Anda di halaman 1dari 47

LAPORAN PENDAHULUAN MIOMA UTERI

PADA PASIEN NY RA DI RUANG LEGONG RAWAT INAP LT III


RSU SURYA HUSADHA DENPASAR
TANGGAL 5 JULI 2021 s/d 7 JULI 2021

OLEH:
A.A SAGUNG ISTRI SUKMAWATI, S.Kep
NIM C2221006

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


STIKES BINA USADA BALI
2021
BAB I

KONSEP DASAR

A. Anatomi Fisiologi

Uterus berbentuk seperti bola lampu pijar atau buah pir dan memiliki rongga

yang terdiri dari tiga bagian besar, yaitu corpus uterus berbentuk segitiga, cervix

uteri berbentuk silinder, cavum uterus. Bagian rahim antara kedua pangkal tuba,

yang disebut fundus uteri, merupakan bagian proksimal rahim (Mochtar, 2011).

Sumber: Cunningham, et al., (2013)

Pada sebagian besar perempuan, sumbu panjang uterus melengkung ke

depan terhadap sumbu panjang vagina disebut anteversi. Antefleksi uterus (sumbu

panjang corpus uterus melengkung ke depan setinggi ostium internum uteri pada

sumbu panjang cervix uteri). Pada beberapa perempuan fundus uteri dan corpus

uterus melengkung ke belakang terhadap vagina, sehingga uterus terletak di dalam

excavatio rectouterina (cavum Douglasi) disebut retroversi. Bila korpus uteri juga

terletak melengkung ke belakang terhadap cervix uteri, posisi ini dikatakan

retrofleksi. Uterus diliputi oleh peritoneum, kecuali di bagian anterior dan di


bawah ostium internum, di tempat ini peritoneum berjalan ke depan dan atas

vesica urinaria. Di lateral, juga terdapat ruangan diantara tempat lekat lapisan

ligamentum latum. Pembuluh darah. Arteri utama vang mendarahi uterus adalah

arteri uterina, cabang dari arteri iliaca interna. Pembuluh ini mencapai uterus

dengan berjalan ke medial di basis ligamentum lati. Arteri uterina menyilang di

atas ureter tegak lurus dan mencapai cervix setinggi ostium internum cervici.

Arteri kemudian berjalan ke atas sepanjang pinggir lateral uterus di dalam

ligamentum latum dan akhirnya beranastomosis dengan arteri ovarica, yang juga

mendarahi uterus. Vena uterina mengikuti arteri dan bermuara ke dalam vena

iliaca interna. Pembuluh limfe dari fundus uteri menyertai arteria ovarica dan

mengalirkan limfe ke nodi paraaortici setinggi vertebra lumbalis pertama.

Pembuluh dari corpus dan cervix uteri bermuara ke nodi iliaci interni dan externi.

Beberapa pembuluh limfe mengikuti ligamentum teres uteri di dalam canalis

inguinalis dan mengalirkan limfe ke nodus inguinales superficiales. Saraf-saraf

simpatik dan parasimpatik berasal dari plexus hypogastricus inferior. Uterus

terutama disokong oleh tonus musculus levator ani dan kondensasi fascia pelvis

yang membentuk ligamentum latum uteri, ligamentum sacrouterina, ligamentum

cardinal (Snell, 2018).

B. Definisi Mioma Uteri

Mioma uteri yaitu tumor jinak pada rahim, selain bisa ganas, lebih sering

muncul tumor jinak pada rahim atau mioma uteri. Jenis tumornya tidak hanya satu.

Bisa tumbuh dibagian dinding luar rahim, pada otot rahimnya, atau bisa juga

dibagian dinding dalam rahim sendiri. Ini jenis tumor yang lebih banyak
ditemukan. Rata-rata pada wanita di atas usia 30 tahun (Irianto, 2015). Mioma

uteri adalah suatu tumor jinak berbatas tegas tidak berkapsul yang berasal dari otot

polos dan jaringan ikat fibrous. Biasa juga disebut fibromioma uteri, leiomioma

uteri atau uterine fibroid. Tumor jinak ini merupakan neoplasma jinak yang sering

ditemukan pada traktus genitalia wanita, terutama wanita sesudah produktif

(menopouse) (Aspiani, 2017). Mioma uteri yang disebut juga dengan

fibroid uterus atau leiomioma uterus adalah tumor jinak otot polos uterus yang

terdiri dari sel-sel jaringan otot polos, jaringan pengikat fibroid, dan kolagen

(Surya & Muzakkar, 2017).

C. Etiologi Mioma Uteri

Menurut Setiati (2018) penyebab pasti mioma uteri belum diketahui secara

pasti, tetapi tumor ini mungkin berasal dari sel otot yang normal, dari otot imatur

yang ada di dalam miometrium atau dari sel embrional pada dinding pembuluh

darah uterus. Mioma tumbuh mulai dari benih – benih multipel yang sangat kecil

dan tersebar pada miometrium. Benih ini tumbuh sangat lambat tetapi progresif.

Ada beberapa faktor yang berpengaruh sebagai faktor risiko terjadinya mioma

uteri, yaitu:

1. Umur

Risiko mioma uteri meningkat seiring dengan peningkatan umur. Kasus mioma

uteri terbanyak terjadi pada kelompok umur 40-49 tahun. Mioma uteri jarang

ditemukan pada wanita di bawah umur 20 tahun dan belum pernah dilaporkan

terjadi kasus sebelum menarche, dan setelah menopause hanya 10% kejadian
mioma uteri yang masih dapat bertumbuh lebih lanjut. Mioma uteri biasanya

akan menunjukkan gejala klinis pada umur 40 tahun keatas.

2. Paritas

Mioma uteri lebih sering ditemukan pada wanita nullipara atau wanita yang

kurang subur. Mioma uteri berkurang pada wanita yang mempunyai anak lebih

dari satu dibandingkan dengan wanita yang belum pernah melahirkan, hal ini

berkaitan juga dengan keadaan hormonal. Beberapa penelitian menemukan

hubungan saling berbalik antara paritas dan munculnya myoma uteri. Hal ini

disebabkan besarnya jumlah reseptor estrogen yang berkurang di lapisan

miometrium setelah kehamilan.

3. Ras dan Genetik

Pada wanita ras tertentu, khususnya wanita berkulit hitam, angka kejadian

mioma uteri tinggi. Terlepas dari faktor ras, kejadian tumor ini tinggi pada

wanita dengan riwayat keluarga penderita mioma uteri.

4. Fungsi Ovarium

Diperkirakan ada korelasi antara hormon estrogen dengan pertumbuhan

mioma, dimana mioma uteri muncul setelah menarke, berkembang setelah

kehamilan, dan mengalami regresi setelah menopause. Pemberian agonis

GnRH dalam waktu lama sehingga terjadi hipoestrogenik dapat mengurangi

ukuran mioma. Efek estrogen pada pertumbuhan mioma mungkin berhubungan

dengan respon mediasi oleh estrogen terhadap reseptor dan faktor pertumbuhan

lain. Terdapat bukti peningkatan produksi reseptor dan faktor pertumbuhan

lain. Terdapat bukti peningkatan produksi reseptor progesteron, faktor


pertumbuhan epidermal, dan insulin-like growth factor pertama yang

distimulasi oleh estrogen.

D. Manifestasi klinis Mioma Uteri

Menurut Padila (2015) gejala yang dikeluhkan tergantung letak mioma,

besarnya, perubahan sekunder, dan komplikasi. Tanda dan gejala tersebut dapat

digolongkan sebagai berikut:

1. Perdarahan abnormal seperti dismenore, menoragi, metroragi.

2. Rasa nyeri karena gangguan sirkulasi darah pada sarang mioma yang disertai

nekrosis dan peradangan.

3. Gejala dan tanda penekanan seperti retensio urine, hidronefrosis, hidroureter,

poliuri.

4. Abortus spontan karena disoroti rongga uterus pada mioma submukosum.

5. Infertilasi bila sarang mioma menutup atau menekan pars interstitialis tuba.

E. Patofisiologi Mioma Uteri

Mioma uteri mulai tumbuh sebagai bibit yang kecil didalam miometrium

dan lambat laun membesar karena pertumbuhan itu miometrium mendesak

menyusun semacam pseudokapsula atau sampai semua mengelilingi tumor

didalam uterus mungkin terdapat satu mioma akan tetapi mioma biasanya banyak.

