KEPERAWATAN MATERNITAS
Konsep Dasar dan Asuhan Keperawatan Preeklamsia Berat
Dosen Pembimbing:
Diah Ayu Fatmawati, S.Kep., Ns., M.Kes
Di Susun Oleh :
Memi Rosida (7420055)
i
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas rahmat dan hidayah-
Nya akhirnya kami dapat menyelesaikan Makalah Konsep Dasar dan Asuhan
Keperawatan Preeklamsia Berat.
Adapun makalah ini dibuat untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan
Anak, yang diselesaikan sesuai sumber yang diberikan dalam penugasan.
Alhamdulillah, dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT. Atas
rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjuduL
Konsep Dasar dan Asuhan Keperawatan Preeklamsia Berat.
Dalam penyusunan makalah ini, penulis telah mendapatkan bantuan dari
beberapa pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan beribu terima kasih
kepada:
1. Rektor Unipdu Jombang : Prof. Dr. H. Ahmad Zahro, MA
2. Dekan FIK: : Pujiyani, S.Kep.Ns.M.Kes.
3. Kaprodi Profesi Ners : Muhamad Rajin S.Kep.Ns.M.Kes.
4. Dosen pembimbing : Diah Ayu Fatmawati, S.Kep., Ns., M.Kes
Semoga dengan makalah ini dapat menunjang dalam proses belajar.
Penulispun menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna.
Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun penulis harapkan dari pembaca
makalah ini.
Semoga makalah ini dapat menambah wawasan pembaca agar mengetahui atau
menambah wawasan tentang Konsep Dasar dan Asuhan Keperawatan
Preeklamsia Berat.
Akhirnya penulis memohon petunjuk dan perlindungan kepada Allah
SWT. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi
pembaca pada umumnya.
Lamongan, 28 September 2020
(penyusun)
ii
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI .......................................................................................................... iii
BAB I .......................................................................................................................1
PENDAHULUAN ...................................................................................................1
1.1 Latar Belakang ...............................................................................................1
1.2 Rumusan masalah ...........................................................................................4
1.3 Tujuan penelitian .......................................................................................4
1.3.1 Tujuan umum ..........................................................................................4
1.3.2 Tujuan kusus ...........................................................................................4
1.4 Manfaat Penelitian .....................................................................................4
BAB II ......................................................................................................................6
KONSEP TEORI .....................................................................................................6
2.1 Pengertian Preeklampsia ................................................................................6
2.2 Manefistasi Klinis ..........................................................................................7
2.3 Etiologi ...........................................................................................................8
2.4 Patofisiologi .................................................................................................14
2.5 Pathway ...................................................................................................16
2.6 Faktor Risiko ................................................................................................17
2.6 Pemeriksaan diagnostik ...........................................................................25
2.7 Komplikasi ...................................................................................................26
2.8 Penatalaksanaan ...........................................................................................31
BAB III ..................................................................................................................37
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN PREEKLAMSIA BERAT ....................37
3.1 Pengkajian ....................................................................................................37
3.2 Diagnosa Keperawatan.................................................................................44
3.3 ntervensi Keperawatan .................................................................................46
3.4 Implementasi ................................................................................................53
3.5 Evaluasi ........................................................................................................53
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................54
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kesehatan ibu merupakan salah satu isu yang diperhatikan oleh dunia
kesehatan secara global. Sustainable Development Goals (SDGs) yang
disepakati oleh dunia internasional pun mengangkat isu kesehatan ibu di
dalam poin ketiga. World Health Organization (WHO) memperkirakan
sebanyak 585.000 perempuan meninggal setiap hari akibat komplikasi
kehamilan, proses persalinan, dan aborsi yang tidak aman. Sekitar delapan
juta perempuan per tahun mengalami komplikasi kehamilan dan lebih dari
setengah juta diantaranya meninggal dunia, dimana 99% terjadi di negara
berkembang. Angka kematian akibat komplikasi kehamilan dan persalinan di
negara maju yaitu 1 dari 5000 perempuan, dimana angka ini jauh lebih
rendah dibandingkan di negara berkembang, yaitu 1 dari 11 perempuan
meninggal akibat komplikasi kehamilan dan persalinan (Kemenkes, 2015).
Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia masih merupakan salah satu
yang tertinggi di negara Asia Tenggara. Berdasarkan Survei Demografi dan
Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012, AKI Indonesia mengalami
peningkatan yang signifikan yaitu mencapai angka 359/100.000 kelahiran
hidup, jauh meningkat dari AKI pada tahun 2007 yaitu sebanyak
228/100.000 kelahiran hidup. Berdasarkan prediksi Biro Sensus
Kependudukan Amerika, penduduk Indonesia akan mencapai 255 juta
pada tahun 2015 dengan jumlah kehamilan berisiko sebesar 15-20 % dari
seluruh kehamilan (SDKI, 2013)
Menurunkan AKI menjadi salah satu prioritas utama dalam
pembangunan kesehatan di Indonesia. Tingginya AKI masih merupakan
masalah kesehatan di Indonesia dan juga mencerminkan kualitas pelayanan
kesehatan selama kehamilan dan nifas. Setiap kehamilan, dalam
perkembangan mempunyai risiko mengalami penyulit atau komplikasi.
Sehingga, pemerintah memberikan pelayanan antenatal care berkualitas
yang didalamnya terdapat pemeriksaan deteksi dini risiko komplikasi.
Pemerintah menargetkan penurunan AKI pada angka 70 per 100.000
1
kelahiran pada tahun 2030 (Kemenkes, 2010).
Kematian ibu di Indonesia masih didominasi oleh tiga penyebab utama
yaitu perdarahan, hipertensi dalam kehamilan (HDK), dan infeksi. Namun
proporsinya telah berubah, dimana perdarahan dan infeksi cenderung
mengalami penurunan sedangkan HDK (preeklampsia dan eklampsia)
proporsinya semakin meningkat. WHO memperkirakan kasus preeklampsia
tujuh kali lebih tinggi di negara berkembang daripada di negara maju.
Prevalensi preeklampsia di negara maju adalah 1,3%-6%, sedangkan di
Negara berkembang adalah 1,8%-18%.6 Insiden preeklampsia di Indonesia
sendiri adalah 128.273/tahun atau sekitar 5,3%. Kematian ibu di Indonesia
pada tahun 2013 disebabkan oleh HDK (preeklampsia dan eklampsia)
sebesar 27,1%.
Preeklampsia adalah hipertensi yang timbul setelah 20 minggu
kehamilan disertai dengan proteinuria. Preeklampsia itu sendiri menjadi
faktor risiko terjadinya komplikasi pada ibu dan bayi. Komplikasinya adalah
eklampsia, edema paru, abrupsio plasenta, oligohidramnion dan dapat
menyebabkan kematian ibu. Dampak jangka panjang juga dapat terjadi pada
bayi yang dilahirkan dari ibu dengan preeklampsia, seperti berat badan lahir
rendah akibat persalinan prematur atau mengalami pertumbuhan janin
terhambat, fetal distres, serta turut menyumbangkan besarnya angka
morbiditas dan mortalitas perinatal (POGIHKFM, 2016)
Penyakit hipertensi dalam kehamilan merupakan penyebab tersering
kedua morbiditas dan mortalilas perinatal. Bayi dengan berat badan lahir
rendah atau mengalami pertumbuhan janin terhambat juga memiliki risiko
penyakit metabolik pada saat dewasa. Preeklampsia juga merupakan faktor
risiko untuk penyakit kardiovaskuler dan penyakit metabolik pada wanita di
masa depan. Selain itu ibu hamil dapat mengalami stroke,
disseminated intravascular coagulation, perdarahan, edema paru, dan
insufisiensi ginjal. Sehingga permasalahan preeklampsia merupakan
ancaman besar bagi ibu maupun janin yang dikandungnya (Robert et all,
2012)
Penangganan preeklampsia dan kualitasnya di Indonesia masih beragam
2
di antara praktisi dan rumah sakit. Pemberi layanan kesehatan sebaiknya
mengupdate ilmu sehingga pelayanan kesehatan dapat ditingkatkan. Salah
satunya adalah ilmu tentang mendiagnosis preeklampsia yang berkembang
cukup pesat, sehinggga terkadang di daerah masih terlambat mengetahui
ilmu terbaru ini. Sekarang tidak ada lagi pengklasifikasian preeklampsia
ringan dan preeklampsia berat, berdasar ilmu terbaru yaitu preeklampsia dan
preeklampsia berat (POGIHKFM, 2016).
