Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PENDAHULUAN

KEHAMILAN EKTOPIK TERGANGGU

I. KONSEP PENYAKIT
A. Pengetahuan
Kehamilan ektopik adalah kehamilan abnormal yang terjadi diluar rongga rahim, janin
tidak dapat bertahan hidup dan sering tidak berkembang sama sekali (Fauziyah, 2012).
Kehamilan ektopik adalah suatu kehamilan dengan hasil konsepsi, dimana sel telur yang
dibuahi berimplantasi dan tumbuh diluar endometrium kavum uteri, seperti di ovarium,
tuba, serviks, bahkan rongga abdomen.(Pudiastuti, 2012).
Kehamilan Ektopik Terganggu (KET) adalah gangguan yang muncul akibat implantasi
hasil konsepsi (blastosit) diluar endometrium kavum uteri (95%), dapat terjadi abortus
tubaria atau ruptur maupun yang belum (Nugroho, 2012).
Kehamilan ektopik terganggu (KET) adalah kehamilan yang terganggu, dapat terjadi
abortus atau pecah, dan hal ini dapat berbahaya bagi wanita tersebut (Pudiastuti, 2012).

- Anatomi Fisiologi
1. Uterus
Uterus berbentuk seperti buah pir yang sedikit gepeng kearah muka belakang,
ukurannya sebesar telur ayam dan mempunyai rongga.Dindingnya terdiri dari otot-otot
polos. Ukuran panjang uterus adalah 7-7,5 cm, lebar 5,25 cm dan tebal dinding 1,25
cm. Letak uterus dalam keadaan fisiologis adalah anteversiofleksi.Uterus terdiri dari
fundus uteri, korpus dan serviks uteri.Fundus uteri adalah bagian proksimal dari uterus,
disini kedua tuba falopii masuk ke uterus.Korpus uteri adalah bagian uterus yang
terbesar, pada kehamilan bagian ini mempunyai fungsi utama sebagai tempat janin
berkembang.Rongga yang terdapat di korpus uteri disebut kavum uteri. Serviks uteri
terdiri atas pars vaginalis servisis uteri dan pars supravaginalis servisis uteri. Saluran
yang terdapat pada serviks disebut kanalis servikalis.

1
Secara histologis uterus terdiri atas tiga lapisan:
a) Endometrium atau selaput lendir yang melapisi bagian dalam
b) Miometrium, lapisan tebal otot polos
c) Perimetrium, peritoneum yang melapisi dinding sebelah luar. Endometrium
terdiri atas sel epitel kubis, kelenjar-kelenjar dan jaringan dengan banyak
pembuluh darah yang berkelok.
Endometrium melapisi seluruh kavum uteri dan mempunyai arti penting dalam
siklus haid pada seorang wanita dalam masa reproduksi.Dalam masa haid endometrium
sebagian besar dilepaskan kemudian tumbuh lagi dalam masa proliferasi dan
selanjutnya dalam masa sekretorik.Lapisan otot polos di sebelah dalam berbentuk
sirkuler, dan disebelah luar berbentuk longitudinal.Diantara lapisan itu terdapat lapisan
otot oblik, berbentuk anyaman, lapisan ini paling penting pada persalinan karena
sesudah plasenta lahir, kontraksi kuat dan menjepit pembuluh darah.Uterus ini
sebenarnya mengapung dalam rongga pelvis dengan jaringan ikat dan ligamentum yang
menyokongnya untuk terfiksasi dengan baik (Nugroho 2012).

2. Tuba Falopii
Tuba falopii adalah saluran telur yang mengangkat ovum dari ovarium ke kavum uteri.
Tuba falopii terdiri atas:
a) Pars intersisialis, bagian yang terdapat pada dinding uterus.
b) Pars isthmika, bagian medial tuba yang seluruhnya sempit.
c) Pars ampularis, bagian yang berbentuk saluran agak lebar, tempat konsepsi
terjadi.
d) Infundibulum, bagian ujung tuba yang terbuka ke arah abdomen dan
mempunyai fimbrae (Setiadi 2007).
3. Fimbrae
Fimbrae penting artinya bagi tuba untuk menangkap telur kemudian disalurkan ke
dalam tuba. Bagian luar tuba diliputi oleh peritoneum viseral yang merupakan bagian
dari ligamentum latum. Otot dinding tuba terdiri atas (dari luar ke dalam) otot
longitudinal dan otot sirkuler. Lebih ke dalam lagi didapatkan selaput yang berlipat-
lipat dengan sel-sel yang bersekresi dan bersilia yang khas, berfungsi untuk
menyalurkan telur atau hasil konsepsi ke arah kavum uteri dengan arus yang
ditimbulkan oleh getaran silia tersebut (Nugroho 2012).
4. Ovarium
Ovarium yaitu kelenjaryang terletak dikanan dan kiri uterus yang terikat oleh
ligamentum uterus (Nugroho 2012).