Bila ada satu mioma dapat menonjol kedepan sehingga menekan dan mendorong

kandung kemih keatas sehingga sering menimbulkan keluhan miksi. Tetapi

masalah akan timbul jika terjadi berkurangnya pemberian darah pada mioma uteri

yang menyebabkan tumor membesar, sehingga menimbulkan rasa nyeri dan mual.
Selain itu masalah dapat timbul lagi jika terjadi perdarahan abnormal pada uterus

yang berlebihan sehingga terjadi anemia. Anemia ini bisa mengakibatkan

kelemahan fisik, kondisi tubuh lemah, sehingga kebutuhan perawatan diri tidak

dapat terpenuhi. Selain itu dengan perdarahan yang banyak bisa mengakibatkan

seseorang mengalami kekurangan volume cairan dan timbulnya resiko infeksi. Dan

jika dilakukan operasi atau pembedahan maka akan terjadi perlukaan sehingga

dapat menimbulkan kerusakan jaringan integritas kulit (Aspiani 2017).

Pada post operasi mioma uteri akan terjadi terputusnya integritas jaringan

kulit dan robekan pada jaringan saraf perifer sehingga terjadi nyeri akut.

Terputusnya integritas jaringan kulit mempengaruhi proses epitalisasi dan

pembatasan aktivitas, maka terjadi perubahan pola aktivitas. Kerusakan jaringan

mengakibatkan terpaparnya agen infeksius yang mempengaruhi resiko tinggi

infeksi. Pada pasien post operasi akan terpengaruh obat anestesi yang

mengakibatkan depresi pusat pernapasan dan penurunan kesadaran sehingga pola

nafas tidak efektif (Prawirohardjo, 2012)

F. Pathway Mioma Uteri

terlampir

G. Klasifikasi Mioma Uteri

Berdasarkan letaknya mioma uteri diklasifikasikan menjadi 3 bagian,

diantaranya: (Saifudin, 2011)


1. Mioma Uteri Submukosum

Mioma yang berada di bawah lapisan mukosa uterus/endometrium dan tumbuh

kearah kavun uteri. Hal ini menyebabkan terjadinya perubahan bentuk dan besar

kavum uteri.

2. Mioma Uteri Intramural

Mioma yang terdapat di dinding uterus di antara serabut miometrium. Biasanya

multipel. Apabila masih kecil, lidak merubah bentuk uterus, tapi biia besar akan

menyebabkan uterus berbenjolbenjol, uterus bertambah besar dan berubah

bentuknya. Mioma sering tidak memberikan gejala klinis yang berarti kecuali

rasa tidak enak karena adanya massa tumor di daerah perut sebelah bawa

3. Mioma Uteri Subserosum

Lokasi lumor di sub serosa korpus uteri. Dapat hanya sebagai tonjolan saja,

dapat pula sebagai suatu massa yang dihubungkan dengan uterus melalui

tangkai. Pertumbuhan kearah lateral dapat berada dalam ligamentum latum, dan

disebut sebagai mioma intraligamen. Mioma yang cukup besar akan mengisi

rongga peritoneum sebagai suatu massa. Perlengketan dengan omentum di

sekitamya menyebabkan sistem peredaran darah diambil alih dari tangkai ke

omentum. Akibatnya tangkai semakin mcngecil dan terputus, sehingga mioma

terlepas dari uterus sebagai massa tumor yang bebas dalam rongga peritoneum

H. Gejala klinis Mioma Uteri

Menurut Nurarif & Kusuma (2015) tanda dan gejala mioma uteri yaitu:

1. Perdarahan abnormal : Hipermenore, menoragia, metroragia yang disebabkan

oleh:

a. Pengaruh ovarium sehingga terjadi hiperplasi endometrium.


b. Permukaan endometrium yang lebih luas dari biasanya.

c. Atrofi enddometrium yang lebih luas dari biasanya.

d. Miometrium tidak dapat berkontraksi optimal karena adanya sarang mioma

diantara serabut miometrium sehingga tidak dapat menjepit pembuluh

darah yang melaluinya dengan baik.

2. Nyeri

Nyeri panggul karena tekanan, muncul karena sebagian besar miom menekan

struktur di daerah panggul. Pada mioma submukosum yang dilahirkan dapat

menyempitkan canalis servikalis sehingga menimbulkan dismenore.

3. Gejala penekanan

Penekanan pada vesika urinaria menyebabkan poliuri, pada uretra

menyebabkan retensio urine, pada ureter menyebabkan hidroureter dan

hidronefrosis, pada rectum menyebabkan obstipasi dan tenesmia, pada

pembuluh darah dan limfe menyebabkan edema tungkai dan nyeri panggul

4. Disfungsi reproduksi

Hubungan antara mioma uteri sebagai penyebab infertilitas masih belum jelas,

27- 40% wanita dengan mioma uteri mengalami infertilitas

I. Komplikasi

Menurut Manuaba (2015), komplikasi mioma uteri terbagi menjadi 3 yaitu :

1. Perdarahan sampai terjadi anemia

2. Degenerasi ganas mioma uteri yang menjadi leiomiosarkoma ditemukan hanya

0,32-0,6% dari seluruh mioma; serta merupakan 50- 75% dari semua sarkoma

uterus.
3. Torsi atau putaran tangkai mioma bertangkai dapat terjadi torsi atau

terputarnya tumor. Hal itu dapat menyebabkan gangguan sirkulasi akut

sehingga mengalami nekrosis

J. Pemeriksaan penunjang/diagnostik

Menurut Nurarif & Kusuma (2015) pemerikasaan diagnostik mioma uteri

meliputi :

1. Tes laboratorium

Hitung darah lengkap dan apusan darah : leukositosis dapat disebabkan oleh

nekrosis akibat torsi atau degenerasi. Menurunnya kadar hemoglobin dan

hematokrit menunjukan adanya kehilangan darah yang kronik.

2. Tes kehamilan terhadap chorioetic gonadotropin sering membantu dalam

evaluasi suatu pembesaran uterus yang simetrik menyerupai kehamilan atau

terdapat bersamaan dengan kehamilan.

3. Ultrasonografi

Apabila keberadaan massa pelvis meragukan, sonografi dapat membantu.

4. Pielogram intravena

a. Pap smear serviks

Selalu diindikasikan untuk menyingkap neoplasia serviks sebelum

histerektomi

b. Histerosal pingogram

Dianjurkan bila klien menginginkan anak lagi dikemudian hari untuk

mengevaluasi distorsi rongga uterus dan kelangsungan tuba falopi (Nurarif

& Kusuma, 2015).


K. Penatalaksanaan

Terapi harus memperhatikan usia, paritas, kehamilan, konservasi fungsi

reproduksi, keadaan umum, dan gejala yang ditimbulkan. Bila kondisi pasien

sangat buruk, lakukan upaya perbaikan yang diperlukan termasuk nutrisi,

suplementasi zat esensial, ataupun transfusi. Pada keadaan gawat darurat akibat

infeksi atau gejala abdominal akut, siapkan tindakan bedah gawat darurat untuk

menyelamatkan penderita. Pilihan prosedur bedah terkait dengan mioma uteri

adalh miomektomi atau histerektomi (Anwar, 2011).


BAB II

KONSEP ADAPTASI

A. Adaptasi Fisiologis

1. Sistem Reproduksi

a. Uterus

Menurut Prawiroharjo (2012), Pembesaran uterus merupakan perubahan

anatomi yang paling nyata pada ibu hamil. Peningkatan konsentrasi hormon

estrogen dan progesteron pada awal kehamilan akan menyebabkan

hipertrofi miometrium. Hipertrofi tersebut dibarengi dengan peningkatan

yang nyata dari jaringan elastin dan akumulasi dari jaringan fibrosa

sehingga struktur dinding uterus menjadi lebih kuat terhadap regangan dan

distensi. Hipertrofi miometrium juga disertai dengan peningkatan

vaskularisasi dan pembuluh limfatik. 7 Uterus bertambah besar, dari yang

beratnya 30 gr. Menjadi 1000 gr saat akhir kehamilan (40 minggu).

