Anda di halaman 1dari 34

LAPORAN PENDAHULUAN MIOMA UTERI

PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN MATERNITAS

RSUD dr. Chasbullah Abdulmajid KOTA BEKASI

Laporan ini disusun sebagai salah satu syarat :

Untuk melengkapi Praktik Klinik Keperawatan Maternitas

Dosen Pembimbing :
Ns. Desridius Chalid, S.Kep, M.Kep

Disusun Oleh
Hilmie Hilmanie Attawwabie
NIM: 230517017

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN ABDI NUSANTARA JAKARTA
2023/2024

Jl. Kubah Putih No. 7 Rt/Rw. 001/014, Kel. Jatibening, Kec. Pondok Gede, Kota Bekasi, Jawa Barat
17412 Telp. (021) 8690 1352
A. Definisi
Mioma Uteri adalah suatu tumor jinak, berbatas tegas, tidak berkapsul, yang berasal
dari otot polos dan jaringan ikat fibrous. Biasa juga disebut fibromioma uteri, leiomioma uteri
atau uterine fibroid. Tumor jinak ini merupakan neoplasma jinak yang paling sering
ditemukan pada traktus genitalia wanita,terutama wanita usai produktif. Walaupun tidak
sering, disfungsi reproduksi yang dikaitkan dengan mioma mencakup infertilitas, abortus
spontan, persalinan prematur, dan malpresentasi (Crum, 2003).
Mioma uteri adalah tumor jinak rahim ini sebagian besar berasal dari sel muda otot
rahim, yang mendapat rangsangan terus menerus dari hormon estrogen sehingga terus
bertumbuh dan bertambah menjadi besar. Oleh karena itu tumor jinak otot rahim sebagian
besar terjadi pada masa reproduktif aktif, yaitu saat wanita masih menstruasi(Menurut
Manuaba, 2012).
B. Etiologi
Penyebab pasti mioma tidak diketahui secara pasti. Mioma jarang sekali ditemukan
sebelum pubertas, sangat dipengaruhi oleh hormon reproduksi dan hanya manifestasi selama
usia reproduktif (Anwar dkk, 2011).
Tumor ini berasal dari sel otot yang normal, dari otot imatur yang ada di dalam
miometrium atau dari sel embrional pada dinding pembuluh darah uterus. Apapun asalnya
tumor mulai dari benih-benih multipel yang sangat kecil dan tersebar pada miometrium.
Benih ini tumbuh sangat lambat tetapi progresif (bertahun-tahun) bulan dalam hitungan bulan
di bawah pengaruh estrogen (Llewellyn, 2009).
C. Manifestasi Klinis
Hampir separuh kasus mioma uteri ditemukan secara kebetulan pada pemeriksaan
ginekologik karena tumor ini tidak menggangu. Gejala yang dikeluhkan sangat tergantung
pada tempat sarang miomaberada (serviks, intramural, submukus, sebserus), besarnya tumor,
perubahan dan kompilikasi yang terjadi (Wiknjosastro, 2008). Gejala tersebut dapat
digolongkan sebagai berikut:
1. Massa di Perut Bawah
Penderita mengeluhkan merasakan adanya massa atau benjolan di perut bagian bawah.
2. Pendarahan abnormal
Gangguan pendarahan yang terjadi metroragia.
3. Rasa Nyeri
Rasa nyeri bukanlah gejala yang khas tetapi dapat timbul karena gangguan dari sirkulasi

2
darah pada sarang mioma, disertai nekrosis setempat dan peradangan.
4. Gejala dan penekanan
Gangguan ini dapat tergantung dari besar dan tempat mioma uteri. Penekanan pada
kantung kemih akan menyebabkan poliuri, pada uretra akan dapat menyebabkan retensio
urine, pada ureter dapat menyebabkan hidroureter dan hidronefrosis, pada rektum dapat
menyebabkan obstipasi dan tenesmia, pada pembuluh darah dan pembuluh limfe di
panggul dapat menyebabkan edema tungkai dan nyeri panggul.
5. Penurunan Kesuburan dan Abortus
Hubungan antara mioma uteri sebagai penyebab penurunan kesuburan masih belum jelas.
Dilaporkan sebesar 27-40% wanita dengan mioma uteri mengalami infertilitas. Penurunan
kesuburan dapat terjadi apabila sarang mioma menutup atau menekan pars interstisialis
tuba, sedangkan mioma submukosa dapat memudahkan terjadinya abortus karena distorsi
rongga uterus. Perubahan bentuk kavum uteri karena adanya mioma dapat menyebabkan
disfungsi reproduksi. Gangguan implantasi embrio dapat terjadi pada keberadaan mioma
uteri akibat perubahan histologi endometrium dimana terjadi atrofi karena adanya
kompresi massa tumor.
D. Patofisiologi
Ammature muscle cell nest dalam miometrium akan berproliferasi hal tersebut
diakibatkan oleh rangsangan hormon estrogen. ukuran myoma sangat bervariasi. sangat
sering ditemukan pada bagian body uterus (corporeal) tapi dapat juga terjadi pada servik.
Tumot subcutan dapat tumbuh diatas pembuluh darah endometrium dan menyebabkan
perdarahan. Bila tumbuh dengan sangat besar tumor ini dapat menyebabkan penghambat
terhadap uterus dan menyebabkan perubahan rongga uterus. Pada beberapa keadaan tumor
subcutan berkembang menjadi bertangkai dan menonjol melalui vagina atau cervik yang
dapat menyebabkan terjadi infeksi atau ulserasi. Tumor fibroid sangat jarang bersifat ganas,
infertile mungkin terjadi akibat dari myoma yang mengobstruksi atau menyebabkan
kelainan bentuk uterus atau tuba falofii. Myoma pada badan uterus dapat menyebabkan
aborsi secara spontan, dan hal ini menyebabkan kecilnya pembukaan cervik yang membuat
bayi lahir sulit.

