Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN MIOMA UTERI

Disusun oleh :
SUSVITA KAMALIA
J230215064

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2021

A. DEFINISI
Mioma uteri merupakan penyakit tumor jinak pada otot rahim yang disertai
jaringan ikatnya. Mioma uteri merupakan tumor jinak yang paling sering ditemukan,
yaitu satu dari empat wanita selama masa reproduksi yang aktif. Gejala terjadinya mioma
uteri sukar dideteksi karena tidak semua mioma uteri memberikan keluhan dan
memperlukan tindakan operatif. Walaupun kebanyakan mioma muncul tanpa gejala,
tetapi sekitar 60% ditemukan secara kebetulan pada laparatomi daearh pelvis (Setiati,
2018).

1
B. ANATOMI FISIOLOGI ORGAN TERKAIT
Uterus atau rahim merupakan organ muskular yang sebagian tertutup oleh
peritoneum atau serosa.Rongga uterus dilapisi endomentrium.Uterus wanita yang tidak
hamil terletak padarongga panggul antara kandung 15 kemih di anterior dan rektum di
posterior.Bentuk uterus menyerupai buah pir, uterus terapung di dalam pelvis dengan
jaringan dan ligamentum. Panjang uterus kurang lebih 7,5 cm, lebar 5 cm, tebal 2,5 cm
dan berat uterus 50 gram. Fungsi uterus adalah untuk menahan ovum yang telah dibuahi
selama perkembangan. Uterus terdiri dari:
1. Fundus uteri
Merupakan bagian uterus proksimal, disitu kedua tuba fallopi berinserasi ke uterus.Di
dalam klinik penting diketahui sampai dimana fundus uteri berada, oleh karena
tuanya kehamilan dapat diperkirakan dengan perabaan fundus uteri.
2. Korpus uteri
Korpus uteri merupakan bagian uterus yang terbesar pada kehamilan.Dinding korpus
uteri terdiri lapisan serosa, muskular dan mukosa.Rongga yang terdapat dalam korpus
uteri disebut kavum uteri atau rongga rahim.Korpus uteri berfungsi sebagai tempat
janin berkembang.
3. Serviks uteri
Serviks merupakan bagian uterus dengan fungsi khusus yang terletak di bawah
ismus.Serviks 16 terutama terdiri dari atas jaringan kolagen, ditambah jaringan elastin
serta pembuluh darah, namun masih memiliki serabut otot polos. Kelenjar ini
berfungsi mengeluarkan sekret yang kental dan lengket dari kanalis servikalis. Jika
saluran kelenjar serviks tersumbat dapat berbentuk kista, retensi berdiameter beberapa
milimeter yang disebut sebagai folikel nabothian.
Secara histologik uterus terdiri dari :
1. Miometrium (lapisan otot polos)
Tersusun sedemikian rupa sehingga dapat mendorong isinya keluar pada waktu
persalinan. Sesudah plasenta lahir akan mengalami pengecilan sampai keukuran
normal sebelumnya.
2. Endometrium (epitel, kelenjar, jaringan dan pembuluh darah)

