Dosen Pembimbing :
Ns. Desridius Chalid, S.Kep, M.Kep
Disusun Oleh
Hilmie Hilmanie Attawwabie
NIM: 230517017
Jl. Kubah Putih No. 7 Rt/Rw. 001/014, Kel. Jatibening, Kec. Pondok Gede, Kota Bekasi, Jawa Barat
17412 Telp. (021) 8690 1352
A. Definisi
Mioma Uteri adalah suatu tumor jinak, berbatas tegas, tidak berkapsul, yang berasal
dari otot polos dan jaringan ikat fibrous. Biasa juga disebut fibromioma uteri, leiomioma uteri
atau uterine fibroid. Tumor jinak ini merupakan neoplasma jinak yang paling sering
ditemukan pada traktus genitalia wanita,terutama wanita usai produktif. Walaupun tidak
sering, disfungsi reproduksi yang dikaitkan dengan mioma mencakup infertilitas, abortus
spontan, persalinan prematur, dan malpresentasi (Crum, 2003).
Mioma uteri adalah tumor jinak rahim ini sebagian besar berasal dari sel muda otot
rahim, yang mendapat rangsangan terus menerus dari hormon estrogen sehingga terus
bertumbuh dan bertambah menjadi besar. Oleh karena itu tumor jinak otot rahim sebagian
besar terjadi pada masa reproduktif aktif, yaitu saat wanita masih menstruasi(Menurut
Manuaba, 2012).
B. Etiologi
Penyebab pasti mioma tidak diketahui secara pasti. Mioma jarang sekali ditemukan
sebelum pubertas, sangat dipengaruhi oleh hormon reproduksi dan hanya manifestasi selama
usia reproduktif (Anwar dkk, 2011).
Tumor ini berasal dari sel otot yang normal, dari otot imatur yang ada di dalam
miometrium atau dari sel embrional pada dinding pembuluh darah uterus. Apapun asalnya
tumor mulai dari benih-benih multipel yang sangat kecil dan tersebar pada miometrium.
Benih ini tumbuh sangat lambat tetapi progresif (bertahun-tahun) bulan dalam hitungan bulan
di bawah pengaruh estrogen (Llewellyn, 2009).
C. Manifestasi Klinis
Hampir separuh kasus mioma uteri ditemukan secara kebetulan pada pemeriksaan
ginekologik karena tumor ini tidak menggangu. Gejala yang dikeluhkan sangat tergantung
pada tempat sarang miomaberada (serviks, intramural, submukus, sebserus), besarnya tumor,
perubahan dan kompilikasi yang terjadi (Wiknjosastro, 2008). Gejala tersebut dapat
digolongkan sebagai berikut:
1. Massa di Perut Bawah
Penderita mengeluhkan merasakan adanya massa atau benjolan di perut bagian bawah.
2. Pendarahan abnormal
Gangguan pendarahan yang terjadi metroragia.
3. Rasa Nyeri
Rasa nyeri bukanlah gejala yang khas tetapi dapat timbul karena gangguan dari sirkulasi
2
darah pada sarang mioma, disertai nekrosis setempat dan peradangan.
4. Gejala dan penekanan
Gangguan ini dapat tergantung dari besar dan tempat mioma uteri. Penekanan pada
kantung kemih akan menyebabkan poliuri, pada uretra akan dapat menyebabkan retensio
urine, pada ureter dapat menyebabkan hidroureter dan hidronefrosis, pada rektum dapat
menyebabkan obstipasi dan tenesmia, pada pembuluh darah dan pembuluh limfe di
panggul dapat menyebabkan edema tungkai dan nyeri panggul.
5. Penurunan Kesuburan dan Abortus
Hubungan antara mioma uteri sebagai penyebab penurunan kesuburan masih belum jelas.