3
E. Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi pada mioma uteri secara umum, yaitu:
1. Degenerasi ganas
Kecurigaan akan keganasan uterus apabila mioma uteri cepat membesar dan apabila terjadi
pembesaran sarang mioma dalam menopause.
2. Torsi (putaran tangkai)
Sarang mioma yang bertangkai dapat mengalami torsi, timbul gangguan sirkulasi akut
sehingga mengalami nekrosis. Dengan demikian terjadi sindrom abdomen akut
F. Penatalaksanaan Medis
Penanganan mioma menurut usia, paritas, lokasi dan ukuran tumor. Penanganan
mioma uteri tergantung pada usia, paritas, lokasi dan ukuran tumor, dan terbagi atas:
a. Penanganan konservatif
Cara penanganan konservatif dapat dilakukan sebagai berikut :
1. Observasi dengan pemeriksaan pelvis secara periodik setiap 3-6 bulan.
2. Monitor keadaan Hb
3. Pemberian zat besi
4. Penggunaan agonis GnRH untuk mengurangi ukuran mioma.
b. Penanganan operatif
Intervensi operasi atau pembedahan pada penderita mioma uteri adalah :
1. Perdarahan uterus abnormal yang menyebabkan penderita anemia
2. Nyeri pelvis yang hebat
3. Ketidakmampuan untuk mengevaluasi adneksa (biasanya karena mioma berukuran
kehamilan 12 minggu atau sebesar tinju dewasa)
4. Gangguan buang air kecil (retensi urin)
5. Pertumbuhan mioma setelah menopause
6. Infertilitas
7. Meningkatnya pertumbuhan mioma (Moore, 2001).
Jenis operasi yang dilakukan pada mioma uteri dapat berupa :
a. Miomektomi
Miomektomi adalah pengambilan sarang mioma tanpa pengangkatan rahim/uterus
(Rayburn, 2001). Miomektomi lebih sering di lakukan pada penderita mioma uteri secara
umum. Penatalaksanaan ini paling disarankan kepada wanita yang belum memiliki
keturunan setelah penyebab lain disingkirkan (Chelmow, 2005).

4
b. Histerektomi
Histerektomi adalah tindakan operatif yang dilakukan untuk mengangkat rahim, baik
sebagian (subtotal) tanpa serviks uteri ataupun seluruhnya (total) berikut serviks uteri.
Histerektomi dapat dilakukan bila pasien tidak menginginkan anak lagi, dan pada
penderita yang memiliki mioma yang simptomatik atau yang sudah bergejala. Ada dua
cara histerektomi, yaitu :
1) Histerektomi abdominal, dilakukan bila tumor besar terutama mioma
intraligamenter, torsi dan akan dilakukan ooforektomi
2) Histerektomi vaginal, dilakukan bila tumor kecil (ukuran < uterus gravid 12
minggu) atau disertai dengan kelainan di vagina misalnya rektokel, sistokel atau
enterokel (Callahan, 2005).
Kriteria menurut American College of Obstetricians Gynecologists (ACOG) untuk
histerektomi adalah sebagai berikut :
1. Terdapatnya 1 sampai 3 mioma asimptomatik atau yang dapat teraba dari luar dan
dikeluhkan oleh pasien.
2. Perdarahan uterus berlebihan, meliputi perdarahan yang banyak dan bergumpal-
gumpal atau berulang-ulang selama lebih dari 8 hari dan anemia akibat kehilangan
darah akut atau kronis.
Rasa tidak nyaman di pelvis akibat mioma uteri meliputi nyeri hebat dan akut, rasa
tertekan punggung bawah atau perut bagian bawah yang kronis dan penekanan pada
vesika urinaria mengakibatkan frekuensi miksi yang sering (Chelmow, 2005).

5
G. Pathway

Mioma uteri

Mioma intramural Mioma submukosusm Mioma sub serosum

Tumbuh di dinding Di bawah endometrium Tumbuh keluar dinding


uterus & menonjol ke rongga uterus
uterus

Gejala dan tanda

Perdarahan Pembesaran uterus

Tindakan
pembedahan/operasi

Nyeri akut b.d agen Kerusakan jaringan


pencedera fisik pascaoperasi

Port de entrée luka Risiko infeksi b.d Efek


pasca bedah prosedur invasive

H. Pengkajian
1. Data biografi pasien
Riwayat kesehatan saat ini, meliputi : keluhan utama masuk RS, faktor pencetus, lamanya
keluhan, timbulnya keluhan, faktor yang memperberat, upaya yang dilakukan untuk
mengatasi, dan diagnosis medik.
2. Riwayat kesehatan masa lalu, meliputi : penyakit yang pernah dialami, riwayat alergi,
imunisasi, kebiasaan merokok,minum kopi, obat-obatan dan alkohol.
3. Riwayat kesehatan keluarga.
4. Pemeriksaan fisik umum dan keluhan yang dialami. Untuk pasien dengan kanker servik,
pemeriksaan fisik dan pengkajian keluhan lebih spesifik ke arah pengkajian obstretri dan
ginekologi, meliputi : Riwayat kehamilan, meliputi : gangguan kehamilan, proses persalinan,

6
lama persalinan, tempat persalinan, masalah persalinan, masalah nifas serta laktasi, masalah
bayi dan keadaan anak saat ini.
5. Pemeriksaan genetalia.
6. Pemeriksaan payudara.
7. Riwayat operasi ginekologi.
8. Pemeriksaan pap smear.
9. Usia menarche.
10. Menopause.
11. Masalah yang berhubungan dengan kesehatan reproduksi
 Kesehatan lingkungan/hygiene.
 Aspek psikososial meliputi : pola pikir, persepsi diri, suasana hati,
hubungan/komunikasi, kebiasaan seksual, pertahanan koping, sistem nilai dan
kepercayaan dan tingkat perkembangan.
 Data laboratorium dan pemeriksaan-pemeriksaan penunjang lain.
 Terapi medis yang diberikan.
 Efek samping dan respon pasien terhadap terapi.
 Persepsi klien terhadap penyakitnya

I. Diagnosa Keperawatan Megacolon yang bisa muncul sesuai dengan SDKI, SLKI dan
SIKI
1. Nyeri Akut (D.0077)
Kategori : Psikologis
Subkategori : Nyeri dan Kenyamanan
Definisi : pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan dengan
kerusakan jaringan actual atau fungsional, dengan onset mendadak atau lambat dan
berintensitas tingan hingga berat yang berlangsung kurang dari 3 bulan
Gejala dan Tanda Mayor Gejala dan Tanda Minor
Subyektif Obyektif
Subyektif
Penyebab
Obyektif

1. Agen pencedera Mengeluh 1. Tampak meringis Tid 1. Tekanan darah


fisiologis (missal: nyeri 2. Bersikap protektif ak meningkat
inflamasi, iskemia, (Misal: waspada) ters 2. Pola nafas berubah

