Anda di halaman 1dari 30

1

BAB I
LANDASAN TEORI

2. 1. Definisi
Mioma uteri adalah neoplasma jinak yang berasal dari otot uterus dan jaringan
ikat yang menumpang, sehingga dalam kepustakaan dikenal dengan
istilah Fibromioma, leiomioma, atau fibroid (Nurarif, & Kusuma, 2015).
Mioma uteri merupakan neoplasma jinak yang bersal dari otot uterus dan
jaringan ikat yang menumpangnya, sehingga dikenal juga dengan istilah fibromyoma,
leimyma, ataupun fibroid. Mioma uterin merupakan tumor jinak otot rahim dengan
berbagai komposisi jaringan ikat berasal dari myometrium pada uterus (Manuaba,
2010).
Mioma uteri merupakan suatu pertumbuhan jinak dari otot-otot polos, tumor
jinak otot Rahim, disertai jaringan ikat, neoplasma yang berasal dari otot uterus yang
merupakan jenis tumor uterus yang paling sering, dapat bersifat tunggal, ganda, dapat
mencapai ukuran besar, biasanya mioma uteri banyak terdapat pada wanita dengan
reproduksi terutama pada usia 35 tahun (Chrisdiono, 2004).
Berdasarkan letaknya mioma uteri dibagi menjadi ( Nurarif & Kusuma, 2015):
1) Mioma subkumosum : di bawah endometrium dan menonjol ke cavum uteri
2) Mioma intramural: berada di dinding uterus diantara serabut myometrium.
3) Mioma subserosum: tumbuh keluar dinding uterus sehingga menonjol pada
permukaan uterus, diliputi oleh serosa.
2. 2. Etiologi
Etiologi yang pasti terjadi mioma uteri sampai saat ini masih belum diketahui.
Stimulasi estrogen di duga sangat berperan utuk terjadinya mioma uteri. Hipotesis ini
di dukung oleh adanya mioma uteri yang banyak ditemukan pada usia reproduksi dan
kejadiannya rendah pada usia menopause. Hormon ovarium dipercaya berperan
sebagai stimulus pertumbuhan mioma karena adanya pertumbuhan tumor ini semakin
besar, tetapi menurun setelah menopause. Perempuan nulipara mempunyai resiko
yang tinggi untuk terjadinya mioma uteri, sedangkan perempuan multipara
mempunyai resiko relative rendah untuk terjadinya mioma uteri (Prawirohardjo,
2011).
2

Mioma uteri berasal dari sel otot polos myometrium, dan dibagi menjadi 2
faktor yaitu inisiator dan promotor. Faktor-faktor yang menginisiasi pertumbuhan
mioma masih belum diketahui dengan pasti. Mioma diketahui berasal dari jaringn
yang uniseluler. Transformasi neoplastik dari myometrium menjadi mioma
melibatkan mutasi somatic dari myometrium normal dan interaksi kompleks dari
hormon steroid seks dan groewt faktor lokal (Nurarif & Kusuma, 2015).
Dalam jaringan mioma uteri lebih banyak mengandung reseptor estrogen jika
dibandingkan dengan myometrium normal. Pertumbuhan mioma uteri bervariasi pada
setiap individu, bahkan diantara nodul mioma pada uterus yang sama. Perbedaan ini
berkaitan dengan jumlah reseptor estrogen dan reseptor progesterone (Prawirohardjo,
2011).
Pengaruh-pengaruh hormon dalam pertumbuhan dalam pertumbuhan dan
perkembangan mioma:
a. Estrogen
Mioma uteri dijumpai setelah menarche, setelah terdapat pertumbuhan tumor yang
cepat selama kehamilan. Mioma uteri akan mengecil pada saat menopause dan
setelah pengangkatan ovarium. Mioma uteri banyak
ditemukan bersama dengan anovulasi ovarium dan wanita dengan sterilitas. Pada
mioma reseptor estrogen dapat ditermukan sepanjang siklus menstruasi.
b. Progesteron
Reseptor progesterone terdapat di myometrium dan mioma sepanjang siklus
menstruasi dan kehamilan. Progesteron menghambat pertumbuhan mioma dengan
cara menurunkan jumlah reseptor estrogen pada mioma. Mioma berasal dari
benih-benih multiple yang sangat kecil dan tersebar pada myometrium.