Penyebab pasti dari preeklamsia masih belum diketahui, namun
beberapa penelitian menyebutkan beberapa faktor yang dapat menunjang
terjadinya preeklamsia yaitu gizi buruk, kegemukan dan gangguan aliran
darah ke rahim. Dari faktor-faktor pada reeklamsia tersebut menimbulkan
gejala-gejala peerklamsia yang meliputi nyeri kepala hebat bagian depan
mata berkunang-kunang, nyeri perut bagian ulu hati, nengkak pada wajah
dan kaki,BB meningkat setiap minggu (NANDA, 2015). Walaupun edema
tidak lagi menjadi bagian kriteria diagnosis preeklamsia, namun adanya
penumpukan cairan secara berlebihan di jaringan tubuh harus tetap waspada.
Edema dapat menyebabkan kenaikan berat badan tubuh. Apabila kenaikan
berat badan melebihi normal, perlu dicurigai timbulnya
preeklamsia.
Preeklamsia pada perkembangan dapat berkambang menjadi eklamsia,
yang dapat ditandai dengan timbulnya kejang atau konvulsi.komplikasi
berupa peningkatan kerja ginjal. Nutrisi dan oksigen bagian pertumbuhan
janin disuplai ibu, bila suplai terganggu bayi bisa meninggal dan kurang
gizi. Bila bayi masih hidup dan lahir dengan selamat berat badannya sangat
rendah dan ukuran bayi sangat kecil (Mukhtar, 2012). Dampak dari
preeklamsi itu sendiri dapat merusak otak, paru-paru, jantung, ginjal, dan
kematian pada janin. Pre- eklamsia berat dapat mengakibatkan kerusakan
pada organ tubu, gangguan berfungsu perfusi plasenta yang dapat
menimbulkan gangguan pertumbuhan plansenta karena penurunan plasenta
dalam sirkulasi dan terjadi peningktan pada hematokrit sehingga banyak
dilakukan operasi section caesarea. Dari dilakukannya tindakan operasi
section caesarea muncul masalah yang biasanya dirasakan pada pasien post
3
op yaitu nyeri pada luka operasi (NANDA, 2016).
4
2. Secara praktis, tugas akhir ini akan bermanfaat bagi:
a. Bagi pelayanan keperawatan di rumah sakit
Hasil studi kasus ini, dapat menjadi masukan bagi pelayanan di
RS agar dapat melakukan asuhan keperawatan pada pasien dengan
indikasi Pre-eklamsi berat.dengan baik.
b. Bagi penelitian.
Hasil penelitian ini dapa menjadi salah satu rujukan bagi
penelitian berikutnya, yang akan melakukan studi kasus pada asuhan
keperawatan pada pasien dengan indikasi Pre-eklamsi berat.
c. Bagi profesi kesehatan
Sebagai tambahan ilmu bagi profesi keperawatan dan
memberikan pemahaman yang baik tentang asuhan keperawatan
pada pasien dengan indikasi Pre-eklamsi berat.
5
BAB II
KONSEP TEORI
2.1 Pengertian Preeklampsia
Preeklampsia adalah hipertensi yang timbul setelah 20 minggu
(Saifudin, 2009)
yang baru dan proteinuria yang baru. Namun, dua kriteria ini dianggap
(POGIHKFM, 2016).
insufisiensi ginjal (peningkatan serum kreatinin lebih besar dari 1,1 mg/dL
atau dua kali lipat dari kreatinin serum dengan tidak adanya penyakit ginjal
6
lainnya), edema paru, nyeri kepala, dan gangguan penglihatan.
(POGIHKFM, 2016).
mmHg atau lebih, tekanan diastolik 90 mmHg atau lebih, atau keduanya.
dalam 24 jam atau rasio protein diukur untuk kreatinin dalam urin tunggal
negatif palsu dan harus digunakan ketika metode kuantitatif tidak ada atau
keputusan yang cepat diperlukan. Eklampsia adalah fase kejang dan salah
satu manifestasi yang lebih parah dari preeklampsia. hal ini sering didahului
dengan tanda sakit kepala berat dan hiperrefleksia, tetapi itu dapat terjadi
7
besar. Proteinuria merupakan tanda pada preeklampsia karena kehilangan
hipoproteinemia.
4. Gangguan ginjal: keratin serum > 1,1 mg/dL atau didapatkan peningkatan
kadar kreatinin serum pada kondisi dimana tidak ada kelainan ginjal
lainnya.
5. Edema Paru
penglihatan
(Cuningham et all,2013).
2.3 Etiologi
Penyebab hipertensi dalam kehamilan hingga kini belum diketahui
dalam kehamilan.
8
endometrium menjadi arteri basalis dan arteri basalis memberi cabang
Pada hamil normal, dengan sebab yang belum jelas, terjadi invasi
Akibatnya, aliran darah ke janin cukup banyak dan perfusi jaringan juga
pada lapisan otot arteri spiralis dan jaringan matriks sekitarnya. Lapisan
otot arteri spiralis menjadi tetap kaku dan keras sehingga lumen arteri
9
aliran darah ke uteroplasenta.9
sebagai bahan toksin yang beredar dalam darah, maka dulu hipertensi
dan protein sel endotel. Produksi oksidan atau radikal bebas dalam
antioksidan.9
10
vitamin E pada hipertensi dalam kehamilan menurun, sehingga terjadi
lemak sebagai oksidan/radikal bebas yang sangat toksis ini akan beredar
di seluruh tubuh dalam aliran darah dan akan merusak membran sel
tidak jenuh. Asam lemak tidak jenuh sangat rentan terhadap oksidan
(Cuningham et all,2013).
adanya hasil konsepsi yang bersifat asing. Hal ini disebabkan adanya
trofoblas janin dari lisis pleh sel Natural Killer (NK) ibu. Selain itu,
11
terjadinya invasi trofoblas ke dalam jaringan desidua ibu, disamping
bahwa daya refrakter terhadap bahan vasopresor akan hilang bila diberi
12
prostasiklin. Pada hipertensi dalam kehamilan kehilangan daya
6) Teori Genetik
47% pada kembar. Pada suatu penelitian yang dilakukan Nilson, dkk
all,2013).
ratusan gen yang diwariskan baik dari ayah maupun ibu yang
13
perempuan yang mengalami sindrom preeklampsia akan menempati
suatu titik pada spectrum. Berkaitan, dengan hal ini, ekspresi fenotipik
14
sirkulasi darah ibu, dan akan menyebabkan terjadinya stress oksidatif yaitu
suatu keadaan di mana radikal bebas jumlahnya lebih dominan
dibandingkan antioksidan. Stress oksidatif pada tahap berikutnya bersama
dengan zat toksis yang beredar dapat merangsang terjadinya kerusakan pada
sel endothel pembuluh darah yang disebut disfungsi endothel yang dapat
terjadi pada seluruh permukaan endothel pembuluh darah pada organ-organ
penderita preeklampsia (Uzan et all, 2011).