7
neoplasma) 3. Gelisah edi 3. Nafsu makan berubah
2. Agen pencedera 4. Frekuensi nadi a 4. Proses berpikir
kimia (missal: meningkat terganggu
terbakar, bahan 5. Sulit tidur 5. Menarik diri
kimia iritan) 6. Berfokus pada diri
3. Agen pencedera sendiri
fisik (Misal: abses, 7. Diaphoresis
terbakar operasi,
trauma)
Kondisi Klinis Terkait
1. Kondisi pembedahan
2. Cedera traumatis
3. Infeksi
4. Sindrom coroner akut
5. Glaucoma
*) pengkajian nyeri dapat menggunakan instrument skala nyeri, seperti:
1. FLACC Behavioral Pain Scale untuk usia kurang dari 3 tahun
2. Baker-Wong-Faces Scale untuk usia 3-7 tahun
3. Visual Analog Scale atau Numeric Rating Scale untuk usia lebih dari 7 tahun

Intervensi
SDKI SLKI (Kriteria Hasil) SIKI (Intervensi)
(Diagnosa
)
Nyeri Luaran utama: Intervensi utama
Akut Tingkat nyeri Manaje Pember
Luaran Tambahan: men ian
1. Fungsi gastrointestinal nyeri analges
2. Control nyeri ik
3. Mobilitas fisik Intervensi pendukung
4. Penyembuhan luka Aromat Pember
5. Perfusi miokard erapi ian obat
6. Perfusi perifer oral
7. Pola tidur Dukun Pember
8. Status kenyamanan gan ian obat
9. Tingkat cedera pengun intrave
Definisi: Pengalaman sensorik atau gkapan na
emosional yang berkaitan dengan kebutu
kerusakan jaringan actual atau han
fungsional, dengan onset mendadak Edukas Pember
atau lambat dan berintensitas tingan i efek ian obat
hingga berat dan konstan sampin topical
Ekspetasi: Menurun g obat
Kriteria hasil: Edukas Pengat
Indicator 1 2 3 4 5 i uran
Kemampuan manaje posisi
menuntaskan men
aktivitas nyeri
Keterangan: Edukas Perawa
1: menurun i proses tan
2: cukup menurun penyaki kenyam
3: sedang t anan
4: cukup meningkat Edukas Teknik
5: menignkat

8
Keluhan nyeri i teknik distraks
Meringis napas i
Gelisah Kompr Teknik
Kesultan tidur es imajina
Menarik diri dingin si
Diaphoresis terbimb
Perasaan ing
depresi Manaje Teknik
Anoreksia men akupres
Mual kenyam ur
Muntah anan
Keterangan: lingkun
1: meningkat gan
2: cukup meningkat Manaje Teknik
3: sedang men bantuan
4: cukup menurun medika hewan
5: menurun si
Frekuensi nadi Pemant Teknik
Pola nafas auan humor
Tekanan darah nyeri
Proses berpikir Pember Teknik
Focus ian obat muratta
Nafsu makan l
Manaje Terapi
Keterangan:
men music
1: memburuk
sedasi
2: cukup memburuk
3: sedang Nabaje Terapi
4: cukup membaik neb ralksasi
5: membaik efek
sampin
g obat

SIKI: Manajemen Nyeri (I.08238)


Definisi: Mengidentifikasi dan mengelola pangalaman sensorik atau emoslonal yang berkaitan dengan
kerusakan jaringan atau fungsional dengan onset mendadak atau lambat dan berintensitas ringan
hingga berat dan konstan..
Tindakan:
Observasi:
1. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, Intensitas nyeri
2. Identifikasi skala nyeri
3. Identifikasi respons nyeri non verbal
4. Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri
5. Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri
6. Identifikasi pengaruh budaya terhadap respon nyeri
7. Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hldup
8. Monitor keberhasilan terapi komplementer yang sudah diberikan
9. Monitor efek samping penggunaan analgetik
Terapeutik:

9
10. Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri (mis. TENS, hipnostis akupresur, terapi
musik, biofeedback, terapi pijat, aromaterapl, teknik imalinasi terbimbing kompres hangat/dingin, terapi
bermain)
11. Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri (mis. suhu nuangan, pencahayaan kebisingan)
12. Fasilitasi istirahat dan tidur
13. Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam pemlihan strategi meredakan nyer
Edukasi:
14. Jelaskan penyebab, periode dan pemicu nyeri
15. Jelaskan strategi meredakan nyeri
16. Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
17. Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat
18. Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi:
19.Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu

SIKI: Penmberian Analgesik (I.08243)


Definisi: menyiapkan dan memberikan agen farmakologis untuk mengurangi atau menghilangkan rasa sakit..
Tindakan:
Observasi:
20. Identifikasi karakteristik nyeri (Misal: pencetus, pereda kualitas, lokasi, intensitas, frekuensi, durasi)
21. Identifikasi riwayat alergi obat
22. Identifikasi kesesuaian jenis analgesic (Misal: narkotika, non-narkotika, NSAID) dengan tingkat
keparahan nyeri
23. Monitor TTV sebelum dan sesudah pemberian analgesic
24. Monitor efektifitas analgesic
Terapeutik:
25. Diskusikan jenis analgesic yang disukai untuk mencapai analgesic yang optimal, jika perlu
26. Pertimbangkan penggunaan infus kontinu
27. Tetapkan target efektivitas analgesic untuk mengoptimalkan respon pasien
28. Dokumentasikan respon terhadap efek analgesic dan efek yang tidak diinginkan
Edukasi:
29. Jelaskan efek terapi dan efek samping obat
Kolaborasi:
30.Kolaborasi pemberian dosis dan jenis analgesic, sesuai indikasi

2. Resiko infeksi (D.0142)


Kategori : lingkungan
Subkategori : keamanan dan proteksi
Definisi : berisiko mengalami peningkatan terserang organisme patogenik.
Faktor resiko Kondisi klinis terkait
i. Penyakit kronis (missal: diabetes mellitus) 1. AIDS

10
ii. Efek prosedur invasive 2. Luka bakar
iii. Malnutrisi 3. PPOK
iv. Peningkatan paparan organisme pathogen lingkungan 4. Diabetes mellitus
v. Ketidakadekuatan pertahanan tubuh primer: 5. Tindakan invasive
a. Gangguan peristaltic 6. Kondisi penggunaan terapi steroid
b. Kerusakan integritas kulit 7. Penyalahgunaan obat
c. Perubahan sekresi pH 8. Ketuban pecah sebelum waktunya
d. Ketuban pecah lama 9. Kanker
e. Merokok 10. Gagal ginjal
vi. Ketidakadekuatan pertahanan tubuh sekunder: 11. Imunosupresi
a. Penurunan hemoglobin 12. Lymphedema
b. Imunosupreesi 13. Leukositopenia
c. Leukopenia 14. Gangguan fungsi hati
d. Supresi respon inflamasi
e. Vaksinasi tidak adekuat