2. 3. Manifestasi
Menurut Yatim (2005) kebanyakan mioma uteri tumbuh tanpa menimbulkan
gejala keluhan atau gejala. Pada perempuan lain mungkin mengeluh perdarahan
menstruasi lebih banyak dari biasanya, atau nyeri sewaktu menstruasi, perasaan penuh
da nada tekanan pada rongga perut, atau keluhan anemi karena kurang darah atau
nyeri pada waktu berhubungan seksual, atau nyeri pada waktu bekerja. Perempuan
lain yang mengidap mioma mengeluh susah hamil atau mudah keguguran.
1) Perdarahan abnormal : hipermenore, menoragia, metroragia. Disebabkan karena
pengaruh ovarium sehingga terjadi hiperplasi endometrium, permukaan
3

endometrium yang lebih luar dari biasanya, atrofi endometrium di atas mioma
submukutan, myometrium tidak dapat berkontraksi optimal karena adanya sarang
mioma di antara serabut myometrium sehingga tidak dapat menjepit pembuluh
darah yang melaluinya dengan baik, pembesaran perut bagian bawah, uterus
membesar merata, infertilitas, perdarahan setelah bersenggama, dismenorea,
abortus berulang, poliuri, retension urine, konstipasi serta edema tungkai dan
nyeri panggul (Chelmow, 2005; Yatim, 2005).
2) Nyeri timbul karena gangguan sirkulasi yang disertai nekrosis setempat dan
peradangan. Pada mioma submukosum yang dilahirkan dapat menyempit canalis
servikalis sehingga menimbulkan dismenore
3) Terjadi penekanan pada vesika urinaria yang dapat menyebabkan poliuri, pada
uretra menyebabkan retensio urine, pada ureter menyebabkan hidroureter dan
hidronefrosis, pada rectum menyebabkan obstipasi dan tenesmia, pada pembuluh
darah dan limfe menyebabkan edema tungkai dan nyeri panggul.
4) Mioma uteri dapat menyebabkan gangguan kontraksi ritmik uterus yang
sebenarnya diperlukan untuk mortilitas sperma di dalam uterus. Gangguan
implantasi embrio dapat terjadi pada keberadaan mioma akibat perubahan
histology endometrium dimana terjadi atrofi karena kompresi massa tumor.
Mekanisme gangguan pada fungsi reproduksi yang dapat terjadi adalah gangguan
transportasi gamet dan embrio, pengurangan kemampuan bagi pertumbuhan
uterus, perubahan aliran darah, dan perubahan histologi endometrium.

2. 4. Patofisiologi
Ammature muscle cell nest dalam miometrium akan berproliferasi hal tersebut
diakibatkan oleh rangsangan hormon estrogen. ukuran myoma sangat bervariasi.
sangat sering ditemukan pada bagian body uterus (corporeal) tapi dapat juga terjadi
pada servik. Tumot subcutan dapat tumbuh diatas pembuluh darah endometrium dan
menyebabkan perdarahan. Bila tumbuh dengan sangat besar tumor ini dapat
menyebabkan penghambat terhadap uterus dan menyebabkan perubahan rongga
uterus. Pada beberapa keadaan tumor subcutan berkembang menjadi bertangkai dan
menonjol melalui vagina atau cervik yang dapat menyebabkan terjadi infeksi atau
ulserasi. Tumor fibroid sangat jarang bersifat ganas, infertile mungkin terjadi akibat
dari myoma yang mengobstruksi atau menyebabkan kelainan bentuk uterus atau tuba
falofii
4

Myoma pada badan uterus dapat menyebabkan aborsi secara spontan, dan hal
ini menyebabkan kecilnya pembukaan cervik yang membuat bayi lahir sulit (Norma
& Mustika, 2013).

2. 5. Pathway

2. 6. Pemeriksaan penunjang
a. Tes Laboratorium
5

Hitung darah lengkap dan apusan darah leukosit dapat disebabkan oleh nekrosis
akibat torsi atau degenerasi. Menurunya kadar hemoglobin dan hematokrit
menunjukkan adanya kehilangan darah yang kronik.
b. Tes kehamilan terhadap chorioetic gonadotropin
Sering membantu dalam evaluasi suatu pembesaran uterus yang simetrik
menyerupai kehamilan atau terdapat bersama-sama dengan kehamilan.
c. Ultrasonografi
Apabila keberadaan massa pelvis meragukan, sonografi dapat membantu
d. Pielogram intravena
Dapat membantu dalam evaluasi diagnostik
e. Pap smear serviks
Selalu diindikasikan untuk menyingkap neoplasia serviks sebelu histerektomi
f. Histerosal pingogram
Dianjurkan bila klien menginginkan anak lagi dikemudian hari untuk mengevaluasi
distorsi rongga uterus dan kelangsungan tuba falopi.