Dilaporkan sebesar 27-40% wanita dengan mioma uteri mengalami infertilitas. Penurunan
kesuburan dapat terjadi apabila sarang mioma menutup atau menekan pars interstisialis
tuba, sedangkan mioma submukosa dapat memudahkan terjadinya abortus karena distorsi
rongga uterus. Perubahan bentuk kavum uteri karena adanya mioma dapat menyebabkan
disfungsi reproduksi. Gangguan implantasi embrio dapat terjadi pada keberadaan mioma
uteri akibat perubahan histologi endometrium dimana terjadi atrofi karena adanya
kompresi massa tumor.
D. Patofisiologi
Ammature muscle cell nest dalam miometrium akan berproliferasi hal tersebut
diakibatkan oleh rangsangan hormon estrogen. ukuran myoma sangat bervariasi. sangat
sering ditemukan pada bagian body uterus (corporeal) tapi dapat juga terjadi pada servik.
Tumot subcutan dapat tumbuh diatas pembuluh darah endometrium dan menyebabkan
perdarahan. Bila tumbuh dengan sangat besar tumor ini dapat menyebabkan penghambat
terhadap uterus dan menyebabkan perubahan rongga uterus. Pada beberapa keadaan tumor
subcutan berkembang menjadi bertangkai dan menonjol melalui vagina atau cervik yang
dapat menyebabkan terjadi infeksi atau ulserasi. Tumor fibroid sangat jarang bersifat ganas,
infertile mungkin terjadi akibat dari myoma yang mengobstruksi atau menyebabkan
kelainan bentuk uterus atau tuba falofii. Myoma pada badan uterus dapat menyebabkan
aborsi secara spontan, dan hal ini menyebabkan kecilnya pembukaan cervik yang membuat
bayi lahir sulit.
3
E. Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi pada mioma uteri secara umum, yaitu:
1. Degenerasi ganas
Kecurigaan akan keganasan uterus apabila mioma uteri cepat membesar dan apabila terjadi
pembesaran sarang mioma dalam menopause.
2. Torsi (putaran tangkai)
Sarang mioma yang bertangkai dapat mengalami torsi, timbul gangguan sirkulasi akut
sehingga mengalami nekrosis. Dengan demikian terjadi sindrom abdomen akut
F. Penatalaksanaan Medis
Penanganan mioma menurut usia, paritas, lokasi dan ukuran tumor. Penanganan
mioma uteri tergantung pada usia, paritas, lokasi dan ukuran tumor, dan terbagi atas:
a. Penanganan konservatif
Cara penanganan konservatif dapat dilakukan sebagai berikut :
1. Observasi dengan pemeriksaan pelvis secara periodik setiap 3-6 bulan.
2. Monitor keadaan Hb
3. Pemberian zat besi
4. Penggunaan agonis GnRH untuk mengurangi ukuran mioma.
b. Penanganan operatif
Intervensi operasi atau pembedahan pada penderita mioma uteri adalah :
1. Perdarahan uterus abnormal yang menyebabkan penderita anemia
2. Nyeri pelvis yang hebat
3. Ketidakmampuan untuk mengevaluasi adneksa (biasanya karena mioma berukuran
kehamilan 12 minggu atau sebesar tinju dewasa)
4. Gangguan buang air kecil (retensi urin)
5. Pertumbuhan mioma setelah menopause
6. Infertilitas
7. Meningkatnya pertumbuhan mioma (Moore, 2001).
Jenis operasi yang dilakukan pada mioma uteri dapat berupa :
a. Miomektomi
Miomektomi adalah pengambilan sarang mioma tanpa pengangkatan rahim/uterus
(Rayburn, 2001). Miomektomi lebih sering di lakukan pada penderita mioma uteri secara
umum. Penatalaksanaan ini paling disarankan kepada wanita yang belum memiliki
keturunan setelah penyebab lain disingkirkan (Chelmow, 2005).
4
b. Histerektomi
Histerektomi adalah tindakan operatif yang dilakukan untuk mengangkat rahim, baik
sebagian (subtotal) tanpa serviks uteri ataupun seluruhnya (total) berikut serviks uteri.