2
Endometrium merupakan lapisan dalam uterus yang mempunyai arti penting dalam
siklus haid. Pada masa kehamilan endometrium akan menebal, pembuluh darah akan
bertambah banyak, hal ini diperlukan untuk memberikan makan pada janin.
3. Lapisan serosa (peritoneum viseral)
Lapisan serosa terdiri dari ligamentum yang menguatkan uterus, yaitu:
a. Ligamentum kardinale sinistra dan dekstra, mencegah supaya uterus tidak turun.
b. Ligamentum sakrouterium sinistra dan dekstra, menahan uterus supaya tidak
banyak bergerak.
c. Ligamentum rotondum sinistra dan dekstra, menahan uterus agar dalam keadaan
antefleksi.
d. Ligamentum infundibulo pelvikum, ligamen yang menahan tuba falopii.
(Hamylton, 2015)
C. ETIOLOGI
Menurut Setiati (2018) Penyebab pasti mioma uteri belum diketahui secara pasti,
tetapi tumor ini mungkin berasal dari sel otot yang normal, dari otot imatur yang ada di
dalam miometrium atau dari sel embrional pada dinding pembuluh darah uterus. Mioma
tumbuh mulai dari benih – benih multipel yang sangat kecil dan tersebar pada
miometrium. Benih ini tumbuh sangat lambat tetapi progresif. Adapun faktor faktor yang
mempengaruhi pertumbuhan mioma uteri adalah sebagai berikut :
1. Esterogen
Estrogen memegang peranan penting untuk terjadinya mioma uteri, hal ini dikaitkan
dengan: mioma tidak pernah ditemukan sebelum menarche, banyak ditemukan pada
masa reproduksi, pertumbuhan mioma lebih cepat pada wanita hamil dan akan
mengecil pada masa menopause. Ada terori menyatakan bahwa untuk terjadinya
mioma uteri harus terdapat dua komponen penting yaitu: sel nest (sel muda yang
terangsang) dan estrogen (perangsang sel nest secara terus menerus).
2. Progesterone
Progesteron merupakan antagonis natural dari estrogen. Progesteron menghambat
pertumbuhan tumor dengan dua cara yaitu: mengaktifkan hidroxydesidrogenase dan
menurunkan jumlah reseptor estrogen pada tumor.
3. Hormone pertumbuhan

3
Level hormon pertumbuhan menurun selama kehamilan, tetapi hormon yang
mempunyai struktur dan aktivitas biologik serupa, yaitu HPL (Human Placenta
Lactogen), terlihat pada periode ini dan memberi kesan bahwa pertumbuhan yang
cepat dari leymioma selama kehamilan mungkin merupakan hasil dari aksi sinergistik
antara HPL dan Estrogen.
D. PATOFISIOLOGI
Mioma uteri mulai tumbuh sebagai bibit yang kecil didalam miometrium dan
lambat laun membesar karena pertumbuhan itu miometrium mendesak menyusun
semacam pseudokapsula atau sampai semua mengelilingi tumor didalam uterus mungkin
terdapat satu mioma akan tetapi mioma biasanya banyak. Bila ada satu mioma dapat
menonjol kedepan sehingga menekan dan mendorong kandung kemih keatas sehingga
sering menimbulkan keluhan miksi (Aspiani 2017).
Tetapi masalah akan timbul jika terjadi berkurangnya pemberian darah pada
mioma uteri yang menyebabkan tumor membesar, sehingga menimbulkan rasa nyeri dan
mual. Selain itu masalah dapat timbul lagi jika terjadi perdarahan abnormal pada uterus
yang berlebihan sehingga terjadi anemia. Anemia ini bisa mengakibatkan kelemahan
fisik, kondisi tubuh lemah, sehingga kebutuhan perawatan diri tidak dapat terpenuhi.
Selain itu dengan perdarahan yang banyak bisa mengakibatkan seseorang mengalami
kekurangan volume cairan dan timbulnya resiko infeksi. Dan jika dilakukan operasi atau
pembedahan maka akan terjadi perlukaan sehingga dapat menimbulkan kerusakan
jaringan integritas kulit (Aspiani 2017).
Pada post operasi mioma uteri akan terjadi terputusnya integritas jaringan kulit
dan robekan pada jaringan saraf perifer sehingga terjadi nyeri akut. Terputusnya
integritas jaringan kulit mempengaruhi proses epitalisasi dan pembatasan aktivitas, maka
terjadi perubahan pola aktivitas. Kerusakan jaringan mengakibatkan terpaparnya agen
infeksius yang mempengaruhi resiko tinggi infeksi. Pada pasien post operasi akan
terpengaruh obat anestesi yang mengakibatkan depresi pusat pernapasan dan penurunan
kesadaran sehingga pola nafas tidak efektif (Aspiani 2017).
E. TANDA DAN GEJALA