Pada disfungsi endothel terjadi ketidakseimbangan produksi zat-zat
yang bertindak sebagai vasodilator seperti prostasiklin dan nitrat oksida,
dibandingkan dengan vasokonstriktor seperti endothelium I, tromboxan, dan
angiotensin II sehingga akan terjadi vasokonstriksi yang luas dan terjadilah
hipertensi. Peningkatan kadar lipid peroksidase juga akan mengaktifkan
sistem koagulasi, sehingga terjadi agregasi trombosit dan pembentukan
thrombus. Secara keseluruhan setelah terjadi disfungsi endothel di dalam
tubuh penderita preeklampsia jika prosesnya berlanjut dapat terjadi disfungsi
dan kegagalan organ seperti:
Pada ginjal: hiperurisemia, proteinuria, dan gagal ginjal.
Penyempitan pembuluh darah sistemik ditandai dengan hipertensi.
Perubahan permeabilitas pembuluh darah ditandai dengan oedema paru
dan oedema menyeluruh.
Pada darah dapat terjadi trombositopenia dan koagulopati.
Pada hepar dapat terjadi pendarahan dan gangguan fungsi hati.
Pada susunan syaraf pusat dan mata dapat menyebabkan kejang,
kebutaan, pelepasan retina, dan pendarahan.
Pada plasenta dapat menyebabkan gangguan pertumbuhan janin, hipoksia
janin, dan solusio plasenta. (Manuaba et all, 2013).
15
2.5 Pathway
Nyeri
Tekanan darah ↑ ↓ progesteron Merangsang pertumbuhan
Post partum
& estrogen kelenjar susu
nifas ↑ hormon
prolaktin
Perpusi kejaringan ↓
Kurang informasi
Defisiensi Ejeksi ASI Merangsang laktasi
tentang pearawatan Nutrisi bayi terpenuhi
pengetahuan efektif oksitosin
payudara
Kurang
Aliran darah berkurang Paru informasi
mengenai
Gangguan pertukaran gas prosedur
Penumpukan darah operasi
Co2 menurun ↑ permeabelitas
albumin Timbul edema
Proses perpindahan cairan karena perbedaan tekanan gangguan alveoli Takut
Akral dingin Perpindahan cairan daro ruang intravaskuler ke eksta
Gelisah
Pucat Edema Vasospasme pembuluh darah
Proses cardiac output ↓
Ansietas
↓ pengisian darah di
Gangguan ventrikel kiri
Kelebihan Cairan
perfusi jaringan
16
2.6 Faktor Risiko
Wanita hamil cenderung mudah dan mengalami preeklampsia bila
yang aman untuk kehamilan dan persalinan adalah usia 20-35 tahun.
Preeklampsia lebih sering didapatkan pada masa awal dan akhir usia
reproduktif yaitu usia remaja atau di atas 35 tahun. Umur berisiko (<20
tahun dan >35tahun) lebih besar mengalami preeklampsia. Ibu hamil <20
Pada usia <20 tahun, keadaan alat reproduksi belum siap untuk
eklampsia. Usia >35 tahun menurunnya fungsi organ tubuh salah satunya
ginjal, sehingga menyebabkan protein dalam urin. Ibu hamil dengan usia
sangat muda umur <20 tahun, maupun umur >35 tahun cenderung
17
jaringan, gangguan peredaran darah menuju retroplasenter, sedang tubuh
lipat pada wanita hamil berusia 40 tahun atau lebih baik pada primipara
(RR 1,68 95%CI 1,23-2,29), maupun multipara (RR 1,96 95%CI 1,34-
bermakna. Ibu hamil yang berusia <20 tahun dan >35 tahun berisiko 4,886
preeklampsia berisiko 2,28 kali pada wanita dengan usia <20 tahun
b. Status Gravida
yang hamil untuk pertama kali. Angka kejadian sebanyak 6% dari seluruh
pada wanita yang pertama kali terpapar virus korion. Hal ini terjadi karena
18
terhadap antigen plasenta belum terbentuk secara sempurna, sehingga
terpapar jaringan janin) dan pada ibu hamil dari pasangan yang baru
utama. Menurut Duckitt risiko meningkat hingga 7 kali lipat (RR 7,19
19
riwayat preeklampsia (Bej P et all, 2013).
yang mengatur respon imun maternal. Risiko ibu hamil yang ibunya
e. Hipertensi Kronik
20
serebrovaskular sebelumnya. Gangguan tersebut lebih sering terjadi pada
darah tinggi setelah 30 minggu tanpa disertai gejala lain. Kira- kira 20%
menunjukkan kenaikan yang lebih mencolok dan dapat disertai satu gejala
jaringan.31
lebih tinggi pada usia kehamilan ≥34 minggu (Mahran et all, 2017).
f. Diabetes Melitus
21
Penyakit diabetes melitus merupakan kelainan herediter dengan ciri
kesalahan letak janin, dan insufisiensi plasenta. Pada ibu dengan diabetes
yang terjadi pada wanita hamil berkembang menjadi preeklampsia. Hal ini
22
Hipertensi sering dijumpai dari wanita diabetes dengan penyakit ginjal
g. Kehamilan Ganda
h. Penyakit Jantung
i. Penyakit Ginjal
cairan dan darah yang jumlahnya sangat besar. Pembesaran atau pelebaran
23
ginjal dan pembuluh darah akan membuat ginjal mampu bekerja ekstra.
Pada wanita hamil, ginjal dipaksa bekerja keras sampai ke titik di mana
Wanita hamil dengan gagal ginjal kronik memiliki ginjal yang semakin
menurunnya fungsi ginjal antara lain hipertensi yang semakin tinggi dan
ginjal di dalam darah (seperti potassium, urea, dan keratin). Ibu hamil
juga menderita tekanan darah tinggi. Ibu hamil dengan riwayat ginjal atau
(Saifudin, 2009).
j. Obesitas
komplikasi penyakit terlebih jika diamlami oleh wanita hamil yang mana
akan berdampak buruk baik terhadap ibu maupun janin yang dikandung.
24
Obesitas sebelum kehamilan dan Indeks Massa Tubuh saat pertama
risiko ini semakin besar dengan semakin besarnya IMT pada wanita
2017).
organ lain10,11. Kriteria lain preeklampsia berat yaitu bila ditemukan gejala
dan tanda disfungsi organ, seperti kejang, edema paru, oliguria,
trombositopeni (<100.000/ul), hemolisis mikroangiopati, peningkatan enzim
hati yaitu SGOT dan SGPT, nyeri perut epigastrik atau kuadran kanan atas
dengan mual dan muntah, serta gejala serebral menetap (sakit kepala
persisten, pandangan kabur, penurunan visus atau kebutaan kortikal dan
penurunan kesadaran), edem paru dan /atau gagal jantung kongestif, gagal
ginjal akut yang ditandai dengan oliguria (≤ 500 ml/24 jam) dan kreatinin ≥
1,2 mg/dL dan pada janin terjadi pertumbuhan yang terhambat dan
oligohidramnion (Cuningham, 2013).
Sedangkan kriteria menurut ACOG 2013 preeklampsia berat adalah
peningkatan tekanan darah setelah 20 minggu kehamilan dengan proteinuria
atau salah satu gejala yang memperberat preeklampsia. Tekanan sistolik
darah ≥ 160 mmHg, atau tekanan darah diastolik ≥ 110 mmHg pada dua kali
pemeriksaan dengan interval 4 jam pada pasien istirahat (kecuali
25
antihipertensi terapi dimulai sebelum waktu ini), proteinuria didefinisikan
sebagai ekskresi >300 mg protein urin tamping 24 jam atau rasio protein /
kreatinin minimal 0,3 (masing-masing diukur sebagai mg/dL). Metode
dipstick tidak disarankan untuk digunakan diagnostik kecuali pendekatan
lain tidak tersedia. 1+ dianggap sebagai cutoff untuk diagnosis proteinuria.