Histerektomi dapat dilakukan bila pasien tidak menginginkan anak lagi, dan pada
penderita yang memiliki mioma yang simptomatik atau yang sudah bergejala. Ada dua
cara histerektomi, yaitu :
1) Histerektomi abdominal, dilakukan bila tumor besar terutama mioma
intraligamenter, torsi dan akan dilakukan ooforektomi
2) Histerektomi vaginal, dilakukan bila tumor kecil (ukuran < uterus gravid 12
minggu) atau disertai dengan kelainan di vagina misalnya rektokel, sistokel atau
enterokel (Callahan, 2005).
Kriteria menurut American College of Obstetricians Gynecologists (ACOG) untuk
histerektomi adalah sebagai berikut :
1. Terdapatnya 1 sampai 3 mioma asimptomatik atau yang dapat teraba dari luar dan
dikeluhkan oleh pasien.
2. Perdarahan uterus berlebihan, meliputi perdarahan yang banyak dan bergumpal-
gumpal atau berulang-ulang selama lebih dari 8 hari dan anemia akibat kehilangan
darah akut atau kronis.
Rasa tidak nyaman di pelvis akibat mioma uteri meliputi nyeri hebat dan akut, rasa
tertekan punggung bawah atau perut bagian bawah yang kronis dan penekanan pada
vesika urinaria mengakibatkan frekuensi miksi yang sering (Chelmow, 2005).
5
G. Pathway
Mioma uteri
Tindakan
pembedahan/operasi
H. Pengkajian
1. Data biografi pasien
Riwayat kesehatan saat ini, meliputi : keluhan utama masuk RS, faktor pencetus, lamanya
keluhan, timbulnya keluhan, faktor yang memperberat, upaya yang dilakukan untuk
mengatasi, dan diagnosis medik.
2. Riwayat kesehatan masa lalu, meliputi : penyakit yang pernah dialami, riwayat alergi,
imunisasi, kebiasaan merokok,minum kopi, obat-obatan dan alkohol.
3. Riwayat kesehatan keluarga.
4. Pemeriksaan fisik umum dan keluhan yang dialami. Untuk pasien dengan kanker servik,
pemeriksaan fisik dan pengkajian keluhan lebih spesifik ke arah pengkajian obstretri dan
ginekologi, meliputi : Riwayat kehamilan, meliputi : gangguan kehamilan, proses persalinan,
6
lama persalinan, tempat persalinan, masalah persalinan, masalah nifas serta laktasi, masalah
bayi dan keadaan anak saat ini.
5. Pemeriksaan genetalia.
6. Pemeriksaan payudara.
7. Riwayat operasi ginekologi.
8. Pemeriksaan pap smear.
9. Usia menarche.
10. Menopause.
11. Masalah yang berhubungan dengan kesehatan reproduksi
Kesehatan lingkungan/hygiene.
Aspek psikososial meliputi : pola pikir, persepsi diri, suasana hati,
hubungan/komunikasi, kebiasaan seksual, pertahanan koping, sistem nilai dan
kepercayaan dan tingkat perkembangan.
Data laboratorium dan pemeriksaan-pemeriksaan penunjang lain.
Terapi medis yang diberikan.
Efek samping dan respon pasien terhadap terapi.