4
Menurut Padila (2015) gejala yang dikeluhkan tergantung letak mioma, besarnya,
perubahan sekunder, dan komplikasi. Tanda dan gejala tersebut dapat digolongkan
sebagai berikut:
1. Perdarahan abnormal seperti dismenore, menoragi, metroragi.
2. Rasa nyeri karena gangguan sirkulasi darah pada sarang mioma yang disertai nekrosis
dan peradangan.
3. Gejala dan tanda penekanan seperti retensio urine, hidronefrosis, hidroureter, poliuri.
4. Abortus spontan karena disoroti rongga uterus pada mioma submukosum.
5. Infertilasi bila sarang mioma menutup atau menekan pars interstitialis tuba.
F. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan mioma uteri menurut Setiati (2018) dilakukan tergantung pada umur,
paritas, lokasi, dan ukuran tumor.Penanganan mioma uteri terbagi atas beberapa
kelompok, yaitu :
1. Penatalaksanaan konservatif
a. Observasi dengan pemeriksaan pelvis secara periodik setiap 3-6 bulan.
b. Jika terjadi anemia, maka Hb kurang.
c. Pemberian zat besi.
d. Penggunaan agonis GnRH leuprolid asetat 3,75 mg IM pada hari pertama sampai
ketiga menstruasi setiap minggu, sebnyak tiga kali.
2. Penanganan operatif
Jenis operasi yang dilakukan untuk mengatasinya dapat berupa langkah-langkah
berikut :
a. Enukleasi mioma
Enukleasi mioma dilakukan pada penderita yang infertil, masih manginginkan
anak, atau mempertahankan uterus demi kelangsungan fertilasi.
b. Histerektomi
Histerektomi dilakukan jika pasien tidak meninginkan anak lagi dan pada pasien
yang memiliki leiomioma yang simtomatik atau yang sudah bergejala.
c. Penanganan Radoterapi
Tujuan dari radioterapi adalah untuk menghentikan perdarahan.
G. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

5
Konsep Asuhan Keperawatan menurut (Padila, 2015):
1. Pengkajian
a. Identitas
b. Riwayat kesehatan
1) Keluhan utama
Keluhan utama yang timbul pada perempuan dengan mioma uteri adalah
perdarahan abnormal seperti dismenore, menoragi dan metroragi. Selain
perdarahan abnormal rasa nyeri juga timbul karena gangguan sirkulasi darah
pada sarang mioma yang disertai nekrosis dan peradangan, nyeri timbul pada
hampir tiap jenis oprasi, hal ini dikarenakan terjadi toherent tarikan,
manipulasi jaringan organ. Rasa nyeri setelah pembedahan biasanya
berlangsung 24-28 jam. Selain itu Keluhan utama dirasakan oleh pasien
mioma uteri, misalnya timbul benjolan diperut bagian bawah yang relatif
lama. Kadang-kadang disertai gangguan haid
2) Riwayat penyakit sekarang
Keluhan yang di rasakan oleh ibu penderita mioma saat dilakukan pengkajian,
seperti rasa nyeri karena terjadi tarikan, manipulasi jaringan organ. Rasa nyeri
setelah bedah dan adapun yang yang perlu dikaji pada rasa nyeri adalah
lokasih nyeri, intensitas nyeri, waktu dan durasi serta kualitas nyeri.
3) Riwayat kesehatan keluarga
Pengkajian riwayat penyakit keluarga untuk kasus myoma uteri submukosum
yang perlu dikaji adalah keluarga yang pernah atau sedang menderita penyakit
yang sama (myoma), karena kasus myoma uteri submukosum dapat terjadi
karena faktor keturunan
4) Riwayat obstetric
a) Haid
Tanyakan tentang riwayat menarhe dan haid terakhir, menarche pada usia
berapa, haid teratur atau tidak, siklus haid berapa hari, lama haid, warna
darah haid, HPHT tidak teratur, terdapat sakit waktu haid atau tidak. Pada
riwayat haid ini perlu dikaji karena pada kasus myoma uteri, perdarahan
yang terjadi kebanyakan perdarahan diluar siklus haid. Maka dengan kita