Pembesaran ini di sebabkan oleh peningkatan vaskularisasi dan dilatasi

pembuluh darah, hipertofi dari otot-otot rahim, dan perkembangan desidua

dan pertumbuhan janin. Pada Trimester III (> 28 minggu) dinding uterus

mulai menipis dan lebih lembut. Pergerakan janin dapat diobservasi dan

badannya dapat diraba untuk mengetahui posisi dan ukurannya, korpus

berkembang menjadi segmen bawah rahim. Pada minggu ke-36 kehamilan

terjadi penurunan janin ke bagian bawah rahim, hal ini disebabkan

melunaknya jaringanjaringan dasar panggul bersamaan dengan gerakan

yang baik dari otot rahim dan kedudukan bagian bawah rahim.
b. Serviks

Perubahan yang penting pada serviks dalam kehamilan adalah menjadi

lunak. Sebab pelunakan ini adalah pembuluh darah dalam serviks bertambah

dan karena timbulnya oedema dari serviks dan hiperplasia serviks. Pada

akhir kehamilan, serviks menjadi sangat lunak dan portio menjadi pendek

(lebih dari setengahnya mendatar) dan dapat dimasuki dengan mudah oleh

satu jari.

c. Vagina

Pada Trimester III, estrogen menyebabkan perubahan pada lapisan otot dan

epitelium. Lapisan otot membesar, vagina lebih elastis yang memungkinkan

turunnya bagian bawah janin (Indrayani, 2016).

d. Ovarium

Tidak terjadi pembentukan folikel baru dan hanya terlihat perkembangan

dari korpus luteum (Hani, 2011).

e. Payudara

Konsentrasi tinggi estrogen dan progesteron yang dihasilkan oleh plasenta

menimbulkan perubahan pada payudara (tegang dan membesar). Adanya

chorionic somatotropin (Human Placental Lactogen/HPL) dengan muatan

laktogenik akan merangsang pertumbuhan kelenjar susu di dalam 8

payudara dan berbagai perubahan metabolik yang mengiringinya (Asrinah

dkk, 2015).

2. Sistem pencernaan

a. Mulut dan Gusi


Peningkatan estrogen dan progesteron meningkatnya aliran darah ke

rongga mulut, hipervaskularisasi pembuluh darah kapiler gusi sehingga

terjadi oedema.

b. Lambung

Estrogen dan HCG meningkat, dengan efek sampingg mual dan muntah-

muntah. Perubahan peristaltik dengan gejala sering kembung, konstipasi,

lebih sering lapar/ perasaan ingin makan terus (mengidam), juga akibat

peningkatan asam lambung.

c. Usus Halus dan Usus Besar

Tonus otot- otot saluran pencernaan melemah sehingga motilitas dan

makanan akan lebih lama berada dalam saluran makanan. Reasorbsi

makanan baik, namun akan menimbulkan obstipasi.

3. Sistem perkemihan

Ureter membesar, tonus otot- otot saluran kemih menurun akibat pengaruh

estrogen dan progesteron. Kencing lebih sering, laju filtrasi meningkat.

Dinding saluran kemih bisa tertekan oleh perbesaran uterus, menyebabkan

hidroureter dan mungkin hidronefrosis sementara. Kadar kreatinin, urea dan

asam urat dalam darah mungkin menurun, namun ini dianggap normal.

4. Sistem kardiovaskuler Meningkatnya beban kerja menyebabkan otot jantung

mengalami hipertrrofi, terutama ventrikel kiri sebagai pengatur pembesaran

jantung. Kecepatan darah meningkat (jumlah darah yang dialirkan oleh jantung

dalam setiap denyutnya) sebagai hasil dari peningkatan curah jantung. Ini

meningkatkan volume darah dan oksigen ke seluruh organ dan jaringan ibu

untuk pertumbuhan janin (Asrinah dkk, 2015).


5. Sistem integumen

Pada kulit terjadi perubahan deposit pigmen dan hiperpigmentasi karena

pengaruh Melanophore Stimulating Hormon lobus hipofisis anterior dan

pengaruh kelenjar suprarenalis. Hiperpigmentasi ini terjadi pada striae

gravidarum livide,atau alba, aerola mamae, papilla mamae, linea nigra,

chloasmagravidarum. Setelah persalinan hiperpigmentasi akan menghilang.

6. Sistem pernapasan

Pada kehamilan terjadi perubahan sistem respirasi untuk bisa memenuhi

kebutuhan O2. Disamping itu terjadi desakan diafragma akibat dorongan rahim

yang membesar pada usia kehamilan 32 minggu. Sebagai kompensasi

terjadinya desakan rahim dan kebutuhan O2 yang meningkat, ibu hamil akan

bernafas lebih dalam sekitar 20 sampai 25% dari biasanya.

7. Metabolisme

Metabolisme basal naik sebesar 15% sampai 20% dari semula, terutama pada

trimester ketiga. Kesimbangan asam basa mengalami penurunan dari 155 mEq

per liter menjadi 145mEq per liter disebabkan adanya hemodilusi darah dan

kebutuhan mineral yang dibutuhkan janin. Kebutuhan protein perempuan

hamil semakin tinggi untuk pertumbuhan dan perkembangan janin,

perkembangan organ kehamilan dan persiapan laktasi. Dalam makanan

diperlukan protein tinggi sekitar 0,5 gr/kgBB atau sebutir telur ayam sehari.

Kebutuhan kalori didapatkan dari karbohidrat, lemak, dan protein. Kebutuhan

zat mineral untuk ibu hamil. Berat badan ibu hamil bertambah (Asrinah dkk,

2015).
B. Adaptasi Psikologis

Perubahan psikososial yang sering terjadi pada kehamilan antara lain pada

trimester I, menerima kehamilan; trimester II menerima bayi, dan trimester III

menyiapkan kelahiran bayi sebagai akhir dari kehamilan. Ibu hamil akan

menunjukkan respon yang ambivalen, yaitu respon terhadap kehamilannya

dirasakan ada 2 yakni senang dan sedih. Perasaan ibu hamil yang senang dan sedih

sering dapat merusak hubungan suami istri karena ibu biasanya mengalami emosi

yang labil. Hal ini disebabkan karena masa menjadi orang tua dianggap sebagai

suatu transisi peran dan didasarkan pada tahapan tugas perkembangan. Selain ibu,

ayah pun memerlukan persiapan sosial untuk menjadi orang tua walaupun

perannya lebih sedikit dibandingkan dengan ibu, dan hanya ada sedikit hal yang

dapat disiapkan dalam menghadapi kehamilan istrinya, kecuali bila pasangan

suami istri mengikuti kelas pendidikan melahirkan yang dapat mereka hadiri

bersama dengan pasangannya. Ibu hamil diperbolehkan melakukan hubungan

seksual dengan pasangannya, namun prinsip terpenting adalah tidak menekan perut

ibu hamil/janin dalam kandungan. Hal yang harus Anda waspadai adalah peran

Anda dalam memberikan pendidikan kesehatan tentang hubungan seksual selama

kehamilan. Terutama jika ibu hamil memiliki riwayat abortus spontan, persalinan

prematur, ketuban pecah dini, maka hubungan seksual tidak boleh dilakukan pada

awal kehamilan atau sebelum akhir trimester 3 (Karjatin, 2016).


BAB III

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS

A. PENGKAJIAN

Menurut Padila (2015) gambaran asuhan keperawatan pada pasien dengan

mioma uteri meliputi :

1. Pengumpulan

Data Pengumpulan data merupakan kegiatan dalam menghimpun informasi

(data-data) dari klien. Data yang dapat dikumpulakn pada klien sesudah

pembedahan total abdominal hysterektomy dan bilateral saphingo

oophorectomy (TAH-BSO) adalah sebagai berikut :

a. Mioma biasanya terjadi pada usia reproduksi, paling sering ditemukan pada

usia 35 tahun keatas.

b. Makin tua usia maka toleransi terhadap nyeri akan berkurang

c. Orang dewasa mempunyai dan mengetahui cara efektif dalam

menyesuaikan diri terutama terhadap perubahan yang terjadi pada dirinya

akibat tindakan TAH-BSO. 24

2. Keluhan utama

Keluhan utama yang timbul pada perempuan dengan mioma uteri adalah

perdarahan abnormal seperti dismenore, menoragi dan metroragi. Selain

perdarahan abnormal rasa nyeri juga timbul karena gangguan sirkulasi darah

pada sarang mioma yang disertai nekrosis dan peradangan, nyeri timbul pada

hampir tiap jenis oprasi, hal ini dikarenakan terjadi toherent tarikan, manipulasi
jaringan organ. Rasa nyeri setelah pembedahan biasanya berlangsung 24-28

jam.

3. Riwayat Reproduksi

a. Haid : Dikaji tentang riwayat menarche haid terakhir, sebab mioma uteri

tidak pernah ditemukan sebelum menarche dan mengalami atrofi pada

masa menopause. Selain riwayat menarche, volume dan siklus haid juga

perlu dikaji.

b. Riwayat Perdarahan: Dikaji apakah pasien pernah mengalami perdarahan

sebelumnya.

c. Hamil dan persalianan

1) Kehamilann mempengaruhi pertumbuhan mioma, dimana mioma uteri

tumbuh cepat pada masa hamil ini dihubungkan dengan hormon

esterogen pada masa ii dihasilakn dalam jumlah yang besar

2) Jumlah kehamilan dan anak yang hidup mempengaruhi psikolog klien

dan keluarga terhadap hilangnya organ kewanitaan.