Diagnosis preeklampsia berat tidak lagi tergantung pada temuan proteinuria.
Jangan menunda manajemen preeklampsia walaupun tidak ada proteinuria.
Proteinuria masif (>5 g) telah dieliminasi dari pertimbangan preeklampsia
berat (Bilano et all, 2014).
Trombositopenia (trombosit <100.000/mikroliter), fungsi hati terganggu
seperti yang ditunjukkan oleh konsentrasi darah abnormal dari enzim-enzim
hati (dua kali konsentrasi normal), nyeri persisten berat pada kuadran kanan
atas atau epigastrium yang tidak responsif terhadap obat dan tidak
diperhitungkan oleh diagnosis alternatif, atau keduanya, konsentrasi
insufisiensi ginjal yang progresif (serum kreatinin lebih dari 1,1 mg/dL),
edema paru dan gangguan otak atau visual yang akut. Fetal growth restriction
sudah tidak dipakai lagi sebagai temuan indikasi preeklampsia berat (Bilano
et all, 2014).
Kriteria yang di butuhkan untuk mendiagnosis sindrom HELLP adanya
Hemolysis yaitu anemia hemolitik mikroangiopatik dengan apusan darah
perifer abnormal, bilirubin total >1,2 mg/dL atau jumlah laktat dehidrogenase
(LDH) serum >600 U/L. Elevated Liver enzymes dimana Aspartat
aminotransferase >70 U/L atau LDH >600 U/L. Dan Low
1. Komplikasi Maternal
26
a. Eklampsia
(HELLP)
c. Ablasi retina
27
Retinopatia arteriosklerotika pada preeklampsia akan terlihat bilamana
dalam dua hari sampai dua bulan setelah persalinan (Cuningham, 2013).
d. Gagal ginjal
volume plasma sehingga kadar kreatinin plasma hampir dua kali lipat
retensi garam dan juga terjadi retensi air. Filtrasi glomerulus pada
28
menyebabkan dieresis turun. Pada keadaan yang lanjut dapat terjadi
e. Edema Paru
paru disebabkan oleh payah jantung kiri, kerusakan sel endotel pada
(Cuningham, 2013).
f. Kerusakan hati
kapsul hati. Hal ini dirasakan oleh ibu sebagai nyeri epigastrik
(Cuningham, 2013).
g. Penyakit kardiovaskuler
29
jantung, yang sangat dipengaruhi oleh tidak adanya hipervolemia pada
h. Gangguan Saraf
yang sama adalah epilepsi dan gangguan otak karena infeksi, tumor
2) Prematuritas
plasenta terlihat lebih kecil daripada plasenta yang normal untuk usia
30
kehamilan, premature aging terlihat jelas dengan berbagai daerah yang
3) Fetal Distress
2.8 Penatalaksanaan
Ditinjau dari umur kehamilan dan perkembangan gejala-gejala
preeklampsia berat selama perawatan maka perawatan dibagi menjadi:
a. Perawatan aktif yaitu kehamilan segera diakhiri atau diterminasi
ditambah pengobatan medisinal.
b. Perawatan konservatif yaitu kehamilan tetap dipertahankan
ditambah pengobatan medisinal.
1. Perawatan Aktif
Sedapat mungkin sebelum perawatan aktif pada setiap penderita
dilakukan pemeriksaan fetal assesment (NST & USG).
a. Indikasi (salah satu atau lebih)
1) Ibu
a) Usia kehamilan 37 minggu atau lebih
b) Adanya tanda-tanda atau gejala impending eklampsia,
kegagalan terapi konservatif yaitu setelah 6 jam pengobatan
medisinalis terjadi kenaikan tekanan darah atau setelah 24
jam perawatan medisinal, ada gejala-gejala status quo (tidak
ada perbaikan).
31
2) Janin
a) Hasil fetal assesment jelek (NST & USG)
b) Adanya tanda IUGR
3) Laboratorium Adanya “Sindrom HELLP” (hemolisis dan
peningkatan fungsi hepar, trombositopenia).
b. Pengobatan Medisinal
Pengobatan medisinal pasien preeklampsia berat yaitu:
1) Segera masuk rumah sakit
2) Tirah baring miring ke satu sisi. Tanda vital diperiksa setiap
30 menit, reflex patella setiap jam.
3) Infus dextrose 5% dimana setiap 1 liter diselingi dengan infus
RL (60-125 cc/jam) 500 cc.
4) Antasida
5) Diet cukup protein, rendah karbohidrat, lemak dan garam.
6) Pemberian obat anti kejang: magnesium sulfat
7) Diuretikum tidak diberikan kecuali bila ada tanda-tanda
edema paru, payah jantung kongestif atau edema anasarka.
Diberikan furosemid injeksi 40 mg/im.
8) Antihipertensi diberikan bila:
a) Tekanan darah sistolik lebih 180 mmHg, diastolik lebih 110
mmHg atau MAP lebih 125 mmHg. Sasaran pengobatan
adalah tekanan diastolik kurang 105 mmHg (bukan kurang
90 mmHg) karena akan menurunkan perfusi plasenta.
b) Dosis antihipertensi sama dengan dosis antihipertensi pada
umumnya.
c) Bila dibutuhkan penurunan tekanan darah secepatnya, dapat
diberikan obat-obat antihipertensi parenteral (tetesan
kontinyu), catapres injeksi. Dosis yang biasa dipakai 5
ampul dalam 500 cc cairan infus atau press disesuaikan
dengan tekanan darah.
d) Bila tidak tersedia antihipertensi parenteral dapat diberikan
tablet antihipertensi secara sublingual diulang selang 1 jam,
32
maksimal 4-5 kali. Bersama dengan awal pemberian
sublingual maka obat yang sama mulai diberikan secara
oral.
9) Kardiotonika
Indikasinya bila ada tanda-tanda menjurus payah jantung,
diberikan digitalisasi cepat dengan cedilanid D.
10) Lain-lain:
a) Konsul bagian penyakit dalam / jantung, mata.
b) Obat-obat antipiretik diberikan bila suhu rektal lebih 38,5
derajat celcius dapat dibantu dengan pemberian kompres
dingin atau alkohol atau xylomidon 2 cc IM.
c) Antibiotik diberikan atas indikasi. Diberikan ampicillin 1
gr/6 jam/IV/hari.
d) Anti nyeri bila penderita kesakitan atau gelisah karena
kontraksi uterus. Dapat diberikan petidin HCL 50-75 mg
sekali saja, selambat- lambatnya 2 jamsebelum janin
lahir.
11) Pemberian Magnesium Sulfat
Cara pemberian magnesium
sulfat:
a) Guideline RCOG merekomendasikan dosis loading
magnesium sulfat 4 g selama 5 – 10 menit, dilanjutkan
dengan dosis pemeliharaan 1-2 g/jam selama 24 jam post
partum atau setelah kejang terakhir, kecuali terdapat alasan
tertentu untuk melanjutkan pemberian magnesium sulfat.