2
Gambar Kehamilan Ektopik Terganggu

Berdasarkan implantasi hasil konsepsi pada tuba, terdapat kehamilan pars interstisialis
tuba, pars ismika tuba, pars ampullaris tuba, dan kehamilan infundibulum tuba. Kehamilan
diluar tuba ialah kehamilan ovarial, kehamilan intraligamenter, kehamilan servikal, dan
kehamilan abdominal yang bisa primer atau sekunder (Fauziyah 2012).

3
Lokasi dan sublokasi Jumlah (persentase)

Tuba Fallopi :

o Ampula tuba - 55 %

o Isthmus tuba - 25 %

o Interstisial tuba - 2%

o Fimbrial 17 %

o Kehamilan ektopik servikal 5%

o Kehamilan ovarial 1 %

o Kehamilan abdominal 1%

Kehamilan ektopik yang paling banyak terjadi adalah di tuba, hal ini disebabkan oleh
adanya hambatan perjalanan ovum yang telah dibuahi ke kavum uteri, hal ini dapat disebabkan
karena, (Nugroho 2012) :

a. Adanya sikatrik pada tuba


b. Kelainan bawaan pada tuba
c. Gangguan fisiologis pada tuba karena pengaruh hormonal

B. Epidemiologi dan Insiden Kasus


Sebagian besar wanita yang mengalami kehamilan ektopik berumur 20-40 tahun
dengan umur rata-rata 30 tahun. Lebih dari 60% kehamilan ektopik terjadi pada wanita
usia 20-30 tahun dengan sosio-ekonomi rendah dan tinggal didaerah dengan prevalensi
tuberkulosa yang tinggi. Pemakaian antibiotik pada radang panggul dapat meningkatkan
kejadian kehamilan ektopik terganggu.Antibiotik dapat mempertahankan terbukanya tuba
yang mengalami infeksi, tetapi perlengketan menyebankan pergerakan silia dan peristaltic
tuba terganggu.Sehingga menghambat perjalanan ovum yang dibuahi dari ampula ke rahim
dan berimplantasi ke tuba.

4
Penelitian Cunningham di amerika serikat melaporkan bawa kehamilan ektopik
terganggu lebih sering di jumpai pada wanita kulit hitam dari pada wanita kulit putih
karena prevalensi penyakit peradangan pelvis lebih banyak pada wanita kulit hitam.
Frekuensi kehamilan ektopik terganggu yang berulang adalah 1-14,6%. Di negara-negara
berkembang khususnya diindonesia, pada RSUP Pringadi Medan (1979-1981) frekuensi
1:139, dan RSUPN Cipto MangunkusumoJakarta (1971-1975) frekuensi 1:24, sedangkan
RSUP DR. M. Djamil Padang (1997-1999) dilaporkan freekuensi 1:110. Kontrasepsi IUD
juga dapat mempengaruhi frekuensi kehamilan ektopik terhadap persalinan dirumah
sakit.Menurut Titus lokasi kehamilan ektopik terganggu paling banyak terjadi di tuba (90-
99%), khususnya diampula tuba (55%) dan isthmus (25%).Pada daerah Fimbrae (17%),
interstisial (2%), abdominal (1-2%), Ovarial (1%), dan servikal (5%)(Pudiastuti).