Intervensi
SDKI SLKI (Kriteria Hasil) SIKI (Intervensi)
(Diagnosa
)
Resiko Luaran utama: Intervensi utama
infeksi Tingkat infeksi Manaje Penceg
Luaran Tambahan: men ahan
a. Integritas kulit dan jaringan imunisa infeksi
b. Control resiko si atau
c. Status nutrisi vaksina
d. Status imun si
Definisi: derajat infeksi berdasarkan Intervensi pendukung
observasi atau sumber informasi Dukun Pengat
Ekspetasi: Menurun gan uran
Kriteria hasil: perawat posisi
Indicator 1 2 3 4 5 an diri
Kebersihan Manaje Perawa
tangan men tan area
Kebersihan jalan insisi
badan nafas
Nafsu makan Manaje Perawa
Keterangan: men tan luka
1: menurun lingkun
2: cukup menurun gan
3: sedang Manaje Perawa
4: cukup meningkat men tan
5: menignkat nutrisi selang
Demam Manaje Perawa
Kemerahan men tan
Nyeri medika selang
Bengkak si dada
Vesikel Pember Perawa
Letargi ian obat tan
Keterangan: selang
1: meningkat gastroi
2: cukup meningkat ntestina
3: sedang l

11
4: cukup menurun Pember Perawa
5: menurun ian obat tan
Kadar sel darah intrave selang
putih na umbilic
Kadar darah al
Kadar sputum Penceg Perawa
Kadar feses ahan tan
Kadar area luka luka sirkums
Kadar urine tekan isi
Keterangan:
1: memburuk
2: cukup memburuk
3: sedang
4: cukup membaik
5: membaik

SIKI: Manajemen Imunisasi atau Vaksinasi (I.14508)


Definisi: mengidentifikasi dan mengelola pemberian kekekbalan tubuh secara aktif dan pasif
Tindakan:
Observasi:
i. Identifikasi riwayat kesehatan dan alergi
ii. Identifikasi kontraindikasi pemberian imunisasi (Misal: reaksi anafilaksis terhadap vaksin sebelumnya)
iii. Identifikasi status imunisasi setiap kunjungan ke pelayanan kesehatan
Terapeutik:
1. Berikan suntikan pada bayi di bagian paha anterolateral
2. Dokumentasikan informasi vaksinasi (Misal: nama produsen dan tanggal kadaluarsa)
3. Jadwalkan imunisasi pada interval waktu yang tepat
Edukasi:
a. Jelaskan tujuan, manfaat, reaksi yang terjadi, jadwal dan efek samping
b. Informasikan imunisasi yang diwajibkan pemerintah (Misal, Hepatitis B, BCG, Didteri, Tetanus dll)
c. Informasikan imunisasi yang melindungi terhadap penyakit namun saat ini tidak diwajibkan pemerintah
(Misal: Influenza, pneumokokus)
d. Informasikan vaksin untuk kejadian khusus (Misal: Rabies dan Tetanus)
e. Informasikan penundaan pemberian imunisasi tidak berarti mengulang jadwal imunisasi kembali
f. Informasikan penyedia layanan pecan imunisasi nasional yang menyediakan vaksin gratis

SIKI: Pencegahan Infeksi (I.14539)


Definisi: mengidentifikasi dan menurunkan risiko terserang organismen patogenik.
Tindakan:
Observasi:
i. Monitor tanda dan gejala infeksi local sistemik
Terapeutik:
1. Batasi jumlah pengunjung
2. Berikan perawatan kulit pada area edema

12
3. Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien dan lingkungan pasien
4. Pertahankan teknik aseptic pada pasien berisiko tinggi
Edukasi:
1. Jelaskan tanda dan gejala infeksi
2. Ajarkan cara mencuci tangan yang benar
3. Ajarkan etika batuk
4. Ajarkan cara memeriksa kondis luka atau luka operasi
5. Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi
6. Anjurkan menignkatkan asupan cairan
Kolaborasi:
1. Kolaborasi pemberian imunisasi, jika perlu

DAFTAR PUSTAKA

Anwar, M., Baziad, A., & Prabowo, R. P. (2011). Ilmu Kandungan. Jakarta: Bina Pustaka
Bobak, Lowdermilk, & Jensen. (2005). Buku Ajar Keperawatan Maternitas, alih bahasa Maria A.
Wijayarini, Peter I. Anugrah (Edisi 4). Jakarta: EGC.
Callahan MD MPP, Tamara L. (2005). Benign Disorders of the Upper Genital Tract in Blueprints
Obstetrics & Gynecology. Boston : Blackwell Publishing,
Chelmow.D. (2005). GynecologicMyomectomy Http://www.emedicine.com/med/topic331 9.html.
Crum MD, Christopher P & Kenneth R. Lee MD. 2003. Tumors of the Myometrium in Diagnostic
Gynecologic and Obstetric Pathology. Boston : Elsevier Saunders
Hart MD FRCS FRCOG, David McKay. 2000. Fibroids in Gynaecology Illustrated. London :
Churchill Livingstone.
Kowalak , J. P., Welsh, W., & Mayer, B. (2011). Buku Ajar Patofisiologi . Jakarta : EGC
Mansjoer, Arif. (2002). Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Media Aesculapius.

Manuaba. (2012). Ilmu Kebidanan. Jakarta: Bina Pustaka

Sudoyo, Aru W, dkk. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam jilid 1 edisi IV. Jakarta: Pusat
Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam FKUI.
PPNI. (2018). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan Indikator Diagnostik.
Jakarta: DPP PPNI.
PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan. Jakarta: DPP
PPNI.
PPNI. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria Hasil Keperawatan.
Jakarta: DPP PPNI.