6
mengetahui siklus haid klien, maka kita dapat membedakan dengan jenis
perdarahan yang lain sebagai akibat perjalanan myoma uteri.
b) Riwayat persalinan dan kehamilan
Hamil dan persalinan berapa kali, anak hidup atau mati, usia, sehat atau
tidak, penolong siapa, nifas normal atau tidak. Pada riwayat ini perlu
dikaji karena myoma uteri lebih sering terjadi pada wanita nulipara.
Kehamilan mempengaruhi pertumbuhan mioma uteri, dimana mioma uteri
tumbuh cepat pada masa hamil ini dihubungkan dengan hormon estrogen,
pada masa ini dihasilkan dalam jumlah yang besar.
5) Riwayat pemakaian alat kontrasepsi
Untuk mengetahui jenis KB yang dipakai oleh klien apakah menggunakan KB
hormonal. Jika memakai KB jenis hormonal khususnya estrogen
mempengaruhi perkembangan myoma tersebut menjadi lebih berbahaya.
6) Pola sehari hari
a) Pola nutrisi
Pasien akan mengalami penurunan nafsu makan
b) Pola eliminasi
Saat sakit pasien mengalami poliuria/retensi urine.
c) Pola tidur
Pasien tidak mengalami gangguan pola tidur
d) Pola aktivitas dan latihan
Pasien akan mengalami sedikit gangguan aktivitas jika dilakukan
pembedahan, lebih sering berada ditempat tidur.
e) Pola persepsi diri
Jumlah kehamilan dan anak yang hidup mempengaruhi psikolog klien dan
keluarga terhadap hilangnya organ kewanitaan.
c. Pemeriksaan fisik
1) Kepala-leher : pada umumnya pasien dengan mioma uteri tidak ada kelainan
pada kepala,
2) Mata :konjungtiva anemis .
3) Hidung : tidak ada kelainan.

7
4) Kardiovaskuler :
Inspeksi : mengamati pulsasi ictus cordis.
Palpasi : teraba atau tidaknya pulsasi.
Perkusi : normalnya terdengar pekak
Auskultasi : normalnya terdengar tunggal suara jantung pertama dan suara
jantung kedua.
5) Paru-Paru :
Inspeksi :kesimetrisan, bentuk/postur dada, gerakan nafas (frekuensi, irama,
kedalaman dan upaya pernafasan/penggunaan otot-otot bantu pernafasan),
lesi, edema, pembengkakan.
Palpasi :simetris, pergerakan dada, masa dan lesi, nyeri, vocal vremitus
apakah normal kanan dan kiri.
Perkusi :normalnya berbunyi sonor.
Auskultasi :normalnya terdengar vesikuler pada kedua paru.
6) Abdomen :
Inspeksi : Pada post operasi tampak luka operasi tertutup kasa steril, kulit
disekitar luka nampak kemerahan, terdapat darah/tidak pada kasa steril,
apakah ada peradangan pada umbilikus/tidak. Terlihat menonjol.
Auskultasi : dengarkan bising usus apakah normal 5-20x/menit.
Palpasi : pada post operasi terdapat nyeri tekan disekitar area luka.
Terdapat nyeri tekan.
Perkusi : kaji suara apakah timpani atau hipertimpani.
7) Ekstremitas:
a) Atas
Inspeksi :mengkaji kesimetrisan dan pergerakan ekstremitas atas,
intregitas ROM (Range Of Motion), kekuatan dan tonus otot.
Palpasi :terjadi pembengkakan pada ekstremitas atas.
b) Bawah
Inspeksi :mengkaji kesimetrisan dan pergerakan ekstremitas bawah,
intregitas ROM (Range Of Motion), kekuatan dan tonus otot.