Persepsi klien terhadap penyakitnya
I. Diagnosa Keperawatan Megacolon yang bisa muncul sesuai dengan SDKI, SLKI dan
SIKI
1. Nyeri Akut (D.0077)
Kategori : Psikologis
Subkategori : Nyeri dan Kenyamanan
Definisi : pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan dengan
kerusakan jaringan actual atau fungsional, dengan onset mendadak atau lambat dan
berintensitas tingan hingga berat yang berlangsung kurang dari 3 bulan
Gejala dan Tanda Mayor Gejala dan Tanda Minor
Subyektif Obyektif
Subyektif
Penyebab
Obyektif
7
neoplasma) 3. Gelisah edi 3. Nafsu makan berubah
2. Agen pencedera 4. Frekuensi nadi a 4. Proses berpikir
kimia (missal: meningkat terganggu
terbakar, bahan 5. Sulit tidur 5. Menarik diri
kimia iritan) 6. Berfokus pada diri
3. Agen pencedera sendiri
fisik (Misal: abses, 7. Diaphoresis
terbakar operasi,
trauma)
Kondisi Klinis Terkait
1. Kondisi pembedahan
2. Cedera traumatis
3. Infeksi
4. Sindrom coroner akut
5. Glaucoma
*) pengkajian nyeri dapat menggunakan instrument skala nyeri, seperti:
1. FLACC Behavioral Pain Scale untuk usia kurang dari 3 tahun
2. Baker-Wong-Faces Scale untuk usia 3-7 tahun
3. Visual Analog Scale atau Numeric Rating Scale untuk usia lebih dari 7 tahun
Intervensi
SDKI SLKI (Kriteria Hasil) SIKI (Intervensi)
(Diagnosa
)
Nyeri Luaran utama: Intervensi utama
Akut Tingkat nyeri Manaje Pember
Luaran Tambahan: men ian
1. Fungsi gastrointestinal nyeri analges
2. Control nyeri ik
3. Mobilitas fisik Intervensi pendukung
4. Penyembuhan luka Aromat Pember
5. Perfusi miokard erapi ian obat
6. Perfusi perifer oral
7. Pola tidur Dukun Pember
8. Status kenyamanan gan ian obat
9. Tingkat cedera pengun intrave
Definisi: Pengalaman sensorik atau gkapan na
emosional yang berkaitan dengan kebutu
kerusakan jaringan actual atau han
fungsional, dengan onset mendadak Edukas Pember
atau lambat dan berintensitas tingan i efek ian obat
hingga berat dan konstan sampin topical
Ekspetasi: Menurun g obat
Kriteria hasil: Edukas Pengat
Indicator 1 2 3 4 5 i uran
Kemampuan manaje posisi
menuntaskan men
aktivitas nyeri
Keterangan: Edukas Perawa
1: menurun i proses tan
2: cukup menurun penyaki kenyam
3: sedang t anan
4: cukup meningkat Edukas Teknik
5: menignkat
8
Keluhan nyeri i teknik distraks
Meringis napas i
Gelisah Kompr Teknik
Kesultan tidur es imajina
Menarik diri dingin si
Diaphoresis terbimb
Perasaan ing
depresi Manaje Teknik
Anoreksia men akupres
Mual kenyam ur
Muntah anan
Keterangan: lingkun
1: meningkat gan
2: cukup meningkat Manaje Teknik
3: sedang men bantuan
4: cukup menurun medika hewan
5: menurun si
Frekuensi nadi Pemant Teknik
Pola nafas auan humor
Tekanan darah nyeri
Proses berpikir Pember Teknik
Focus ian obat muratta
Nafsu makan l
Manaje Terapi
Keterangan:
men music
1: memburuk
sedasi
2: cukup memburuk
3: sedang Nabaje Terapi
4: cukup membaik neb ralksasi
5: membaik efek
sampin
g obat
9
10. Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri (mis. TENS, hipnostis akupresur, terapi
musik, biofeedback, terapi pijat, aromaterapl, teknik imalinasi terbimbing kompres hangat/dingin, terapi
bermain)
11. Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri (mis. suhu nuangan, pencahayaan kebisingan)
12. Fasilitasi istirahat dan tidur
13. Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam pemlihan strategi meredakan nyer
Edukasi:
14. Jelaskan penyebab, periode dan pemicu nyeri
15. Jelaskan strategi meredakan nyeri
16. Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
17. Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat
18. Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi:
19.Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu
10
ii. Efek prosedur invasive 2. Luka bakar
iii. Malnutrisi 3. PPOK