4. Data psikologis

Pengangkatan organ reproduksi dapat sangat berpengaruh terhadap emosional

klien dan diperlukan waktu untuk memulai perubahan yang terjadi. Organ

reproduksi merupakan komponen kewanitaan, wanita melihat fungsi

menstruasi sebagai lambang feminitas, sehingga berhentinya menstruasi bisa

dirasakan sebagai hilangnya perasaan kewanitaan. Perasaan seksualitas dalam

arti hubungan seksual perlu ditangani. Beberapa wanita merasa cemas bahwa

hubungan seksualitas terhalangi atau hilangnya kepuasan. Pengetahuan klien

tentang dampak yang akan terjadi sangat perlu persiapan psikolog klien.
5. Status respiratori

Respirasi bisa meningkatkan atau menurun. Pernafasan yang ribut dapat

terdengar tanpa stetoskop. Bunyi pernafasan akibat lidah jatuh kebelakang atau

akibat secret. Suara paru yang kasar merupakan gejala terdapat secret pada

saluran nafas. Usaha batuk dan bernafas dalam dilaksanakan segera pada klien

yang memakai anestesi general.

6. Tingkat kesadaran

Tingkat kesadaran dibuktikan melalui pertanyaan sederhana yang harus

dijawab oleh klien atau di suruh untuk melakukan perintah. Variasi tingkat

kesadaran dumulai dari siuman sampai ngantuk, harus di observasi dan

penurunan tingkat kesadaran merupakan gejala syok.

7. Status urinari

Retensi urin paling umum terjadi setelah pembedahan ginekologi, klien yang

hidrasinya baik biasanya kencing setelah 6 sampai 8 jam setelah pemebdahan.

Jumlah output urine yang sedikit akibat kehilangan cairan tubuh saat operasi,

muntah akibat anestesi.

8. Status gastrointestinal

Fungsi gastrointestinal biasanya pulih pada 24-27 jam setelah pembedahan,

tergantung pada kekuatan efek narkose pada penekanan intestinal. Ambulatori

dan kompres hangat perlu diberikan untuk menghilangkan gas dalam usus.

9. Pola Kebiasaan sehari-hari

a. Pola nutrisi

Sebelum dan sesudah mengalami mioma uteri yang harus dikaji adalah

frekuensi, jumlah, tanyakan perubahan nafsu makan yang terjadi.


b. Pola eliminasi

Tanyakan tentang frekuensi, waktu, konsitensi, warna, BAB terakhir.

Sedangkan pada BAK yang harus di kaji adalah frekuensi, warna, dan bau.

c. Pola Aktivitas, Latihan, dan bermain

Tanyakan jenis kegiatan dalam pekerjaannya, jenis olahraga dan

frekwensinya, tanyakan kegiatan perawatan seperti mandi, berpakaian,

eliminasi, makan minum, mobilisasi

d. Pola Istirahat dan Tidur

Tanyakan waktu dan lamanya tidur pasien mioma uteri saat siang dan malam

hari, masalah yang ada waktu tidur

10. Pemeriksaan Fisik

a. Keadaan Umum Kaji tingkat kesadaran pasien mioma uteri

b. Tanda-tanda vital : Tekanan darah, nadi,suhu, pernapasan.

c. Pemeriksaan Fisik Head to toe

1) Kepala dan rambut : lihat kebersihan kepala dan keadaan rambut.

2) Mata : lihat konjungtiva anemis, pergerakan bola mata simetris

3) Hidung : lihat kesimetrisan dan kebersihan, lihat adanya pembengkakan

konka nasal/tidak.

4) Telinga : lihat kebersihan telinga.

5) Mulut : lihat mukosa mulut kering atau lembab, lihat kebersihan rongga

mulut, lidah dan gigi, lihat adanya penbesaran tonsil.

6) Leher dan tenggorokan : raba leher dan rasakan adanya pembengkakan

kelenjar getah bening/tidak.


7) Dada atau thorax : paru-paru/respirasi, jantung/kardiovaskuler dan

sirkulasi, ketiak dan abdomen.

8) Abdomen Infeksi: bentuk dan ukuran, adanya lesi, terlihat menonjol,

Palpasi: terdapat nyeri tekan pada abdomen Perkusi: timpani, pekak

Auskultasi: bagaimana bising usus

9) Ekstremitas/ muskoluskletal terjadi pembengkakan pada ekstremitas

atas dan bawah pasien mioma uteri

10) Genetalia dan anus perhatikan kebersihan,adanya lesi, perdarahan diluar

siklus menstruasi.

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN

Diagnosa keperawatan pada pasien mioma uteri menurut NANDA (2018)

adalah sebagai berikut:

1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologi.

2. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan asupan cairan kurang.

3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum,tirah baring.

4. Konstipasi berhubungan dengan penekanan pada rectum (prolaps rectum)

5. Ansietas berhubungan dengan perubahan dalam status peran, ancaman pada

status kesehatan, konsep diri (kurangnya sumber informasi terkait penyakit)

6. Risiko perdarahan dibuktikan dengan kurang pengetahuan tentang

kewaspadaan perdarahan

7. Resiko infeksi berhubungan dengan penurunan imun tubuh sekunder akibat

gangguan hematologis (perdarahan)


C. RENCANA KEPERAWATAN, IMPLEMENTASI & EVALUASI

Berikut ini adalah beberapa rencana tindakan beserta evaluasi yang diharapkan pada kasus mioma uteri berdasarkan diagnosis

NANDA (Bulecheck, Butcher, Docterman, & Wagner, 2013; Moorhead, Johnson, Maas, & Swanson, 2016)

No Diagnosa Keperawatan NOC NIC


1. Nyeri akut Outcome untuk mengukur penyelesaian 1. Akupressur
Definisi : Pengalaman sensori dan emosional tidak dari diagnosis 2. Pemberian analgetik
menyenangkan yang muncul akibat kerusakan jaringan 1. Kontrol nyeri a. Mengetahui lokasi, karekteristik,
aktual atau potensial atau yang digambarkan sebagai a. Secara terus menerus ditunjukkan kualitas dari nyeri
kerusakan (International Association for the Study of pada skala 5 dalam mengambil b. Mengecek riwayat alergi obat dari
Pain) : awitan yang tiba-tiba atau lambat dari intensitas langkah pencegahan klien
ringan hingga berat dengan akhir yang dapat diantisipasi b. Secara terus menerus ditunjukkan c. Kolaborasi pemberian analgesic atau
atau diprediksi. pada skala 5 adanya monitoring gejala kombinasi analgesic yang cocok
dari nyeri digunakan pada klien
Batasan Karakteristik : c. Secara terus menerus ditunjukkan d. Memonitor TTV sebelum dan
a. Bukti nyeri dengan menggunakan standar daftar pada skala 5 terhadap pemakaian sesudah pemberian analgesic pada
periksa nyeri untuk pasien yang tidak dapat analgesic yang direkomendasikan jam pertama pemberian obat
mengungkapkannya d. Secara terus menerus ditunjukkan
b. Diaforesis pada skala 5 melaporkan bahwa 3. Manajemen nyeri
c. Dilatasi pupil nyerinya terkontrol a. Mengobservasi ekspresi nonverbal dari
d. Ekspresi wajah nyeri klien
e. Fokus menyempit 2. Tingkat nyeri b. Mengeksplorasi pengetahuan dan
f. Fokus pada diri sendiri a. Melaporkan nyeri tidak ada pada kepercayaan klien terhadap nyeri
g. Keluhan tentang intensitas menggunakan standar
skala nyeri skala 5 c. Mendampingi klien dan keluarga untuk
h. Perubahan posisi untuk menghindari nyeri b. Ekspresi wajah saat nyeri tidak ada mendapatkan support
i. Perubahan selera makan pada skala 5 d. Menyediakan informasi tentang nyeri
j. Putus asa c. Kegelisahan tidak ada pada skala 5 dan mengantisipasi ketidaknyamanan
k. Sikap melindungi area nyeri d. RR tidak menyimpang dari normal dari prosedur
berada pada skala 5 e. Mengajarkan klien tentang manejemen
e. Tekanan darah tidak menyimpang nyeri
dari normal berada pada skala 5
4. Pemberian analgesic intraspinal
Outcome tambahan untuk Mengukur 5. Pemberian anastesi
Batasan Karakteristik 6. Pengurangan kecemasan
1. Tingkat kecemasan 7. Pemberian obat
2. Nafsu makan 8. Manajemen sedasi
3. Kepuasan klien : Managemen nyeri 9. Stimulasi Listrik Syaraf Transkutaneus
4. Kepuasan klien : Kontrol gejala (TENS)
5. Status kenyamanan
6. Pergerakan Pilihan Intervensi tambahan :
7. Tidur 1. Mendengar aktif
8. Keparahan mual dan muntah 2. Peningkatan mekanika tubuh
9. Tanda-tanda vital 3. Peningkatan koping
4. Pengalihan
5. Dukungan emosional
6. Peningkatan latihan : peregangan
7. Terapi latihan : ambulasi
8. Terapi latihan : keseimbangan
Outcome yang Berkaitan dengan Faktor 9. Terapi latihan :pergerakan sendi
yang Berhubungan atau Output
10. Terapi latihan : kontrol otot
Menengah
11. Terapi musik
1. Pengetahuan : Menejemen penyakit
12. Terapi oksigen
akut
13. Terapi relaksasi
2. Pengetahuan : Manajemen nyeri
14. Monitor tanda-tanda vital
3. Respon pengobatan
4. Status neurologi
5. Keparahan cedera fisik
6. Tingkat stress
7. Integrasi jaringan : kulit & membrane
mukosa
8. Perfusi jaringan
9. Penyembuhan luka : primer
10. Penyembuhan luka : sekunder

