Anda di halaman 1dari 37

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH PADA Ny. S DENGAN


CARSINOMA MAMMAE POST OP MRM SINISTRA DI RUANG BIMA
RSUD JOMBANG

Oleh:

Melinda Selly Ary Setya (7421004)

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS PESANTREN TINGGI DARUL ULUM JOMBANG
2021/2022
LEMBAR PENGESAHAN

Asuhan keperawatan ini dibuat dan disetujui untuk memenuhi tugas


Keperawatan Medikal Bedah Prodi Profesi Ners Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Pesantren Tinggi Darul Ulum Jombang.

Telah dikonsulkan dan disetujui oleh :

Hari/ Tanggal :
Nama mahasiswa : Melinda Selly Ary Setya
NIM : 7421004
Ruang : Bima

Pembimbing Akademik Pembimbing Ruangan

Sufendi Hariyanto, S.Kep.,Ns., M.MB Triventiningtias, S.Kep.,Ns


NIYP : 11 010810 165 NIP : 198001302005012006

Mengetahui,
Kepala Ruangan

Niken Sri Wahyuni, S.Kep.,Ns


NIP : 1980 0827 2005 12005
BAB I
KONSEP TEORI

1. Konsep Teori Ca Mammae

1.1 Definisi

Carsinoma mammae atau kanker payudara merupakan gangguan dalam


pertumbuhan sel normal mammae dimana sel abnormal timbul dari sel-sel
normal, berkembang biak dan menginfiltrasi jarinagan limfe dan pembuluh
darah (Nurarif, 2015).

Kanker payudara adalah suatu tumor (maligna) yang berkembang dari


sel-sel di payudara. Biasanya kanker payudara tumbuh di lobulus yaitu
kelenjar yang memproduksi susu, atau pada duktus saluran kelenjar susu yaitu
saluran yang menghubungkan lobulus ke puting susu. Kanker payudara
tumbuh dan berkembang dengan cepat tanpa terkoordinasi di dalam jaringan
dan menyebar ke pembuluh darah (Putra, 2015).

1.2 Etiologi

Menurut Brunner dan Suddart (2015), penyebab kanker payudara belum


dapat ditentukan, tetapi terdapat beberapa faktor genetik. Kanker payudara
memeperlihatkan proliferasi keganasan sel epitel yang membatasi duktus atau
lobus payudara. Pada awalnya hanya terdapat hyperplasia sel dengan
perkembangan sel-sel yang atipikal dan kemudian berlanjut menjadi
karsinoma insitu dan sel menjadi massa. Hormon steroid yang dihasilkan oleh
ovarium juga berperan dalam pembentukan kanker payudara (estradiol dan
progesterone mengalami perubahan dalam lingkungan seluler).

Menurut Putra (2015) faktor risiko yang dapat menyebabkan kanker


payudra terbagi menjadi dua kelompok yaitu faktor resiko yang dapat diubah
dan faktor resiko tidak dapat diubah. Faktor-faktor tersebut sebagai berikut :

a. Faktor risiko yang dapat diubah

1) Obesitas
2) Pecandu alkohol

3) Perokok berat

4) Stress

5) Terpapar zat karsinogen

b. Faktor risiko yang tidak dapat diubah

1) Genetik

2) Jenis kelamin

3) Riwayat kehamilan

4) Riwayat menstruasi

5) Riwayat menyusui

1.3 Tanda dan Gejala

Tanda dan gejala kanker payudara pada stadium awal biasanya massa
tunggal, massa teraba keras dan padat, dapat digerakan atau terfiksasi pada
kulit atau jaringan yang berada dibawahnya, tidak memiliki batasan yang
jelas atau tidak teratur. Tanda lanjutan lainnya berupa adanya rabas pada
puting atau terjadi retraksi pada puting, edema atau cekungan pada kulit,
payudara tidak simetris, dan pembesaran nodus limfe aksila. Benjolan yang
timbul disertai nyeri tekan dan terus bertambah besar seiring berjalannya
waktu. Pembesaran yang terjadi akibat dari ca mamae ini biasanya dikeluhkan
oleh penderita memasuki pada stadium 2.

Pasien yang menderita Carsinoma mamme biasanya ada yang merasakan


nyeri dan ada yang tidak merasakan nyeri, dan berat badan menurun
menunjukan adanya metastase. Pada tahap metastase ini sel kanker dapat
menyebar ke seluruh tubuh melalui pembuluh darah, serta mengendap atau
tinggal pada kulit, tulang, paru-paru, dan bagian tubuh lainnya (Nurarif,
2015).
1.4 Klasifikasi

Secara umum jenis kanker payudara dapat dibagi menjadi tiga yaitu
kanker payudara non-invasive, kanker payudara invasive dan kanker
payudara paget’s disease. Uraian lengkapnya sebagai berikut: (Putra, 2015)

a. Kanker payudara non-invasive

Kanker terjadi pada kantong (tube) susu (penghubung antara


alveolus,kelenjar yang memproduksi susu, dan puting payudara). Jenis
kanker ini biasanya disebut dengan kanker carsinoma insitu, dimana
kanker payudara belum menyebar ke bagian luar jaringan kantong susu.

b. Kanker payudara invasive

Sel kanker merusak seluruh kelenjar susu serta menyerang lemak dan
jaringan di sekitarnya. Pada tahap ini kanker telah menyebar keluar dari
kantong susu dan menyerang jaringan disekitarnya, bahkan menyebabkan
metastase seperti ke jaringan kelenjar limfe. Kanker bermula tumbuh di
saluran susu, kemudian menyebar ke kulit areola dan puting. Tandanya
terlihat kulit pecah-pecah, memerah, dan mengeluarkan cairan.
Penyembuhan pada jenis kanker ini lebih baik jika tidak disertai dengan
massa.