Pemantauan produksi urin, refleks patella, frekuensi napas
dan saturasi oksigen penting dilakukan saat memberikan
magnesium sulfat.
b) Dosis ulangan: 2 g bolus dapat dilakukan apabila terjadi
kejang berulang.
c) Syarat-syarat pemberian MgSO4
i) Tersedia antidotum MgSO4 yaitu calcium gluconas
33
10%, 1 gram (10% dalam 10 cc) diberikan intravenous
dalam 3 menit.
ii) Refleks patella positif kuat
iii) Frekuensi pernapasan lebih 16 kali per menit.
iv) Produksi urin lebih 100 cc dalam 4 jam sebelumnya
(0,5 cc/kgBB/jam).
d) MgSO4 dihentikan bila
i) Ada tanda-tanda keracunan yaitu kelemahan otot,
hipotensi, refleks fisiologis menurun, fungsi jantung
terganggu, depresi SSP, kelumpuhan dan selanjutnya
dapat menyebabkan kematian karena kelumpuhan otot-
otot pernapasan karena ada serum 10 U magnesium
pada dosis adekuat adalah 4-7 mEq/liter. Refleks
fisiologis menghilang pada kadar 8-10 mEq/liter.
Kadar 12-15 mEq terjadi kelumpuhan otot-otot
pernapasan dan lebih 15 mEq/liter terjadi kematian
jantung.
ii) Bila timbul tanda-tanda keracunan magnesium sulfat
Hentikan pemberian magnesium sulfat
Berikan calcium gluconase 10% 1 gram (10% dalam 10
cc) secara IV dalam waktu 3 menit.
Berikan oksigen.
Lakukan pernapasan buatan.
iii) Magnesium sulfat dihentikan juga bila setelah 4 jam
pasca persalinan sudah terjadi perbaikan (normotensif).
c. Pengobatan Obstetrik
Cara Terminasi Kehamilan yang Belum Inpartu
1) Induksi persalinan: tetesan oksitosin dengan syarat nilai
Bishop 5 atau lebih dan dengan fetal heart monitoring.
2) Seksio sesaria bila:
a) Fetal assesment jelek
b) Syarat tetesan oksitosin tidak dipenuhi (nilai Bishop kurang
34
dari 5) atau adanya kontraindikasi tetesan oksitosin.
c) 12 jam setelah dimulainya tetesan oksitosin belum masuk
fase aktif.
Pada primigravida lebih diarahkan untuk dilakukan
terminasi dengan seksio sesaria.
Cara Terminasi Kehamilan yang
Sudah Inpartu Kala I
1) Fase laten: 6 jam belum masuk fase aktif maka dilakukan seksio
sesaria.
2) Fase aktif:
a) Amniotomi saja
b) Bila 6 jam setelah amniotomi belum terjadi pembukaan
lengkap maka dilakukan seksio sesaria (bila perlu dilakukan
tetesan oksitosin).
Kala II
Pada persalinan pervaginam maka kala II diselesaikan dengan
partus buatan. Amniotomi dan tetesan oksitosin dilakukan
sekurang-kurangnya 3 menit setelah pemberian pengobatan
medisinal. Pada kehamilan 32 minggu atau kurang; bila keadaan
memungkinkan, terminasi ditunda 2 kali 24 jam untuk
memberikan kortikosteroid.
2. Perawatan Konservatif
a) Indikasi: Bila kehamilan preterm kurang 37 minggu tanpa disertai
tanda-tanda inpending eklampsia dengan keadaan janin baik.
b) Pengobatan medisinal: Sama dengan perawatan medisinal pada
pengelolaan aktif. Hanya loading dose MgSO4 tidak diberikan
intravenous, cukup intramuskuler saja dimana 4 gram pada
bokong kiri dan 4 gram pada bokong kanan.
c) Pengobatan obstetrik:
1. Selama perawatan konservatif: observasi dan evaluasi sama
seperti perawatan aktif hanya disini tidak dilakukan terminasi.
2. MgSO4 dihentikan bila ibu sudah mempunyai tanda-tanda pre
35
eklampsia ringan, selambat-lambatnya dalam 24 jam.
3. Bila setelah 24 jam tidak ada perbaikan maka dianggap
pengobatan medisinal gagal dan harus diterminasi.
4. Bila sebelum 24 jam hendak dilakukan tindakan maka diberi
lebih dahulu MgSO4 20% 2 gram intravenous.
d) Penderita dipulangkan bila:
1. Penderita kembali ke gejala-gejala / tanda-tanda preeklampsia
ringan dan telah dirawat selama 3 hari.
2. Bila selama 3 hari tetap berada dalam keadaan preeklampsia
ringan penderita dapat dipulangkan dan dirawat sebagai
preeklampsia ringan (diperkirakan lama perawatan 1-2
minggu) (Cuningham, 2013).
.
36
BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN PREEKLAMSIA BERAT
3.1 Pengkajian
Pengkajian merupakan langkah pertama dalam prosses keperawatan dengan
mengumpulkan data-data yang akurat dari klien sehingga akan diketahui
berbagai permasalahan yang ada.
a. Data Biografi
Identitas umum ibu meliputi nama, tempat tanggal lahir,/umur, alamat,
suku bangsa, pekerjaan, agama.
• Nama
Untuk mengetahui nama jelas dan lengkap, bila perlu nama
panggilan sehari-hari agar tidak keliru dalammemberikan
penanganan.
• Umur
Dicatat dalam tahun untuk mengetahui biasanya sering terjadi
pada primigravida < 20 tahun atau > 35 tahun.
• Agama
Untuk mengetahui keyakinan pasien tersebut untuk
membimbing atau mengarahkan pasien dalam berdoa.
• Suku Bangsa
Berpengaruh pada adat istiadat atau kebiasaan sehari-hari.
• Pendidikan
Berpengaruh dalam tindakan keperawatan untuk mengetahui
sejauh mana tingkat intelektualnya, sehingga perawat dapat
memberikan konseling sesuai dengan pendidikannya.
• Pekerjaan
Untuk mengetahui dan mengukur tingkat sosial ekonominya,
karena ini juga mempengaruhi dalam gizi pasien tersebut.
• Alamat
Ditanyakan untuk mempermudah kunjungan rumah bila
diperlukan.
37
b. Riwayat Kehamilan
Biasanya hipertensi dalam kehamilan paling sering terjadi pada ibu
hamil primigravida, kehamilan ganda, hidramnion, dan
molahidatidosa dan semakin tuanya usia kehamilan (Chandranita,
2006).
c. Riwayat Kesehatan
• Keluhan Utama
Biasanya klien dengan preeklamsia mengeluh demam, sakit
kepala dan peningkatan tekanan darah (Chandranita, 2006).
• Riwayat Kesehatan Sekarang
Terjadi peningkatan tekanan darah, oedema bisa pada ektremitas
bahkan wajah, pusing, nyeri pada epigastrium, mual muntah,
penglihatan kabur, skotoma, diplopia, tidak ada nafsu makan,
gangguan serebral lainnya (tidak tenang, reflek tinggi), tengkuk
terasa sakit, kenaikan berat badan mencapai 1 kg dalam seminggu.
38
f. Riwayat Kehamilan Sekarang
• Hari pertama, haid terakhir serta kapan taksiran persalinannya
• Keluhan-keluhan pada trisemester I, II, III.
• Dimana ibu biasa memeriksakan kehamilannya.
• Selama hamil berapa kali ibu periksa
g. Riwayat KB
Perlu ditanyakan pada ibu apakah pernah / tidak megikuti KB jika ibu
pernah ikut KB maka yang ditanyakan adalah jenis kontrasepsi, efek
samping. Alasan pemberhentian kontrasepsi (bila tidak memakai lagi)
serta lamanya menggunakan kontrasepsi.
Jenis-jenis alat kontrasepsi :
• Kondom
Perlu ditanyakan pada ibu apakah pernah / tidak megikuti KB jika
ibu pernah ikut KB maka yang ditanyakan adalah jenis
kontrasepsi, efek samping. Alasan pemberhentian kontrasepsi
(bila tidak memakai lagi) serta lamanya menggunakan
kontrasepsi.