iv. Peningkatan paparan organisme pathogen lingkungan 4. Diabetes mellitus
v. Ketidakadekuatan pertahanan tubuh primer: 5. Tindakan invasive
a. Gangguan peristaltic 6. Kondisi penggunaan terapi steroid
b. Kerusakan integritas kulit 7. Penyalahgunaan obat
c. Perubahan sekresi pH 8. Ketuban pecah sebelum waktunya
d. Ketuban pecah lama 9. Kanker
e. Merokok 10. Gagal ginjal
vi. Ketidakadekuatan pertahanan tubuh sekunder: 11. Imunosupresi
a. Penurunan hemoglobin 12. Lymphedema
b. Imunosupreesi 13. Leukositopenia
c. Leukopenia 14. Gangguan fungsi hati
d. Supresi respon inflamasi
e. Vaksinasi tidak adekuat
Intervensi
SDKI SLKI (Kriteria Hasil) SIKI (Intervensi)
(Diagnosa
)
Resiko Luaran utama: Intervensi utama
infeksi Tingkat infeksi Manaje Penceg
Luaran Tambahan: men ahan
a. Integritas kulit dan jaringan imunisa infeksi
b. Control resiko si atau
c. Status nutrisi vaksina
d. Status imun si
Definisi: derajat infeksi berdasarkan Intervensi pendukung
observasi atau sumber informasi Dukun Pengat
Ekspetasi: Menurun gan uran
Kriteria hasil: perawat posisi
Indicator 1 2 3 4 5 an diri
Kebersihan Manaje Perawa
tangan men tan area
Kebersihan jalan insisi
badan nafas
Nafsu makan Manaje Perawa
Keterangan: men tan luka
1: menurun lingkun
2: cukup menurun gan
3: sedang Manaje Perawa
4: cukup meningkat men tan
5: menignkat nutrisi selang
Demam Manaje Perawa
Kemerahan men tan
Nyeri medika selang
Bengkak si dada
Vesikel Pember Perawa
Letargi ian obat tan
Keterangan: selang
1: meningkat gastroi
2: cukup meningkat ntestina
3: sedang l
11
4: cukup menurun Pember Perawa
5: menurun ian obat tan
Kadar sel darah intrave selang
putih na umbilic
Kadar darah al
Kadar sputum Penceg Perawa
Kadar feses ahan tan
Kadar area luka luka sirkums
Kadar urine tekan isi
Keterangan:
1: memburuk
2: cukup memburuk
3: sedang
4: cukup membaik
5: membaik
12
3. Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien dan lingkungan pasien
4. Pertahankan teknik aseptic pada pasien berisiko tinggi
Edukasi:
1. Jelaskan tanda dan gejala infeksi
2. Ajarkan cara mencuci tangan yang benar
3. Ajarkan etika batuk
4. Ajarkan cara memeriksa kondis luka atau luka operasi
5. Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi
6. Anjurkan menignkatkan asupan cairan
Kolaborasi:
1. Kolaborasi pemberian imunisasi, jika perlu
DAFTAR PUSTAKA
Anwar, M., Baziad, A., & Prabowo, R. P. (2011). Ilmu Kandungan. Jakarta: Bina Pustaka
Bobak, Lowdermilk, & Jensen. (2005). Buku Ajar Keperawatan Maternitas, alih bahasa Maria A.
Wijayarini, Peter I. Anugrah (Edisi 4). Jakarta: EGC.
Callahan MD MPP, Tamara L. (2005). Benign Disorders of the Upper Genital Tract in Blueprints
Obstetrics & Gynecology. Boston : Blackwell Publishing,
Chelmow.D. (2005). GynecologicMyomectomy Http://www.emedicine.com/med/topic331 9.html.
Crum MD, Christopher P & Kenneth R. Lee MD. 2003. Tumors of the Myometrium in Diagnostic
Gynecologic and Obstetric Pathology. Boston : Elsevier Saunders
Hart MD FRCS FRCOG, David McKay. 2000. Fibroids in Gynaecology Illustrated. London :
Churchill Livingstone.
Kowalak , J. P., Welsh, W., & Mayer, B. (2011). Buku Ajar Patofisiologi . Jakarta : EGC
Mansjoer, Arif. (2002). Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Media Aesculapius.
Sudoyo, Aru W, dkk. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam jilid 1 edisi IV. Jakarta: Pusat
Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam FKUI.
PPNI. (2018). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan Indikator Diagnostik.
Jakarta: DPP PPNI.
PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan. Jakarta: DPP
PPNI.
PPNI. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria Hasil Keperawatan.
Jakarta: DPP PPNI.