Klasifikasi kanker payudara menurut stadium dan harapan hidup:


(National Cancer Institute-surveilance, Epidemiology and Result (SEER)
2021, sebagai berikut:

a. Stadium 0

Tidak terbukti adanya tumor primer, tidak ada tumor dalam kelenjar
getah bening region, tidak ada metastase ke bagian lain, dan memeiliki
harapan hidup 99% selama 5 tahun kedepan.

b. Stadium I
Tumor berukuran kurang atau sama dengan 2 cm, tidak ada tumor
dalam kelenjar getah bening region, tidak ada metastase jauh dan
memiliki harapan hidup 92% selama 5 tahun kedepan.

c. Stadium IIA

Tumor tidak ditemukan pada payudara, tetapi sel-sel kanker


ditemukan di kelenjar getah bening di ketiak yang terletak di bawah
lengan dapat berpindah-pindah, tidak mengalami metastase jauh dan
memiliki harapan hidup 82% selama 5 tahun kedepan. Tumor berukuran
lebih besar dari 2 cm tidak lebih dari 5 cm, sel-sel kanker ditemukan di
kelenjar getah bening di ketiak yang terletak di bawah lengan dapat
berpindah-pindah dan tidak mengalami metastase jauh.

d. Stadium IIIA

Tumor tidak ditemukan di payudara, tetapi ditemukan di kelenjar


getah bening melekat bersama atau pada struktur yang lain, tidak ada
metastase jauh dan memiliki harapan hidup 47% selama 5 tahun kedepan.
Tumor telah menyebar ke dinding dada atau menyebabkan
pembengkakan, juga terdapat luka bernanah di payudara atau didiagnosis
sebagai inflammatory breast cancer, menyebar ke kelenjar getah bening
dan memiliki harapan hidup 44% selama 5 tahun kedepan.

e. Stadium IV

Ukuran tumor sudah tidak dapat ditentukan dan telah menyebar


atau bermetastasis ke lokasi yang jauh, seperti tulang, paru-paru, liver,
tulang rusuk, atau organ-organ tubuh lainnya dan memiliki harapan hidup
15% selama 5 tahun kedepan.

1.5 Patofisiologi

Berdasarkan faktor predisposisi dan resiko tinggi kanker payudara yang


sudah dijelaskan sebelumnya, bisa menyebabkan sel kanker payudara
hiperplasia yaitu perkembangan sel secara terus- menerus tanpa terkendali
sehingga sel abnormal tersebut mendesak jaringan sekitar, sel saraf, dan
pembuluh darah disekitar payudara. Sel mulai bermetastasis atau menyebar
ke jaringan tubuh lain yaitu limfe dan pembuluh darah. Sel-sel kanker yang
telah metastase ke jaringan tubuh lain disebut neoplasma ganas atau maligna.
Apabila sistem imun di dalam tubuh gagal menghacurkan sel abnormal
dengan cepat menyebabkan sel-sel tumbuh besar. Virus dan bakteri, agen
fisik, agen kimia, agen hormonal, dan faktor genetik merupakan alat yang
berperan sebagai transportasi maligna atau karsinomagenesis (Smeltzer,
2016).

Menurut onkolog Inggris menerangkan bahwa neoplasma adalah masa


jaringan abnormal, tumbuh berlebih, tidak seimbang dengan jaringan normal,
dan selalu tumbuh. Tumor terbentuk karena proliferasi neoplastic yang
membuat massa neoplasma menimbulan pembengkakan atau benjolan di
jaringan tubuh. Tumor dibedakan menjadi tumor jinak dan ganas. Jika tumor
ganas itulah yang disebut kanker (Padila, 2013). Sel kanker payudara yang
invasiv membuat massa tumor ganas mendesak ke jaringan luar sehingga
bentuk payudara asimetrik dengan benjolan yang tidak teratur. Perfusi
jaringan sekitar payudara yang terdapat tumor menjadi terganggu sementara
tumor terus membengkak kemudian pecah dan terjadi pendarahan, biasanya
bercampur ulkus atau nanah yang menimbulkan bau kurang sedap. Pecahnya
benjolan membuat luka terbuka pada payudara yang sangat mudah
terkontaminasi dengan bakteri lingkungan maka menimbulkan jaringan
sekitar payudara menghitam atau disebut nekrosis. Dari tahap-tahap
terjadinya kanker payudara dari faktor penyebab atau etiologi dan proses
terbentuknya benjolan yang membesar dan pecah sehingga muncul masalah
keperawatan yaitu gangguan integritas kulit.

1.6 Pemeriksaan Penunjang

Adapun pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan : (Nurarif, 2015)

a. Scan (misalnya, MRI, CT). Dilakukan untuk diagnostik, identifikasi


metastatik dan evaluasi.
b. Termografi yaitu suatu cara yang menggunakan sinar infra red.

c. Mamografi untuk mendeteksi massa maligna kecil dalam 2 tahun sebelum


kanker dapat dipalpasi.

d. Biopsi untuk mendiagnosis adanya BRCA1 dan BRCA2 (Breast Cancer


Susceptibility Gene).

e. USG (ultrasonografi) untuk membedakan lesi solid dan kistik.

f. Pemeriksaan laboratorium berupa darah lengkap dan kimia darah.

1.7 Penatalaksanaan

Penangan pada pasien kanker payudara meliputi:

a. Mastektomi

Definisi :

Mastektomi adalah pembedahan yang dilakukan untuk mengangkat


payudara. Modified Radical Mastectomy adalah suatu tindakan
pembedahan onkologis pada keganasan payudara yaitu dengan
mengangkat seluruh jaringan payudara yang terdiri dari seluruh stroma dan
parenkhim payudara, areola dan puting susu serta kulit diatas tumornya
disertai diseksi kelenjar getah bening aksila ipsilateral level I, II/III tanpa
mengangkat m.pektoralis major dan minor (Kartikawati, 2013).

Cara Kerja :

Pasien ditempatkan dengan posisi terlengat dan tangan terentang serta


ditinggikan. Kemudian, dokter akan memberikan bius total. Daerah sekitar
dada pasien akan dibersihkan untuk mempersiapkan prosedur. Kemudian,
dokter akan membuat sayatan berbentuk lonjong, memotong daerah sekitar
puting dan areola dengan menggunakan pisau bedah. Setelah itu, dokter
mulai melakukan evaluasi dan memeriksa jaringan payudara yang
menyebabkan kanker. Jaringan payudara ini akan dibedah melalui otot
pektoralis dan jaringan ini akan dipisahkan dari otot-otot, kulit, dan
pembuluh getah bening yang berkaitan. Seluruh jaringan payudara akan
diangkat dan sampelnya dikirim ke laboratorium patologi untuk diperiksa.
Lalu, dokter bedah akan membuat sayatan ke dalam fasia, sehingga
memisahkan otot pektoralis mayor dan minor. Setiap jaringan payudara
yang tersisa akan diangkat. Dokter akan menyayat otot pektoralis mayor
dan juga membuka otot pektoralis minor. Dengan mengangkat otot ini dari
tendonnya, bagian aksila atau ketiak akan terlihat. Kelenjar getah bening
dan jaringan lemaknya akan dipotong dan diangkat. Selama prosedur ini
berlangsung, dokter akan menjaga sebanyak mungkin saraf dan pembuluh
darah di sekitar daerah prosedur. Pembuluh darah yang perlu dipotong
akan diikat atau dijahit tertutup. Selanjutnya, dokter akan mengangkat
seluruh otot dada. Setelah seluruh jaringan yang perlu diangkat telah
selesai diangkat dan dokter yakin tidak terjadi perdarahan, daerah bedah
akan diirigasi dengan larutan garam steril.

