengkerut dan tampak seperti kulit jeruk.
• Tanda-tanda:
1. Terdapat massa utuh kenyal, biasa di kwadran atas
bagian dalam, di bawah ketiak bentuknya tak beraturan
dan terfiksasi
2. Nyeri di daerah massa
3. Adanya lekukan ke dalam, tarikan dan refraksi pada
area mammae
4. Edema dengan “peant d’ orange (keriput seperti kulit
jeruk)
5. Pengelupasan papilla mammae
6. Adanya kerusakan dan retraksi pada area putting, keluar
cairan spontan, kadang disertai darah
7. Ditemukan lesi pada pemeriksaan mammografi
D. Patofisiologi
Berdasarkan faktor predisposisi dan resiko tinggi kanker payudara
yang sudah dijelaskan sebelumnya, bisa menyebabkan sel kanker payudara
hiperplasia yaitu perkembangan sel secara terus- menerus tanpa terkendali
sehingga sel abnormal tersebut mendesak jaringan sekitar, sel saraf, dan
pembuluh darah disekitar payudara.
Sel mulai bermetastasis atau menyebar ke jaringan tubuh lain yaitu
limfe dan pembuluh darah. Sel-sel kanker yang telah metastase ke jaringan
tubuh lain disebut neoplasma ganas atau maligna. Apabila sistem imun di
dalam tubuh gagal menghacurkan sel abnormal dengan cepat menyebabkan
sel-sel tumbuh besar. Virus dan bakteri, agen fisik, agen kimia, agen
hormonal, dan faktor genetik merupakan alat yang berperan sebagai
transportasi maligna atau karsinomagenesis. (Smeltzer, 2016)
Menurut onkolog Inggris menerangkan bahwa neoplasma adalah masa
jaringan abnormal, tumbuh berlebih, tidak seimbang dengan jaringan normal,
dan selalu tumbuh. Tumor terbentuk karena proliferasi neoplastic yang
membuat massa neoplasma menimbulan pembengkakan atau benjolan di
jaringan tubuh. Tumor dibedakan menjadi tumor jinak dan ganas. Jika tumor
ganas itulah yang disebut kanker. (Padila, 2013)
kanker payudara yang invasiv membuat massa tumor ganas mendesak
ke jaringan luar sehingga bentuk payudara asimetrik dengan benjolan yang
tidak teratur. Perfusi jaringan sekitar payudara yang terdapat tumor menjadi
terganggu sementara tumor terus membengkak kemudian pecah dan terjadi
pendarahan, biasanya bercampur ulkus atau nanah yang menimbulkan bau
kurang sedap. Pecahnya benjolan membuat luka terbuka pada payudara yang
sangat mudah terkontaminasi dengan bakteri lingkungan maka menimbulkan
jaringan sekitar payudara menghitam atau disebut nekrosis. Dari tahap-tahap
terjadinya kanker payudara dari faktor penyebab atau etiologi dan proses
terbentuknya benjolan yang membesar dan pecah sehingga muncul masalah
keperawatan yaitu gangguan integritas kulit.
e. woc
E. Pemerikaan Penunjang
a. Mammografi
Pemeriksaan ini sangat dianjurkan secara berkala setiap tahun
pada semua perempuan yang di atas usia 40 tahun, dan pada
perempuan yang mengalami tanda gejala kanker payudara.
b. USG (Ultrasonography)
Pemeriksaan USG dilakukan jika pada pemeriksaan CBE
terdapat benjolan. USG dilakukan untuk membuktikan adanya
massa kistik dan solid yang menuju pada keganasan.
c. MRI mammae
Kemampuan MRI untuk mendeteksi kanker payudara (baik
invasif maupun in situ) secara langsung berhubungan dengan foto
kualitas tinggi, seperti resolusi spasial dari gambar MRI. Untuk
dapat mendeteksi kanker payudara secara dini seperti DCIS, foto
pada kedua payudara secara bersamaan dengan resolusi spasial
tinggi sebaiknya dilakukan. (Andra dan Yessie, 2013)
d. Biopsi (aspirasi, eksisi)
Tindakan biopsy dilakukan untuk pengambilan sample yang
hasilnya digunakan untuk pemeriksaan histologic secara froxen
section. Ada 2 macam tindakn biopsy yang bisa dilakukan yaitu
dengan menggunakan jarum, Aspirasi biopsy (FNAB) dan True
cut/care biopsy yaitu dengan perlengkapan stereotactic biopsy.
(Andra dan Yessie, 2013)
e. Monografi
Untuk menemukan kanker insito yang kecil yang tidak dapat
dideteksi dengan pemeriksaan fisik. (Andra dan Yessie, 2013)
f. Termografi
Pemeriksaan termografi dilakukan untuk menemukan kelainan
pada payudara menggunkan suhu. (Andra dan Yessie, 2013)
g. Foto toraks
F. Penatalaksanaan
Ada 2 macam yaitu kuratif (pembedahan) dan paliatif (non
pembedahan). Penanganan kuratif dengan pembedahan yang dilakukan secara
mastektomi parsial, mastektomi total, mastektomi radikal, tergantung dari
luas, besar dan penyebaran kanker.
Penanganan non pembedahan dengan penyinaran, kemoterapi dan
terapi hormonal