2. 7. Penatalaksanaan
a. Terapi medisinal (hormonal)
Saat ini pemakaian agonis Gonadotropin-releasing hormone (GnRH) memberikan
hasil untuk memperbaiki gejala-gejala klinis yang ditimbulkan oleh mioma uteri.
Pemberian GnRH agonis bertujuan untuk mengurangi ukuran mioma dengan jalan
mengurangi produksi estrogen dari ovarium. Efek maksimal pemberian GnRH
agonis baru terlihat stelah 3 bulan. Pada 3 bulan berikutnya tidak terjadi
pengurangan volume mioma secara bermakna. Terapi hormonal lainnya seperti
kontrasepsi oral dan preparat progresteron akan mengurangi gejala perdarahan
uterus yang abnormal namun tidak dapat mengurangi ukuran dari mioma.
b. Terapi pembedahan
Terapi pembedahan pada mioma uetri dilakukan terhadap mioma yang
menimbulkan gejala. Indikasi pembedahan pada pasien dengan mioma uteri
adalah:
1. Perdarahan uterus yang tidak respon terhadap terapi konservasif
2. Sagkaan adanya keganasan
3. Pertumbuhan mioma pada masa menopause
4. Infertilitas karena gangguan pada cavum uetri aupun karena oklusi tuba
6

5. Nyeri dan penekanan yang sangat menganggu


6. Gangguan berkemih maupun obstruksi traktus urinarius
7. Anemia akibat perdarahan
Tindakan pembedahan yang dilakukan adalah miomektomi maupun histerektomi.
1. Miomektomi
Miomektomi sering dilakukan pada wanita yang ingin mempertahankan fungsi
reproduksinya dan tidak ingin dilakukan histerektomi. Deawasa ini ada beberapa
pilihan tindakan untuk melakukan miomektomi, berdasarkan ukuran dan lokasi
dari mioma. Tindakan miomektomi dapat dilakukan dengan laparatomi,
histerektomi maupun dengan laparoskopi
2. Histerektomi
Tindakan pembedahan untuk mengangkat uterus dapat dilakukan dengan cara
yaitu dengan pendekatan abdominal (laparatomi), vaginal, dan pada beberapa
kasus seara laparoskopi. Tindakan histerektomi pada pasien dengan mioma
uterimerupakan indikasi bila didapati keluhan menorrhagia, metrorrhagia,
keluahan obstruksi pada traktus urinarius dan ukuran uterus sebesar usia
kehamilan 12-14 minggu.
7

BAB II

TINJAUAN KASUS

A. Teori Manajemen Kebidanan

1. Pengertian Teori Manajemen Kebidanan

Manajemen kebidanan adalah pendekatan yang digunakan

oleh bidan dalammenerapkan metode pemecahan masalah secara

sistematis, mulai dari pengkajian, analisis data, diagnosa

kebidanan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi

(Ambarwati dan Wulandari, 2010 ).

2. Proses Manajemen Kebidanan

Proses manajemen kebidanan merupakan proses pemecahan

masalah yangmemperkenalkan sebuah metode atau pemikiran dan

tindakan-tindakan dengan urutan yang logis sehingga pelayanan

komperhensif dan aman dapat tercapai. Selain itu metode ini

memberikan pengertian untuk menyatukan pengetahuan dan

penilaian yang terpisah-pisah menjadi satu kesatuan yang berarti

(Ambarwati dkk, 2010 ). Tujuh langkah proses manajemen

kebidanan, yaitu :

a. Langkah I : Pengkajian

Pengkajian adalah mengumpulkan semua data yang

dibutuhkan untuk mengevaluasi keadaan pasien. Merupakan

langkah pertama untuk mengumpulkan semua informasi

yang akurat dari semua sumber yang berkaitan dengan

kondisi pasien (Ambarwati dan Wulandari, 2010 ).


8

1) Data Subjektif

Menurut Ambarwati dan Wulandari (2010), data subjektif

adalah data yang mencakup identitas pasien.

a) Identitas Pasien

(1) Nama Pasien


Nama jelas dan lengkap, bila perlu nama panggilan

sehari-hari agar tidak keliru dalam memberikan

pelayanan (Ambarwati dan Wulandari, 2010).

