Anda di halaman 1dari 13

ASUHAN KEPERAWATAN MATERNITAS

PADA KLIEN Ny. M.S DENGAN DIAGNOSA MIOMA URTERI DI RUANG POLI KIA
RSUD MGR. GABRIEL MANEK, SVD ATAMBUA

OLEH:

BRUCE G. LAUWOIE

NIM:

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS CITRA BANGSA

KUPANG

2024
A. Konsep Dasar MIOM
1. Pengertian

Mioma uteri adalah neoplasma jinak yang berasal dari otot polos pada dinding

uterus. Beberapa istilah dari mioma uteri adalah fibromioma, laiomioma,

miofibroma, fibroleiomioma, atau uterin fibroid. Mioma uteri merupakan tumor

uterus yang banyak ditemukan pada 20-25% wanita diatas umur 35 tahun (Nurarif

dan Kusuma, 2015).

Mioma uteri adalah tumor jinak berbatas tegas dan tidak berkapsul yang berasal
dari otot polos dan jaringan ikat fibrous. Tumor jinak ini banyak ditemukan pada
traktus geniltalia wanita, terutama pada wanita sesudah produktif (menopause).
Mioma uteri jarang ditemukan pada wanita usia subur atau produktif tetapi
kerusakan reproduksi dapat berdampak karena mioma uteri pada usia produktif
yaitu berupa infertilitas, abortus spontan, persalinan prematur dan malpresentasi
(Aspiani, 2017)..

2. Klasifikasi Miom
1. Mioma Submukosum

Mioma ini terletak di bawah endometrium atau lapisan mukosa uterus dan

tumbuh menonjol ke kavum uteri. Hal ini menyebabkan terjadinya perubahan

bentuk pada kavum uteri. Apabila tumor ini tumbuh dan bertangkai, maka tumor

dapat keluar dan masuk ke dalam vagina yang disebut mioma geburt. Mioma

submukosa walaupun kecil, tetapi dapat menimbulkan keluhan seperti perdarahan

melalui vagina. Mioma uteri dapat tumbuh bertangkai menjadi polip, kemudian

dilahirkan melalui serviks (mioma geburt).

2. Mioma Intramural

Mioma ini terletak di dinding uterus diantara serabut miometrium. Disebut juga

mioma intraepitalial, biasanya multiple.


Apabila masih kecil tidak merubah bentuk uterus, tapi bila sudah membesar

akan menyebabkan uterus berbenjol- benjol. Uterus akan bertambah besar dan

berubah bentuk. Mioma ini sering tidak memberikan gejala klinis kecuali

yang dirasakan oleh penderita yang dapat berupa rasa tidak nyaman karena

adanya massa tumor di daerah perut sebelah bawah.

3. Mioma Subserosum

Mioma ini tumbuh keluar dinding uterus sehingga menonjol pada permukaan

uterus dan diliputi oleh serosa. Pertumbuhannya kearah lateral dapat berada di

dalam ligamentum latum, dan disebut sebagai mioma intraligamen. Mioma

yang ukurannya cukup besar akan mengisi rongga peritoneum sebagai suatu

massa. Perlekatan dengan ementum menyebabkan sistem peredaran darah

diambil alih dari tangkai ke omentum. Akibatnya tangkai semakin mengecil

dan terputus, sehingga mioma terlepas dari uterus sebagai massa tumor yang

bebas dalam rongga peritoneum. Mioma jenis ini dikenal sebagai mioma

parasitik.
3. Manifestasi Klinis

Berdasarkan Nurarif dan Kusuma (2015) separuh penderita mioma

uteri tidak memperlihatkan gejala. Umumnya gejala yang ditemukan

berdasarkan letak, ukuran dan perubahan pada mioma tersebut seperti :

1. Perdarahan abnormal
Dipekirakan sebanyak 30% wanita dengan mioma uteri memiliki

masalah dalam menstruasi. Diantaranya adalah hipermenore

(perdarahan haid selama > 14 hari), menoragia (perdarahan berlebih

yang tidak biasa pada mensturasi normal), metroragia (perdarahan rahim

dengan interval yang tidak teratur, terutama antara periode menstruasi

rutin). Sebabnya adalah :

a. Pengaruh ovarium sheingga menyebabkan terjadinya

hiperplasi(meningkatnya jumlah sel) endometrium

b. Permukaan endometrium yang lebih luas dari biasanya

c. Atrofi endometrium diatas mioma submukosum

d. Miometrium tidak dapat berkontraksi optimal karena adanya sarang

mioma diantara serabut miometrium sehingga tidak dapat menjepit

pembuluh darah yang melaluinya dengan baik.