1. Terapi kuratif:
Untuk kanker mamma stadium 0, I, II, dan III
a. Terapi Utama adalah mastektomi radikal modifikasi,
alternative tomoorektomi diseksi aksila
b. Terapi Ajuvan:
1) Radioterapi paska bedah 4000-6000 rads
2) Kemoterapi untuk pra menopause dengan CMF
(Cyclophosphamide 100 mg/m2 dd po hari ke 1-14, methtexate
40 mg/m2 IV hari ke-1 siklus diulang tiap 4 minggu dan
flouroracil 600 mg/m2 IV hari ke-1 ata CAP (cyclophosphamide
500 mg/m2 hari ke-1, Adriamycin 50 mg/m2 hari ke-1 dan
flouroracil 500 mg/m2 IV hari k-1 dan8 untuk 6 siklus.
3) Hormon terapi untuk pasca menopause dengan tamoksifen
untuk 1-2 tahun
c. Terapi bantuan, roboransia
d. Terapi sekunder bila perlu
e. Terapi komplikasi pasca bedah misalnya
gangguaan geraklengan (fisioterapi)
2. Terapi paliatif
Untuk kanker mammae stadium III B dan IV
a. Terapi utama

1) Pramenopause, bilateral ovaridektomi


2) Pasca menopause:
- Hormone reseptor positif (tamoksifen)
- Hormone reseptor negative (kemoterapi
dengan CMFatau CAF)
b. Terapi adjuvant
1) Operable (mastektomi simple)
2) Inoperable (radioterapi)
c. Terapi bantuan (roboransia)
d. Terapi komplikasi, bila ada:
1) Patah, akan direposisi dan fiksasi untuk
membatasipergerakan sain itu juga dilakukan
tindakan radioterapi.
2) Oedema lengan akan diberikan diuretik atau
tindakanoperasi transposisi kondoleon.
G. Asuhan Keperawtan Teori
1. Pengkajian
Anamnesis. Kebanyakan dari kanker ditemukan jika telah teraba , oleh
wanita itu sendiri. Pasien datang dengan keluhan rasa sakit , tidak enak
atau tegang didaerah sekitar payudara .
a. Riwayat Kesehatan Sekarang
Biasanya klien masuk ke rumah sakit karena merasakan adanya
benjolan yang menekan payudara, adanya ulkus, kulit berwarna
merah dan mengeras, bengkak dan nyeri.
b. Riwayat Kesehatan Dahulu
Adanya riwayat karsinoma mammae sebelumnya atau ada
kelainan pada mammae, kebiasaan makan tinggi lemak, pernah
mengalami sakit pada bagian dada sehingga pernah mendapatkan
penyinaran pada bagian dada, ataupun mengidap penyakit kanker
lainnya, seperti kanker ovarium atau kanker serviks. Pemakaian
obat-obatan, hormon, termasuk pil kb jangka waktu yang lama.
Riwayat menarche, jumlah kehamilan,abortus, riwayat menyusui.
c. Riwayat Kesehatan Keluarga
Adanya keluarga yang mengalami karsinoma mammae
berpengaruh pada kemungkinan klien mengalami karsinoma
mammae atau pun keluarga klien pernah mengidap penyakit kanker
lainnya, seperti kanker ovarium atau kanker serviks.