Jika pasien diindikasikan menderita penyakit kanker, prosedur


rekonstruksi payudara dapat dilakukan setelah pengangkatan jaringan yang
sakit. Alat pembuka jaringan steril akan ditempatkan pada lubang atau
ruang bekas daerah prosedur. Ruang yang terbuka ini akan diisi dengan
larutan garam untuk memperluas daerah bekas prosedur dan mengurangi
munculnya rongga-rongga. Karena dalam prosedur ini seluruh payudara
diangkat, dokter bedah mungkin perlu menutup daerah bekas operasi
dengan cangkok kulit. Biasanya, kulit yang akan dicangkok diambil dari
bagian tubuh lainnya, seperti perut atau punggung, untuk menutupi luka
yang besar.

Kemungkinan resiko :

1) Perdarahan berlebihan – Hal ini dapat terjadi selama dan setelah operasi
serta merupakan salah satu masalah dalam prosedur ini.

2) Infeksi pada daerah operasi


3) Kerusakan saraf – Pasien sering mengeluh kesemutan dan mati rasa
pada daerah operasi akibat kerusakan saraf. Hilangnya sensasi rasa sakit
dapat menyebabkan pasien tidak menyadari adanya luka pada tubuhnya.

4) Otot melemah dan atrofi, terutama jika pasien tidak menjalani


pemeriksaan fisik yang tepat setelah prosedur.

5) Seroma – Gangguan aliran cairan di dalam pembuluh darah getah


bening dapat menyebabkan munculnya seroma atau akumulasi cairan
pada daerah operasi.

6) Pembengkakan kelenjar getah bening

7) Nyeri fantom pada payudara – Banyak pasien yang melaporkan nyeri


fantom pada payudaranya, yang serupa dengan rasa nyeri yang dialami
pasien amputasi. Kondisi ini ditandai dengan rasa nyeri berdenyut dan
tekanan, dan perasaan bahwa payudara yang telah diangkat masih tetap
terasa ada.

8) Depresi – Prosedur ini memiliki dampak yang cukup besar pada status
mental pasien, serta sering menyebabkan pasien depresi. Tekanan
mental juga mungkin muncul akibat kecacatan yang muncul akibat
prosedur, yang mungkin sulit untuk diatasi oleh beberapa pasien.

b. Radioterapi

Radiotrapi yaitu proses penyinaran pada daerah yang terkena kanker


dengan menggunakan sinar X dan sinar gamma yang bertujuan membunuh
sel kanker yang masih tersisa di payudara setelah operasi. Tindakan ini
mempunyai efek kurang baik seperti tubuh menjadi merasa lebih lemah,
penurunan nafsu makan yang terus berkelanjutan, perubahan warna kulit di
sekitar payudara dengan ca mamae akan mengalami kehitaman, serta Hb
dan leukosit cenderung menurun sebagai akibat dari radiasi. Pengobatan
ini biasanya diberikan bersamaan dengan lumpektomi atau mastektomi
(Putra, 2015).
c. Kemoterapi

Kemoterapi merupakan proses pemberian obat-obatan anti kanker


dalam bentuk pil, kapsul atau melalui infus yang bertujuan membunuh sel
kanker. Sistem ini diharapkan mencapai target pada pengobatan kanker
yang kemungkinan telah menyebar ke bagian tubuh lainnya. Dampak dari
kemoterapi adalah pasien mengalami mual dan muntah serta rambut
rontok karena pengaruh obat-obatan yang diberikan pada saat kemoterapi
(Putra, 2015).

d. Terapi Hormonal

Terapi ini biasa disebut trapi anti-estrogen yang sistem kerjannya


memblok kemampuan estrogen dalam menstimulus perkembangan kanker
payudara (Putra, 2015).

1.8 Komplikasi

Komplikasi yang dapat terjadi pada penyakit kanker payudara stdium


lanjut atau pasca mastektomi yaitu, metastase ke organ lain seperti tulang
rusuk menjadi kanker tulang, terjadi limfederma karena saluran limfe untuk
menjamin aliran balik limfe ke sirkulasi umum tidak berfungsi dengan
adekuat karena nodus eksilaris dan sistem limfe diangkat.
1.9 Pathway
FAKTOR RISIKO MEKANISME GENETIK VIRUS DEFISIENSI
 Perempuan HORMONAL IMUN
 Memiliki riwayat pribadi tentang Ca
Mammae Mutasi gen Invasi virus pada
Ketidakseimbangan hormone air susu ibu (ASI) Defisiensi limfosit
 Menarche dini ( sebelum usia 12 tahun )
estrogen & progesterone sel T
 Menopause yang terlambat ( setelah umur 55
( kelebihan )
tahun )
Proliferasi massa
 Pemakaian kontrasepsi oral
abnormal pada sel Produksi interferon ↓
 Penggunaan terapi hormone estrogen dan Reseptor estrogen di epitel
progesteron payudara berinteraksi dengan
 Pemajanan thd radiasi stlah masa puber & promoter pertumbuhan dan
faktor pertumbuhan fibroblast Timbul sel kanker
sblm usia 30 thn
yang dikeluarkan sel kanker pada jaringan epitel
 Konsumsi satu atau lebih alkohol perhari
payudara & duktal

Terbentuk mekanisme autokrin


perkembangan sel kanker

Ggn proliferasi jar. Epitel & sistem duktal

Hyperplasia pada sel jaringan epitel dan system duktal

Pre OP Post OP MRM

Penekanan pada Suplai nutrisi ke Metastase sel kanker Luka pembedahan Hambatan pada
jaringan mamae jaringan ca ↑ aliran darah