• Kb suntik
Kontrasepsi suntikan adalah cara untuk mencegah terjadinya
kehamilan dengan melalui suntikan hormonal. KB suntik terdapat
dua macam, yaitu suntik 1 bulan dan suntik 3 bulan.
• KB pil
Pil adalah obat pencegah kehamilan yang diminum. Pil
diperuntukkan bagi wanita yang tidak hamil dan menginginkan
cara pencegah kehamilan sementara yang paling efektif bila
diminum secara teratur.
• AKDR atau IUD (Intra Uterine Device)
Alat ini sangat efektif dan tidak perlu diingat setiap hari seperti
halnya pil. Bagi ibu yang menyusui, AKDR tidak akan
mempengaruhi isi, kelancaran ataupun kadar air susu ibu (ASI).
AKDR terdapat dalam berbagai jenis, yaitu (copper T, copper 7,
multi load, lipppes loap).
39
• Kontrasepsi Implant
Disebut alat kontrasepsi bawah kulit, karena dipasang di bawah
kulit pada lengan atas, alat kontrasepsi ini disusupkan di bawah
kulit lengan atas sebelah dalam.Bentuknya semacam tabung-
tabung kecil atau pembungkus plastik berongga dan ukurannya
sebesar batang korek api. Susuk dipasang seperti kipas dengan
enam buah kapsul atau tergantung jenis susuk yang akan dipakai.
Di dalamnya berisi zat aktif berupa hormon. Susuk tersebut akan
mengeluarkan hormon sedikit demi sedikit. Jadi, konsep kerjanya
menghalangi terjadinya ovulasi dan menghalangi migrasi sperma.
Pemakaian susuk dapat diganti setiap 5 tahun, 3 tahun, dan ada
juga yang diganti setiap tahun(Manuaba, 2012).
h. Pola aktivitas sehari-hari
• Pola Aktivitas
Biasanya pada preeklamsi terjadi kelemahan, penambahan berat
badan atau penurunan BB, reflek fisiologis +/+, reflek patologis -
/- biasanya ditandai dengan pembengkakan kaki, jari tangan, dan
muka (Saifuddin, 2012)
• Nutrisi
Ibu dianjurkan untuk memperhatikan asupan garam dan protein.
Garam diberikan sesuai dengan berat-ringannya retensi garam
atau air, protein tinggi 1,5-2 gr/kg BB, cairan diberikan 2500 ml
sehari, mineral cukup terutama kalsium dan kalium. Anjurkan
untuk mengkonsumsi tambahan
seperti kalori tiap hari sebanyak 500 kalori, minum minimal 3 liter
setiap hari terutama setelah menyusui (Saifuddin, 2012).
• Eliminasi
Menggambarkan pola fungsi sekresi yaitu kebiasaan buang air
besar meliputi frekuensi, jumlah, konsistensi dan bau serta
kebiasaan buang air kecil meliputi frekuensi, warna,
jumlah(Ambarwati, 2017).Biasanya pada klien dengan
preeklamsia terdapat proteinuria + ≥ 5 g/24 jam atau ≥ 3 pada tes
40
celup,oliguria(Saifuddin, 2012)
• Istirahat dan tidur
Menggambarkan pola istirahat dan tidur pasien, berapa jam pasien
tidur, kebiasaan sebelum tidur, kebiasaan mengkonsumsi obat
tidur, kebiasaan tidur siang. Istirahat sangat penting bagi ibu post
partum karena dengan istirahat yang cukup dapat mempercepat
penyembuhan (Yoga, 2013).
• Keadaan psikologis
Untuk mengetahui tentang perasaan ibu sekarang, apakah ibu
merasa takut atau cemas dengan keadaan sekarang (Yoga, 2013).
• Riwayat Sosial Budaya
Untuk mengetahui kehamilan ini direncanakan / tidak, diterima /
tidak, jenis kelamin yang diharapkan dan untuk mengetahui pasien
dan keluarga yang menganut adat istiadat yang akan
menguntungkan atau merugikan pasien (Yoga, 2013).
• Pengunaan obat-obatan dan rokok
Untuk mengetahui apakah ibu mengkonsumsi obat terlarang
ataukah ibu merokok (Yoga, 2013).
i. Pemeriksaan Umum
• Keadaan Umum
Untuk mengetahui apakah ibu dalam keadaan baik, cukup atau
kurang pada kasus umum biasanya lemah (Saifuddin, 2012).
Biasanya pada klien dengan preeklamsia berat keadaan umum
lemah.
• Kesadaran
Untuk mengetahui tingkat kesadaran ibu apakah composmentis
(sadar sepenuhnya, dapat menjawab semua pertanyaan tentang
keadaan sekelilingnya), apatis (tidakmenanggapi rangsangan/acuh
tak acuh, tidak peduli) somnolen (kesadaran yang segan untuk
berhubungan dengansekitarnya, sikapnya acuh tak acuh), spoor
(keadaan yang menyerupai tidur), koma (tidak bisa dibangunkan,
tidak ada respon terhadap rangsangan apapun, tidak ada respon
41
kornea maupun reflek muntah, mungkin juga tidak ada respon
pupil terhadap cahaya) Pada kasus biasanya ditemui kesadaran
composmentis (Yoga, 2013).
• Tanda-tanda Vital
• Tekanan darah
Untuk mengetahui tekanan darah klien. Biasanya pada
preeklamsia ditemui tekanan darah hingga TD 160/100
mmHg bahkan lebih. Batas normalnya 110/60-140/90 mmHg
(Pudiastuti, 2013).
• Nadi
Untuk mengetahui nadi pasien yang dihitung dalam menit.
Batas normal nadi berkisar antara 60 - 80 x/menit. Denyut
nadi di atas 100 x/menit pada masa nifas adalah
mengindikasikan adanya suatu
42
diharuskan menurun (Yoga, 2013).
j. Pemeriksaan Fisik
• Rambut
Untuk mengetahui warna, kebersihan, mudah rontok atau
tidak(Yoga, 2013).
• Wajah
Untuk mengetahui keadaan muka pucat atau tidak adakah
kelainan, adakah edema (Yoga, 2013).
• Mata
Untuk mengetahui edema atau tidak, conjungtiva, anemia atau
tidak, sklera ikterik atau tidak, ada gangguan penglihatan atau
tidak (Yoga, 2013).
• Mulut / gigi / gusi
Untuk mengetahui ada stomatitis atau tidak, keadaan gigi, gusi
berdarah atau tidak, mukosa bibir kering/lembab(Yoga, 2013).
• Abdomen
Untuk mengetahui ada luka bekas operasi/tidak, adastrie/tidak,
ada tidaknya linea alba nigra (Yoga, 2013).
• Genetalia
Untuk mengetahui keadaan vulva adakah tanda-tanda infeksi,
varices, pembesaran kelenjar bartolini dan perdarahan. Adakah
pengeluaran pervaginam berupa lendir (Yoga, 2013).
• Fundus uteri
Fundus harus berada dalam midline, keras dan 2 cm dibawah
umbilicus. Bila uterus lembek , lakukan masase sampai keras. Bila
fundus bergeser kearah kanan midline , periksa adanya distensi
kandung kemih(Yoga, 2013).
• Leher
Untuk mengetahui adakah pembesaran kelenjar thyroid, ada
benjolan atau tidak, adakah pembesaran kelenjar limfe (Yoga,
2013).
• Dada
43
Untuk mengetahui keadaan payudara, simetris atau tidak, ada
benjolan atau tidak, ada nyeri atau tidak (Yoga, 2013).