13
Winkjosastro, Hanifa, (2005), Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka
14
ASUHAN KEPERAWATAN MATERNITAS
PADA NY. C DENGAN DIAGNOSA MIOMA UTERI
Nama Mahasiswa : Hilmie Hilmanie A NIM : 231705017
Tempat Praktek : Ponek RSUD CAM BEKASI Tanggal : 27-11-2023
DATA SUBJEKTIF
A. IDENTITAS PASIEN
Nama Pasien : Ny. C
Umur : 54 Tahun
Agama : Islam
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : IRT
Alamat : RT.005/RW.008, Jatiasih, Kec. Jatiasih, Kota Bks, Jawa Barat 17423
Nama Suami : Tn. M
Pekerjaan Suami : Karyawan
Pendidikan Suami : SMA
B. KELUHAN UTAMA
Pasien masuk melalui IGD rujukan dari RSUD CAM KOTA BEKASI tanggal 27 November 2023
pukul 10.00 WIB dengan keluhan pendarahan pervaginam dengan frekuensi 1 sampai 2 kali
dalam sehari ± setengah gelas, perut membesar dan kembung semenjak 5 bulan yang lalu.
C. RIWAYAT HAID
HPHT : 28-11-2023
Siklus : Tidak teratur
Lama : 7-10 hari
Banyaknya : 500cc
Sifat darah : berwarna merah
Menarche :
E. RIWAYAT PERNIKAHAN
1. Pernikahan ke :1
2. Berapa lama menikah : 20 Tahun
F. RIWAYAT KONTRASEPSI
1. Menjadi akseptor
2. Jika Ya, lanjutkan:
a. Jenis kontrasepsi : Pil KB
b. Berapa lama menjadi akseptor : 12 Tahun
c. Keluhan selama menjadi akseptor : Tidak ada
J. KEBUTUHAN DASAR
1. Nutrisi : Pasien saat sakit makan dan minum dibantu oleh keluarga frekuensi makan
3x/hari habis satu porsi.
2. Eliminasi : BAK melalui kateter berwarna kuning pekat dengan volume sekitar cc dalam
sehari. BAB frekuensi 2x/hari warna kuring konsistensi lunak.
3. Aktivitas : Pasien sulit untuk beraktifitas dan hanya berada di atas tempat tidur, aktivitas
sehari-harinya dibantu oleh keluarga yang mendampingi.
4. Istirahat : pasien mengatakan sulit tidur akibat nyeri pada bagian perutnya dan sering
terbangun di malam hari, pasien tidur sekitar 4-5 jam dalam sehari
5. Oksigenasi : Pasien bernapas spontan tanpa menggunakan alat bantu.
6. Pengetahuan : Pasien sudah tahu penyakit yang dideritanya. Namun pasien masih cemas
karena akan dilakukan tindakan kuret.
7. Konsep diri : Pasien menerima akan penyakit yang dideritanya
8. Seksualitas : Pasien lupa berapa kali frekuensi sex nya. Sejak gejala diatas muncul.
DATA OBJEKTIF
A. KEADAAN UMUM
Keadaan umum pasien sedang kesadaran composmentis
B. BB, TB, TTV
Berat badan 45 kg
Tinggi badan 155 cm
TTV
Tekanan Darah : 90/60 mmHg
Pernapasan : 22x/Menit
Suhu : 37,5 C
Nadi : 110x/menit
C. REFLEK LUTUT
Normal
D. PEMERIKSAAN OBSTETRI
1. Muka : Pasien tampak pucat dan tidak ada cloasma gravidarum
2. Mata : Konjungtiva ananemis, sclera berwarna putih
3. Dada : Tidak ada pembesaran, mamae simetris tidak ada benjolan, dan tidak ada
hiperpigmentasi
4. Abdomen : Inspeksi Bentuk normal, persebaran warna kulit merata, tidak ditemukan
lesi, tinggi ictus cordis tidak lebih dari 1 cm, auskultasi Bunyi jantung 1 terdengar lup dan
bunyi jantung II terdengar dup. Tidak ada bunyi jantung tambahan, perkusi Terdengar suara
normal pada jantung terdengar pada ICS 2 – ICS 5 sinistra,dan palpasi Dinding dada