8
Palpasi :terjadi pembengkakan pada ekstremitas bawah pasien
mioma uteri.
8) Genitalia : perdarahan diluar siklus menstruasi, perdarahan abnormal, terdapat
retensi urine.
d. Pemeriksaan diagnostic
1) MRI
2) CT SCAN
3) Histerosenogram atau endoskopi
4) Pemeriksaan ultrasonografi untuk mengkaji ukuran, jumlah dan lokasi tumor
2. Analisa Data
No Data fokus Etiologi Problem
1. Gejala dan tanda mayor agen Nyeri akut
Subjektif : pencendera (D.0077)
mengeluh nyeri fisiologis
Objektif : tampak meringis, bersikap protektif (missal (missal
waspada, posisi menghindari nyeri), gelisah, frekuensi nadi inflamasi,
meningkat, sulit tidur. iskemi,
Gejala dan tanda minor neoplasma),
Subjektif : tidak tersedia
Objektif : tejkanan darah meningkat, pola napas berubah,
nafsu makan berubah proses berpikir terganggu, menarik diri,
berfokus pada diri sendiri, diaphoresis.
2. Gejala dan Tanda Mayor Konaisi (D.0057)
Subjektif : Keletihan
fislologis
1. Merasa energi tidak pulih walaupun telah tidur
2. Merasa kurang tenaga (mis.
3. Mengeluh lelah
Penyakit
Objektif
1. Tidak mampu mempertahankan aktivita rutin kronis,
2. Tampak lesu penyakit
Gejala dan Tanda Subjektif Minor
Subyektif terminal,
1. Merasa tidak mampu menjalankan tanggung jawab anemie
2. Libido menurun
Objektif malnutrisi,
Kebutuhan istirahat meningkat kehamilan)
9
3. Gejala dan tanda mayor penurunan Gangguan
Subjektif : desakan berkemih (urgensi), uirn menetes kapasitas eliminasi
(dribbling), sering buang air kecil, nokturia, mengompol, enuresis. kandug urin
Objektif : distensi kandung kemih, berkemih tidak tuntas kemih (D.0040)
(hesitancy), volume residu urin meningkat.

4. Faktor Risiko : Risiko Syok


Hipoksemia, Hipoksia, Hipotensi, Kekurangan volume cairan,
(D.0039)
Sepsis, Sindrom respons inflamasi sismetik (systemic inflamatory
response syndrome [SIRS])
5. Faktor resiko : penyakit kronis, efek prosedur invasive, Resiko
malnutrisi, peningkatan paparan oraganisme patogen lingkungan, infeksi
ketidakadekuatan pertahanan tubuh primer (gangguan peristaltic, (D.0142)
kerusakan integritas kulit, perubahan sekresi PH, penurunan kerja
siliaris, ketuban pecah lama, ketiban pecah sebelum waktuya,
meroko statis cairan tubuh), ketidakadekuatan pertahanan tubuh
sekunder (pennurunan hemoglobin, imununosupresi, leukopenia,
supresi respon inflamasi, vaksinasi tidak adekuat).