(2) Umur Pasien

Dicatat dalam tahun untuk mengetahui adanya

resiko seperti kurang dari 20 tahun, alat-alat

reproduksi belum matang, mental dan psikisnya

belum siap (Ambarwati dan Wulandari, 2010).

(3) Agama Pasien

Untuk mengetahui keyakinan pasien tersebut untuk

membimbing atau mengarahkan pasien dalam

berdoa (Ambarwati dan Wulandari, 2010).

(4) Pendidikan Pasien

Berpengaruh dalam tindakan kebidanan dan untuk

mengetahui sejauh mana tingkat intelektualnya,

sehingga bidan dapat memberikan konseling sesuai

dengan pendidikannya
9

(Ambarwati dan Wulandari, 2010).

(5) Suku/bangsa Pasien

Berpengaruh pada adat istiadat atau kebiasaan

sehari- hari (Ambarwati dan Wulandari, 2010).

(6) Pekerjaan Pasien

Gunanya untuk mengetahui dan mengukur tingkat

sosial ekonominya, karena ini juga mempengaruhi

dalam gizi pasien tersebut (Ambarwati dan

Wulandari, 2010).

(7) Alamat Pasien

Ditanyakan untuk mempermudah kunjungan rumah

bila diperlukan (Ambarwati dan Wulandari, 2010).

b) Keluhan Utama

Untuk mengetahui masalah yang dihadapi yang

berkaitan dengan Mioma Uteri (Ambarwati dan

Wulandari, 2010).

c) Riwayat Haid

Dari data yang kita peroleh kita akan mempunyai

gambaran tentang keadaan dasar dari organ

reproduksinya (Sulistyawati dan Nugraheny, 2013).

Beberapa data yang harus yang kita peroleh dari

riwayat menstruasi antara lain:

(1) Menarche

Menarche adalah usia pertama kali mengalami

menstruasi (Sulistyawati dan Nugraheny, 2013).


10

(2) Siklus

Siklus menstruasi adalah jarak antara menstruasi

yang dialami dengan menstruasi berikutnya dalam

hitungan hari, biasanya sekitar 23-32 hari

(Sulistyawati dan Nugraheny, 2013).

(3) Volume

Data ini menjelaskan seberapa banyak darah

menstruasi yang dikeluarkan kadang kita akan

kesulitan untuk mendapatkan data yang valid

(Sulistyawati dan Nugraheny, 2013).

(4) Keluhan

Beberapa wanita menyampaikan keluhan yang

dirasakan ketika mengalami menstruasi misalnya

sakit

yang sangat, pusing sampai pingsan, atau jumlah

darah yang banyak (Sulistyawati dan Nugraheny,

2013).

d) Riwayat Perkawinan

Yang perlu dikaji adalah berapa kali menikah,

status menikah syah atau tidak, karena bila melahirkan

tanpa setatus yang jelas akan berkaitan dengan

psikologisnya (Ambarwati dan Wulandari, 2010).

e) Riwayat Kehamilan, Persalinan dan Nifas

Berapa kali ibu hamil, apakah pernah abortus,

jumlah anak, cara persalinan yang lalu, penolong


11

persalinan, keadaan nifas yang lalu (Ambarwati dan

Wulandari, 2010).

f) Riwayat KB

Untuk mengetahui apakah pasien pernah ikut

KB dengan kontrasepsi jenis apa, berapa lama, adakah

keluhan selama menggunakan kontasepsi serta rencana

KB (Ambarwati dan Wulandari, 2010).

g) Riwayat Kesehatan

(1) Riwayat kesehatan yang lalu

Data ini diperlukan untuk mengetahui

kemungkinan adanya riwayat atau penyakit

akut, kronis seperti: Jantung, DM, Hipertensi,

Asma (Ambarwati dan Wulandari, 2010).

(2) Riwayat kesehatan sekarang

Data-data ini diperlukan untuk mengetahui

kemungkinan adanya penyakit yang diderita pada

saat ini yang ada hubungannya dengan Mioma

Uteri (Ambarwati dan Wulandari, 2010).

(3) Riwayat kesehatan keluarga

Data ini diperlukan untuk mengetahui

kemungkinan adanya pengaruh penyakit keluarga

terhadap gangguan terhadap kesehatan pasien,

yaitu apabila ada penyakit keluarga yang

menyertainya (Ambarwati dan Wulandari, 2010).

h) Pola Pemenuhan Kebutuhan Sehari-hari


12

(1) Nutrisi

Menggambarkan tentang pola makan dan minum,

frekuensi, banyaknya, jenis makan, makanan

pantangan (Ambarwati dan wulandari, 2010).