• Ekstremitas
Untuk mengetahui ada cacat atau tidak, edema atau tidak terdapat
varices atau tidak (Yoga, 2013).
k. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang adalah pemeriksaan yang dilakukan
untuk mendukung penegakan diagnosa,
1 Pemeriksaan laboratorium
a. Pemeriksaan darah lengkap ( Penurunan Hemoglobin,
Hematokrit meningkat, Trombosit menurun).
b. Urinalisis : ditemukan protein dalam urine
c. Pemeriksaan fungsi hati
1. Bilirubin meningkat N= < 1 mg/dl
2. LDH (laktat dehidrogenase) meningkat
3. AST (Aspartat aminomtransferase) > 60 ul
4. SGPT (serum glutamat pirufat transaminase)
meningkat N= 15-45 u/ml
5. SGOT (serum glutamat oxaloacetic transaminase)
meningkat N
= <31 u/l
6. Total protein menurun N= 6,7-8,7 g/dl
7. Tes kimia darah : asam urat meningkat N=2,4-2,7 mg/dl
2 USG : untuk mengetahui keadaan janin
3.2 Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan pertukaran gas b.d penimbunan cairan pada paru (edema paru)
2. Kelebihan volume cairan b.d kerusakan fungsi glomerolus sekunder
terhadap penurunan cardiac output
3. Perfusi jaringan perifer tidak efektif b.d terjadinya vasospasme arterional,
edema serebral, perdarahan
4. Ansietas b.d rencana operasi
5. Gangguan rasa nyaman b.d kontraksi uterus dan pembukaan jalan lahir
44
6. Nyeri akut b.d agen pencedera fisik
7. Defisiensi pengetahuan b.d penatalaksanaan terapi dan perawatan
(SDKI, 2016).
45
3.3 ntervensi Keperawatan
Tabel 2.1
Intervensi Keperawatan
No. Standar Diagnosa Standar Luaran Keperawatan Indonesia Standar Intervensi Keperawatan Indonesia
Keperawatan Indonesia (SLKI) (SIKI)
(SDKI)
1. Gangguan pertukaran gas b.d Tujuan : Setelah dilakukan asuhan keperawatan Pemantauan respirasi
penimbunan cairan pada paru selama 3x24 jam diharapkan pertukaran gas Tindakan :
(edema paru) meningkat . Observasi :
1. Monitor frekuensi, iraam , kedalaman dan
Kriteria hasil : upaya nafas
1. Tingkat kesadaran meningkat 2. Monitor pola nafas seperti (bradipnea,
2. Dispnea menurun takipnea, hiperventilasi, kusmaul,
3. Bunyi napas tambahan menurunpusing cheyne-stokes, blot)
menurun 3. Monitor kemampuan batuk efektkif
4. Penglihatan kabur menurun 4. Monitor adanya produksi sputum
5. Gelisah menurun 5. Monitor adanya sumbatan jalan nafas
6. Napas cuping hidung menurun 6. Auskultasi bunyi nafas
7. Sianosis membaik 7. Monitor hasil AGD
8. Pola napas membaik 8. Monitor hasil x-ray toraks
9. Warna kulit membaik
Teraupetik :
1. Atur interval pemantauan respirasi sesuai
kondisi pasien
2. Dokumentasikan hasil pemantauan
Edukasi :
1. Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
46
2. Informasikan hasil pemantauan, jika perlu
2. Kelebihan volume cairan b.d Tujuan : Setelah dilakukan Asuhan Keperawatan Tindakan :
retensi cairan dan edema selama 3x24 jam diharapkan keseimbangan cairan Observasi :
klien meningkat. 1. Monitor status hidrasi (misal frekuensi nadi,
kekuatan nadi, akral, kelembaban mukosa,
Kriteria Hasil : turgor kulit, tekanan darah)
1. Kelembaban membran mukosa meningkat 2. Monitor berat badan
2. Asupan makanan meningkat 3. Monitor hasil pemeriksaan laboratorium
3. Edema menurun (misal hematokrit, berat jenis urine, BUN, Na,
4. Tekanan darah membaik K, CI)
5. Berat badan membaik
Teraupetik :
1. Catat intake-output dan hitung balans cairan
24 jam
2. Berikan asupan cairan, sesuai kebutuhan
3. Berikan cairan intravena, jika perlu
Kaloborasi :
Kaloborasi pemberian diuretik, jika perlu
3. Perfusi jaringan perifer tidak Tujuan : Setelah dilakukan Asuhan Keperawatan Perawatan sirkulasi :
efektif b.d edema serebral. selama 3x24 jam diharapkan perfusi perifer Tindakan :
meningkat. Observasi :
1. Periksa sirkulasi perifer (misal nadi perifer,
Kriteria hasil : edema, pengisian kapiler, warna, suhu)
1. Denyut nadi perifer meningkat 2. Identifikasi faktor risiko gangguan sirkulasi
2. Warna kulit pucat menurun (misal diabetes, perokok, orang tua, hipertensi,
3. Edema perifer menurun dan kadar kolesterol tinggi)
4. Nyeri ekstremitas menurun 3. Monitor panas, kemerahan, nyeri, atau
5. Akral membaik bengkak pada ektremitas
6. Tekanan darah sistolik membaik
47
7. Tekanan darah diastolik membaik Teraupetik :
1. Hindari pemasangan infus atau pengambilan
darah di area keterbatasan perfusi
2. Hindari pengukuran tekanan darah pada
ektremitas dengan keterbatasan perfusi
3. Hindari penekanan dan pemasangan tourniquet
pada area yang cidera
4. Lakukan pencegahan infeksi
5. Lakukan perawatan kaki dan kuku
Edukasi :
1. Anjurkan berhenti merokok
2. Anjurkan berolahraga rutin
3. Anjurkan menggunakan obat penurunan
tekanan darah, antikoagulan, dan penurunan
kolesterol, jika pelu
4. Anjurkan minum obat penurun tekanan darah
secara teratur
5. Informasikan tanda dan gejala darurat yang
harus dilaporkan (misal rasa sakit yang tidak
hilang saat istirahat, luka tidak sembuh,
hilangnya rasa.