2. Nyeri

Timbul karena adanya gangguan sirkulasi yang disertai nekrosis setempat

dan peradangan. Pada mioma submukosum yang dilahirkan dapat

menjepit canalis servikalis sehingga dapat menimbulkan dismenore.

3. Gejala penekanan
Penekanan pada vesika urinaria menyebabkan poliuri. Pada uretra

menyebabkan hidroureter dan hidronefrosis, pada rectum menyebabkan

obstipasi dan tenesemia. Sedangkan pada pembuluh darah dan limfe

menyebabkan terjadinyaedema pada tungkai dan nyeri pada panggul.

4. Disfungsi reproduksi

Hubungan antara mioma uteri sebagai penyebab infertilitas masih belum

jelas. Dilaporkan sebesar 27-40% wanita dengan mioma uteri mengalami

infertilitas. Mioma terletak didaerah konru yang dapat mengakibatkan

sumbatan dan gangguan transportasi gamet dan embrio akibat terjadinya

oklusi tuba bilateral. Mioma uteri dapat menyebabkan gangguan kontraksi

ritmik uterus yang diperlukan untuk motilitas sperma didalam uterus.

Perubahan bentuk pada kavum uteri karena adanya mioma dapat

menyebabkan disfungsi seksual. Gangguan implantasi embrio dapat

terjadi pada keberadaan mioma akibat perubahan histologi endometrium

dimana terjadi atrofi karena kompresi massa

4. Komplikasi
a. Perdarahan sampai terjadi anemia

b. Torsi (putaran tangkai mioma), mioma dengan tangkai dapat

mengalami torsi, timbul gangguan sirkulasi akut sehingga mengalami

nekrosis. Dengan demikian terjadi sindrom abdomen akut. Dimana

sarang mioma dapat mengalami nekrosis dan infeksi yang

disebabkan karena adanya gangguan sirkulasi darah, misalnya pada

mioma uteri terjadi perdarahan berupa metroragia yang disertai


leukore dan gangguan yang disebabkan oleh infeksi dari uterus itu

sendiri ada 2 kriteria yaitu mioma uteri subserosa dan mioma uteri

submokosa

c. Nekrosis dan infeksi

d. Pengaruh timbal balik mioma dan kehamilan yaitu timbulnya infeksi,

abortus, persalinan premature dan kelainan letak, infeksi uretra,

gangguan jalan persalinan, retensi plasenta

5. Pemeriksaan Penunjang

Menurut Nurarif dan Kusuma (2015) ada beberapa pemeriksaan

penunjang yang dapat digunakan untuk mendeteksi mioma uteri, antara lain:

1. Tes laboratorium
Menghitung darah lengkap dan apusan darah, pada penderita

mioma uteri sering ditemukan hemoglobin menurun, albumin

menurun, leukosit dapat menurun atau meningkat, eritrosit

menurun, dan hematokrit menunjukkan adanya kehilangan darah

yang kronik.

2. USG (Ultrasonografi)

Pada penderita mioma uteri terlihat adanya massa pada daerah uterus.

USGdapat menentukan jenis tumor, lokasi mioma, dan ketebalan

endometrium.

6. Penatalaksanaan

Penanganan yang dapat dilakukan ada dua macam yaitu penanganan

secarakonservatif dan secara operatif (Manuaba, 2017).


1. Pentalaksanaan secara konservatif sebagai berikut :

a. Observasi dengan melakukan pemeriksaan pelvis secara periodic

setiap3-6 bulan

b. Bila anemia atau Hb < 8 g/dl dilakukan tranfusi PRC

c. Pemberian suplemen yang mengandung zat besi

d. Peggunaan agonis GnRH lenprotid asetat 3,75 mg 1M pada hari

1-3 menstruasi setiap minggu sebanyak 3 kali. Obat ini akan

mengakibatkan pengerutan tumor dan menghilangkan gejala.

Obat ini juga menekan sekresi genedropin dan menciptakan

keadaan hipohistrogonik yang serupa yang ditekankan pada

periode post menopause efek maksimum dalam mengurangi

ukuran tumor diobservasi dalam 12 minggu. GnRH dapat

diberikan sebelum pembedahan.