Melalui aliran darah Terputusnya jaringan


Konsistensi mamae ↑ Hipermetabolis ke (hematogen) Hipoksia
jaringan
NYERI AKUT
Massa tumor Nekrosis jaringan
Suplai nutrisi ke Pleura Otak
mendesak ke
jaringan luar jaringan lain ↓
Kegagalan fungsi Nyeri pada kepala Bakteri patogen
mngakibatkan dan dapat terjadi
Perfusi jaringan Berat badan ↓ terjadinya efusi epilepsy.
terganggu pleura RISIKO INFEKSI

Ulkus DEFISIT
NUTRISI Dyspnea

GANGGUAN
POLA NAPAS
INTEGRITAS
TIDAK EFEKTIF
KULIT/
JARINGAN
BAB II
KONSEP PENGKAJIAN
2. Konsep Pengkajian

2.1 Pengkajian
Anamnesis. Kebanyakan dari kanker ditemukan jika telah teraba , oleh
wanita itu sendiri. Pasien datang dengan keluhan rasa sakit , tidak enak atau
tegang didaerah sekitar payudara .
a. Riwayat Kesehatan Sekarang
Biasanya klien masuk ke rumah sakit karena merasakan adanya
benjolan yang menekan payudara, adanya ulkus, kulit berwarna merah dan
mengeras, bengkak dan nyeri.
b. Riwayat Kesehatan Dahulu
Adanya riwayat karsinoma mammae sebelumnya atau ada kelainan
pada mammae, kebiasaan makan tinggi lemak, pernah mengalami
sakit pada bagian dada sehingga pernah mendapatkan penyinaran pada
bagian dada, ataupun mengidap penyakit kanker lainnya, seperti
kanker ovarium atau kanker serviks. Pemakaian obat-obatan, hormon,
termasuk pil kb jangka waktu yang lama. Riwayat menarche, jumlah
kehamilan, abortus, riwayat menyusui.
c. Riwayat Kesehatan Keluarga
Adanya keluarga yang mengalami karsinoma mammae berpengaruh
pada kemungkinan klien mengalami karsinoma mammae atau pun
keluarga klien pernah mengidap penyakit kanker lainnya, seperti
kanker ovarium atau kanker serviks.
d. Pemeriksaan Fisik
Inspeksi, palpasi
 Kepala : normal, mesochephal , tulang kepala umumnya bulat dengan
tonjolan frontal di bagian anterior dan oksipital dibagian posterior.
 Rambut : tersebar merata, warna, kelembaban
 Mata : tidak ada gangguan bentuk dan fungsi mata. Konjungtiva agak
anemis, tidak ikterik, tidak ada nyeri tekan.
 Telinga : bentuk normal , posisi imetris , tidak ada sekret tidak
ada tanda-tanda infeksi dan tidak ada gangguan fungsi pendengaran.
 Hidung : bentuk dan fungsi normal, tidak ada infeksi dan
nyeri tekan.
 Mulut : mukosa bibir kering, tidak ada gangguan perasa.
 Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tyroid, tidak ada
kelainan
 Dada : adanya kelainan kulit berupa peau d’orange,ulserasi
atau tanda-tanda radang.
 Hepar : tidak ada pembesaran hepar.
 Ekstremitas : tidak ada gangguan pada ektremitas.
e. Pengkajian 11 Pola Fungsional Gordon
1. Persepsi dan Manajemen
Biasanya klien tidak langsung memeriksakan benjolan yang terasa
pada payudaranya ke rumah sakit karena menganggap itu hanya
benjolan biasa.
2. Nutrisi – Metabolik
Kebiasaan diet buruk, biasanya klien akan mengalami anoreksia,
muntah dan terjadi penurunan berat badan, klien juga ada riwayat
mengkonsumsi makanan mengandung MSG.
3. Eliminasi
Biasanya terjadi perubahan pola eliminasi, klien akan mengalami
melena, nyeri saat defekasi, distensi abdomen dan konstipasi.
4. Aktivitas dan Latihan
Anoreksia dan muntah dapat membuat pola aktivitas dan latihan
klien terganggu karena terjadi kelemahan dan nyeri.
5. Kognitif dan Persepsi
Biasanya klien akan mengalami pusing pasca bedah sehingga
kemungkinan ada komplikasi pada kognitif, sensorik maupun motorik
6. Istirahat dan Tidur
Biasanya klien mengalami gangguan pola tidur karena nyeri.
7. Persepsi dan Konsep Diri
Payudara merupakan alat vital bagi wanita. Kelainan atau kehilangan
akibat operasi akan membuat klien tidak percaya diri, malu, dan
kehilangan haknya sebagai wanita normal.
8. Peran dan Hubungan
Biasanya pada sebagian besar klien akan mengalami gangguan
dalam melakukan perannya dalam berinteraksi social.
9. Reproduksi dan Seksual
Biasanya akan ada gangguan seksualitas klien dan perubahan pada
tingkat kepuasan.
10. Koping dan Toleransi Stress
Biasanya klien akan mengalami stress yang berlebihan, denial dan
keputusasaan.
11. Nilai dan Keyakinan
Diperlukan pendekatan agama supaya klien menerima kondisinya
dengan lapang dada.
2.2 Intervensi Keperawatan
No Diagnosa SLKI SIKI
1 Gangguan Integritas 1. Integritas jaringan: Perawatan Luka
Kulit kulit dan membran 1. Angkat balutan dan
mukosa plester perekat
Definisi: Kerusakan Rasional:
kulit (dermis dan/ atau Kriteria hasil: menghindari resiko
epidermis) atau 1. Suhu kulit sekitar infeksi akibat dari
jaringan (membrane luka dalam rentang balutan yang sudah
mukosa, kornea, fasia, normal (skala 4) lama terpasang
otot, tendon, tulang, 2. Hidrasi sekitar luka 2. Monitor
kartilago, kapsul sendi normal (skala 5) karakteristik luka,
dan/ atau ligament). 3. Perfusi jaringan termasuk drainase,
adekuat (skala 4) warna, ukuran dan bau
Penyebab: 4. Integritas kulit Rasional:
1. Perubahan sirkulasi membaik (skala 4) mengetahui
2. Perubahan status 5. Tidak tampak perkembangan
nutrisi nekrosis (skala 4) karakteristik dari
(kelebihan atau 6. Tidak ada luka
kekurangan) pigmentasi 3. Bersihkan dengan
3. Kekurangan/ abnormal (skala 5) NaCl atau pembersih
kelebihan volume yang tidak beracun,
cairan dengan tepat
4. Penurunan mobilitas 4. Berikan perawatan
5. Bahan kimia iritatif ulkus pada kulit yang
6. Suhu lingkunan yang diperlukan
ekstrem 5. Berikan balutan
7. Faktor mekanis (mis: sesuai dengan jenis
penekanan pada luka
tonjolan 6. Pertahankan teknik
tulang, gesekan) atau balutan steril ketika
faktor elektris melakukan perawatan
(elektrodiatermi, luka dengan tepat
energy 7. Periksa luka setiap
listrik bertegangan kali perubahan balutan
tinggi) 8. Bandingkan dan
8. Efek samping terapi catat setiap perubahan
radiasi luka
9. Kelembapan 9. Dokumentasikan
10. Proses penuaan lokasi luka, ukuran
11. Neuropati perifer dan tampilan
12. Perubahan
pigmentasi Monitor Tanda-tanda
13. Perubahan vital
hormonal 1. Monitor tekanan
14. Kurang terpapar darah, nadi, suhu, dan
informasi tentang statu pernafasan
upaya Rasional:
mempertahankan/ Mengetahui keadaan
melindungi integritas statuskondisi pasien
jaringan secara umum
2. Monitor dan
Gejala dan Tanda laporkan tanda dan
Mayor gejala hipotermia dan
a. Subjektif hipertermia
(tidak tersedia) Rasional:
b. Objektif Memantau dan
1. Kerusakan jaringan mencegah adanya
dan/ atau lapisan kulit perubahan suhu secara
drastis
Gejala dan Tanda 3. Monitor warna
Minor kulit, suhu, dan
a. Subjektif kelembapan
(tidak tersedia) Rasional:
b. Objektif Mengetahui adanya
1. Nyeri tanda-tanda perubahan
2. Perdarahan yang terjadi pada kulit
3. Kemerahan 4. Periksa secara
4. Hematoma berkala keakuratan
instrument yang di
gunakan untuk
perolehan data pasien
Rasional:
Memastikan instrumen
pengukuran tidak rusak
dan hasil yang
ditunjukan akurat