(2) Eliminasi

Menggambarkan pola fungsi sekresi yaitu

kebiasaan buang air besar meliputi frekuensi,

jumlah, konsistensi dan bau serta kebiasaan buang

air kecil meliputi frekuensi, warna, jumlah

(Ambarwati dan Wulandari, 2010).

(3) Istirahat

Menggambarkan pola istirahat dan tidur pasien,

berapa jam pasien tidur, kebisaan sebelum tidur

misalnya membaca, mendengarkan musik,

kebiasaan mengkonsumsi obat tidur, kebiasaan

tidur siang, penggunaan waktu luang (Ambarwati

dan Wulandari, 2010).

(4) Personal hygiene

Dikaji untuk mengetahui apakah ibu selalu

menjaga kebersihan tubuh terutama pada daerah

genetalia (Ambarwati dan Wulandari, 2010).

(5) Aktivitas

Menggambarkan pola aktivitas pasien sehari-hari

(Ambarwati dan Wulandari, 2010).

i) Data Psikososial
13

Untuk mengetahui respon ibu dan keluarga

(Ambarwati dan Wulandari, 2010).

2) Data Objektif

Data ini dikumpulkan guna melengkapi data untuk

menegakkan diagnosis (Sulistawati dan Nugraheny,

2013).Langkah-langkah pemeriksaan menurut Sulistyawati

dan Nugraheny, (2013) antara lain :

a) Status generalis

(1) Keadaan umum

Data ini didapat dengan mengamati keadaan pasien

secara keseluruhan. Hasil pengamatan yang

dilaporkan kriterianya adalah baik atau lemah

(Astuti, 2012).

(2) Kesadaran

Tingkat kesadaran adalah ukuran dari kesadaran

dan respon seseorang terhadap rangsangan dari

lingkungan (Astuti, 2012).

(3) Tanda vital

(a) Tekanan darah

Tekanan darah normal, sistolik antara 110 sampai

140 mmHg dan diastolik antara 70 sampai 90

mmHg (Astuti, 2012).

(b) Nadi

Pemeriksaan nadi dilakukan dengan meraba

pulsasi pada arteri, frekuensi nadi normal 60-


14

100kali/menit (Astuti, 2012).

(c) Pernapasan

Frekuensi pernapasan normal 16-24 kali/menit

(Astuti, 2012).

(d) Suhu

Dalam keadaan normal suhu badan berkisar

36,5- 37,20C (Astuti, 2012).

(e) Berat badan

Untuk mengetahui kenaikan atau penurunan

berat badan yang mendadak (Astuti, 2012).

(f) Tinggi badan

Untuk mengetahui ukuran panggul sempit atau

tidak (Astuti, 2012).

b) Pemeriksaan Sistematis

(1) Kepala

(a) Muka

Meliputi pemeriksaan oedema keadaan

muka (Astuti, 2012).

(b) Mata

Meliputi pemeriksaan: conjungtiva, sclera dan

oedema (Astuti, 2012).

(c) Telinga

Meliputi pemeriksaan: tanda infeksi, serumen

dan kesimetrisan (Astuti, 2012).

(d) Hidung
15

Meliputi pemeriksaan: sekret dan polip

(Astuti, 2012).

(e) Mulut, gigi dan gusi

Meliputi pemeriksaan: keadaan bibir,

stomatitis, karies dan lidah (Astuti, 2012).

(2) Leher

Meliputi pemeriksaan pembesaran kelenjar limfe,

pembesaran kelenjar tyroid dan bendungan vena

jugularis atau tumor (Astuti, 2012).

(3) Dada dan axilla

Meliputi pemeriksaan: simetris, pembesaran,

areola, putting, kolostrum, tumor, pembesaran

kelenjar limfe ketiak, massa dan nyeri tekan

(Astuti, 2012).

(4) Abdomen

Untuk mengetahui luka bekas operasi dan

pembesaran perut (Astuti, 2012).

(5) Pemeriksaan Anogenital Vulva vagina

Untuk mengetahui adanya varieses, luka,

kemerahan, pengeluaran pervaginam, kelenjar

bartholini (bengkak, massa) (Astuti, 2012).

(6) Anus

Untuk mengetahui adanya haemoroid (Astuti, 2012).