C. Etiologi dan Klasifikasi


Berbagai macam faktor berperan dalam meningkatkan risiko terjadinya kehamilan
ektopik. Beberapa faktor yang dihubungkan dengan kehamilan ektopik diantaranya,
(Nugroho 2012):
1. Faktor dalam lumen tuba
a. Endosalpingitis, menyebabkan terjadinya penyempitan lumen tuba.
b. Hipolasia uteri
c. Operasi plastic tuba dan sterilisasi yang tidak sempurna dan menyebabkan
lumen tuba menyempit.
2. Faktor pada dinding tuba
a. Endometriosis, sehingga memudahkan terjadinya implantasi di tuba.
b. Divertikel tuba congenital, menyebabkan retensi telur ditempat tersebut
3. Faktor diluar dinding tuba.
a. Perlekatan peritubal dengan distorsi atau lekukan tuba, menyebabkan
terjadinya hambatan pada perjalanan telur.
b. Tumor yang menekan dinding tuba, menyebabkan penyempiten lumen tuba.
c. Pelvic Inflammatory disease (PID)
4. Faktor lain:
a. Hamil saat berusia lebih dari 35 tahun

5
b. Migrasi luar ovum, sehingga memperpanjang waktu telur yang dibuahi sampai
ke uterus
c. Penggunaan alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR)
d. Fertilisasi in vitro
e. Riwayat kehamilan ektopik sebelumnya.
f. Merokok
g. Riwayat operasi abdomen
h. Rupture appendix
i. Mioma uteri
j. Hidrosalping

Adapun faktor-faktor yang dapat mendukung risiko kehamilan ektopik adalah


(Pudiastuti 2012):
1. Meningkatnya prevalensi penyakit tuba karena Penyakit Menular Seksual (PMS)
sehingga terjadi oklusi parsial tuba. Terjadi salpingitis, terutama radang
endosalping yang mengakibatkan menyempitnya lumen tuba dan berkurangan
silia mukosa tuba karena infeksi yang memudahkan terjadinya inflantasi zigot
didalam tuba.
2. Adhesi peritubal yang terjadi setelah infeksi seperti apendisitis atau dometriosis.
Tuba dapat tertekuk atau lumen menyempit.
3. Pernah menderita kehamilan ektopik sebelumnya. Meningkatnya resiko ini
kemungkinan karena salpingitis yang terjadi sebelumnya.
4. Meningkatnnya penggunaan kontrasepsi untuk mencegah kehamilan, seperti
AKDR dan KB suntik derivate progestin.
5. Operasi memperbaiki patensi tuba, kegagalan sterilisasi, dan meningkatkan
kejadian kehamilan ektopik.
6. Abortus provokatus dengan infeksi. Makin sering tindakan abortus provokatus
makin tinggi kemungkinan terjadi sapingitis.
7. Fertilitas yang terjadi oleh obat-obatan pemacu ovulasi, fertilisasi infitro.
8. Tumor yang mengubah bentuk tuba ( mioma uteri dan tumor atneksa )
9. Teknik diagnosis lebih baik dari masa lalu sehingga dapat mendeteksi dini
kehamilan ektopik.

Menurut Titus, macam-macam kehamilan ektopik berdasarkan


tempatimplantasinya antara lain:

6
1. Kehamilan abdominal adalah kehamilan yang terjadi dalam kavum peritoneum
a. Primer
b. Sekunder
2. Kehamilan servikal adalah kehamilan yang berkembang, bila ovum yang dibuahi
berimplanstasi dalam kanalis servikalis uteri
3. Kehamilan heterotopik kombinasi, kehamilan bersamaan intrauterine dan ekstrauterin
4. Kehamilan kornu, kehamilan yang berkembang dalam kornu uteri
5. Kehamilan iskemik, kehamilan pada pars ismikus tuba fallopi
6. Kehamilan ovarial, bentuk yang jarang dari kehamilan ektopik dimana blastolisis
berimplantasi pada permukaan ovarium.
7. Kehamilan tuba, kehamilan ektopik pada setiap bagian dari tuba fallopii.
a. Pars-interstisial
b. Isthmus
c. Ampula
d. Fimbrae

D. Manifestasi Klinis
Adapun tanda dan gejala klinis yang dapat ditimbulkan pada kehamilan ektopik terganggu
yaitu (Fauziyah, 2012):
Tanda :
1) Nyeri abdomen bawah atau pelvic, disertai amenorrhea atau spotting atau
perdarahan vaginal.
2) Menstruasi abnormal.
3) Abdomen dan pelvis yang lunak.
4) Perubahan pada uterus yang dapat terdorong ke satu sisi oleh massa kehamilan,
atau tergeser akibat perdarahan. Dapat ditemukan sel desidua pada endometrium
uterus.
5) Penurunan tekanan darah dan takikardi bila terjadi hipovolemi.
6) Kolaps dan kelelahan
7) Pucat
8) Nyeri bahu dan leher (iritasi diafragma)

