OLEH:
A.A SAGUNG ISTRI SUKMAWATI, S.Kep
NIM C2221006
KONSEP DASAR
A. Anatomi Fisiologi
Uterus berbentuk seperti bola lampu pijar atau buah pir dan memiliki rongga
yang terdiri dari tiga bagian besar, yaitu corpus uterus berbentuk segitiga, cervix
uteri berbentuk silinder, cavum uterus. Bagian rahim antara kedua pangkal tuba,
yang disebut fundus uteri, merupakan bagian proksimal rahim (Mochtar, 2011).
depan terhadap sumbu panjang vagina disebut anteversi. Antefleksi uterus (sumbu
panjang corpus uterus melengkung ke depan setinggi ostium internum uteri pada
sumbu panjang cervix uteri). Pada beberapa perempuan fundus uteri dan corpus
excavatio rectouterina (cavum Douglasi) disebut retroversi. Bila korpus uteri juga
vesica urinaria. Di lateral, juga terdapat ruangan diantara tempat lekat lapisan
ligamentum latum. Pembuluh darah. Arteri utama vang mendarahi uterus adalah
arteri uterina, cabang dari arteri iliaca interna. Pembuluh ini mencapai uterus
atas ureter tegak lurus dan mencapai cervix setinggi ostium internum cervici.
ligamentum latum dan akhirnya beranastomosis dengan arteri ovarica, yang juga
mendarahi uterus. Vena uterina mengikuti arteri dan bermuara ke dalam vena
iliaca interna. Pembuluh limfe dari fundus uteri menyertai arteria ovarica dan
Pembuluh dari corpus dan cervix uteri bermuara ke nodi iliaci interni dan externi.
terutama disokong oleh tonus musculus levator ani dan kondensasi fascia pelvis
Mioma uteri yaitu tumor jinak pada rahim, selain bisa ganas, lebih sering
muncul tumor jinak pada rahim atau mioma uteri. Jenis tumornya tidak hanya satu.
Bisa tumbuh dibagian dinding luar rahim, pada otot rahimnya, atau bisa juga
dibagian dinding dalam rahim sendiri. Ini jenis tumor yang lebih banyak
ditemukan. Rata-rata pada wanita di atas usia 30 tahun (Irianto, 2015). Mioma
uteri adalah suatu tumor jinak berbatas tegas tidak berkapsul yang berasal dari otot
polos dan jaringan ikat fibrous. Biasa juga disebut fibromioma uteri, leiomioma
uteri atau uterine fibroid. Tumor jinak ini merupakan neoplasma jinak yang sering
terdiri dari sel-sel jaringan otot polos, jaringan pengikat fibroid, dan kolagen
Menurut Setiati (2018) penyebab pasti mioma uteri belum diketahui secara
pasti, tetapi tumor ini mungkin berasal dari sel otot yang normal, dari otot imatur
yang ada di dalam miometrium atau dari sel embrional pada dinding pembuluh
darah uterus. Mioma tumbuh mulai dari benih – benih multipel yang sangat kecil
dan tersebar pada miometrium. Benih ini tumbuh sangat lambat tetapi progresif.
Ada beberapa faktor yang berpengaruh sebagai faktor risiko terjadinya mioma
uteri, yaitu:
1. Umur
Risiko mioma uteri meningkat seiring dengan peningkatan umur. Kasus mioma
uteri terbanyak terjadi pada kelompok umur 40-49 tahun. Mioma uteri jarang
ditemukan pada wanita di bawah umur 20 tahun dan belum pernah dilaporkan
terjadi kasus sebelum menarche, dan setelah menopause hanya 10% kejadian
mioma uteri yang masih dapat bertumbuh lebih lanjut. Mioma uteri biasanya
2. Paritas
Mioma uteri lebih sering ditemukan pada wanita nullipara atau wanita yang
kurang subur. Mioma uteri berkurang pada wanita yang mempunyai anak lebih
dari satu dibandingkan dengan wanita yang belum pernah melahirkan, hal ini
hubungan saling berbalik antara paritas dan munculnya myoma uteri. Hal ini
Pada wanita ras tertentu, khususnya wanita berkulit hitam, angka kejadian
mioma uteri tinggi. Terlepas dari faktor ras, kejadian tumor ini tinggi pada
4. Fungsi Ovarium
dengan respon mediasi oleh estrogen terhadap reseptor dan faktor pertumbuhan
besarnya, perubahan sekunder, dan komplikasi. Tanda dan gejala tersebut dapat
2. Rasa nyeri karena gangguan sirkulasi darah pada sarang mioma yang disertai
poliuri.