13
Winkjosastro, Hanifa, (2005), Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka

14
ASUHAN KEPERAWATAN MATERNITAS
PADA NY. C DENGAN DIAGNOSA MIOMA UTERI
Nama Mahasiswa : Hilmie Hilmanie A NIM : 231705017
Tempat Praktek : Ponek RSUD CAM BEKASI Tanggal : 27-11-2023

 DATA SUBJEKTIF

A. IDENTITAS PASIEN
Nama Pasien : Ny. C
Umur : 54 Tahun
Agama : Islam
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : IRT
Alamat : RT.005/RW.008, Jatiasih, Kec. Jatiasih, Kota Bks, Jawa Barat 17423
Nama Suami : Tn. M
Pekerjaan Suami : Karyawan
Pendidikan Suami : SMA

B. KELUHAN UTAMA
Pasien masuk melalui IGD rujukan dari RSUD CAM KOTA BEKASI tanggal 27 November 2023
pukul 10.00 WIB dengan keluhan pendarahan pervaginam dengan frekuensi 1 sampai 2 kali
dalam sehari ± setengah gelas, perut membesar dan kembung semenjak 5 bulan yang lalu.
C. RIWAYAT HAID
HPHT : 28-11-2023
Siklus : Tidak teratur
Lama : 7-10 hari
Banyaknya : 500cc
Sifat darah : berwarna merah
Menarche :

D. RIWAYAT KEHAMILAN , PERSALINAN & NIFAS LALU : G2P2A0


NO L/P USIA BBL Cara Lahir Penolong ASI Komplikasi
1 P 17 Tahun 2.8 gram Spontan Bidan Ya Tidak ada
2 L 12 Tahun 2.6 gram Spontan Bidan Ya Tidak ada

E. RIWAYAT PERNIKAHAN
1. Pernikahan ke :1
2. Berapa lama menikah : 20 Tahun

F. RIWAYAT KONTRASEPSI
1. Menjadi akseptor
2. Jika Ya, lanjutkan:
a. Jenis kontrasepsi : Pil KB
b. Berapa lama menjadi akseptor : 12 Tahun
c. Keluhan selama menjadi akseptor : Tidak ada

G. RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG


Pada saat dilakukan pengkajian pada tanggal 27 November2023 pukul 10.00 WIB pasien mengeluh
nyeri pada bagian perutnya yang membesar, nyeri terasa hilang timbul dan bertambah apabila
pasien bergerak dan duduk. Pasien mengeluh pendarahan pada pervaginam dengan frekuensi 1 1
sampai 2 kali dalam sehari ± setengah gelas, Pasien mengatakan nyeri dengan skala 5-6 selama
lebih kurang 2 menit dan menyebar ke bagian punggung. Pasien mengatakan nafsu makannya juga
menurun dan terkadang mual. Pasien mengatakan susah untuk beraktifitas dan susah tidur karena
nyeri pada perut bagian bawah. Pasien mengeluh BAK sakit.
H. RIWAYAT PENYAKIT DAHULU
Pasien mengatakan sekitar 3 bulan yang lalu pernah dirawat di RSUD Sijunjung dengan diagnosa
mioma uteri. Pasien memiliki kebiasaan makan makanan berminyak dan makan daging. Pasien
tidak pernah mengonsumsi alkohol, dan tidak memiliki riwayat pengobatan sebelumnya.
I. RIWAYAT KELUARGA
1. Penyakit keluarga yang menular/ menurun : Tidak ada
2. Anak kembar : Tidak ada

J. KEBUTUHAN DASAR
1. Nutrisi : Pasien saat sakit makan dan minum dibantu oleh keluarga frekuensi makan
3x/hari habis satu porsi.
2. Eliminasi : BAK melalui kateter berwarna kuning pekat dengan volume sekitar cc dalam
sehari. BAB frekuensi 2x/hari warna kuring konsistensi lunak.
3. Aktivitas : Pasien sulit untuk beraktifitas dan hanya berada di atas tempat tidur, aktivitas
sehari-harinya dibantu oleh keluarga yang mendampingi.
4. Istirahat : pasien mengatakan sulit tidur akibat nyeri pada bagian perutnya dan sering
terbangun di malam hari, pasien tidur sekitar 4-5 jam dalam sehari
5. Oksigenasi : Pasien bernapas spontan tanpa menggunakan alat bantu.
6. Pengetahuan : Pasien sudah tahu penyakit yang dideritanya. Namun pasien masih cemas
karena akan dilakukan tindakan kuret.
7. Konsep diri : Pasien menerima akan penyakit yang dideritanya
8. Seksualitas : Pasien lupa berapa kali frekuensi sex nya. Sejak gejala diatas muncul.

 DATA OBJEKTIF
A. KEADAAN UMUM
Keadaan umum pasien sedang kesadaran composmentis
B. BB, TB, TTV
 Berat badan 45 kg
 Tinggi badan 155 cm
 TTV
 Tekanan Darah : 90/60 mmHg
 Pernapasan : 22x/Menit
 Suhu : 37,5 C
 Nadi : 110x/menit
C. REFLEK LUTUT
Normal
D. PEMERIKSAAN OBSTETRI
1. Muka : Pasien tampak pucat dan tidak ada cloasma gravidarum
2. Mata : Konjungtiva ananemis, sclera berwarna putih
3. Dada : Tidak ada pembesaran, mamae simetris tidak ada benjolan, dan tidak ada
hiperpigmentasi
4. Abdomen : Inspeksi Bentuk normal, persebaran warna kulit merata, tidak ditemukan
lesi, tinggi ictus cordis tidak lebih dari 1 cm, auskultasi Bunyi jantung 1 terdengar lup dan
bunyi jantung II terdengar dup. Tidak ada bunyi jantung tambahan, perkusi Terdengar suara
normal pada jantung terdengar pada ICS 2 – ICS 5 sinistra,dan palpasi Dinding dada
bergerak simetris, tidak ada retraksi dada
5. Genitalia : Tidak ada kemerahan dan tidak ada haemoroid.
6. Ekstremitas : Kekuatan otot 5555.
E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Hasil pemeriksaan laboratorium
Hematologi tanggal 27 November 2023 yaitu Hb 8,7 g/dl, Ht 25 %, trombosit 128.000/mm ,
leukosit 11.270/mm , PT 16,2 detik, APTT 44,5 detik. Glukosa sewaktu 96 mg/dl, Ureum darah
89 mg/dl, Kreatinin darah 1,2 mg/dl, Total protein 6,2 g/dl, Albumin 2,6 g/dl, Globulin 3,6 g/dl .
Hasil pemeriksaan USG positif massa.
F. THERAPI
Terapi IV
 Transamin 3 x 1 amp
 Ciprofloxacim 1 x 200 mg
 Ceftriaxon 3 x 1 amp
 Vit. K 3 x 1 amp
 IVFD NaCl 0,9 % 8 jam/kolf
 IVFD RL 0,9 % 10 jam/ kolf.
 Transfusi PRC 3 unit
Obat oral
 Vit C 3 x 1 tab
 Asamefenamat 3 x 1 tab
 ANALISA DATA