Diagnosa keperawatan
a. Nyeri akut (D.0077)
b. (D.0057) Keletihan
c. Gangguan eliminasi urin (D.0040)
d. Risiko Syok (D.0039)
e. Resiko infeksi (D.0142)
3. Intervensi
No Diagnosa Kriteria hasil Intervensi
Keperawatan
1. Nyeri akut Setelah dilakukan intervensi keperawatan Manajemen Nyeri
(D.0077) …x 24 jam diharapkan nyeri akut (I.08238)
menurun dengan kriteria hasil : Observasi
(L.08066) Tingkat nyeri - Identifikasi lokasi,
10
Awal Akhir karakteristik, durasi,
Keluhan 2 5 frekuensi, kualitas,
nyeri Cukup menurun intensitas nyeri.
meningkat
- Identifikasi skala nyeri
Meringis 2 5
- Identifikasi faktor yang
Cukup menurun
memperberat dan
meningkat
Gelisah 2 5 memperingan nyeri
Cukup menurun - Identifikasi
meningkat pengetahuan dan
Kesulita 2 5
keyakinan tentang
n tidur Cukup menurun
nyeri
meningkat
- Identifikasi pengaruh
nyeri terhadap kualitas
(L.08063) Kontrol nyeri
hidup
Awal Akhir
Melaporkan 2 5 - Monitor keberhasilan
nyeri Cuku Cukup terapi komplementer.
terkontrol menurun meningkat Terapeutik
Kemampuan 2 5
- Berikan teknik non
mengenali Cuku Cukup
farmakologis untuk
onset nyeri menurun meningkat
mengurangi rasa nyeri.
Kemampuan 2 5
mengenali Cuku Cukup - Kontrol lingkungan

penyebab menurun meningkat yang memperberat rasa

nyeri nyeri
Kemampuan 2 5 - Fasilitasi istirahat dan
menggunaka Cuku Cukup tidur
n teknik non- menurun meningkat - Pertimbangkan jenis
farmakologis dan sumber nyeri
dalam pemilihan
strategi meredakan
nyeri
Edukasi
11
- Jelaskan penyebab,
periode, dan pemicu
nyeri.
- Jelaskan strategi
meredakan nyeri
- Anjurkan memonitor
nyeri secara mandiri
- Anjurkan
menggunakan
analgetik secara tepat
- Ajarkan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi nyeri
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian
analgetik, jika perlu
Pemberian Analgesik
(I.08243)
Observasi
- Identifikasi
karakteristik nyeri
- Identifikasi riwayat
alergi obat
- Identifikasi kesesuaian
jenis analgesic dengan
tingkat keparahan
nyeri
- Monitor tanda-tanda
vital sebelum dan
sesudah pemberian
analgesic
12
- Monitor efektifitas
analgesic
Terapeutik
- Tetapkan target
efektifitas analgesic
untuk mengoptimalkan
respons pasien
- Dokumentasikan
respon terhadap efek
analgesic dan efek
yang tidak diinginkan
Edukasi

- Jelaskan efek terapi


dan efek samping obat

Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian
dosis dan jenis
analgesic, sesuai
indikasi
2. (D.0057) Setelah dilakukan intervensi keperawatan (I.12362) Edukasi
Keletihan
…x 24 jam diharapkan keletihan Aktivitas/Istirahat
menurun dengan kriteria hasil: Observasi
(L.05046) Tingkat keletihan
- Identifikasi kesiapan
Kriteria Awal Akhir dan kemampuan
hasil menerima informasi
verbalisasi 2 5 Terapeutik
kepulihan Cukup Meningkat
- Sediakan materi dan
energi menurun
media pengaturan
Tenaga 2 5 aktivitas dan istirahat
- Jadwalkan pemberian
13
Cukup Meningkat pendidikan kesehatan

menurun sesuai kesepakatan


- Berikan kesempatan
Kemampuan 2 5
kepada pasien dan
melakukan Cukup Meningkat
keluarga untuk bertanya
aktivitas menurun
Edukasi
rutin
- Jelaskan pentingnya
Verbalisasi 2 5
melakukan aktivitas
lelah Cukup Menurun
fisik/olahraga secara
meningkat
rutin
Lesu 2 5
- Anjurkan terlibat dalam
Cukup Menurun
aktivitas kelompok,
meningkat
aktivitas bermain atau
Pola 2 5 aktivitas lainnya
istirahat Cukup membaik - Anjurkan menyusun
memburu jadwal aktivitas dan
k istirahat
- Anjurkan cara
mengidentifikasi
kebutuhan istirahat
(misalnya kelelahan,
sesak napas saat
aktivitas)
- Anjurkan cara
mengidentifikasi target
dan jenis aktivitas
sesuai kemampuan