7
Kadang-kadang terdapat gejala besar kencing karena perangangan peritoneum oleh darah di
dalam rongga perut:

a) Pembesaran uterus
Pada kehamilan ektopik uterus membesar juga karena pengaruh hormon-hormon
kehamilan tapi pada umumnya sedikit lebih kecil dibandingkan dengan uterus pada
kehamilan intrauterin yang sama umurnya.
b) Nyeri pada toucher
Terutama kalau servik digerakkan atau pada perabaan cavum douglasi (nyeri
digoyang)
c) Tumor dalam rongga panggu
Dalam rongga panggul teraba tumor lunak kenyal yang disebabkan kumpulan darah
di tuba dan sekitarnya.
d) Perubahan darah
Dapat diduga bahwa kadar haemoglobin turun pada kehamilan tuba yang terganggu,
karena perdarahan yang banyak ke dalam rongga perut.

Gejala:

a. Nyeri
Nyeri panggul atau perut hampir terjadi hampir 100% kasus kehamilan ektopik. Nyeri
dapat bersifat unilateral atau bilateral , terlokalisasi atau tersebar. Disebabkan kehamilan
tuba yang pecah, rasa nyeri dapat menjalar keseluruh abdomen tergantung perdarahan
didalamnya.Bila rangsangan darah dalam abdomen mencapai diafragma dapat terjadi
nyeri di daerah bahu.
b. Perdarahan
Dengan matinya telur desidua mengalami degenerasi dan nekrose dan dikeluarkan
dengan perdarahan.Perdarahan ini pada umumnya sedikit, perdarahan yang banyak dari
vagina harus mengarahkan pikiran kita ke abortus biasa.Perdarahan abnormal uterin,
biasanya membentuk bercak. Biasanya terjadi pada 75% kasus
c. Amenorhea
Hampir sebagian besar wanita dengan kehamilan ektopik yang memiliki berkas
perdarahan pada saat mereka mendapatkan menstruasi, dan mereka tidak menyadari
bahwa mereka hamil. Lamanya aminorea bervariasi dari beberapa hari sampai beberapa
bulan. Dengan aminorea terdapat hamil muda yaitu morning sicknes, mual-mual
(Pudiastuti, 2012).

8
E. Patofisiologi dan Penyimpangan KDM
Tempat-tempat implantasi kehamilan ektopik antara lain ampula tuba (lokasi
tersering, ismust, fimbriae, pars interstisialis, kornu uteri, ovarium, rongga abdomen,
serviks dan ligamentum kardinal. Proses implantasi ovum dituba pada dasarnya sama
dengan yang terjadi pada kavum uteri. Telur di tuba bernidasi secara kolumnar atau
interkolumnar.Pada nidasi secara kolumnar, telur bernidasi pada ujung atau sisi jonjot
endosalping.Perkembangan selanjutnya dibatasi oleh kurangnya vaskularisasi dan biasanya
telur mati secara dini dan reabsorbsi.Telur bernidasi antara dua jonjot endosalping.Setelah
tempat nidasi tertutup maka ovum dipisahkan dari lumen oleh lapisan jaringan yang
menyerupai desidua dan dinamakan pseudokapsularis.Karena pembentukan desidua di tuba
malahan kadang-kadang di lihat villi khorealis menembus endosalping dan masuk kedalam
otot-otot tuba dengan merusak jaringan dan pembuluh darah. Perkembangan janin
selanjutnya tergantung dari beberapa faktor, yaitu: tempat implantasi, tebalnya dinding
tuba dan banyaknya perdarahan yang terjadi oleh invasi trofoblas.
Dibawah pengaruh hormon esterogen dan progesterondari korpus luteum graviditidan
tropoblas, uterus menjadi besar dan lembek, endometrium dapat berubah menjadi desisua.
Beberapa perubahan pada endometrium yaitu: sel epitel membesar, nucleus hipertropi,
hiperklomasi, lobuler, dan bentuknya ireguler. Polaritas menghilang dan nukleus yang
abnormal mempunyai tendensi menempati sel luminal.Perubahan endometrium secara
keseluruhan disebut sbagai reaksi Arias-Stella.
Setelah janin mati, desidua dalam uterus mengalami degenetrasi kemudian dikeluarkan
secara utuh atau berkeping-keping.Perdarahan yang dijumpai pada kehamilan ektopik
terganggu berasal dari uterus disebabkan pelepasan desidua yang degeneratif.
Sebagian besar kehamilan ektopik terganggu pada umur kehamilan antara 6-10
minggu.Karena tuba bukan tempat pertumbuhan hasil konsepsi, tidak mungkin janin
tumbuh secara utuh seperti dalam uterus. Beberapa kemungkinan yang dapat terjadi pada
kehamilan ektopik adalah :
a. Hasil konsepsi mati dini dan direabsorbsi
b. Abortus kedalam lumen tuba
c. Ruptur dinding tuba, (Nugroho, 2012)