5. Infertilasi bila sarang mioma menutup atau menekan pars interstitialis tuba.
Mioma uteri mulai tumbuh sebagai bibit yang kecil didalam miometrium
didalam uterus mungkin terdapat satu mioma akan tetapi mioma biasanya banyak.
Bila ada satu mioma dapat menonjol kedepan sehingga menekan dan mendorong
masalah akan timbul jika terjadi berkurangnya pemberian darah pada mioma uteri
yang menyebabkan tumor membesar, sehingga menimbulkan rasa nyeri dan mual.
Selain itu masalah dapat timbul lagi jika terjadi perdarahan abnormal pada uterus
kelemahan fisik, kondisi tubuh lemah, sehingga kebutuhan perawatan diri tidak
dapat terpenuhi. Selain itu dengan perdarahan yang banyak bisa mengakibatkan
seseorang mengalami kekurangan volume cairan dan timbulnya resiko infeksi. Dan
jika dilakukan operasi atau pembedahan maka akan terjadi perlukaan sehingga
Pada post operasi mioma uteri akan terjadi terputusnya integritas jaringan
kulit dan robekan pada jaringan saraf perifer sehingga terjadi nyeri akut.
infeksi. Pada pasien post operasi akan terpengaruh obat anestesi yang
terlampir
kearah kavun uteri. Hal ini menyebabkan terjadinya perubahan bentuk dan besar
kavum uteri.
multipel. Apabila masih kecil, lidak merubah bentuk uterus, tapi biia besar akan
bentuknya. Mioma sering tidak memberikan gejala klinis yang berarti kecuali
rasa tidak enak karena adanya massa tumor di daerah perut sebelah bawa
Lokasi lumor di sub serosa korpus uteri. Dapat hanya sebagai tonjolan saja,
dapat pula sebagai suatu massa yang dihubungkan dengan uterus melalui
tangkai. Pertumbuhan kearah lateral dapat berada dalam ligamentum latum, dan
disebut sebagai mioma intraligamen. Mioma yang cukup besar akan mengisi
terlepas dari uterus sebagai massa tumor yang bebas dalam rongga peritoneum
Menurut Nurarif & Kusuma (2015) tanda dan gejala mioma uteri yaitu:
oleh:
2. Nyeri
Nyeri panggul karena tekanan, muncul karena sebagian besar miom menekan
3. Gejala penekanan
pembuluh darah dan limfe menyebabkan edema tungkai dan nyeri panggul
4. Disfungsi reproduksi
Hubungan antara mioma uteri sebagai penyebab infertilitas masih belum jelas,
I. Komplikasi
0,32-0,6% dari seluruh mioma; serta merupakan 50- 75% dari semua sarkoma
uterus.
3. Torsi atau putaran tangkai mioma bertangkai dapat terjadi torsi atau
J. Pemeriksaan penunjang/diagnostik
meliputi :
1. Tes laboratorium
Hitung darah lengkap dan apusan darah : leukositosis dapat disebabkan oleh
3. Ultrasonografi
4. Pielogram intravena
histerektomi
b. Histerosal pingogram
reproduksi, keadaan umum, dan gejala yang ditimbulkan. Bila kondisi pasien
suplementasi zat esensial, ataupun transfusi. Pada keadaan gawat darurat akibat
infeksi atau gejala abdominal akut, siapkan tindakan bedah gawat darurat untuk
KONSEP ADAPTASI
A. Adaptasi Fisiologis
1. Sistem Reproduksi
a. Uterus
anatomi yang paling nyata pada ibu hamil. Peningkatan konsentrasi hormon
yang nyata dari jaringan elastin dan akumulasi dari jaringan fibrosa
sehingga struktur dinding uterus menjadi lebih kuat terhadap regangan dan
dan pertumbuhan janin. Pada Trimester III (> 28 minggu) dinding uterus
mulai menipis dan lebih lembut. Pergerakan janin dapat diobservasi dan
yang baik dari otot rahim dan kedudukan bagian bawah rahim.
b. Serviks
lunak. Sebab pelunakan ini adalah pembuluh darah dalam serviks bertambah
dan karena timbulnya oedema dari serviks dan hiperplasia serviks. Pada
akhir kehamilan, serviks menjadi sangat lunak dan portio menjadi pendek
(lebih dari setengahnya mendatar) dan dapat dimasuki dengan mudah oleh
satu jari.
c. Vagina
Pada Trimester III, estrogen menyebabkan perubahan pada lapisan otot dan
d. Ovarium
e. Payudara
dkk, 2015).