2.3 Implementasi Keperawatan


Menurut Gordon (1994) dalam Potter & Perry (2011)
mengemukakan bahwa implementasi keperawatan adalah urutan tindakan
yang dilaksanakan oleh perawat berdasarkan Standar Operasiona
Prosedur (SOP) yang telah ditetapkan untuk membantu klien dalam
menghadapi masalah kesehatannya, supaya lebih baik dan mendapatkan
hasil yang diharapkan dengan berpedoman pada kriteria hasil.
Merupakan pengelolaan dari perwujudan intervensi meliputi kegiatan
yaitu validasi, rencana keperawatan, mendokumentasikan rencana,
memberikan askep dalam pengumpulan data, serta melaksanakan advis
dokter sesuai ketentuan rumah sakit.
2.4 Evaluasi Keperawatan
Sedangkan evaluasi keperawatan yang diungkapkan oleh Wijaya &
Putri (2013) adalah kesimpulan terakhir berdasarkan perbandingan
sistematis dari rencana tindakan keperawatan yang dilakukan berdasarkan
tujuan yang sudah ditetapkan, sehingga tercapainya kesembuhan pasien. Hal
tersebut karena keterlibatan pasien dan kerja sama yang baik dengan sesame
petugas kesehatan.
Menurut Manurung (2011), evaluasi keperawatan merupakan kegiatan
yang secara berkala dilakukan untuk menentukan apakah rencana
keperawatan efektif dan bagaimana rencana keperawatan dilanjutkan,
merevisi rencana atau menghentikan rencana keperawatan. Tahap Evaluasi
Menurut Ali (2009) dalam (Sharfina, 2018) yaitu terdapat beberapa tahap
evaluasi keperawatan yaitu:
1. Membaca ulang diagnosa keperawatan, rencana keperawatan, dan
intervensi keperawatan.
2. Mengidentifikasi tolak ukur keberhasilan yang akan digunakan untuk
mengukur tingkat keberhasilan atau tingkat pencapaian tujuan, seperti:
a) Tekanan darah normal 120/80 mmHg.
b) Mampu mandi sendiri minimal dua kali/hari.
c) Mampu menyebut dengan benar minimal tiga cara mencegah penyakit
ca mamae.
3. Mengumpulkan data atau mengkaji kembali pencapaian hasil sesuai
dengan tolak ukur keberhasilan atau kesesuaian proses pelaksanaan
asuhan keperawatan dengan standar/ rencana keperawatan, misalnya
hasil pengukuran tekanan darah 100/60, klien Ali hanya mampu mandi
sendiri satu kali dalam satu hari atau mampu menyebut satu cara
pencegahannya.
4. Mengevaluasi pencapaian tujuan dengan cara sebagai berikut:
a) Penilaian hasil, yaitu membandingkan hasil (output) yang dicapai
dengan standar/tujuan yang telah ditetapkan.
b) Penilaian proses, yaitu mambandingkan proses pelakasaan dengan
standar prosedur atau rencana yang telah ditetapkan.
5. Cari penyebab ketidakberhasilan atau penyimpangan prosedur untuk
bahan penyesuaian/ modifikasi rencana keperawatan.
6. Modifikasi rencana keperawatan. Apabila ada tujuan telah tercapai,
kegiatan dapat diarahkan pada masalah lain, misalnya pencegahan atau
promosi kesehatan atau promosi kesehatan atau diagnosis keperawatan
yang lain. Apabila tujuan belum tercapai, perlu dilakukan modifikasi
rencana keperawatan dapat dihentikan. Jika masalah telah teratasi
semuanya, asuhan keperawatan dapat dihentikan. Oleh sebab itu, pada
umumnya dalam catatan keperawatan terdapat lebih dari 1 diagnosa.