9
Pathway Kehamilan Ektopik Terganggu
Perokok pasif/aktif pada saat implantasi,
Meningkatnya resiko kegagalan imunitas,
Predisposisi kegagalan fungsi tuba fallopi

Kerusakan tuba fallopi

Pergerakan telur yang telah dibuahi


sangat lambat

Telur yang telah dibuahi berimplantasi dan


Tumbuh pada area di luar uterus

Perjalan ke uterus, telur mengalami hambatan

kehamilan ektopik

Ruptur Dinding Tuba

Kurangnya Informasi terhadap Proses Kehamilan

Nyeri Akut

Mekanisme Koping terganggu

Perdarahan pada telur yang mati

Resiko tinggi terhadap


devisit volume cairan
Ansietas

10
F. Pemeriksaan Penunjang
Gejala-gejala kehamilan ektopik terganggu beraneka ragam.Berikut ini merupakan jenis
pemeriksaan untuk membantu diagnosis kehamilan ektopik (Nugroho, 2012):
1. Hemoglobin, hematokrit, dan hitung leukosit.
Pemeriksaan hemoglobin (Hb) dan jumlah sel darah merah berguna menegakkan
diagnosa kehamilan ektopik terganggu, terutama bila ada tanda-tanda perdarahan
dalam rongga perut.
2. Gonadotropin korionik (hCG Urin)
Tes urin paling sering menggunakan tes slide inhibisi aglutinasi dengan sensitivitas
untuk gonadotropin korionik dalam kisaran 500 sampai 800 mlU/ml.
3. -hCG serum
(Human Chorionic Gonadotropin-Beta) merupakan test laboratorium terpenting
dalam diagnosis. Pemeriksaan ini dapat membedakan antara kehamilan intrauterine
dan kehamilan ektopik.Pengukuran kadar -hCG secara kuantitatif adalah standar
diagnostik untuk mendiagnosa kehamilan ektopik. Pada kehamilan normal intrauterin,
kadar -hCG serum naik 2 kali lipat tiap 2 hari selama kehamilan. Peningkatan kadar
-hCG serum kurang dari 66% menandakan suatu kehamilan intrauterin abnormal
atau kehamilan ektopik.
4. Kuldosintesis
Tindakan kuldosintesis atau punki douglas, adanya darah yang diisap berwarna hitam
biarpun sedikit, membuktikan adanya darah di kavum douglas.
5. Dilatasi dan kuretase
Biasanya kuretase dilakukan apabila sesudah amenore terjadi perdarahan yang cukup
lama tanpa menemukan kelainan yang nyata disamping uterus.
6. Laparaskopi
Laparaskopi hanya digunakan sebagai alat bantu diagnosis terakhir, apabila hasil-
hasil penilaian prosedur diagnosis lain untuk kehamilan ektopik.
7. Ultrasonografi
8. Tes oksitosin
Pemberian oksitosin dalam dosis kecil intravena dapat membuktikan adanya
kehamilan ektopik lanjut.

11
9. Foto rontgen
10. Histerosalpingografi
Pemeriksaan ini dilakukan jika diagnosis kehamilan ektopik terganggu sudah di
pastikan dengan USG.