d. Pemeriksaan Fisik
1. Inspeksi, palpasi
-Kepala : normal, mesochephal , tulang kepala
umumnya bulat dengan tonjolan frontal di bagian anterior
dan oksipital dibagian posterior.
Rambut : tersebar merata, warna, kelembaban
-Mata : tidak ada gangguan bentuk dan fungsi mata.
Konjungtiva agak anemis, tidak ikterik, tidak ada nyeri
tekan.
-Telinga: bentuk normal , posisi imetris , tidak ada sekret
tidakada tanda-tanda infeksi dan tidak ada gangguan fungsi
pendengaran.
-Hidung : bentuk dan fungsi normal, tidak ada infeksi dan
nyeri tekan.
-Mulut : mukosa bibir kering, tidak ada gangguan
perasa.
-Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tyroid, tidak
ada kelainan.
-Dada : adanya kelainan kulit berupa peau
d’orange,ulserasiatau tanda-tanda radang.
-Hepar : tidak ada pembesaran hepar.
-Ekstremitas : tidak ada gangguan pada ektremitas.

e. Pengkajian 11 Pola Fungsional Gordon


1. Persepsi dan Manajemen
Biasanya klien tidak langsung memeriksakan benjolan
yang terasa pada payudaranya ke rumah sakit karena
menganggap itu hanya benjolan biasa.
2. Nutrisi – Metabolik
Kebiasaan diet buruk, biasanya klien akan mengalami
anoreksia, muntah dan terjadi penurunan berat badan, klien
juga ada riwayat mengkonsumsi makanan mengandung MSG.
3. Eliminasi
Biasanya terjadi perubahan pola eliminasi, klien akan
mengalami melena, nyeri saat defekasi, distensi abdomen dan
konstipasi.
4. Aktivitas dan Latihan
Anoreksia dan muntah dapat membuat pola aktivitas
dan latihan klien terganggu karena terjadi kelemahan dan nyeri.
5. Kognitif dan Persepsi
Biasanya klien akan mengalami pusing pasca bedah
sehingga kemungkinan ada komplikasi pada kognitif, sensorik
maupun motorik
6. Istirahat dan Tidur
Biasanya klien mengalami gangguan pola tidur karena
nyeri.
7. Persepsi dan Konsep Diri
Payudara merupakan alat vital bagi wanita. Kelainan
atau kehilangan akibat operasi akan membuat klien tidak
percaya diri, malu, dankehilangan haknya sebagai wanita
normal.
8. Peran dan Hubungan
Biasanya pada sebagian besar klien akan mengalami
gangguan dalam melakukan perannya dalam berinteraksi
social.
9. Reproduksi dan Seksual
Biasanya akan ada gangguan seksualitas klien dan
perubahan pada tingkat kepuasan.
10. Koping dan Toleransi Stress
Biasanya klien akan mengalami stress yang berlebihan,
denial dan keputusasaan.
11. Nilai dan Keyakinan
Diperlukan pendekatan agama supaya klien menerima
kondisinya dengan lapang dada.