2. Penatalaksanaan operatif apabila :

a. Apabila tumor lebih besar dari ukuran uterus


b. Pertumbuhan tumor cepat

c. Mioma subserosa bertangkai dan torsi

d. Apabila dapat menjadi penyulit pada kehamilan berikutnya

e. Hipermenorea pada mioma submukosa

f. Terjadi penekanan pada organ sekitarnya


DAFTAR PUSTAKA
Ainuhikma, l. (2018). Laporan Kasus Asuhan Keperawatan Post Sectio Caesarea
Dengan Fokus Studi Pengelolaan Nyeri Akut Di Rsud Djojonegoro Kabupaten
Temanggung (Vol. 2, Issue 1) [Politeknik Kesehatan Kemenkes Semarang].

Ayu, Febriana Diah. 2018. Persalinan Pervaginam Dengan Bekas Sectio


Caesarea. Universitas Wijaya Kusuma Surabaya.
Anggraini, Yetti, dan Martini. 2011. Pelayanan Keluarga Berencana. Yogyakarta:
Rohima Press
BKKBN. 2016. Pedoman Pelayanan Keluarga berencana Pasca Persalinan. Jakarta:
BKKB
Fitria, R. (2018). Asuhan Keperawatan Pada Ny. M Dengan Post Operatif Sectio
Caesarea Dengan Indikasi Cephalo Pelvik Disproportion Diruang Rawat Inap
Kebidanan Rumah Sakit Achmad Mochtar Bukittinggi (Vol. 2, Issue 1)
Handayani, S. 2010. Buku Ajar Pelayanan Keluarga Berencana.Yogyakarta:
Pustaka Rihama.

Kosasih, Cecep Eli, Solehati (2015), Buku Ajar Keperawatan Maternitas, Edisi 4,
Jakarta: EGC

Mansjoer, A. 2017. Asuhan Keperawatan Maternitas. Jakarta: Salemba Medika

Mirzanti, Hanifah, Desy Kurniawati (2018), Obsgynacea, Yogyakarta: Tosca Enterprise


Mochtar (2015), Sinopsis Obstetri, Jakarta: EGC

Prawiroharjo, Sarwono (2014). Ilmu Kebidanan, Edisi 4 Cetakan II. Jakarta : Yayasan
Bina Pustaka.

Sarwono (2018), Asuhan kebidanan Kehamilan, Jakarta : EGC


RESUME HARI 1
Tanggal Pengkajian/Pukul : 17 Januari 2024/ 11.00 WITA
Diagnosa Media : MIOM
Nama/Usia : Ny. A.N/ 41 Tahun
Pekerjaan : IRT
Alamat : Tohe

Ny. A.N usia 41 tahun datang ke poli KIA RSUD Mgr. Gabriel Manek, SVD
Atambua pada tanggal 17 Januari 2024 jam 11.00 Wita. Pasien datang untuk
dilakukan pemeriksaan USG. Saat pengkajian, riwayat penyakit sekarang pasien
mengalami Miomi urteri keluhan utama pasien mengatakan merasa nyeri dibagian
bawah perut, nyeri terasa saat hendak melakukan aktivitas, skala nyeri 4 dari 10,
nyeri sedang, pasien tampak gelisah dan nyeri hilang timbul, pasien tampak meringis
dan gelisah disaat pasien melakukan aktivitas, nyeri muncul tiap melakukan aktivitas
berat. Dari pengkajian juga diperoleh data menarche usia 14 tahun, siklus teratur (28
hari), lamanya 4 hari dan jumlah darah banyak. Pasien tidak memiliki riwayat
penyakit dalam keluarga dan tidak menggunakan kontrasepsi apapun, pasien
mengatakan pernah mengalami pendarahan pada tahun 2022 sampai 2023 dan pasien
mengetahui penyakitnya pada tahun lalu. Dilakukan pengukuran TTV ibu diperoleh
TD: 117/68 mmHg, N: 89x/menit, RR: 18x/menit, S: 36,5 derajat celsius, BB: 54 kg,
TB: 153 cm.
Pengkajian terkait pola pemenuhan kebutuhan sehari-hari tidak ditemukan
masalah pada pola nutrisi, dimana pasien biasa makan 3 kali sehari, mampu
menghabiskan porsi 1 piring dengan jenis makanan seperti nasi, sayur, ikan, telur.
Pada pola aktivitas atau istirahat, personal hygiene, psikososial, dan spiritual, serta
eliminasi tidak ditemukan masalah.
Pada pemeriksaan fisik diperoleh data:
1. Kepala-leher:
a. Kepala: simetris, tidak ada benjolan, tidak ada lesi.
b. Mata: simetris, konjungtiva tidak anemis, sclera tidak ikterik, pupil mengecil
jika terkena cahaya
c. Hidung: simetris, tidak ada lesi, tidak ada sumbatan, tidak ada perdarahan,dan
tanda infeksi
d. Mulut: mukosa bibir lembab, tidak ada lesi dan stomatitis
e. Telinga: simetris, tidak ada gangguan pendengaran, tidak ada lsi
f. Leher: Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid
2. Dada:
a. Jantung: tidak ada bunyi nafas tambahan
b. Paru: vesikuler dan tidak ada bunyi napas tambahan
c. Payudara:tidak tampak membesar
3. Abdomen: Tidak ada lesi, tidak ada pembesaran ginjal, tidak terdapat luka bekas
insisi pada perut bagiaan bawah, tidak ada benjolan di perut, pasien sedikit
meringis saat ditekan bagian bawah perut
4. Vulva dan perineum: Tidak ada luka pada vulva, dan tidak ada pengeluaran
cairan pervaginam
5. Anus: Tidak ada hemoroid
6. Ekstremitas:

5 5
5 5
Keterangan: Pergerakan normal, tidak ada kekakuan sendi

ANALISA DATA

Hari/tanggal Data Etiologi Masalah


Keperawat
an
Senin, 15/01/2024 Ds: Agen pecedera Nyeri akut
Pasien mengatakan merasa nyeri fiologis
di bagian bawah perut nyeri (Neoplasma)
terasa saat hendak melakukan
aktivitas, skala nyeri 4 dari 10,
nyeri ringan, dan nyeri hilang
timbul.
Do:
Pasien tampak
meringis, pasien juga
tampak gelisah TTV ibu
diperoleh TD: 117/68
mmHg, N: 89x/menit,
RR: 18x/menit, S: 36,5
derajat celsius, BB: 54
kg, TB: 153 cm.

DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Nyeri akut B.D Agen pecedera fisiologis (Neoplasma) D.D Pasien mengatakan merasa
nyeri dibagian bawah perut, nyeri terasa saat hendak melakukan aktivitas, skala nyeri 4
dari 10, nyeri ringan, dan nyeri hilang timbul, pasien tampak meringis, dan gelisah

INTERVENSI KEPERAWATAN

No. Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Intervensi


Hasil
1. Nyeri akut B.D Setelah dilakukan Manajemen nyeri (I. 01014)
Agen pecedera asuhan keperawatan Observasi:
fisiologis selama 1x20 menit 1. Identifikasi lokasi,
(Neoplasma) D.D diharapkan tingkat karakteristik, durasi,
Pasien nyeri menurun frekuensi, kualitas,
mengatakan (L.08066) dan intensitas nyeri
merasa nyeri 1. Keluhan nyeri 2. Identifikasi skala
dibagian bawah menurun nyeri
perut, nyeri terasa 2. Meringis 3. Identifikasi respon
saat hendak menurun nyeri non verbal
melakukan 3. Gelisah Terapeutik:
aktivitas, skala Berikan terapi
nyeri 4 dari 10, nonfarmakalogis untuk
nyeri ringan, dan mengurangi rasa nyeri
nyeri hilang (relaksasi nafas dalam)
timbul, pasien
tampak sedikit
meringis dan
gelisah TTV ibu
diperoleh TD:
117/68 mmHg, N:
89x/menit, RR:
18x/menit, S: 36,5
derajat celsius,
BB: 54 kg, TB:
153 cm.

IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

Diagnosa Hari/Tanggal Implementasi Keperawatan Evaluasi Keperawatan


1 Rabu, 17 11.05: 11.20:
januari 2024 Mengindentifikasi lokasi, karakteristik, S: Pasien mengatakan
durasi, frekuensi, kulaitas, intensitas nyeri yang dirasakan
nyeri, dan skala nyeri berkurang setelah
P: nyeri pada luka post operasi, saat melakukan teknik
hendak beraktivitas relaksasi nafas dalam
Q: seperti sayatan pisau O: Pasien tampak tidak
R: Perut, luka bekas operasi meringis, pasien juga
S: 4 dari 10, nyeri ringan. antusias mengikuti apa
T: hilang timbul yang diajarkan
11.10: A:
Memberikan Teknik nonfarmakologis Masalah keperawatan
untuk mengurangi rasa nyeri (Teknik nyeri:
relaksasi nafas dalam) - Keluhan nyeri
11.15: cukup menurun
Mengajarkan pasien tenik - Meringis cukup
nonfarmakologis untuk mengurangi rasa menurun
nyeri. - Gelisah cukup
menurun
P: Intervensi
dihentikan pasien
pulang

Anda mungkin juga menyukai