2.5 Diagnosa Keperawatan

1. Nyeri akut
2. Risiko infeksi
3. Pola napas tidak efektif
4. Defisit nutrisi
5. Risiko gangguan integritas kulit/ jaringan
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
3. Laporan Asuhan Keperawatan

3.1 Pengkajian

3.1.1 Identitas Umum


Nama : Ny. S

Umur : 44 tahun
Agama : Islam

Alamat : Wonosalam, Jombang


Pendidikan : SMP

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

Suku bangsa : Jawa


Tanggal MRS : 11 Januari 2022
Dx : Ca Mamae Post Op MRM
NoRM : 532578
Tanggal Pengkajian : 13 Januari 2022

3.1.2 Keluhan Utama


Pasien mengatakan nyeri pada luka operasi akibat dari benjolan yang terdapat
pada payudara sebelah kiri.

3.1.3 Riwayat Penyakit Sekarang


Pasien diantar keluarga yakni suaminya, MRS ke UGD RSUD Jombang pada
hari selasa tanggal 11 Januari 2022 dengan anamnesa keluhan nyeri pada
payudara kiri dan terdapat benjolan. Benjolan di rasakan dan di sadari
pembesarannya sejak 2 tahun yang lalu, dan semakin lama semakin beertambah
besar. Px di pindah ke bima sekaligus mendapatkan jadwad operasi pada tanggal
12 Januari 2022 dengan prosedur pembedahan MRM (Mastektomi Radikal
Modifikasi).

3.1.4 Riwayat Penyakit Masa Lalu


Pasien tidak memiliki riwayat penyakit masa lalu.
3.1.5 Riwayat Kesehatan Keluarga
Ada riwayat penyakit hipertensi

3.1.6 Pola Aktivitas Sehari-Hari

No Pola Aktivitas Sebelum MRS Saat MRS


Sehari-hari

1. Pola Tidur dan Tidur siang 1-2 jam Pasien tidak mengalami
Istirahat gangguan masalah tidur.
Tidur malam 7-8 jam
Dapat tidur nyenyak 2-3 jam
pada siang hari, dan 2-8 jam
pada malam hari.

2. Pola Makan dan Makan 3x sehari dengan porsi Makan 3x sehari,


Minum pada umumnya mengahbiskan porsi RS

Minum banyak 1,5L-2L Minum sedikit 500-700cc

3. Pola Eliminasi BAB 1 kali sehari, dan Belum BAB sejak post op

BAK 7 kali sehari BAK 500-750cc dalam 1


hari, karena terpasang
kateter.

4. Pola Kebersihan Pasien mandi 2-3 kali sehari Pasien hanya diseka oleh
Diri di pagi hari, siang, dan sore keluarga 2 kali sehari pada
hari. waktu pagi dan sore hari.
Cuci rambut dan oral
hygiene belum dilakukan.

5. Pola Kegiatan Pasien beraktivitas seperti ibu Pasien hanya berktivitas di


rumah tangga pada bed RS karena kondisi post
umumnya. op yang belum
memungkikan untuk
beraktivitas

6. Pola Konsep Diri Pasien beraktivitas dengan Pasien merasa senang


teratur, bahagia dengan karena keluarga yang
aktivitasnya dan berperan mendapingi ada lebih dari 2
sebagai seorang istri dan ibu. orang.

7. Pola Seksual Pasien memiliki 2 orang anak Pasien hanya berbaring di


bed

8. Pola Koping Stress Pasien biasanya melalakukan Pasien merasa baik-baik


jalan-jalan di pagi hari saja karena ada dukungan
sebagai pengalihan stress atau yang besar dari suami dan
masalah di sawah/ ladang keluarga

3.1.7 Data Psikososial

Pasien tinggal bersama suami dan anak, hubungan antar anggota keluarga
berjalan dengan baik

3.1.8 Data Spiritual


Support sistem dalam keluarga sangat baik, antar anggota keluarga saling
mendukung, kegiatan keagamaan dilakukan sendiri-sendiri oleh pribadi dalam
keluarga.

3.2 Pemeriksaan Fisik


No Pemeriksaan Hasil

1. Keadaan Umum Keadaan umum lemah, GCS 456

2. Tanda-TandaVital Tekanan darah 140/80 mmHg, Frekuensi nadi


80x/mnt, Frekeuensi napas 18x/mnt, Suhu 36oC,
SPO2 99%
3. Kepala dan Leher Inspeksi: Bentuk kepala oval, simetris, kulit kepala
bersih sedikit berminyak, warna rambut hitam
kemerahan, tekstur tipis dan bercabang, tidak
terdapat lesi dan benjolan.

Palpasi: Tidak terdapat nyeri tekan, tidak teraba


pembesaran vena jugularis

4. Mata Inspeksi: Mata simetris, sklera sedikit keruh, pupil


isokhor, berwarna hitam, tidak ada benjolan di
kelopak mata, tidak terdapat gangguan penglihatan,

Palpasi: tidak teraba nyeri tekan dan benjolan

5. Hidung Inspeksi: Simetris, tampak bersih, tidak terdapat


sekret dan polip, tidak terpasang selang NGT, tidak
ada lesi dan benjolan, tidak terdapat suara napas
cuping hidung.

Palpasi: tidak teraba benjolan dan nyeri tekan

6. Telinga Inspeksi: Simetris, tidak terdapat kelainan


bentuk,bersih, tidak terdapat cairan keluar dari
telinga, tidak menggunakan alat bantu pendengaran,
tidak terdapat lesi dan benjolan

Palpasi: Tidak teraba nyeri tekan dan benjolan

7. Mulut Inspeksi: Mulut sedikit kotor, tidak terdapat karies


gigi, tidak terdapat peradangan pada mulut dan tonsil,
gusi tidak berdarah, bibir kering.