2. Diagnosa Keperawatan
a. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
hipermetabolisme pada jaringan
Kriteria Hasil :
- Adanya peningkatan berat badan sesuai dengan tujuan
- Berat badan ideal sesuai dengan tinggi badan
- Mampu mengidentifikasi kebutuhan nutrisi
- Tidak ada tanda tanda malnutrisi
- Tidak terjadi penurunan berat badan yang berarti

Intervensi

- Kaji adanya alergi makanan


- Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah
kalori dan nutrisiyang dibutuhkan pasien.
- Anjurkan pasien untuk meningkatkan intake
- Anjurkan pasien untuk meningkatkan protein dan vitamin
- Berikan substansi gula
- Yakinkan diet yang dimakan mengandung tinggi serat
untuk mencegahkonstipasi
- Berikan makanan yang terpilih ( sudah dikonsultasikan
dengan ahli gizi)
- Ajarkan pasien bagaimana membuat catatan makanan
harian.
- Monitor jumlah nutrisi dan kandungan kalori
- Berikan informasi tentang kebutuhan nutrisi
- Kaji kemampuan pasien untuk mendapatkan nutrisi yang
dibutuhkan
b. Nyeri akut berhubungan dengan adanya penekanan massa tumor
Kriteria Hasil :
- Mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab nyeri, mampu
menggunakan tehnik nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri,
mencari bantuan)
- Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan
manajemennyeri
- Mampu mengenali nyeri (skala, intensitas, frekuensi dan tanda
nyeri)
- Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang
- Tanda vital dalam rentang normal

Intervensi :

- Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif


termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas
dan faktor presipitasi
- Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan
- Gunakan teknik komunikasi terapeutik untuk mengetahui
pengalamannyeri pasien
- Kaji kultur yang mempengaruhi respon nyeri
- Evaluasi pengalaman nyeri masa lampau
- Evaluasi bersama pasien dan tim kesehatan lain tentang
ketidakefektifankontrol nyeri masa lampau
- Bantu pasien dan keluarga untuk mencari dan menemukan
dukungan
- Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri seperti
suhuruangan, pencahayaan dan kebisingan
- Kurangi faktor presipitasi nyeri
- Pilih dan lakukan penanganan nyeri (farmakologi, non
farmakologi daninter personal)
- Kaji tipe dan sumber nyeri untuk menentukan intervensi
- Ajarkan tentang teknik non farmakologi
- Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri
- Evaluasi keefektifan kontrol nyeri
- Tingkatkan istirahat
- Kolaborasikan dengan dokter jika ada keluhan dan tindakan
nyeri tidakberhasil
- Monitor penerimaan pasien tentang manajemen nyeri
c. Ansietas berhubungan dengan perubahan gambaran tubuh
Kriteria Hasil :
− Klien mampu mengidentifikasi dan mengungkapkan gejala
cemas.
− Mengidentifikasi, mengungkapkan, dan menunjukkan
teknik mengontrol cemas.
− Vital sign dalam batas normal.
− Postur tubuh, ekspresi wajah, bahasa tubuh dan tingkat
aktivitas menunjukkan berkurangnya kecemasan.

Intervensi :

− Gunakan pendekatan yang menenangkan.


− Jelaskan semua prosedur dan apa yang dirasakan selama
prosedur.
− Dorong pasien untuk mengungkapkan perasaan,
ketakutan, persepsi.
− Bantu pasien/ orang terdekat dalam mengenali dan
mengklarifikasi rasa takut untuk memulai
mengembangkan strategi koping untuk menghadapi rasa
takut.
− Jelaskan semua prosedur dan apa yang dirasakan selama
prosedur.

d. Resiko infeksi nosokomial berhubungan dengan lingkungan operasi

Kriteria Hasil :

− Klien bebas dari tanda dan gejala infeksi.


− Jumlah leukosit berada pada batas normal.
− Klien mampu mengidentifikasi dan berpartisipasi dalam
tindakan pencegahan infeksi.

Intervensi :

− Bersihkan lingkungan setelah dipakai pasien lain.


− Cuci tangan sebelum melakukan tindakan. Pengunjung juga
dianjurkan melakukan hal yang sama.
− Monitor temperatur.
− Tingkatkan istirahat adekuat/ periode latihan.
− Kolaborasi dalam pemberian antibiotik.

e. Gangguan integritas Kulit berhubungan dengan pengangkatan bedah


kulit/ jaringan.

Kriteria Hasil :

− Perfusi jaringan baik.