2 Kekurangan volume cairan NOC NIC


Definisi : penurunan cairan intravaskuler, interstisial, 1. Keseim 1. Manajemen cairan
dan/atau intraselular. Ini mengacu pada dehidrasi, bangan cairan a. Timbang BB setiap hari dan monitor
kehilangan cairan saja tanpa perubahan kadar natrium. a. Tekanan darah (5) tidak status pasien
Batasan karakteristik : terganggu b. Jaga intake/asupan yang akurat dan
1. Haus b. Denyut nadi radial (5) tidak catat output (pasien)
2. Kelemahan terganggu c. Masukkan kateter urin
3. Kulit kering c. Keseimbangan intake dan output d. Monitor status hidrasi (misalnya,
4. Membran mukosa kering dalam 24 jam (5) tidak terganggu membrane mukosa lembab, denyut
5. Peningkatan frekuensi nadi d. Berat badan stabil (5) tidak nadi adekuat, dan TD ortostatik)
6. Peningkatan hematokrit terganggu e. Monitor hasil laboratorium yang
7. Peningkatan konsentrasi urin e. Turgor kulit (5) tidak terganggu relefan dengan retensi cairan
8. Peningkatan suhu tubuh f. Kelembaban membrane mukosa (misalnya, peningkatan berat jenis,
9. Penurunan BB tiba-tiba (5) tidak terganggu. peningkatan BUN, penurunan
10. Penurunan haluran urin 2. Hidrasi hematocrit, dan peningkatan kadar
11. Penurunan pengisian vena a. Turgor kulit (5) tidak terganggu. osmolalitas urin)
12. Penurunan tekanan darah b. membran mukosa lembab (5) f. Monitor status hemodinamik,
13. Penurunan turgor kulit tidak terganggu. termasuk CVP, MAP, PAP, dan
14. Penurunan turgor lidah c. Intake cairan (5) tidak terganggu. PCWP, jika ada
15. Penurunan volume nadi d. Output urin (5) tidak terganggu. g. Monitor tanda-tanda vital pasien
16. Perubahan status mental e. Perfusi jaringan(5) tidak h. Monitor indikasi kelebihan cairan
Faktor yang berhubungan : terganggu. atau retensi (misalnya, crackles,
1. Kegagalan mekanisme f. Haus (5) tidak ada. elevasi CPV atau tekanan kapiler
regulasi g. Nadi cepat dan lemah (5) tidak paru yang terganjal, edema, distensi
2. Kehilangan cairan aktif ada vena leher, dan ascites)
h. Kehilangan BB (5) tidak ada. i. Monitor perubahan BB pasien
sebelum dan sesudah HD
j. Kaji lokasi dan luasnya edema, jika
ada
k. Konsultasikan dengan dokter jika
tanda-tanda dan gejala kelebihan
volume cairan menetap atau
memburuk.
2. Monitor cairan
a. Tentukan jumlah dan jenis intake
asupan cairan serta kebiasaan
eliminasi
b. Tentukan factor resiko yang mungkin
menyebabkan ketidak seimbangan
cairan ( musal : kehilangan albumin,
luka bakar, hipertermi, infeksi, paska
oprasi, diare, dan muntah)
c. Periksa turgor kulit dengan
memegang jaringa sekitar tulang
d. Monitor berat badan
e. Monitor asupan dan pengeluaran
f. Monitor nilai kadar serum dan
elektrolit urin
g. Monitor tekanan darah, denyut nadi,
dan status pernafasan
h. Monitor membrane mukosa, turgor
kulit dan respon haus
Cek grafik asupan dan pengeluaran
secara berkala untuk memastikan
pemberian layanan yang baik.
3. Manajemen hipovolemi
a. Timbang BB setiap hari dengan
waktu yang tetap/sama
b. Monitor pola pernafasan untuk
mengetahui adanya gejala edema
fulmonar (misalnya, cemas, sesak
nafas, ortopnea, dysnea, takipnea,
batuk, produksi sputum kental dan
nafas pendek)
c. Monitor suara paru abnormal
d. Monitor suara jantung abnormal
e. Monitor distensi pena jugularis
f. Monitor adanya efek pengobatan
yang berlebihan (misalnya,
dehidrasi, hipotensi, takikardi,
hypokalemia)
g. Berikan infus IV (misalnya, cairan,
produk darah) secara perlahan untuk
mencegah peningkatan preload yang
cepat
h. Batasi intake cairan bebas pada
pasien dengan hyponatremia dilusi
i. Instruksikan pasien dan keluarga
penggunaan catatan asupan dan
output, sesuai kebutuhan
j. Instruksikan pasien dan keluarga
mengenai interpensi yang
direncanakan untuk menangani
hipervolemia
1. Batasi asupan natrium, sesuai indikasi.
3 Intoleransi aktivitas NOC NIC
Definisi : ketidakcukupan energy psikologis atau 1. Toleransi terhadap aktivitas 1. Perawatan jantung rehabilitasi
fisiologis untuk mempertahankan atau menyelesaikan a. Saturasi oksigen ketika a. Monitor toleransi pasien terhadap
aktivitas kehidupan sehari – hari yang harus dilakukan. beraktivitas (5) tidak terganggu. aktivitas
Batasan karakteristik : b. Frekuensi nadi ketika b. Pertahankan jadwal ambulasi, sesuai
1. Dyspnea setelah beraktivitas berktivitas (5) tidak terganggu. toleransi pasien
2. Keletihan c. Frekuensi pernafasan ketika c. Instruksikan kepada pasien dan
3. Ketidaknyamanan setelah beraktivitas beraktivitas (5) tidak terganggu. keluarga mengenai modifikasi faktor
4. Perubahan elekrokardiogram(EKG) d. Kemudahan bernafas ketika resiko jantung (misalnya kebiasaan
5. Respons frekuensi jantung abnormal terhadap beraktivitas (5) tidak terganggu. merokok, diet dan olahraga)
aktivitas e. Hasil EKG (5) tidak terganggu. sebagaimana mestinya.
6. Respons tekanan darah abnormal terhadap f. Kemudahan dalam melakukan d. Instruksikan pasien dan keluarga
aktivitas aktivitas hidup harian (5) tidak mengenai pertimbangan khusus
Factor yang berhubungan: terganggu. terkait aktivitas sehari-hari (misalnya
1. Gaya hidup kurang gerak 2. Daya tahan pembatasan aktivitas dan meluangkan
2. Imobilitas a. Melakukan aktivitas rutin (5) waktu istirahat) jika memang tepat.
3. Ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan tidak terganggu.
oksigen a. Aktivitas fisik (5) tidak 2. Manajemen energy
4. Tirah baring terganggu. a. Kaji status fisiologis pasien yang
b. Daya tahan otot (5) tidak menyebabkan kelelahan sesuai
terganggu. dengan konteks usia dan
c. Oksigen darah ketika perkembangan
beraktivitas (5) tidak b. Tentukan jenis dan banyaknya
terganggu. aktivitas yang dibutuhkan untuk
d. Kelelahan (5) tidak ada. menjaga ketahanan
3. Energy Psikomotor c. Monitor intake/asupan nutrisi untuk
a. Menunjukan efek yang sesuai mengetahui sumber energy yang
dengan situasi (5) secara adekuatkonsultasikan dengan ahli gizi
konsisten menunjukkan. mengenai cara meningkatkan asupan
a. Menunjukkan konsentrasi (5) energy dari makanan
secara konsisten menunjukkan. d. Instruksikan pasien/SO untuk
b. Menjaga kebersihan dan mrngrnali tanda dan gejala kelelahan
tampilan personal (5) secara yang memerlukan pengurangan
konsisten menunjukkan. aktivitas