No Hari/ tgl/ DATA PROBLEM ETIOLOGI


jam
1 Senin/ 27- Ds: Resiko Syok Perdarahan
11-23/  Pasien mengatakan BAK Hipovolemik
11:00 masih sakit
 Terdapat perdarahan
pervaginam
Do:
 Trombosit : 128.000/mm
 TD: 90/60 mmHg
 Pernapasan: 22 x/menit
 Suhu: 37,5 oC
 Nadi: 110x/menit
 Hb : 8,7 g/dl
 Hasil pemeriksaan USG
positif massa.
2 Senin/ 27- Ds: Nyeri Akut Agen Pencedera
11-23/  Pasien mengatakan nyeri Fisiologis
11:00 pada bagian perutnya
 Pasien mengatakan nyeri
skala 5-6 dirasakan hilang
timbul sekitar 2 menit dan
tidak menyebar
 pasien mengeluh sulit
tidur
Do:
 Pasien tampak gelisah dan
meringis
 Pasien tampak melindungi
daerah nyeri
 Nyeri tekan (+) pada
abdomen kuadran bawah
 TD : 90/60 mmHg
 N : 110 x/menit
 S : 37,5 C
 P : 22 x/menit

 DIAGNOSA KEPERAWATAN

No Tgl/ jam Diagnosis Keperawatan KODE DX


1 27-11- Risiko syok Hipovolemia berhubungan dengan perdarahan D.0039
23/ 11:00
2 27-11- Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera dibuktikan D.0077
23/ 11:00 dengan mengeluh nyeri, gelisah, bersikap protektif (tampak
melindungi daerah nyeri), Sulit tidur.
 INTERVENSI

TGL/ No. TUJUAN& RENCANA TINDAKAN PARAF


JAM DX KRITERIA HASIL
27- 1 Luaran Utama : Tingkat Intervensi Utama : Pencegahan Syok
11- Syok Menurun (I.02068)
23/ (L.03032) Observasi
11:00 Setelah dilakukan 1. Monitor status kardiopulmonal
intervensi keperawatan (frekuensi dan kekuatan nadi,
selama 3 x 24 jam, frekuensi napas, TD, MAP)
maka tingkat syok 2. Monitor status oksigenasi
menurun, dengan (oksimetri nadi, AGD)
kriteria hasil: 3. Monitor status cairan (masukan
 Kekuatan nadi dan haluaran, turgor kulit, CRT)
meningkat 4. Monitor tingkat kesadaran dan
 Pucat menurun respon pupil
 Tekanan arteri rata- 5. Periksa Riwayat alergi
rata membaik Terapeutik
(LIHAT: 1. Berikan oksigen untuk
Kalkulator MAP) mempertahankan saturasi oksigen
 Tekanan darah > 94%
sistolik membaik 2. Pasang jalur IV
 Tekanan darah 3. Lakukan skin test untuk
diastolik membaik mencegah reaksi alergi
 Frekuensi nadi Edukasi
membaik 1. Jelaskan penyebab/faktor risiko
 Frekuensi napas syok
2. Jelaskan tanda dan gejala awal
membaik
syok
3. Anjurkan melapor jika
menemukan/merasakan tanda dan
gejala awal syok
4. Anjurkan memperbanyak asupan
cairan oral
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian IV
2. Kolaborasi pemberian transfusi
darah
27- 2 Luaran Utama : Tingkat Intervensi Utama : Manajemen Nyeri
11- Nyeri Menurun (I.08238)
23/ (L.08066) Observasi
11:00 Setelah dilakukan 1. Identifikasi lokasi, karakteristik,
intervensi keperawatan durasi, frekuensi, kualitas,
selama 3 x 24 jam, intensitas nyeri
maka tingkat nyeri 2. Identifikasi skala nyeri
menurun, dengan Terapeutik
kriteria hasil: 1. Kontrol lingkungan yang
 Keluhan nyeri memperberat rasa nyeri (mis:
menurun suhu ruangan, pencahayaan,
 Meringis menurun kebisingan)
 Sikap protektif 2. Fasilitasi istirahat dan tidur
menurun Edukasi
 Gelisah menurun 1. Jelaskan penyebab, periode, dan
 Kesulitan tidur pemicu nyeri
menurun 2. Jelaskan strategi meredakan nyeri
 Frekuensi nadi 3. Anjurkan memonitor nyeri secara
membaik mandiri
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian analgetik
 IMPLEMENTASI

No. TGL / TINDAKAN PARAF


DX JAM
1 28-11- 1. Memonitor status kardiopulmonal (frekuensi dan kekuatan
23 / nadi, frekuensi napas, TD, MAP)
09:00 2. Memonitor status oksigenasi (oksimetri nadi, AGD)
3. Memonitor status cairan (masukan dan haluaran, turgor
kulit, CRT)
4. Memonitor tingkat kesadaran dan respon pupil
5. Memeriksa Riwayat alergi
6. Memberikan oksigen untuk mempertahankan saturasi
oksigen > 94%
7. Memasang jalur IV
8. Melakukan skin test untuk mencegah reaksi alergi
9. Menjelaskan penyebab/faktor risiko syok
10. Menjelaskan tanda dan gejala awal syok
11. Menganjurkan melapor jika menemukan / merasakan tanda
dan gejala awal syok
12. Menganjurkan memperbanyak asupan cairan oral
13. Melakukan pemberian IV
14. Melakukan pemberian transfusi darah
2 28-11- 1. Mengidentifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi,
23/ kualitas, intensitas nyeri
09:00 2. Mengidentifikasi skala nyeri
3. Mengontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri (mis:
suhu ruangan, pencahayaan, kebisingan)
4. Memfasilitasi istirahat dan tidur
5. Menjelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri
6. Menjelaskan strategi meredakan nyeri
7. Menganjurkan memonitor nyeri secara mandiri
8. Melakukan pemberian analgetik

 EVALUASI

No. HARI/ JAM CATATAN PERKEMBANGAN PARAF


DX TANGGAL
1 Selasa / 28- 14:00 S:
11-23  Pasien mengatakan BAK masih sakit
 Terdapat perdarahan pervaginam
O:
 Trombosit : 128.000/mm
 Hb : 8,7 g/dl
 Hasil pemeriksaan USG positif massa,
terdapat pendarahan pada ovarium
akibat massa
A: Masalah belum teratasi
P: Intervensi dilanjutkan
2 Selasa / 28- 14:00 S:
11-23  Pasien mengatakan masih nyeri pada
bagian perutnya
 Pasien mengatakan nyeri skala 5-6
dirasakan hilang timbul sekitar 2 menit
dan tidak menyebar
O:
 Pasien tampak gelisah dan meringis
 Pasien tampak melindungi daerah nyeri
 Nyeri tekan (+) pada abdomen kuadran
bawah
 TD : 90/60 mmHg
 N : 110 x/menit
 S : 37,5 C
 P : 22 x/menit
A : Masalah belum teratasi
P : Intervensi dilanjutkan
 IMPLEMENTASI