− Menunjukkan pemahaman dalam proses perbaikan kulit dan
mencegah terjdinya cedera berulang.
− Mampu melindungi kulit dan mempertahankan kelembaban
kulit dan perawaatan alami.
Intervensi :
− Kaji balutan/ luka untuk karakteristik drainase. Monitor
jumlah edema, kemerahan, dan nyeri pada insisi dan
lengan, serta suhu.
− Tempatkan pada posisi semifowler.
− Jangan melakuka pengukuran TD, injeksi obat, atau
memasukkan IV pada lengan ynag sakit.
− Anjurkan untuk memakai pakaian yang tidak sempit/
ketat, perhiasan atau jam tangan pada tangan yang sakit.

f. Gangguan gambaran tubuh berhubungan dengan mastektomi

Kriteria Hasil :

− Gambaran tubuh positif.


− Mampu mengidentifikasi kekuatan personal.
− Mendiskripsikan secara factual perubahan fungsi tubuh.
− Mempertahankan interaksi sosial.

Intervensi :

− Kaji secara verbal dan nonverbal respon klien terhadap


tubuhnya.
− Jelaskan tentang pengobatan, perawatan, kemajuan dan
prognosis penyakit.
− Dorong klien mengungkapkna perasaannya.
− Fasilitasi kontak dengan individu lain dalam kelompok
kecil.

g. Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis, dan pengobatan


berhubungan dengan kurangnya informasi.

Kriteria Hasil :

− Pasien dan keluarga menyatakan pemahaman tentang


penyakit, kondisi, prognosis dan program pengobatan.
− Pasien dan keluarga mampu melaksanakan prosedur yang
dijelaskan secara benar.
− Pasien dan keluarga mampu menjelaskan kembali apa yang
dijelaskan perawat/ tim kesehatan lainnya.

Intervensi :

− Berikan penilaian tentang tingkat pengetahuan pasien


tentang proses penyakit yang spesifik.
− Jelaskan patofisiologi dari penyakit dan hubungannya
dengan anatomi fisiologi dengan cara yang tepat.
− Diskusikan perubahan gaya hidup yang mungkin diperlukan
untuk mencegah komplikasi di masa yang akan datang.
− Minta pasien untuk umpan balik verbal, dan perbaiki
kesalahan konsep tentang tipe kanker dan pengobatan.
3. Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang
dilakukan oleh perawat untuk membantu klien dari masalah status
kesehatan yang dihadapi kestatus kesehatan yang baik yang
menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan (Gordon, 1994, dalam
Potter & Perry, 1997). Ukuran intervensi keperawatan yang diberikan
kepada klien terkait dengan dukungan, pengobatan, tindakan untuk
memperbaiki kondisi, pendidikan untuk klien-keluarga, atau tindakan
untuk mencegah masalah kesehatan yang muncul dikemudian hari.
4. Evaluasi Keperawatan
Tahap penilaian atau evaluasi adalah perbandingan yang
sistematik dan terencana tentang kesehatan klien dengan tujuan yang
telah ditetapkan, dilakukan dengan cara bersinambungan dengan
melibatkan klien dan tenaga kesehatan lainnya, merupakan tahap akhir
dari rangkaian proses keperawatan yang berguna apakah tujuan dari
tindakan keperawatan yang telah dilakukan tercapai atau perlu
pendekatan lain.
KASUS SEMU

Ny. R usia 28 tahun datang ke RS bersama suaminya dengan keluhan nyeri pada dada sebelah
kanan, nyeri nya muncul ketika digunakan beraktivitas. Pasien datang dalam keadaa hamil 6
bulan. Pesien juga mengeluh badan lemas dan tidak nafsu makan karena beliau sangat cemas
dengan keadaan janin dikandungannya. Saat ditanya pasien tidak begitu mengerti tentang
penyakitnya. Hasil pemeriksaan didapatkan TTV yaitu TD: 130/100mmHg, N:90x/menit,
RR:24X/menit, SUHU: 36,4oC. USG terdapat benjolan pada payudara kanan pasien.

Anda mungkin juga menyukai