c. Menunjukkan nafsu makan e. Ajarkan pasien/SO untuk
yang normal (5) secara menghubungi tenaga kesehatan jika
konsisten menunjukkan. tanda dan gejala kelelahan tidak
d. Menunjukkan tingkat energi berkurang.
yang stabil (5) secara konsisten 3. Bantuan Perawatan Diri
menunjukkan. a. Pertimbangkan usia pasien ketika
meningkatkan aktivitas perawatan diri
b. Monitor kemampuan perawatan diri
secara mandiri
c. Berikan lingkungan yang terapeutik
dengan memastikan (lingkungan)
yang hangat, santai, tertutup, dan
berdasarkan pengalaman individu
d. Berikan bantuan sampai pasien
mampu melakukan perawatan diri
sendiri
e. Bantu pasien menerima kebutuhan
pasien terkait dengan kondisi
ketergantungannya
f. Dorong pasien untuk melakukan
aktivitas normal sehari-hari sampai
batas kemampuan
g. Dorong kemampuan pasien, tapi
bantu ketika pasien tak mampu
melakukannya
2. Ciptakan rutinitas aktivitas perawatan diri.
4 Konstipasi Outcome untuk mengukur penyelesaian 3. Manajemen Cairan
Definisi : dari diagnosis a. Timang berat badan setiap hari dan
Penurunan frekuensi normal defekasi yang disertai 1. Eliminasi usus monitor status pasien
kesulitan atau pengeluaran feses tidak tuntas dan atau a. Pola eliminasi tidak terganggu b. Hitung atau tmbang popok dengan
feses yang keras, kering dan banyak. (skala 5) baik
b. Kontrol gerakan usus tidak c. Jaga intake/ aasupan yang akurat dan
Batasan Karakteristik : terganggu (skala 5) catat output
a. Bising usus hipoaktif c. Warna feses tidak terganggu (skala d. Monitor status hidrasi
b. Darah merah pada feses 5) e. Monitor hasil laboratorium
c. Feses keras dan berbentuk d. Jumlah feses untuk diet tidak f. Monitor stastus hemodinamik
d. Keletihan umum terganggu (skala 5) g. Monitor tanda-tanda vital pasien
e. Mengejan pada saat defekasi e. Feses lembut dan berbentuk tidak h. Monitor perubahan berat badan
f. Mual terganggu (skala 5) i. Monitor status gizi
g. Muntah f. Kemudahan BAB tidak terganggu j. Berikan diuretik yang diresepkan
h. Nyeri pada saat defekasi (skala 5) k. Tawari makanan ringan
i. Peningkatan tekanan abdomen g. Tekanan sfingter tidak terganggu
j. Penurunan volume feses (skala 5) 4. Manajemen saluran cerna
k. Rasa tekanan rectal h. Otot untuk mengeluarkan tidak a. Catat tanggal buang air besar
l. Sering flatus terganggu (skala 5)feses terakhir
i. Pengeluaran feses tanpa bantuan b. Monitor buang air besar termasuk
tidak terganggu (skala 5) frekuensi, konsistensi, bentuk,
Faktor yang berhubungan j. Suara bising usus tidak terganggu volume, dan warna
Fungsional (skala 5) c. Monitor bising usus
a. Kebiasaan defekasi tidak teratur k. Lemak dalam feses tidak ada d. Lapor peningkatan frekuensi dan/
b. Kebiasaan menekan dorongan defekasi (skala 5) bising usus bernada tinggi
c. Kelemahan otot abdomen l. Darah dalam feses tidak ada (skala e. Lapor berkurangnya bising usus
5) f. Monitor adanya tanda dan gejala
Mekanis m. Mukus dalam feses tidak ada diare, konstipasi dan impaksi
a. Abses rectal (skala 5) g. Evaluasi inkontinensia fekal
b. Hemoroid n. Konstipasi tidak ada (skala 5) sepenuhnya
c. Ketidakseimbangan elektrolit o. Diare tidak ada (skala 5) h. Catat maslah BAB yang sudah ada
d. Prolaps rectal p. Penyalahgunaan alat bantu sebelumnya, BAB rutin, dan
e. Ulkus rectal eliminasi tidak ada (skala 5) pengunaan laksatif
q. Nyeri pada saat BAB tidak ada i. Ajarkan pasien mengenai makanan-
Farmakologis (skala 5) makanan tertentu yang membantu
a. Agens farmaseutikal keteraturan BAB
b. Stress emosi 2. Pengetahuan : perilaku kesehatan j. Masukkan supositoria fekal
c. Penyalahgunaan laksatif a. Praktik gizi yang sehat skala 5 k. Berikan cairan hangat setelah makan,
(pengetahuan sangat banyak) dengan cara yang tepat
Fisiologis b. Manfaat olahraga teratur skala 5 l. Anjurkan anggota pasien/ keluarga
a. Asupan cairan tidak cukup (pengetahuan sangat banyak) untuk mencatat warna, volume,
b. Asupan serat tidak cukup c. Strategi mengelola stres skala 5 frekuensi dan konsistensi tinja
c. Dehidrasi (pengetahuan sangat banyak) m. Memulai program latihan saluran
d. Kebiasaan makan buruk d. Pola tidur-bangun yang normal cerna, dengan cara yang tepat
skala 5 (pengetahuan sangat n. Mondorong penurunan asupan
Psikologis banyak) makanan pembentuk gas, yang
a. Depresi e. Metode keluarga berencana skala 5 sesuai
b. Konfusi mental (pengetahuan sangat banyak) o. Instruksikan pasien mengenai
f. Efek kesehatan yang merugikan makanan tinggi serat, dengan cara
dari penggunaan tembakau skala 5 yang tepat
(pengetahuan sangat banyak) p. Evaluasi profil medikasi terkait
g. Efek kesehatan yang merugikan dengan efek samping –efek
dari penggunaan alkohol skala 5 gastrointestinal
(pengetahuan sangat banyak) q. Dapatkan guaiac untuk
h. Efek kesehatan yang merugikan [melancarkan] fese, dengan cara
akibat penggunaan obat terlarang yang tepat
skala 5 (pengetahuan sangat r. Tahann diri dari melakukan
banyak) pemeriksaan vaginal/ rekatal jika
i. Pemakaian yang aman dari obat- kondisi medis mengkhatirkan
obatan yang diresepkan skala 5
(pengetahuan sangat banyak) 5. Monitor cairan
j. Pemakaian yang aman dari obat- 6. Peresapan obat
obatan yang tidak diresepkan skala 7. Manajemen nutrisi
5 (pengetahuan sangat banyak) 8. Manajemen konstipasi/impaksi
k. Efek penggunaan kafein skala 5 9. Manajemen prolapas rectum
(pengetahuan sangat banyak)
l. Strategi untuk mengurangi risiko Pilihan intervensi tambahan :
cidera karena kecelakaan skala 5 1. Pengurangan kecemasan
(pengetahuan sangat banyak) 2. Peningkatan latihan
m. Strategi untuk menghindari 3. Manajemen nyeri
paparan bahaya lingkungan skala 5 4. Terapi relaksasi
(pengetahuan sangat banyak)
n. Strategi untuk mencegah skala 5
(pengetahuan sangat banyak)
o. penyebaran penyakit menular skala
5 (pengetahuan sangat banyak)
p. Layanan peningkatan kesehatan
skala 5 (pengetahuan sangat
banyak)
q. Layanan perlindungan kesehatan
skala 5 (pengetahuan sangat
banyak)
r. Teknik skrining sendiri skala 5
(pengetahuan sangat banyak)

Outcome tambahan untuk mengukur


batasan karakteristik
1. Kepercayaan mengenai kesehatan
2. Kepercayaan mengenai kesehatan :
Ancaman yang dirasakan
3. Respon pengobatan
4. Tingkat stress