4. Ansietas b.d prosedur operasi Tujuan : Setelah dilakukan Asuhan Keperawatan Terapi relaksasi
Sectio Caesarea selama 3x24 jam diharapkan tingkat ansietas Tindakan :
menurun Observasi :
1. Identifikasi teknik relaksasi yang pernah
Kriteria Hasil : efektif digunakan
1. Verbalisasi kebingungan menurun 2. Periksa frekuensi nadi, tekanan darah, dan
2. Verbalisasi khawatir akibat kondisi yang suhu sebelum dan sesudah latihan
dihadapi menurun 3. Monitor respon terhadap terapi relaksasi
48
3. Perilaku gelisah menurun
4. Perilaku tegang menurun Teraupetik :
5. Frekuensi pernafasan sedang 1. Ciptakan lingkungan yang tenang dan tanpa
6. Frekuensi nadi cukup menurun gangguan dengan pencahayaan dan suhu yang
7. Tekanan darah menurun nyaman, jika memungkinkan
8. Pucat menurun 2. Berikan informasi tertulis persiapan dan
prosedur teknik relaksasi
3. Gunakan pakaian longgar
4. Gunakan nada suara lembut dengan irama
lambat
Edukasi :
1. Jelaskan tujuan, manfaat, jenis relaksasi yang
tersedia (terapi tarik nafas dalam)
2. Anjurkan mengambil posisi yang nyaman
3. Anjurkan rileks dan merasakan sensasi
relaksasi
4. Anjurkan sering mengulangi atau mealtih tenik
yang dipilih
5. Demonstrrasikan dan latih teknik relaksasi
(tarik nafas dalam)
5. Gangguan rasa nyaman b.d Tujuan : Setelah dilakukan Asuhan Keperawatan Tindakan :
kontraksi uterus dan selama 3x24 jam diharapkan status kenyamanan Observasi :
pembukaan jalan lahir pascapartum meningkat. 1. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi,
kualitas, intensitas nyeri
Kriteria hasil : 2. Identifikasi skala nyeri
1. Keluhan tidak nyaman menurun 3. Identifikasi respons nyeri non verbal
2. Meringis menurun 4. Identifikasi faktor yang memperberat dan
3. Merintih menurun memperingan nyeri
4. Tekanan darah menurun 5. Identifikasi pengetahuan dan keyakinan
49
5. Frekuensi nadi sedang tentang nyeri
6. Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup
7. Monitor keberhasilan terapi komplementer
yang sudah diberikan
8. Monitor efek samping penggunaan analgetik
Terapeutik :
1. Berikan teknik nonfarmakologi untuk
mengurangi rasa nyeri (misal tens, hipnosis,
akupresur, terapi musik, terapi pijat,
aromaterapi, teknik imajinasi terbimbing,
kompres hangat/dingin, terapi bermain)
2. Kontrol lingkungan yang memperberat rasa
myeri (misal suhu ruangan, pencahayaan,
kebisingan)
3. Fasilitasi istirahat dan tidur
4. Pertimbangan jenis dan sumber nyeri dalam
pemilihan strategi meredekan nyeri
Edukasi :
1. Jelaskan penyebab, periode dan pemicu nyeri
2. Jelaskan strategi meredakan nyeri
3. Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
4. Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat
5. Anjurkan teknik nonfarmakologi untuk
mengurangi rasa nyeri
Kaloborasi :
Kaloborasi pemberian analgetik, jika perlu
6. Nyeri akut b.d agen pencedera Tujuan : Setelah dilakukan Asuhan Keperawatan Tindakan :
50
Fisik selama 3x24 jam diharapkan nyeri menurun. Observasi :
1. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi,
Kriteria hasil : kualitas, intensitas nyeri
1. Keluhan nyeri menurun 2. Identifikasi skala nyeri
2. Meringis menurun 3. Identifikasi respons nyeri non verbal
3. Kesulitan tidur menurun 4. Identifikasi faktor yang memperberat dan
4. Frekuensi nadi sedang memperingan nyeri
5. Pola napas sedang 5. Identifikasi pengetahuan dan keyakinan
6. Tekanan darah membaik tentang nyeri
7. Fungsi berkemih sedang 6. Identifikasi pengaruh budaya terhadap respon
8. Pola tidur membaik nyeri
7. Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup
8. Monitor keberhasilan terapi komplementer
yang sudah diberikan
9. Monitor efek samping penggunaan analgetik
Terapeutik :
1. Berikan teknik nonfarmakologi untuk
mengurangi rasa nyeri (misal tens, hipnosis,
akupresur, terapi musik, terapi pijat,
aromaterapi, teknik imajinasi terbimbing,
kompres hangat/dingin, terapi bermain)
2. Kontrol lingkungan yang memperberat rasa
myeri (misal suhu ruangan, pencahayaan,
kebisingan)
3. Fasilitasi istirahat dan tidur
4. Pertimbangan jenis dan sumber nyeri dalam
pemilihan strategi meredekan nyeri
Edukasi :
51
1. Jelaskan penyebab, periode dan pemicu nyeri
2. Jelaskan strategi meredakan nyeri
3. Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
4. Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat
5. Anjurkan teknik nonfarmakologi untuk
mengurangi rasa nyeri
Kaloborasi :
1. Kaloborasi pemberian analgetik, jika perlu
7. Defisiensi pengetahuan b.d Tujuan : Setelah dilakukan Asuhan Keperawatan selama Tindakan :
penatalaksanaan terapi dan 3x24 jam diharapkan tingkat pengetahuan meningkat. Observasi :
perawatan 1. Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima
Kriteria hasil : informasi
(SDKI DPP PPNI, 2016) 1. Kemampuan menjelaskan pengetahuan tentang suatu 2. Identifikasi faktor-faktor yang dapat meningkatkan
topik meningkat dan menurunkan motivasi perilaku hidup bersih dan
2. Kemampuan menggambarkan pengalaman sehat
sebelumnya sesuai dengan topik meningkat
3. Pertanyaan tentang masalah yang dihadapi Teraupetik :
meningkat 1. Sediakan materi dan media pendidikan kesehatan
4. Persepsi yang keliru terhadap masalah menurun 2. Jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai kesepakatan
3. Berikan kesempatan untuk bertanya
(SLKI DPP PPNI, 2016)
Edukasi :
1. Jelaskan faktor risiko yang dapat mempengaruhi
kesehatan
2. Ajarkan strategi yang dapat digunakan untuk
meningkatkan perilaku hidup bersih dan sehat
3. Ajarkan perilaku hidup bersih dan sehat
52
3.4 Implementasi
Implementasi adalah inisiatif dari rencana tindakan untuk mencapai tujuan yang spesifik, Tahap pelaksanaan dimulai
setelah rencana tindakan disusun dan berguna untuk memenuhi kebutuhan klien mencapai tujuan yang diharapkan secara
optimal.
Pelaksanaan tindakan keperawatan harus diikuti oleh pencatatan yang lengkap dan akurat terhadap suatu kejadian dalam
proses keperawatan. Dokumentasi tindakan keperawatan ini berguna untuk komunikasi antar tim kesehatan sehingga
3.5 Evaluasi
Evaluasi merupakan langkah terakhir dari proses keperawatan dengan cara melakukan identifikasi sejauh mana tujuan dari
53
DAFTAR PUSTAKA
Medika.
Nursal, Dien GA, Pratiwi Tamela, Fitrayeni. (2015). Faktor Risiko Kejadian
Preeklampsia pada Ibu Hamil di RSUP DR. M. Djamil Padang Tahun
2014.38–44.
Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia Himpunan Kedokteran Feto
Maternal. (2016). Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran Diagnosis dan
Tata Laksana Preeklampsia. Jakarta: ECG.
Pudiastuti, R. D. (2013). Penyakit-Penyakit Mematikan. Yogyakarta: Nuha
Medika. Puskesmas Ngaliyan Semarang. (1).
54
Roberts JM, Druzin M, August PA, Gaiser RR, Bakris G, Granger JP, et al.
(2012). ACOG Guidelines: Hypertension in pregnancy. American College
of Obstetricians and Gynecologists.. 1-100 p.
Saifuddin A. (2009). Ilmu Kebidanan. PT Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo.
Jakarta: EGC.
Saifuddin, A. B. (2012). Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal
dan Neonatal. Jakarta: Yayasan Bina PustakaSarwono Prawirohardjo.
SDKI. (2013). Badan Pusat Statistik, Badan Koordinasi Keluarga Berencanan
Nasional, Departemen Kesehatan, Macro International. Survei Demografi
dan Kesehatan Indonesia 2012.
SDKI DPP PPNI. (2016). Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia : Definisi
dan Indikator Diagnostik (Edisi 1). Jakarta: PPNI.
SLKI DPP PPNI. (2016). Standar Luaran Keperawatan Indonesia : Definisi dan
Indikator Diagnostik. Jakarta: PPNI
Uzan J, Carbonnel M, Piconne O, Asmar R, Ayoubi JM. (2011). Pre-eclampsia:
Pathophysiology, diagnosis, and management. Vasc Health Risk
Manag.;7(1):467–74.
SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia : Definisi
dan Tindakan Keperawatan. Jakarta: PPNI.
Yoga. (2013). Askep Preeklamsia Berat. Retrieved January 12, 2019, from
www.blogspot.comwebsite:https://yogasrondeng.blogspot.com/2013/09/as
kep-pre-eklamsi beratpeb.html.
55