(I.05178) Manajemen
Energi

14
Observasi

- Identifikasi gangguan
fungsi tubuh yang
mengakibatkan
kelelahan
- Monitor kelelahan fisik
dan emosional
- Monitor pola dan jam
tidur
- Monitor lokasi dan
ketidaknyamanan
selama melakukan
aktivitas
Terapeutik

- Sediakan lingkungan
nyaman dan rendah
stimulus (mis. Cahaya,
suara, kunjungan)
- Lakukan latihan rentang
gerak pasif dan/atau
aktif
- Berikan aktivitas
distraksi yang
menenangkan
- Fasilitasi duduk disisi
tempat tidur, jika tidak
dapat berpindah atau
berjalan
Edukasi

- Anjurkan tirah baring


15
- Anjurkan melakukan
aktivitas secara
bertahap
- Anjurkan menghubungi
perawat jika tanda dan
gejala kelelahan tidak
berkurang
- Ajarkan strategi koping
untuk mengurangi
kelelahan
Kolaborasi

- Kolaborasi dengan ahli


gizi tentang cara
meningkatkan asupan
makanan.
3. Gangguan Setelah dilakukan asuhan keperawatan Manajemen eliminasi
eliminasi selama ….x 24 jam diharapkan diagnosa urine (I.04152)
gangguan eliminasi urin teratasi dengan
urin Observasi
kriteria hasil:
(D.0040) Eliminasi urine (L.04034) - identifikasi tanda dan
Kriteria Awal Akhir gejala retensi atau
hasil inkontinensia urin
Desakan 2 5
berkemih - identifikasi faktor yang
Cukup menurun
(urgensi) menyebabkan retensi
meningkat
menurun atau inkontinensia urin

Distensi 2 5 - monitor eliminasi urin


kandung Cukup menurun terapeutik
kemih
meningkat - catat waktu-waktu dan
menurun
haluaran berkemih
- batasi asupan cairan,
jika perlu
edukasi
16
- ajarkan mengukur
cairan dan haluaran urin
- ajarkan mengenali tanda
berkemih dan waktu
yang tepat untuk
berkemih
kolaborasi
- kolaborasi pemberian
obat supositoria uretra,
jika pelu
4. Risiko Syok Setelah dilakukan intervensi keperawatan Pencegahan Syok
(D.0039) …x 24 jam diharapkan resiko syok (I.02068)
menurun dengan kriteria hasil : Observasi

(L.03032) Tingkat syok - monitor status


kardiopulmona
kriteria Awal Akhir (frekuensi dan kekuatan
hasil nadi, frekuensi napas,
Kekuatan 2 5 TD, MAP)
nadi Cukup Meningkat - Monitor status
menurun oksigenasi
- Monitor status cairan
Output 2 5
urin Cukup Meningkat - Monitor tingkat

menurun kesadaran dan respon


pupil
Akral 2 5
- Periksa riwayat alergi
dingin Cukup Menurun
Terapeutik
meningkat
- Berikan oksigen untuk
pucat 2 5 mempertahankan
Cukup Menurun saturasi oksigen
meningkat - Persiapkan intubasi dan
Tekanan 2 5 dan ventilasi mekanis
17
darah Cukup Membaik jika perlu

sistolik memburuk - Pasang jalur IV jika


perlu
Tekanan 2 5
- Pasang kateter urin
darah Cukup Membaik
untuk menilai produkdi
diastolik memburuk
urin
- Lakukan skin test untuk
penceghan alergi
Edukasi
- Jelaskan
penyebab/faktor resiko
syok
- Jelaskan tanda dan awal
gejala syok
- Anjurkan melapor jika
menemukan atau
merasakan tanda dan
gejala awal syok
- Anjurkan
memperbanyak asupan
cairan oral
- Anjurkan menghindari
allergen
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian
IV, jika perlu
- Kolaborasi pemberian
transfuse darah jika
perlu
- Kolaborasi pemberian
antiinflamasi jik perlu.
18
(L.03121) Pemantauan
cairan
Observasi