Outcome yang berkaitan dengan factor


yang berhubungan atau outcome
menengah
1. Tingkat kecemasab
2. Tingkat delirium
3. Pengetahuan diet sehat
4. Perawatan diri : pengobatan non
parenteral
5 Ansietas NOC Intervensi keperawatan yang disarankan
Definisi: perasaan tidak nyaman atau kekhawatiran yang Outcome untuk mengukur penyelesaian untuk menyelesikan masalah :
samar disertai respons otonom (sum,ber sering kali tidak dari diagnosis - bimbingan antipastif
spesifik atau tidak diketahui oleh individu) perasaa takut - Tingkat kecemasan
yang disebabkan oleh antisipasi terhadap bahaya. - Tingkat kecemasan social Pengurangan Kecemasan
b. Teknik menenangkan
Batasan karakteristik Outcome tambahan untuk mengukur
Perilaku batasan karakteristik Peninngkatan Koping
a. Agitasi - Tingkat agitasi c. Manajemen demensia
b. Gelisah - Control kecemasan diri d. Manajemen demensia : memandikan

c. Gerakan ekstra - Kontinensi usus e. Manajemen demensia ; keluyuran


- Konsemtrasi f. Bantuan pemeriksaan
d. Insomnia
- Tingkat rasa takut g. Menghadirkan diri
e. Kontak mata yang buruk
- Tanda-tanda vital
f. Melihat sepintas
- Tidur Terapi Relaksasi
g. Mengekspresikan kekhawatiran karena perubahan
- Keparahan mual & muntah h. Pengurangan stress relokasi
dalam peristiwa hidup
i. Peningkatan keamanan
h. Penurunan produktivitas Outcome yang berkaitan dengan faktror j. Konseling
i. Perilaku mengintai yang berhubungan atau outcome k. Dukungan emosional
j. Tampak waspada menengah l. Imajinasi terbimbing
Afektif a. Keparahan infeksi m. Monitor tanda tanda vital
a. Berfokus pada diri sendiri b. Controlg gejala 1. Hypnosis
b. Distres c. Penerimaan status kesehatan
c. Gelisah d. Adaptasi terhadap disbilitas fisik
d. Gugup e. Status kenyamanan : lingkungan

e. Kesedihan yang mendalam f. Status kenyamanan fisik


g. Status kenyamanan : psikospiritual
f. Ketakutan
h. Tingkat stress
g. Menggemerutkan gigi
i. Kesehatan spiritual
h. Menyesal
i. Peka
j. Perasaan tidak adekuat
k. Putus asa
l. Ragu
m. Sangat khawatir
n. Senang berlebihan
Fisiologis
- Gemetar
- Peningkatakn keringat
- Peningkatan ketegangan
- Suara bergetar
- Tremor
- Tremor tangan
- Wajah tegang
Simpatis
- Anoreksia
- Diare
- Dilatasi pupil
- Ekstaksi kardivaskuler
- Gagguan penafasan
- Jantung berdebar
- Kedutan otot
- Lemah
- Mulut kering
- Peningkatan denyut nadi
- Vasokontriksi superfisial
- Wajah memerah
Parasimpatis
- Diare
- Gangguan pola tidur
- Letih
- Mual
Kognitif
- Bloking pikiran
- Gangguan konsetrasi
- Gangguan perhatian
- Konfusi
- Lupa
a. Melamun
6 Definisi: Beresiko mengalami penurunan volume darah Status Sirkulasi Pencegahan pendarahan
yang dapat mengganggu kesehatan a. Tekanan sistolik dapat dipertahankan a. Memonitor pasien secara ketat untuk
atau ditingkatkan pada skala 5 (tidak perdarahan
Faktor Resiko: ada deviasi dari kisaran normal) b. Catatan tingkat hemoglobin / hematokrit
a. Aneurisme b. Tekanan diastolik dapat dipertahankan sebelum dan sesudah kehilangan darah,
b. Sirkumsisi atau ditingkatkan pada skala 5 (tidak seperti yang ditunjukkan
c. Defisiensi pengetahuan ada deviasi dari kisaran normal) c. Memantau tanda-tanda dan gejala
d. Koagulopati intravaskuler diseminata c. Nadi dapat dipertahankan atau perdarahan yang persisten (misalnya
e. Riwayat jatuh ditingkatkan pada skala 5 (tidak ada memeriksa semua sekresi atau darah
f. Gangguan gastrointestinal (mis, penyakit ulkus deviasi dari kisaran normal) okultisme)
lambung, polip, varises) d. Denyut jantung dalam batas normal d. Memantau koagulasi, termasuk waktu
g. Gangguan fungsi hati (mis, sirosis, hepatitis) e. Tidak ada bunyi jantung abnormal prothombin (PT), waktu tromboplastin
h. Koagulopati inheren (mis, trombositopenia) f. Tidak ada angina  parsial (PTT), fibrinogen, degradasi / split
i. Komplikasi pascapartum (mis, atoni uteri, retensi g. Gas darah dalam dapat dipertahankan fibrin produk, dan jumlah trombosit, jika
plasenta) atau ditingkatkan pada skala 5 (tidak diperlukan
j. Komplikasi terkait kehamilan (mis, plasenta previa, ada deviasi dari kisaran normal) e. Memantau tanda-tanda vital ortostatik,
kehamilan mola, solusio plasenta) h. Pertukaran 02 dari arteri-venna dapat termasuk tekanan darah
k. Trauma dipertahankan atau ditingkatkan pada f. Menjaga istirahat selama perdarahan aktif
l. Efek samping terkait terapi (mis, pembedahan, skala 5 (tidak ada deviasi dari kisaran g. Mengelola produk darah
pemberian obat, pemberian produk darah defisiensi normal) h. Melindungi pasien dari trauma, yang
trombosit, kemoterapi) i. Bunyi nafas abnormal tidak ada dapat menyebabkan perdarahan
j. Keseimbangan intake-output 24 jam
k. Perfusi jaringan perifer
l. Nadi perifer dapat dipertahankan atau
ditingkatkan pada skala 5 (tidak ada
deviasi dari kisaran normal)
Status Koagulasi
a. Pendarahan dapat dipertahankan atau
ditingkatkan pada skala 5 (tidak ada
deviasi dari kisaran normal)
b. Memar dapat dipertahankan atau
ditingkatkan pada skala 5 (tidak ada
deviasi dari kisaran normal)
c. Ptekie dapat dipertahankan atau
ditingkatkan pada skala 5 (tidak ada
deviasi dari kisaran normal)
d. Protombin time normal dapat
dipertahankan atau ditingkatkan pada
skala 5 (tidak ada deviasi dari kisaran
normal)
e. Red Bood count (RBC) dapat
dipertahankan atau ditingkatkan pada
skala 5 (tidak ada deviasi dari kisaran
normal)
f. Partial Thromboplastin Time (PTT)
dapat dipertahankan atau ditingkatkan
pada skala 5 (tidak ada deviasi dari
kisaran normal)
g. Banyaknya platelet dapat dipertahankan
atau ditingkatkan pada skala 5 (tidak ada
deviasi dari kisaran normal)
h. Hematokrit dapat dipertahankan atau
ditingkatkan pada skala 5 (tidak ada
deviasi dari kisaran normal)
7 Resiko infeksi Outcome yang berhubungan dengan Intervensi keperawatan yang disarankan
Definisi : rentan mengalami invasi dan multiplikasi Faktor risiko : untuk menyelesaikan masalah :
organisme patogenik yang dapat menganggu kesehatan. 1. Kontrol resiko 1. Kontrol Resiko
a. Mengidentifikasi factor resiko a. Bersihkan lingkungan dengan baik
pada skala 5 secara konsisten setelah dipakai pasien lain
Factor resiko: menunjukkan b. Pertahankan teknik isolasi
a. Kurang pengetahuan untuk menghindari pemajanan b. Mengenali factor resiko individu c. Batasi pengunjung bila perlu
b. Malnutrisi pada skala 5 secara konsisten d. Instruksikan pada pengunjung
c. Obesitas menunjukkan untuk mencuci tangan saat
d. Penyakit kronis c. Monitor factor resiko di berkunjung dan setelah berkunjung
e. Prosedur invasive lingkungan pada skala 5 secara meninggalkan pasien
f. Gangguan integritas kulit konsisten menunjukkan e. Gunakan sabun antimikrobia untuk
d. Memonitor factor resiko individu cuci tangan
Pertahanan tubuh primer tidak adekuat: pada skala 5 secara konsisten f. Cuci tangan setiap sebelum dan
a. Gangguan peristaltic menunjukkan setelah tindakan keperawatan
b. Merokok e. Mengembangkan strategi yang g. Gunakan baju, sarung tangan
c. Perubahan pH sekresi efektif dalam mengontrol resiko sebagai pelindung
d. Stasis cairan tubuh pada skala 5 secara konsisten h. Pertahankan lingkungan aseptic
menunjukkan selama pemasangan alat
Pertahanan tubuh sekunder tidak adekuat: f. Mengenali perubahan status i. Ganti letak IV perifer dan line
a. Imunosupresi kesehatan pada skala 5 secara central dan dressing sesuai dengan
b. Leukopenia konsisten menunjukkan petunjuk umum