bergerak simetris, tidak ada retraksi dada
5. Genitalia : Tidak ada kemerahan dan tidak ada haemoroid.
6. Ekstremitas : Kekuatan otot 5555.
E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Hasil pemeriksaan laboratorium
Hematologi tanggal 27 November 2023 yaitu Hb 8,7 g/dl, Ht 25 %, trombosit 128.000/mm ,
leukosit 11.270/mm , PT 16,2 detik, APTT 44,5 detik. Glukosa sewaktu 96 mg/dl, Ureum darah
89 mg/dl, Kreatinin darah 1,2 mg/dl, Total protein 6,2 g/dl, Albumin 2,6 g/dl, Globulin 3,6 g/dl .
Hasil pemeriksaan USG positif massa.
F. THERAPI
Terapi IV
Transamin 3 x 1 amp
Ciprofloxacim 1 x 200 mg
Ceftriaxon 3 x 1 amp
Vit. K 3 x 1 amp
IVFD NaCl 0,9 % 8 jam/kolf
IVFD RL 0,9 % 10 jam/ kolf.
Transfusi PRC 3 unit
Obat oral
Vit C 3 x 1 tab
Asamefenamat 3 x 1 tab
ANALISA DATA
DIAGNOSA KEPERAWATAN
EVALUASI
EVALUASI
EVALUASI
MINGGU KE-3
a. Pengkajian
Data Subyektif :
Pasien mengatakan selama hamil sering merasa mual, tengkuk sakit dan
dengan tekanan darah mencapai 170.100 dan diberi obat antihipertensi tetapi
jarang diminum
Data Obyektif :
Terdapat luka post SC Horizontal dengan ditutup perban panjang 10cm lebar
TFU 2 jari di bawah pusat, terdapat kontraksi uterus baik dan keras. Perdarahan
Observasi :
Terapeutik :
3. Berikan teknik non farmakologis untuk mengurangi rasa nyeri (misal : terapi
Edukasi :
Kolaborasi
d. Implementasi Keperawatan :
3. Memberikan teknik non farmakologis untuk mengurangi rasa nyeri (misal : terapi
e. Evaluasi
S:
Pasien mengatakan kadang terbangun ketika tidur karena nyeri pada luka post SC
O:
P : Nyeri akut
Q : Seperti disayat
R : Abdomen
S:6
T : Hilang timbul
P : Intervensi dilanjutkan :
MINGGU KE-3
a. Pengkajian
Data Subyektif :
Pasien mengatakan kencing terus menerus dan sedikit sedikit, ada perasaan BAK tidak
tuntas, frekuensi BAK: 8-10 kali perhari dengan warna kuning jernih, jumlah lebih
Data Obyektif :
Hasil Pemeriksaan urin : PH : (5.0), Blood/ darah samar : (++), Berat Jenis: (1.025),
Ketonn: (-), Bilirubin: (-), Glukosa: (- ). Sedimen: Eritrosit : 10-15 LPB, Leukosit : 1-
3 LPB, Epitel Sel : Squmosa (+), Kristal : Asam Urat (+), Bakteri (+).
menetes (dribbling), Sering buang air kecil, dan Enuresis (tidak dapat menahan
kencing) (D.0040)
Observasi
1. Identifikasi tanda dan gejala retensi atau inkontinensia urin
3. Monitor eliminasi urin (mis. frekuensi, konsistensi, aroma, volume, dan warna)
Terapeutik
Edukasi
Kolaborasi
d. Implementasi Keperawatan :
warna)
e. Evaluasi
S :
1) Pasien mengatakan masih bisa menahan kencing tetapi karena harus bolak-balik
2) Pasien mengatakan satu hari kencing bisa 8-10 kali dan sedikitsedikit, warna kuning
jernih.
O:
1) Keluarga pasien bersedia untuk mencatat di kertas waktu berkemih pasien dalam
sehari.