- Monitor frekuensi dan


tekanan nadi
- Monitor frekuensi
napas
- Monitor tekanan darah
- Monitor berat badan
- Monitor waktu
pengisian kapiler
- Monitor elastisitas
atau turgor kulit
- Monitor jumlah, berat
jenis urine
- Monitor kadar
albumin dan protein
total
- Monitor hasil
pemeriksaan serum
- Monitor intake dan
output cairan
- Identifikasi tanda-
tanda hipovolemia
(mis., Frekuensi nadi
meningkat, nadi teraba
lemah, tekanan darah
menurun, tekanan nadi
menyempit, turgor
kulit menurun,
membran mukosa
19
kering, volume urin
menurun, hematokrit
meningkat, haus,
lemah, konsentrasi
urine meningkat, berat
badan menurun dalam
waktu singkat).
- Identifikasi faktor
resiko
ketidakseimbanagn
cairan (mis. Prosedur
pembedahan mayor,
trauma/ perdarahan,
luka bakar, aferesis,
obstruksi
intestinal,peradangan
pankreas, penyakit
ginjal dan kelenjar,
disfungsi intestinal).

Terapeutik

- Atur interval waktu


pemantauan sesuai
dengan kondisi pasien
- Dokumentasikan hasil
pemantauan

Edukasi

- Jelaskan tujuan dan


prsedur pemantauan
- Informasikan hasil

20
pemantauan, jika perlu
4. Resiko Setelah dilakukan intervensi keperawatan (I.14539) Pencegahan
infeksi …x 24 jam diharapkan risiko infeksi Infeksi
(D.0142) menurun dengan kriteria hasil : Observasi
(L.14137) Tingkat Infeksi
- Monitor tanda dan
Kriteria Awal Akhir
gejala infeksi lokal dan
hasil
sistemik
Nyeri 2 5
cukup menurun Terapeutik
meningkat
Kadar sel 2 5 - Batasi jumlah

darah cukup menurun pengunjung

putih meningkat - Cuci tanga sebelum dan


sesudah kontak dengan
pasien dan lingkungan
pasien
- Pertahankan teknik
aseptik pada pasien
beresiko tinggi

Edukasi

- Jelaskan tanda dan


gejala infeksi
- Ajarkan cara mencuci
tangan dengan benar
- Ajarkan etika batuk
- Ajarkan cara memeriksa
kondisi luka atau luka
operasi
- Anjurkan meningkatkan
asupan nutrisi
- Anjurkan meningkatkan
21
asupan cairan

Kolaborasi

- Kolaborasi pemberian
imunisasi jika perlu

H. DAFTAR PUSTAKA
Aspiani, Y, R. (2017). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Maternitas. Jakarta: TIM
Hamylton. (2015). At A Glance Sistem ReproduksiEdisi II. Jakarta :EMS, Erlangga
Medical Series
Padila. (2015). Asuhan Keperawatan Maternitas II. Yogyakarta:Nuha Medika.
Setiati Eni. (2018). Waspada 4 Kanker Ganas Pembunuh Wanita. Yogyakarta: C.V Andi
Offset.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2017). Standar diagnosis keperawatan Indonesia. Jakarta:
DPP PPNI.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2018). Standar intervensi keperawatan Indonesia. Jakarta:
DPP PPNI.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2019). Standar luaran keperawatan Indonesia. Jakarta:
DPP PPNI.

22

Anda mungkin juga menyukai