(7) Ekstremitas

Untuk mengetahui adanya oedema, varises, kuku


16

jari dan reflek patella (Astuti, 2012).

c) Pemeriksaan Penunjang

Data penunjang dilakukan sebagai pendukung

diagnose, apabila diperlukan misalnya pemeriksaan

laboratorium (Varney, 2007).

b. Langkah II : Interpretasi Data

Pada langkah ini dilakukan identifikasi terhadap diagnosis,

masalah, dan kebutuhan pasien berdasarkan interpretasi yang

benar atas data-data yang telah dikumpulkan (Sulistyawati,

2013).

1) Diagnosa Kebidanan

Diagnosa dapat ditegakkan yang berkaitan dengan Para,

Abortus, Anak hidup, umur ibu, dan keadaan ibu

(Ambarwati dan Wulandari, 2010).

2) Masalah

Permasalahan yang muncul berdasarkan pernyataan pasien

(Ambarwati dan wulandari, 2010).

3) Kebutuhan

Dalam bagian ini bidan menentukan kebutuhan pasien

berdasarkan keadaan dan masalahnya (Sulistyawati,

2013).

c. Langkah III : Diagnosa Potensial

Mengidentifikasi diagnosa atau masalah potensial yang

mungkin akan terjadi. Pada langkah ini diidetifikasikan

masalah atau diagnosa potensial berdasarkan rangkaian


17

masalah dan diagnosa, hal ini membutuhkan antisipasi,

pencegahan, bila memungkinkan menunggu mengamati dan

bersiap-siap apabila hal tersebut benar- benar terjadi

(Ambarwati dan Wulandari, 2010).

d. Langkah IV: Tindakan Segera / Antisipasi Masalah

Dalam penatalaksanaannya terkadang bidan dihadapkan pada

beberapa situasi yang memerlukan penanganan segera

(emergensi) di mana bidan harus segera melakukan tindakan

untuk menyelamatkan pasien, namun kadang juga berada pada

situasi pasien yang memerlukan tindakan segera sementara

menunggu

intruksi dokter, atau bahkan mungkin juga situasi pasien

yang memerlukan konsultasi dengan tim kesehatan lain

(Sulisyawati, 2013).

e. Langkah V : Perencanaan

Langkah-langkah ini ditentukan oleh langkah-langkah

sebelumnya yang merupakan lanjutan dari masalah atau

diagnosa yang telah diidentifikasi atau di antisipasi. Rencana

asuhan yang menyeluruh tidak hanya meliputi apa yang sudah

dilihat dari kondisi pasien atau dari setiap masalah yang

berkaitan, tetapi juga berkaitan dengan kerangka pedoman

antisipasi bagi wanita tersebut yaitu apa yang akan teradi

berikutnya (Ambarwati dan Wulandari, 2010).

f. Langkah VI : Pelaksanaan

Langkah ini merupakan pelaksanaan rencana asuhan


18

penyuluhan pada klien dan keluarga (Ambarwati dan

Wulandari, 2010).

g. Langkah VII : Evaluasi

Langkah ini merupakan langkah terahkir guna mengevaluasi

keefektifan dari asuhan yang diberikan, ulangi kembali proses

manajemen dengan benar terhadap setiap aspek asuhan yang

sudah dilaksanakan tapi belum efektif atau merencanakan

kembali yang belum terlaksana (Ambarwati dan Wulandari,

2010).

3. Data Perkembangan SOAP

Menurut Walyani (2015) metode SOAP merupakan singkatan dari :

S : Subjektif

Menggambarkan pendokumentasian pengumpulan data klien

melalui anamnesa sebagai langkah I Varney.

O : Objektif

Menggambarkan pendokumentasian hasil analisa dan fisik

klien, hasil laboratorium dan tes diagnostik lain yang

dirumuskan dalam data fokus untuk mendukung asuhan

kebidanan langkah I Varney.

A : Assesment

Menggambarkan pendokumentasian hasil analisa dan

interpretasi sebagai langkah Varney yang ke 2, 3, 4. Data

subjektif dan objektif dalam suatu identifikasi:

a. Masalah

b. Antisipasi diagnosa atau masalah potensial


19

c. Perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter,

konsultasi atau kolaborasi

P : Planning

Menggambarkan pendokumentasian dari perencanaan pelaksanaan dan


evaluasiberdasarkan assesment sebagai langkah 5, 6, 7 Varney.
20

BAB III
TINJAUAN KASUS SEMU

ASUHAN KEBIDANAN KESEHATAN REPRODUKSI


PADA PASIEN Ny S DENGAN PRE OPERASI MIOMA UTERI
DI RUANG WIJAYA KUSUMA RSUD DR.SOEROTO NGAWI

I. PENGKAJIAN
Hari/tanggal : Senin, 4 Februari 2019 pukul: 09.00
Tempat pengkajian : RSUD DR.Soeroto Ngawi
A. DATA SUBYEKTIF
1. Identitas
Data Istri Data Suami
Nama : Ny. S Nama : Tn. D
Umur : 60 tahun Umur : 63 tahun
Agama : Islam Agama : Islam
Suku/ Bangsa : Jawa Suku / Bangsa : Jawa /
/Indonesia Indonesia
Pendidikan : SMP Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Ibu Rumah Pekerjaan : Swasta
Tangga
Penghasilan : - Penghasilan : Rp. 1.000.000,-/ bln
Status : Menikah Status : Menikah
Perkawinan Perkawinan
Lama/ Berapa : 33 tahun/ 1 Lama/ Berapa : 33 tahun/ 1 kali
kali kali kali
Alamat : Krajan kulon 05/02 Sine Ngawi

2. Keluhan utama :
Ibu merasa cemas adanya benjolan abnormal pada perut, tetapi tidak merasa nyeri
pada daerah benjolan
3. Riwayat kesehatan
a. Riwayat Kesehatan yang lalu
21

Ibu tidak pernah menderita gejala yang mengarah pada penyakit hipertensi, DM,
Asma,TBC, Hepatitis, jantung, PMS, TORCH, dan HIV/AIDS. Ibu tidak pernah
menjalani operasi apapun didaerah perut.
b. Riwayat Kesehatan sekarang
Ibu merasa ada benjolan di bagian abdomen semenjak 3 tahun yang lalu dan
semakin membesar hingga saat ini. Sekitar usia 55 tahun haid ibu mulai tidak
teratur dan berlangsung selama satu tahun. Lalu satu tahun berikutnya ibu tidak
mendapatkan haid lagi. Hingga 3 bulan terakir ini ibu mengalami perdarahan
abnormal seperti darah haid kadang juga hanya flek flek tetapi perdarahan
tersebut berlangsung seminggu bisa dua kali.
c. Riwayat Kesehatan Keluarga
Dalam keluarga ibu tidak ada yang menderita penyakit dengan gejala yang
mengarah pada penyakit hipertensi, DM, Asma,TBC, Hepatitis, jantung, PMS,
TORCH, dan HIV/AIDS.
4. Riwayat kebidanan
a. Haid
Ibu sudah tidak haid (menoupouse) ditandai dengan ibu tidak haid selama satu
tahun.
b. Riwayat obsteric
Ibu hamil anak pertama tahun 1992 kehamilan aterm lahir spontan ditolong oleh
dukun tidak ada penyulit selama persalinan. Bayi lahir jenis kelamin laki-laki.
Jumlah anak 6 orang aterm lahir spontan ditolong oleh dukun dengan berat bayi
normal, jenis kelamin anak terkhir laki-laki. Ibu pernah mengalami abortus usia
kehamilan 2 bulan, pada kehamilan terakhir atau ke tujuh.
c. Nifas yang lalu
Ibu masa nifas anak pertama sampai ke enam normal, tidak ada
penyulit/komplikasi,. Ibu menyusui sampai anaknya berusia 2 tahun. Sekarang
anak pertama berusia 27 tahun dan sehat. Masa nifas anak ke dua sampai
keenam anak juga normal, tidak ada penyulit. Sekarang anak terakhir 9 tahun
ibu sudah berumur 60 tahun.
d. Riwayat ginekologi
Perdarahan diluar haid : pernah
Riwayat keputihan : kadang-kadang
Riwayat nyeri saat berhubungan badan : tidak pernah
22

Riwayat perdarahan setelah berhubungan badan : tidak pernah


Riwayat adanya benjolan pada daerah abdomen : pernah (saat ini)
Rencana akan dilakukan operasi pengangkatan kandungan (Histrektomi) untuk
menghilangkan daging tumbuh pada uterus (Mioma Uteri) pada hari senin 4
Februari 2019.

e. Riwayat keluarga berencana


Setelah kelahiran anak yang pertama ibu menggunakan KB IUD pada tahun
1992 dan tidak ada keluhan, kemudian berhenti karena ingin memiliki anak
lagi. Ibu menggunakan KB IUD pasca abortus hingga saat ini.