No. TGL / TINDAKAN PARAF


DX JAM
1 29-11- 1. Memonitor status kardiopulmonal (frekuensi dan kekuatan
23/ nadi, frekuensi napas, TD, MAP)
15:00 2. Memonitor status oksigenasi (oksimetri nadi, AGD)
3. Memonitor status cairan (masukan dan haluaran, turgor
kulit, CRT)
4. Memonitor tingkat kesadaran dan respon pupil
5. Memeriksa Riwayat alergi
6. Memberikan oksigen untuk mempertahankan saturasi
oksigen > 94%
7. Memasang jalur IV
8. Melakukan skin test untuk mencegah reaksi alergi
9. Menjelaskan penyebab/faktor risiko syok
10. Menjelaskan tanda dan gejala awal syok
11. Menganjurkan melapor jika menemukan/merasakan tanda
dan gejala awal syok
12. Menganjurkan memperbanyak asupan cairan oral
13. Melakukan pemberian IV
14. Melakukan pemberian transfusi darah
2 29-11- 1. Mengidentifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi,
23/ kualitas, intensitas nyeri
15:00 2. Mengidentifikasi skala nyeri
3. Mengontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri (mis:
suhu ruangan, pencahayaan, kebisingan)
4. Memfasilitasi istirahat dan tidur
5. Menjelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri
6. Menjelaskan strategi meredakan nyeri
7. Menganjurkan memonitor nyeri secara mandiri
8. Melakukan pemberian analgetik

 EVALUASI

No. HARI/ JAM CATATAN PERKEMBANGAN PARAF


DX TANGGAL
1 Rabu/ 20:00 S:
29-11-23  Pasien mengatakan BAK masih sakit
 Perdarahan masih ada
O:
 Trombosit 192.000/mm
 Hb : g/dl
 Pasien masih keluar darah pada vagina
A : Masalah belum teratasi
P : Intervensi dilanjutkan
2 Rabu/ 20:00 S:
29-11-23  Pasien mengatakan masih nyeri
bagian perut bagian bawah
 Pasien mengatakan nyeri masih terasa
dengan skala 5
O:
 Pasien tampak meringis
 Pasien tampak melindungi daerah
nyeri
 Nyeri tekan (+) pada abdomen
kuadran bawah
A : Masalah belum teratasi
P : Intervensi dilanjutkan
 IMPLEMENTASI

No. TGL / TINDAKAN PARAF


DX JAM
1 30-11- 1. Memonitor status kardiopulmonal (frekuensi dan kekuatan
23/ nadi, frekuensi napas, TD, MAP)
15:00 2. Memonitor status oksigenasi (oksimetri nadi, AGD)
3. Memonitor status cairan (masukan dan haluaran, turgor
kulit, CRT)
4. Memonitor tingkat kesadaran dan respon pupil
5. Memeriksa Riwayat alergi
6. Memberikan oksigen untuk mempertahankan saturasi
oksigen > 94%
7. Memasang jalur IV
8. Melakukan skin test untuk mencegah reaksi alergi
9. Menjelaskan penyebab/faktor risiko syok
10. Menjelaskan tanda dan gejala awal syok
11. Menganjurkan melapor jika menemukan/merasakan tanda
dan gejala awal syok
12. Menganjurkan memperbanyak asupan cairan oral
13. Melakukan pemberian IV
14. Melakukan pemberian transfusi darah
2 30-11- 1. Mengidentifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi,
23/ kualitas, intensitas nyeri
15:00 2. Mengidentifikasi skala nyeri
3. Mengontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri (mis:
suhu ruangan, pencahayaan, kebisingan)
4. Memfasilitasi istirahat dan tidur
5. Menjelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri
6. Menjelaskan strategi meredakan nyeri
7. Menganjurkan memonitor nyeri secara mandiri
8. Melakukan pemberian analgetik

 EVALUASI

No. HARI/ JAM CATATAN PERKEMBANGAN PARAF


DX TANGGAL
1 Kamis/30- 20:00 S :-
11-2023 O:
 Pasien dioperasi jam 12.30 WIB
 Pasien keluar dari kamar operasi
jam 16.35 WIB
 TD 130/90 mmHg
 N 98x/xmnt
 S 36,7 o C
 P 21x/i
A : Masalah teratasi sebagian
P : Intervensi dilanjutkan
2 Kamis/30- 20:00 S:
11-2023  Pasien mengatakan nyeri pada bekas
luka operasi
O:
 Pasien tampak meringis
 TD 130/90 mmHg
 N 85x/i
 S 36,7 o c
 P 21x/i
A : Masalah belum teratasi
P : Intervensi dilanjutkan
RESUME KEPERAWATAN I

MINGGU KE-3

Ibu Post Sectio Caesarea

a. Pengkajian

Data Subyektif :

 Pasien mengatakan nyeri pada luka post SC di abdomennya

 Pasien mengatakan nyeri bertambah

 Pasien mengatakan kaki terasa agak berat ketika diangkat

 Pasien mengatakan selama hamil sering merasa mual, tengkuk sakit dan

berlanjut sampai setelah melahirkan

 Pasien mengatakan pernah memeriksakan kandungannya sekali di puskesmas

dengan tekanan darah mencapai 170.100 dan diberi obat antihipertensi tetapi

jarang diminum

 Pasien mengatakan masih sering merasa sakit pada tengkuk

 Pasien mengatakan keluarga tidak ada yang memiliki penyakit hipertensi,

jantung dan paru – paru

 Pasien mengatakan aktifitas masih dibantu keluarga dan perawat

 Pasien mengatakan menarch di usia 14 tahun dengan siklus haid 28 hari

 Pasien mengatakan merasakan nyeri pada haid di hari pertama

 Pasien mengatakan mengganti pembalut selama haid sebanyak 3 kali sehari

 Pasien mengatakan kurang mengetahui bagaimana cara menyusui yang benar

Data Obyektif :

 Pasien tampak meringis menahan nyeri, P : Saat bergerak, Q : Seperti ditusuk,

R : Abdomen, S : 6, T : Hilang timbul

 Tanda-tanda vital : TD : 155/90 mmHg ; N :108x/menit, RR : 20x/ menit S:


36,7ºc

 Terdapat luka post SC Horizontal dengan ditutup perban panjang 10cm lebar

1-2 cm pada abdomen

 Pasien sulit tidur

 Tekanan darah meningkat

 Ekstremitas bawah pasien bengkak

 TFU 2 jari di bawah pusat, terdapat kontraksi uterus baik dan keras. Perdarahan

45 cc, lochea rubra

 ASI yang dihasilkan sedikit

 Pasien terpasang dower cateter dengan produksi 500 cc/ hari

 Pasien terpasang infus RL 500 cc + drip MgSO4 40%

 Kesadaran compos mentis, kecemasan ada pasien memikirkan asinya yang

keluar hanya sedikit

b. Diagnosis Keperawatan : Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik

dibuktikan dengan mengeluh nyeri, tampak meringis, Frekuensi nadi meningkat,

tekanan darah meningkat, dan sulit tidur.(D.0077)

Luaran : Tingkat Nyeri Menurun (L.08066)

Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 3 x 24 jam, maka Tingkat Nyeri

Menurun, dengan kriteria hasil:

 Keluhan nyeri menurun

 Kesulitan tidur menurun

 Frekuensi nadi membaik

c. Intervensi Keperawatan : Manajemen Nyeri (I.08238)

Observasi :

1. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas intensitas nyeri


2. Identifikasi skala nyeri

Terapeutik :

3. Berikan teknik non farmakologis untuk mengurangi rasa nyeri (misal : terapi

musik, terapi pijat, aromaterapi, kompres

4. Fasilitasi istirahat dan tidur

Edukasi :

5. Jelaskan penyebab, periode dan pemicu nyeri

Kolaborasi

6. Kolaborasi pemberian analgetik

d. Implementasi Keperawatan :

1. Mengidentifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas intensitas nyeri

2. Mengidentifikasi skala nyeri

3. Memberikan teknik non farmakologis untuk mengurangi rasa nyeri (misal : terapi

musik, terapi pijat, aromaterapi, kompres

4. Memfasilitasi istirahat dan tidur

5. Menjelaskan penyebab, periode dan pemicu nyeri

6. Melakukan pemberian analgetik

e. Evaluasi

S:

 Pasien mengatakan nyeri pada luka jahitan post SC

 Pasien mengatakan takut bergerak karena masih nyeri

 Pasien mengatakan kadang terbangun ketika tidur karena nyeri pada luka post SC

O:

 Klien tampak meringis kesakitan

 P : Nyeri akut
 Q : Seperti disayat

 R : Abdomen

 S:6

 T : Hilang timbul

 TD 155/70 mmHg S: 36,7ºc N: 108x/menit RR : 20x/menit

A : - Masalah belum teratasi

P : Intervensi dilanjutkan :

 Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri (nafas dalam)

 Memberikan analgetik (ketorolac dan ketoprofen)


RESUME KEPERAWATAN II

MINGGU KE-3

Ibu Hamil Trimester 3 Dengan ISK

a. Pengkajian

Data Subyektif :

Pasien mengatakan kencing terus menerus dan sedikit sedikit, ada perasaan BAK tidak

tuntas, frekuensi BAK: 8-10 kali perhari dengan warna kuning jernih, jumlah lebih

sedikit ± 50-100 cc setiap kali kencing

Data Obyektif :

Hasil Pemeriksaan urin : PH : (5.0), Blood/ darah samar : (++), Berat Jenis: (1.025),

Ketonn: (-), Bilirubin: (-), Glukosa: (- ). Sedimen: Eritrosit : 10-15 LPB, Leukosit : 1-

3 LPB, Epitel Sel : Squmosa (+), Kristal : Asam Urat (+), Bakteri (+).

b. Diagnosis Keperawatan : Gangguan Eliminasi Urin berhubungan dengan Penurunan

Kapasitas Kandung Kemih dibuktikan dengan Desakan berkemih (urgensi), Urin

menetes (dribbling), Sering buang air kecil, dan Enuresis (tidak dapat menahan

kencing) (D.0040)

Luaran : Eliminasi urin membaik (L.04034)

Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 3 x 24 jam, maka Eliminasi urin

membaik, dengan kriteria hasil:

 Desakan berkemih (urgensi) menurun

 Urin menetes (dribbling) menurun

 Distensi kandung kemih menurun

 Berkemih tidak tuntas (hesistancy) menurun

c. Intervensi Keperawatan : Manajemen Eliminasi Urin (I.04152)

Observasi
1. Identifikasi tanda dan gejala retensi atau inkontinensia urin

2. Identifikasi faktor yang menyebabkan retensi atau inkontinensia urin

3. Monitor eliminasi urin (mis. frekuensi, konsistensi, aroma, volume, dan warna)

Terapeutik

4. Catat waktu-waktu dan haluaran berkemih

5. Batasi asupan cairan, jika perlu

6. Ambil sampel urin tengah (midstream) atau kultur

Edukasi

7. Ajarkan tanda dan gejala infeksi saluran berkemih

8. Ajarkan mengukur asupan cairan dan haluaran urin

Kolaborasi

9. Kolaborasi pemberian obat supositoria uretra

d. Implementasi Keperawatan :

1. Mengidentifikasi tanda dan gejala retensi atau inkontinensia urin

2. Mengidentifikasi faktor yang menyebabkan retensi atau inkontinensia urin

3. Memonitor eliminasi urin (mis. frekuensi, konsistensi, aroma, volume, dan

warna)

4. Mencatat waktu-waktu dan haluaran berkemih

5. Membatasi asupan cairan, jika perlu

6. Mengambil sampel urin tengah (midstream) atau kultur

7. Mengajarkan tanda dan gejala infeksi saluran berkemih

8. Mengajarkan mengukur asupan cairan dan haluaran urin

9. Melakukan pemberian obat supositoria uretra

e. Evaluasi

S :
1) Pasien mengatakan masih bisa menahan kencing tetapi karena harus bolak-balik

kamar mandi jadi pasien menggunakan pampers.

2) Pasien mengatakan satu hari kencing bisa 8-10 kali dan sedikitsedikit, warna kuning

jernih.

O:

1) Keluarga pasien bersedia untuk mencatat di kertas waktu berkemih pasien dalam

sehari.

2) Pasien mengangguk saat dianjurkan untuk minum air 8 gelas sehari.

A : Masalah belum teratasi

P : Lanjutkan intervensi 1-9

Anda mungkin juga menyukai