Palpasi: Tidak teraba nyeri tekan dan benjolan

8. Integumen Inspeksi: Kulit lembab, warna kuning langsat dan


tampak pucat, tidak terdapat kemerahan, tidak
ditemukan luka dekubitus

Palpasi: Ditemukan nyeri tekan lokal pada daerah


bekas pengambilan sampel darah

9. Thorax Inspeksi: Dada simetris, terdapat luka sayat post op


pada payudara kiri tertutup dressing, terpasang drain
MRM konsistensi cair berwarna kemerahan sebanyak
±70cc

Palpasi: terdapat nyeri tekan pada luka sayat post op

Perkusi: Tidak terkaji

Auskltasi: Tidak terdapat suara napas tambahan

10. Abdomen Inspeksi: Pasien tidak gemuk dan tidak kurus, tidak
terdapat lesi dan benjolan

Palpasi: Tidak ditemukan nyeri tekan

Auskultasi: Bising usus 30x/mnt

Perkusi: Tidak terkaji

11. Genetalia Inspeksi: Terpasang kateter, bersih, terdapat rambut


halus, tidak terdapat lesi dan benjolan

Palpasi: Tidak teraba benjolan dan nyeri tekan, tidak


terdapat pembesaran hemoroid

12. Neurologi GCS 456, Compos Metis

3.3 Pemeriksaan Penunjang


Hasil laboratorium darah lengkap 11 Januari 2022

No Pemeriksaan Hasil Nilai Normal


1. MCV 95,8 82-92 fl

2. Segmen 37 50-70%

3. Monosit 18 2-8 %

4. Retikulosit 0,30 0,5-1,5 %

5. Immature platelet 0,9 1,1-6,1 %

3.4 Penatalaksanaan
Instruksi Post Op :

1. Cairan infus tutofusin 1500 L/24 jam

2. Inj. Ibuprofen 3x4 g / PZ 1000 ml/15 tpm

3. Inj. Ceftriaxone 3x1 g IV (1x24 jam)

4. Inj. Vit K 3x1 ampul IV

5. Inj. Asam traneksamat 3x500 mg IV


3.5 Analisa Data

Nama : Ny. S Dx. Medis : Ca Mamae Post Op MRM


No. Register : 532578 Ruang : Bima

NO DATA MASALAH ETIOLOGI

1 Ds: px mengatakan Nyeri akut Agen pencedera fisik


nyeri pada luka
operasi

Do:

 TD 140/80 mmHg
 RR 18 x/menit
 N: 80 x/menit
 S: 36oC
 Px sesekali tampak
meringis
 P: post op MRM
 Q: seperti terbakar
 R: mamae sinistra
 S: 3
 T: saat bergerak
3.6 Diagnosa Keperawatan

Nama : Ny. S Dx. Medis : Ca Mamae Post Op MRM


No. Register : 532578 Ruang : Bima

Kategori dan Gejala dan Tanda Mayor Gejala dan Tanda Minor
No Diagnosa
sub kategori Subjektif Objektif Subjektif Objektif

1) Nyeri akut Kategori -mengeluh -tampak Tidak -tekanan darah


b.d agen psikologis nyeri meringis tersedia meningkat
pencedera
fisik Subkategori -gelisah -pola napas
nyeri dan berubah
kenyamanan
-proses
berpikir
terganggu
3.7 Intervensi Keperawatan
Nama : Ny. S Dx. Medis : Ca Mamae Post Op MRM
No. Register : 532578 Ruang : Bima

NO. DIAGNOSA SLKI SIKI


KEPERAWATAN

1 Nyeri akut b.d agen Luaran utama: Intervensi utama:


pencedera fisik
1. Tingkat nyeri 1. Manajemen nyeri
Definisi:
Pengalaman sensorik a. Keluhan nyeri a. Observasi
atau emosional yang cukup munurun  Identifikasi lokasi,
berkaitan dengan (4) karakteristik, durasi,
kerusakan jaringan b. Meringis frekuensi, kualitas,
aktual atau menurun (5) intensitas nyeri
fungsional, dengan c. Tekanan darah  Identifikasi skala
onset mendadak atau menurun (5) nyeri
lambat dan  Identifikasi respon
Luaran tambahan:
berintensitas ringan nyeri non-verbal
hingga berat yang 2. Kontrol nyeri b. Terapeutik
berangsung kurang  Berikan teknik non-
dari 3 bulan. a. Melaporkan nyeri farmakologis untuk
terkontrol cukup mengurangi rasa nyeri
Kategori:Psikologis meningkat (4)  Pertimbangkan jenis
b. Kemampuan dan sumber nyeri
Subkategori: Nyeri
menggunakan dalam pemilihan
dan kenyamanan
teknik non- strategi meredakan
farmakologis nyeri
meningkat (5) c. Edukasi
c. Keluhan nyeri  Jelaskan strategi
menurun (5) meredakan nyeri
 Ajarkan teknik non-
farmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
d. Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian
analgetik

Intervensi pendukung:
2. Edukasi teknik napas
a. Observasi

 Identifikasi kesiapan
dan kemampuan
menerima informasi
b. Terapeutik

 Sediakan materi dan


media pendidikan
kesehatan
 Berikan kesempatan
untuk bertanya
c. Edukasi

 Jelaskan tujuan dan


manfaat teknik napas
 Jelaskan prosedur
teknik napas
 Anjurkan
memposisikan tubuh
senyaman mungkin
 Anjurkan menutup
mata dan
berkonsentrasi
 Ajarkan melakukan
inspirasi dengan
menghirup udara
melalui hidung secara
perlahan
 Ajarkan melakukan
ekspirasi dengan
menghembuskan
udara melalui mulut
mecucu secara
perlahan
 Demonstrasikan
menarik napas selama
4 detik, menaha napas
selama 2 detik dan
menghembuskan
napas selama 8 detik
3.8 Implementasi Keperawatan
Nama : Ny. S Dx. Medis : Ca Mamae Post Op MRM
No. Register : 532578 Ruang : Bima

NO. DIAGNOSA TANGGAL IMPLEMENTASI


KEPERAWATAN /JAM

1 Nyeri akut b.d agen 13 Januari 2022 Tindakan Keperawatan


pencedera fisik 1. Mengidentifikasi lokasi nyeri
14.00 Respon: nyeri pada luka post op
2. Mengidentifikasi skala nyeri
Respon: skala nyeri 3
14.15 3. Mengidentifikasi respon nyeri
Repon: px tampak meringis sesekali
4. Kolaborasi dengan tim medis
Respon:
14.30  Inj. Ibuprofen 3x4 g / PZ 1000
ml/15 tpm
 Inj. Ceftriaxone 3x1 g IV (1x24
15.00 jam)
 Inj. Vit K 3x1 ampul IV
 Inj. Asam traneksamat 3x500
mg IV
5. Memposisikan semi fowler atau fowler
Respon: px tampak nyaman
6. Memonitor tanda-tanda vital
Respon:
 TD: 120/90 mmHg
 N: 86 x/menit
 S: 36,8˚C
 RR: 20 x/menit
 SPO2: 99%
17.00 7. Mengajarkan teknik non farmakologis
mengurangi rasa nyeri, napas dalam
Respon: px memahami teknik yang
diajarkan
18.00
19.00