G. Penatalaksanaan Medis
Seorang pasien yang terdiagnosis dengan kehamilan tuba dan masih dalam kondisi baik
dan tenang, memiliki 2 pilihan, yaitu:
1) Penatalaksanaan Medis
Pada penatalaksanaan medis digunakan zat-zat yang dapat merusak integritas jaringan
dan sel hasil konsepsi.Tindakan konservativ medik dilakukan dengan pemberian
methotrexate.Methotrexate adalah obat sitotoksik yang sering digunakan untuk terapi
keganasan, termasuk penyakit trofoblastik ganas. Pada penyakit trofoblastik,
methotrexate akan merusak sel-sel trofoblas, dan bila diberikan pada pasien dengan
kehamilan ektopik, methotrexate diharapkan dapat merusak sel-sel trofoblas sehingga
menyebabkan terminasi kehamilan tersebut.
Methotrexate dapat diberikan dalam dosis tunggal maupun dosis multipel.Dosis
tunggal yang diberikan adalah 50 mg/m2 (intramuskular), sedangkan dosis multipel
yang diberikan adalah sebesar 1 mg/kg (intramuskular) pada hari pertama, ke-3, 5, dan
hari ke-7. Pada terapi dengan dosis multipel leukovorin ditambahkan ke dalam regimen
pengobatan dengan dosis 0.1 mg/kg (intramuskular), dan diberikan pada hari ke-2, 4, 6
dan 8. Terapi methotrexate dosis multipel tampaknya memberikan efek negatif pada
patensi tuba dibandingkan dengan terapi methotrexate dosis tunggal 9. Methotrexate
dapat pula diberikan melalui injeksi per laparoskopi tepat ke dalam massa hasil
konsepsi. Terapi methotrexate dosis tunggal adalah modalitas terapeutik paling
ekonomis untuk kehamilan ektopik yang belum terganggu.
2) Penatalaksanaan Bedah.
Penatalaksanaan bedah dapat dikerjakan pada pasien-pasien dengan kehamilan tuba
yang belum terganggu maupun yang sudah terganggu.Tentu saja pada kehamilan
ektopik terganggu, pembedahan harus dilakukan secepat mungkin.

12
Salpingostomi adalah suatu prosedur untuk mengangkat hasil konsepsi yang
berdiameter kurang dari 2 cm dan berlokasi di sepertiga distal tuba fallopii.Pada
prosedur ini dibuat insisi linear sepanjang 10-15 mm pada tuba tepat di atas hasil
konsepsi, di perbatasan antimesenterik.Setelah insisi hasil konsepsi segera terekspos dan
kemudian dikeluarkan dengan hati-hati.Perdarahan yang terjadi umumnya sedikit dan
dapat dikendalikan dengan elektrokauter.Insisi kemudian dibiarkan terbuka (tidak
dijahit kembali) untuk sembuh per sekundam.Prosedur ini dapat dilakukan dengan
laparotomi maupun laparoskopi.Metode per laparoskopi saat ini menjadi gold standard
untuk kehamilan tuba yang belum terganggu. Pada dasarnya
prosedur Salpingotomi sama dengan salpingostomi, kecuali bahwa pada salpingotomi
insisi dijahit kembali (Nugraheny 2012).

H. Komplikasi/Prognosis
Komplikasi yang dapat terjadi pada kehamilan ektopik yaitu (Pudiastuti, 2012):
1. Pada pengobatan konservatif, yaitu bila kehamilan ektopik terganggu telah lama
berlangsung (4-6 minggu), terjadi perdarahan ulang. Ini merupakan indikasi operasi:
2. Infeksi
3. Sub-ileus karena massa pelvis
4. Pecahnya tuba fallopii
5. Sterlitas
6. Komplikasi juga tergantung dari lokasi tumbuh berkembangnya embrio.

Angka kematian ibu yang disebabkan oleh kehamilan ektopik terganggu, cenderung turun
sejalan dengan ditegakkannya pemeriksaan secara dini dan persediaan darah yang
cukup.Kehamilan ektopik terganggu berlokasi di tuba.Sebagian ibu menjadi steril setelah
mengalami keadaan tersebut diatas, namun dapat juga mengalami kehamilan ektopik
terganggu lagi pada tuba yang lain. Tetapi bila bertolongan terlambat, angka kematian
dapat tingggi.Ibu yang pernah mengalami kehamilan ektopik terganggu, mempunyai risiko
10% untuk terjadinya kehamilan ektopik terganggu berulang. Selain itu, kemungkinan
untuk hamil akan menurun. Hanya 60% wanita yang mengalami ektopik terganggu dapat
hamil kembali, walaupun angka kemandulannya akan jadi lebih tinggi (Fauziyah, 2012).