2. Sistem pencernaan
terjadi oedema.
b. Lambung
Estrogen dan HCG meningkat, dengan efek sampingg mual dan muntah-
lebih sering lapar/ perasaan ingin makan terus (mengidam), juga akibat
3. Sistem perkemihan
Ureter membesar, tonus otot- otot saluran kemih menurun akibat pengaruh
asam urat dalam darah mungkin menurun, namun ini dianggap normal.
jantung. Kecepatan darah meningkat (jumlah darah yang dialirkan oleh jantung
dalam setiap denyutnya) sebagai hasil dari peningkatan curah jantung. Ini
meningkatkan volume darah dan oksigen ke seluruh organ dan jaringan ibu
6. Sistem pernapasan
kebutuhan O2. Disamping itu terjadi desakan diafragma akibat dorongan rahim
terjadinya desakan rahim dan kebutuhan O2 yang meningkat, ibu hamil akan
7. Metabolisme
Metabolisme basal naik sebesar 15% sampai 20% dari semula, terutama pada
trimester ketiga. Kesimbangan asam basa mengalami penurunan dari 155 mEq
per liter menjadi 145mEq per liter disebabkan adanya hemodilusi darah dan
diperlukan protein tinggi sekitar 0,5 gr/kgBB atau sebutir telur ayam sehari.
zat mineral untuk ibu hamil. Berat badan ibu hamil bertambah (Asrinah dkk,
2015).
B. Adaptasi Psikologis
Perubahan psikososial yang sering terjadi pada kehamilan antara lain pada
menyiapkan kelahiran bayi sebagai akhir dari kehamilan. Ibu hamil akan
dirasakan ada 2 yakni senang dan sedih. Perasaan ibu hamil yang senang dan sedih
sering dapat merusak hubungan suami istri karena ibu biasanya mengalami emosi
yang labil. Hal ini disebabkan karena masa menjadi orang tua dianggap sebagai
suatu transisi peran dan didasarkan pada tahapan tugas perkembangan. Selain ibu,
ayah pun memerlukan persiapan sosial untuk menjadi orang tua walaupun
perannya lebih sedikit dibandingkan dengan ibu, dan hanya ada sedikit hal yang
suami istri mengikuti kelas pendidikan melahirkan yang dapat mereka hadiri
seksual dengan pasangannya, namun prinsip terpenting adalah tidak menekan perut
ibu hamil/janin dalam kandungan. Hal yang harus Anda waspadai adalah peran
kehamilan. Terutama jika ibu hamil memiliki riwayat abortus spontan, persalinan
prematur, ketuban pecah dini, maka hubungan seksual tidak boleh dilakukan pada
A. PENGKAJIAN
1. Pengumpulan
(data-data) dari klien. Data yang dapat dikumpulakn pada klien sesudah
a. Mioma biasanya terjadi pada usia reproduksi, paling sering ditemukan pada
2. Keluhan utama
Keluhan utama yang timbul pada perempuan dengan mioma uteri adalah
perdarahan abnormal rasa nyeri juga timbul karena gangguan sirkulasi darah
pada sarang mioma yang disertai nekrosis dan peradangan, nyeri timbul pada
hampir tiap jenis oprasi, hal ini dikarenakan terjadi toherent tarikan, manipulasi
jaringan organ. Rasa nyeri setelah pembedahan biasanya berlangsung 24-28
jam.
3. Riwayat Reproduksi
a. Haid : Dikaji tentang riwayat menarche haid terakhir, sebab mioma uteri
masa menopause. Selain riwayat menarche, volume dan siklus haid juga
perlu dikaji.
sebelumnya.
4. Data psikologis
klien dan diperlukan waktu untuk memulai perubahan yang terjadi. Organ
arti hubungan seksual perlu ditangani. Beberapa wanita merasa cemas bahwa
tentang dampak yang akan terjadi sangat perlu persiapan psikolog klien.