2 Nyeri akut b.d agen 14 Januari 2022 Tindakan Keperawatan


pencedera fisik 1. Mengidentifikasi lokasi nyeri
14.00 Respon: nyeri pada luka post op
2. Mengidentifikasi skala nyeri
Respon: skala nyeri 3
14.15 3. Mengidentifikasi repson nyeri
Respon: px masih tampak meringis
4. Kolaborasi dengan tim medis
Respon:
14.30  Inj. Ceftriaxone 3x1 g IV (1x24
jam)
 Inj. Vit K 3x1 ampul IV
15.00  Inj. Asam traneksamat 3x500
mg IV
5. Memonitor tanda-tanda vital
Respon:
 TD: 110/70 mmHg
 N: 84 x/menit
 S: 37,5˚C
 RR: 20 x/menit
 SPO2: 96%
6. Memposisikan semi fowler atau fowler
17.00 Respon: px tampak nyaman
7. Mengidentifikasi teknik non-
farmakologis
Respon: px memahami dan dapat
mengontrol nyeri saat onset dirasakan
18.00

19.00

3 Nyeri akut b.d agen 15 Januari 2022 Tindakan Keperawatan


pencedera fisik 1. Mengidentifikasi lokasi nyeri
14.00 Respon: nyeri pada luka post op
2. Mengidentifikasi skala nyeri
Respon: skala nyeri 3
14.15 3. Mengidentifikasi respon nyeri
Respon: px tampak jauh lebih baik
4. Kolaborasi dengan tim medis
Respon:
14.30  Inj. Ceftriaxone 3x1 g IV (1x24
jam)
 Inj. Asam traneksamat 3x500
15.00 mg IV
5. Memposisikan semi-fowler atau fowler
Respon: px merasa lebih nyaman
6. Memonitor tanda-tanda vital
Respon:
 TD: 110/80 mmHg
 N: 86 x/menit
 S: 36,6˚C
 RR: 20 x/menit
17.00  SPO2: 99%
7. Mengidentifikasi teknik non
farmakologis
18.00 Respon: px merasa jauh lebih baik dari
sebelumnya
19.00
3.9 Evaluasi Keperawatan
Nama : Ny. S Dx. Medis : Ca Mamae Post Op MRM
No. Register : 532578 Ruang : Bima

Dx Kep Hari Tanggal EVALUASI

Nyeri akut 13 Januari 2022 S: Px mengatakan nyeri luka operasi pada payudara
b.d agen sebelah kiri.
pencedera
fisik O: B1: napas spontan, sesak (-), RR 20 x/menit, SPO2:
99%
B2: akral hangat, TD: 120/90 mmHg, N: 86
x/menit, S: 36,8˚C
B3: kesadaran composmentis, GCS 456
B4: BAK spontan
B5: Abdomen supel, BU (-)
B6: tidak ada kelemahan otot, terdapat lesi luka
post operasi tertutup dressing pada mamae sinistra,
terpasang drain MRM konsistensi cair berwarna
kemerahan sebanyak ±70cc
A: Nyeri akut
P: Intervensi dilanjutkan
-Identifikasi lokasi nyeri
-Identifikasi skala nyeri
-Identifikasi respon nyeri
-Identifikasi terapi non-farmakologis
-Kolaborasi dengan tim medis
-Posisikan semi-fowler atau fowler

Nyeri akut 14 Januari 2022 S: Px mengatakan nyeri luka operasi pada payudara
b.d agen sebelah kiri.
pencedera
fisik O: K/U cukup
B1: napas spontan, sesak (-), RR 20 x/menit, SPO2
97%
B2: akral hangat, CRT <2 detik, TD: 110/70
mmHg, N: 84 x/menit, S: 37,5˚C
B3: kesadaran composmentis, GCS 456
B4: BAK spontan
B5: Abdomen supel, BU (+)
B6: tidak ada kelemahan otot, terdapat lesi luka
post operasi tertutup dressing pada mamae sinistra,
terpasang drain MRM konsistensi cair berwarna
kemerahan sebanyak ±70cc
A: Nyeri akut
P: Intervensi dilanjutkan
-Identifikasi lokasi nyeri
-Identifikasi skala nyeri
-Identifikasi respon nyeri
-Identifikasi terapi non-farmakologis
-Kolaborasi dengan tim medis
-Posisikan semi-fowler atau fowler

Nyeri akut 30 Desember S: Px mengatakan onset nyeri pada luka operasi pada
b.d agen 2021 payudara sebelah kiri lebih berkurang dan merasa
pencedera jauh lebih baik dari sebelumnya.
fisik
O: K/U cukup
B1: napas spontan, sesak (-), RR 20 x/menit, SPO2
98%
B2: akral hangat, CRT <2 detik, TD: 110/80
mmHg, N: 80 x/menit, S: 36,5˚C
B3: kesadaran composmentis, GCS 456
B4: BAK spontan
B5: Abdomen supel, tidak ada mual muntah
B6: tidak ada kelemahan otot, terdapat lesi luka
post operasi tertutup dressing pada mamae sinistra,
pemasangan drain telah dilepas
A: Nyeri akut
P: Masalah teratasi sebagian, intervensi dilanjutkan:
-Identifikasi skala nyeri
-Kolaborasi dengan tim medis
DAFTAR PUSTAKA

PPNI, T. P. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI): Definisidan


Indikator Diagnostik ((cetakan II) 1 ed.). Jakarta: DPP PPNI.

PPNI, T. P. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI): Definisidan


Tindakan Keperawatan ((cetakan II) 1 ed.). Jakarta: DPP PPNI.

PPNI, T. P. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI): Definisi dan


Kreteria Hasil Keperawatan ((cetakan II) 1 ed.). Jakarta: DPP PPNI.

Sharfina, D. (2018). Kebijakan Perawat dalam Melakukan Evaluasi Keperawatan di


RS. Keperawatan.

Siregar, D., Pakpahan, M., Togatorop, L. B., Manurung, E. I., Sitanggang, Y. F.,
Annisaa Fitrah Umara, R. M. S., FLorensa, M. V. A., Angin, M. A. P.-, &
Mukhoirotin. (2021). Pengantar Proses Keperawatan, Konsep Teori dan
Aplikasi. Yayasan Kita Menulis.

Anda mungkin juga menyukai