13
II. PENDEKATAN PROSES KEPERAWATAN
A. Pengkajian
Persepsi Kesehatan-Manajemen Kesehatan
- Wanita yang mengalami kehamil ektopik berumur 20-40 tahun
- Adanya Amenorrhoe
- penggunakan Alat Kontrasepsi dalam Rahim
- riwayat kehamilan ektopik sebelumnya
- riwayat operasi abdomen
Nutrisi Metabolik
- nafsu makan menurun
- mual
- muntah
- mukosa mulut kering
- pucat
- nyeri abdomen
Pola Eliminasi
- nyeri saat BAB
- resiko terhadap konstipasi
- Gangguan berkemih
- Perdarahan Pervagina
Pola Aktivitas dan Latihan
- nyeri perut saat mengangkat benda berat
- oedema pada tungkai kaki
- Nyeri pada palpasi : perut penderita biasanya tegang dan agak gembung.
- Nyeri bahu dan leher
- Khawatir
- Ketakutan
Pola Istirahat dan Tidur
- Insomnia
Pola Kognitif dan Perseptual
- nyeri pada abdomen

14
Pola Persepsi dan Konsep Diri
- Gangguan konsep diri
Pola Peran dan Hubungan dengan Sesama
- gangguan peran sebagai seorang istri
Pola Reproduksi Seksualitas
- Adanya perdarahanpervagina
- Pembesaran Uterus
- Pemeriksaan hemoglobin (Hb)
- Gonadotropin korionik (hCG Urin)
- -hCG serum
- pemeriksaan USG
Pola Mekanisme Koping dan Toleransi Terhadap Stress
- gangguan penyesuaian diri terhadap lingkungan

B. Analisis data (Format Portrait)


Data Etiologi Masalah
Data Subjektif: Kerusakan Tuba Fallopii Nyeri Akut
- klien mengatakan Nyeri
pada bahu dan seluruh Pergerakan telur yang
abdomen,terutama abdomen dibuahi sangat lambat
bagian bawah
- klien meringis kesakitan Telur yang telah dibuahi
Data Objektif: berimplantasi dan tumbuh
- klien tampak merintih pada area diluar uterus
kesakitan
-ekspresi wajah meringis Ruptur dinding tuba
- skala nyeri 9
Nyeri Akut

15
Data Subjektif: Kerusakan Tuba Fallopii Ansietas
-klien mengatakan khawatir
dan takut tentang Pergerakan telur yang
penyakitnya dibuahi sangat lambat
-klien mengatakan khawatir
dengan proses pembedahan. Telur yang telah dibuahi
Data Objektif: berimplantasi dan tumbuh
-klien tampak gelisah pada area diluar uterus
-klien tampak bingung
Perjalanan ke uterus, telur
mengalami hambatan

Kehamilan ektopik

Kurang informasi terhadap


proses kehamilan

Mekanisme koping
terganggu

Ansietas
DS: Kerusakan Tuba Fallopii Resiko tinggi terhadap
-klien mengatakan sering devisit volume cairan
keluarnya darah dari vagina Pergerakan telur yang
DO: dibuahi sangat lambat
-klien tampak mengalami
syok hipovelemik Telur yang telah dibuahi
berimplantasi dan tumbuh
pada area diluar uterus

16
Perjalanan ke uterus, telur
mengalami hambatan

Perdarahan pada telur


yang mati

Resiko tinggi terhadap


devisit volume cairan

C. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisik: ruptur dinding tuba
2. Ansietas berhubungan dengan mekanisme koping terganggu
3. Resiko tinggi terhadap devisit volume cairan berhubungan dengan ( Hal. 267 )
perdarahan pada telur yang mati

17
DAFTAR PUSTAKA

Fauziyah. 2012. Obstetri Patologi Untuk Mahasiswa Kebidanan Dan Keperawatan.

Yogjakarta: Nuha Medika

Nugraheny. 2012. Asuhan Kebidanan Pathologi. Yogjakarta: Pustaka Rihama

Nugroho. 2012. Patologi Kebidanan. Yogyakarta: Nuha Medika

Nugroho, T. 2012. OBSGYN: OBSTETRI DAN GINEKOLOGI Untuk Mahasiswa Kebidanan

Dan Keperawatan. Yogjakarta: Nuha Medika.

Pudiastuti, dkk.2012. Asuhan Kebidanan Pada Ibu Hamil Normal Dan Patologi.Cetakan I.

Yogjakarta: Nuha Medika

Setiadi. 2007. Anatomi dan Fisiologi Manusia.Yogjakarta: Graha Ilmu

18

Anda mungkin juga menyukai