5. Status respiratori
terdengar tanpa stetoskop. Bunyi pernafasan akibat lidah jatuh kebelakang atau
akibat secret. Suara paru yang kasar merupakan gejala terdapat secret pada
saluran nafas. Usaha batuk dan bernafas dalam dilaksanakan segera pada klien
6. Tingkat kesadaran
dijawab oleh klien atau di suruh untuk melakukan perintah. Variasi tingkat
7. Status urinari
Retensi urin paling umum terjadi setelah pembedahan ginekologi, klien yang
Jumlah output urine yang sedikit akibat kehilangan cairan tubuh saat operasi,
8. Status gastrointestinal
dan kompres hangat perlu diberikan untuk menghilangkan gas dalam usus.
a. Pola nutrisi
Sebelum dan sesudah mengalami mioma uteri yang harus dikaji adalah
Sedangkan pada BAK yang harus di kaji adalah frekuensi, warna, dan bau.
Tanyakan waktu dan lamanya tidur pasien mioma uteri saat siang dan malam
konka nasal/tidak.
5) Mulut : lihat mukosa mulut kering atau lembab, lihat kebersihan rongga
siklus menstruasi.
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
kewaspadaan perdarahan
Berikut ini adalah beberapa rencana tindakan beserta evaluasi yang diharapkan pada kasus mioma uteri berdasarkan diagnosis
NANDA (Bulecheck, Butcher, Docterman, & Wagner, 2013; Moorhead, Johnson, Maas, & Swanson, 2016)
c. Penurunan hemoglobin g. Pembentukan bekas luka pada j. Pastikan teknik perawatan luka
skala 5 tidak ada yang tepat
d. Supresi inflamasi
h. Bau busuk pada skala 5 tidak ada k. Gunakan kateter intermitten untuk
e. Vaksinasi tidak adekuat
i. Kemerahan pada skala 5 tidak menurunkan infeksi kandung
ada kencing
Pemajanan terhadap pathogen Lingkungan
j. Nyeri pada skala 5 tidak ada l. Tingkatkan intake nutrisi
Meningkat:
m. Berikan terapi antibiotic bila perlu
Terpajan pada wabah
2. Penyembuhan luka bakar infection protection (proteksi
3. Control risiko komunitas : penyakit terhadap infeksi)
Asrinah, dkk. (2015). Asuhan Kebidanan Masa Kehamilan. Yogyakarta: Graha Ilmu
Bulecheck, G. M., Butcher, H. K., Docterman, J. M., & Wagner, C. M. (2013). Nursing
Interventions Classification (NIC) Edisi Bahasa Indonesia (6th Ed.; I. Nurjannah
& R. D. Tumanggor, Eds.). Indonesia: CV. Mocomedia
Cunningham, FG., et al. (2013). Obstetri Williams (Williams Obstetri). USA : The
McGraw-Hill Companies, Inc
Hani, U., dkk. (2011). Asuhan Kebidanan Pada Kehamilan Fisiologis. Jakarta: Salemba
Medika
Indrayani, Djami, U.E.M (2016). Update Asuhan Persalinan dan Bayi Baru Lahir.
Jakarta: CV. Trans Info Media
Moorhead, S., Johnson, M., Maas, M. L., & Swanson, E. (2016). Nursing Outcomes
Classification (NOC) Pengukuran Outcomes Kesehatan Edisi Bahasa Indonesia
(5th Ed.; I. Nurjannah & R. D. Tumanggor, Eds.). Indonesia: CV. Mocomedia
NANDA. (2018). Diagnosa Keperawatan Definisi & Klasifikasi (Budi Anna Keliat dkk,
penerjemah). Jakarta: EGC
Surya, E., Muzakkar, M. (2017). Mioma Servikal. Cermin Dunia Kedokt. 118–120
Pathway
Mioma Uteri
Anemia Risiko
Nekrosis dan Perdarahan Tindakan Konstipasi
Ansietas
peradangan Pembedahan
setempat
Perdarahan
Paparan agen Terputusnya Proses
infeksius jaringan epilesisasi
Nyeri
Kekurangan
Volume
Cairan Risiko Nyeri
Pembatasan
Infeksi aktivitas
Intoleransi
Aktivitas