c. Penurunan hemoglobin g. Pembentukan bekas luka pada j. Pastikan teknik perawatan luka
skala 5 tidak ada yang tepat
d. Supresi inflamasi
h. Bau busuk pada skala 5 tidak ada k. Gunakan kateter intermitten untuk
e. Vaksinasi tidak adekuat
i. Kemerahan pada skala 5 tidak menurunkan infeksi kandung
ada kencing
Pemajanan terhadap pathogen Lingkungan
j. Nyeri pada skala 5 tidak ada l. Tingkatkan intake nutrisi
Meningkat:
m. Berikan terapi antibiotic bila perlu
Terpajan pada wabah
2. Penyembuhan luka bakar infection protection (proteksi
3. Control risiko komunitas : penyakit terhadap infeksi)

menular n. Monitor tanda dan gejala infeksi

4. Fungsi gastrointestinal sistemik dan local


o. Monitor hitung granulosit, WBC
5. Akses hemodialisis
p. Monitor kerentanan terhadap
6. Konsekuensi imobilitas ; fisiologi
infeksi
7. Status imunisasi
q. Batasi pengunjung
8. Pengetahuan ; manajemen penyakit
r. Pertahankan teknik asepsis pada
akut
pasien yang beresiko
9. Pengetahuan : manajemen penyakit
s. Inspeksi kulit dan membrane
kronik
mukosa terhadap kemerahan, panas,
10. Status maternal : antepartum drainase
11. Status maternal : intrapartum t. Inspeksi kondisi luka/insisi bedah
12. Status maternal : post partum u. Dorong masukan nutrisi yang
13. respon pengobatan cukup

14. Status nutisi v. Dorong masukan cairan


w. Dorong istirahat
15. Status nutrisi : asupan nutrisi
x. Instruksikan pasien untuk minum
16. Kesehatan mulut
antibiotic sesuai resep
17. Keparahan cidera fisik
y. Ajarkan pasien dan keluarga tanda
18. Status pernapasan : kepatenan jalan
dan gejala infeksi
napas
z. Ajarkan cara menghindari infeksi.
19. Status pernapasan : ventilasi
20. Control resiko : proses infeksi 2. Amnioinfusi
21. Control resiko : penyakit menular 3. Perawatan amputasi
seksual
4. Perawatan sirkumsisi
22. Deteksi resiko
5. Manajemen penyakit menular
23. Manajemen diri : penyakit kronik
6. Manajemen batuk
24. Perilaku berhenti merokok
7. Perawatan kehamilan resiko tinggi
25. Pemulihan pembedahan :
8. Manajemen imunisasi/ vaksinasi
penyembuhan
9. Perawatan area sayatan
26. Pemulihan pembedahan : segera
10. Control infeksi
setelah operasi
11. Control infeksi : Intraoperatif
27. Integritas jaringan : kulit dan
12. Perlindungan infeksi
membrane mukosa
13. Perawatan intrapartum
28. Berat badan : massa tubuh
14. Perawatan intrapartum : risiko tinggi
29. Penyembuhan luka : primer melahirkan
30. Peneyembuhan luka : sekunder 15. Manajemen pengobatan
16. Peresepan obat
17. Manajemen nutrisi
18. Monitor nutrisi
19. Peningkatan kesehatan mulut
20. Perawatan perineum
21. Perawatan post partum
22. Perawatan terminasi kehamilan
23. Perawatan luka tekan
24. Pencegahan luka tekan
25. Identifikasi resiko
26. Perawatan kulit : area donor
27. Perawatan kulit : area cangkok
28. Pengecekan kulit
29. Surveilans
30. Pengajaran : sex aman
31. Pengajaran selang : tal pusat
32. Perawatan luka
33. Perawatan luka : luka bakar
34. Perawatan luka : drainase tertutup
Pilihan intervensi tambahan
2. Manajemen jalan napas
3. Memansikan
4. Perawatan kelahiran Caesar
5. Monitor elektrolit
6. Manajemen lingkungan
7. Peningkatan latihan
8. Menjaga kesuburan
9. Manajemen elektrolit/ cairan
10. Bantuan pemeliharaan rumah
11. Pengaturan posisi
12. Manajemen pruritus
13. Monitor pernafasan
14. Resusitasi : janin
15. Resusitasi : neonates
16. Bentuan penghentian merokok
17. Pengajaran :proses penyakit
18. Pengajran : seksualitas
19. Perawatan selang
20. Perawatan selang :dada
21. Perawatan selang : gastrointestinal
22. Perawatan selang : perkemihan
23. Perawatan selang : drain lumbar/
ventrikulostomi
24. Monitor tanda-tanda vital
25. Perawatan luka : tidak sembuh
Irigasi luka
DAFTAR PUSTAKA

Anwar. (2011). Degenerasi of Myoma Uteri. Jakarta: EGC

Aspiani, Y, R. (2017). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Maternitas. Jakarta: TIM

Asrinah, dkk. (2015). Asuhan Kebidanan Masa Kehamilan. Yogyakarta: Graha Ilmu

Bulecheck, G. M., Butcher, H. K., Docterman, J. M., & Wagner, C. M. (2013). Nursing
Interventions Classification (NIC) Edisi Bahasa Indonesia (6th Ed.; I. Nurjannah
& R. D. Tumanggor, Eds.). Indonesia: CV. Mocomedia

Cunningham, FG., et al. (2013). Obstetri Williams (Williams Obstetri). USA : The
McGraw-Hill Companies, Inc

Hani, U., dkk. (2011). Asuhan Kebidanan Pada Kehamilan Fisiologis. Jakarta: Salemba
Medika

Indrayani, Djami, U.E.M (2016). Update Asuhan Persalinan dan Bayi Baru Lahir.
Jakarta: CV. Trans Info Media

Irianto, K. (2015). Kesehatan reproduksi. Bandung: Alfabeta.

Karjatin, A. (2016). Keperawatan Maternitas. Jakarta: Pusdik SDM Kesehatan

Manuaba. (2015). Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita. Edisi 2. Jakarta: EGC

Mochtar, R. (2011). Sinopsis Obstetri. Jakarta: EGC

Moorhead, S., Johnson, M., Maas, M. L., & Swanson, E. (2016). Nursing Outcomes
Classification (NOC) Pengukuran Outcomes Kesehatan Edisi Bahasa Indonesia
(5th Ed.; I. Nurjannah & R. D. Tumanggor, Eds.). Indonesia: CV. Mocomedia

NANDA. (2018). Diagnosa Keperawatan Definisi & Klasifikasi (Budi Anna Keliat dkk,
penerjemah). Jakarta: EGC

Nurarif, A.H. dan Kusuma. H. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan


Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC. Yogyakarta: Mediaction

Padila. (2015). Asuhan Keperawatan Maternitas II. Yogyakarta: Nuha Medika.

Prawirohardjo, S. (2012). Ilmu Kebidanan. Jakarta: PT. Bina Pustaka

Saifudin, A, B. (2011). Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan


Neonatal. Jakarta: PT Bina Pustaka

Setiati, E. (2018). Waspadai 4 Kanker Ganas Pembunuh Wanita. Yokyakarta: Andi

Snell, R. S. (2018). Snell’s Clinical Anatomy. Wolters kluwer india Pvt Ltd.

Surya, E., Muzakkar, M. (2017). Mioma Servikal. Cermin Dunia Kedokt. 118–120
Pathway

Faktor predisposisi: usia penderita, hormon endogen, riwayat


Sel-sel imatur
keluarga, makanan, kehamilan dan paritas

Mioma Uteri

Sub mukosum Intramural Sub serosum

Pecahnya pembuluh Gangguan kontraksi Pembesaran urat


darah otot uterus
Gangguan
sirkulasi Penekanan pada Penekanan
darah, O2 organ lain pada rektum

Anemia Risiko
Nekrosis dan Perdarahan Tindakan Konstipasi
Ansietas
peradangan Pembedahan
setempat
Perdarahan
Paparan agen Terputusnya Proses
infeksius jaringan epilesisasi
Nyeri
Kekurangan
Volume
Cairan Risiko Nyeri
Pembatasan
Infeksi aktivitas

Intoleransi
Aktivitas

Anda mungkin juga menyukai