5. Pola kebutuhan sehari-hari


a. Nutrisi
Ibu sehari-hari makan nasi, ikan, sayur, buah-buahan. Sehari makan 3x sehari
dengan Porsi 1-2 piring dan tidak ada pantangan
Saat ini ibu puasa, puasa di mulai pukul 02.00 WIB untuk persiapan operasi.
b. Eliminasi
Ibu BAB sehari 1x, warna kuning kecoklatan konsistensi lembek dan ibu BAK
4-5 kali dalam sehari,warna urine kuning jernih, dan bau khas urine.

c. Personal hygiene
Ibu mandi 2x sehari, keramas 3x dalam seminggu, gosok gigi 2x sehari, ganti
pakaian sesuai kebutuhan, ibu pembalut saat merasa sudah tidak nyaman saat
mengalami perdarahan. ibu ganti celana dalam setiap kali merasa lembab atau
setelah mandi. Ibu selalu cebok setelah BAK dan BAB, cara cebok ibu dari
arah depan ke belakang menggunakan air mengalir dan sabun.
d. Aktifitas
Ibu mengerjakan pekerjaan rumah tangga dan terkadang akan dibantu oleh
suami untuk pekerjaan yang berat-berat.
e. Tidur/istirahat
Ibu tidur Siang hari 1 jam (kadang-kadang) frekuensi 13.00-14.00 dan
Saat mengetahui adanya miom ibu menjadi gelisah saat malam hari sehingga
frekuensi tidurnya berkurang.
f. Pola seksual
23

Ibu sudah tidak melakukan hubungan seksual dengan suami, kalaupun


melakukan sudah jarang sekali
g. Data psikososial dan spiritual
Ibu merasa khawatir akan benjolan pada daerah abdomen.

B. DATA OBYEKTIF
1. Pemeriksaan umum
a. Keadaan umum : baik
b. Kesadaran : composmentis
c. Berat badan : 45 kg
d. Tinggi badan : 147 cm
e. TD : 140/90 mmHg
f. N : 66 x/menit
g. T : 36 ᵒC
h. R : 24 x/menit

2. Pemeriksaan fisik
a. Kepala : Rambut bersih, warna hitam terdapat uban , persebaran
merata, tidak ada ketombe, sedikit rontok, tidak ada luka
pada kulit kepala.
b. Muka : Tidak pucat, tidak sembab, tampak cemas
c. Mata : Conjungtiva palpebra merah muda, sklera putih, tidak ada
oedem di kelopak mata.
d. Gigi dan mulut : Mulut bersih, tidak ada caries, bibir merah muda, tidak ada
stomatitis.
e. Telinga : Bentuk simetris, tidak ada secret yang berlebih, fungsi
pendengaran baik.
f. Hidung : Bersih, tidak ada polip, tidak ada secret, tidak ada
pernafasan cuping hidung.
g. Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tyroid, kelenjar limfe, tidak
ada peninggian vena jugularis.
h. Dada : Simetris, tidak ada penarikan dinding dada saat bernafas,
tidak ada bunyi ronchi dan weezhing.
24

i. Payudara : Bentuk simetris, tidak ada benjolan pada payudara, putting


susu menonjol.
j. Abdomen : terdapat benjolan abnormal pada abdomen sebelah kanan,
tidak ada nyeri tekan, TFU setinggi pusat
k. Genetalia : Terdapat pengeluaran darah pervaginam, tidak ada
condiloma akuminata/matalata, tidak ada varices.

3. Pemeriksaan penunjang
a.       Laboratorium
Hb : 12,8 gr%
Protein Urine : (-)
Glukosa Urine : (-)
b.      USG                       : Dilakukan
Tanggal : 2 Febuari 2019
Terdapat miom sebesar 10cm
c.       Papsmear : Tidak dilakukan
d. Radiologi : Pulmo tidak tampak membesar

C. ANALISA DATA
Diagnosa/masalah Data dasar
Ibu P60016 60 tahun DS : - Ibu merasa cemas adanya
dengan mioma uteri, benjolan abnormal pada perut, tetapi tidak
KU baik, prognosa baik merasa nyeri pada daerah benjolan

DO : - Keadaan umum : baik


- Kesadaran : composmentis
- Tanda-tanda vital
T : 140/90 mmHg
S : 37 oC
N : 80 x/mnt
R : 20 x/mnt
25

Diagnosa/masalah Data dasar


- Muka : Tidak pucat, tidak sembab,
tampak cemas
 terdapat benjolan abnormal, tidak
ada nyeri tekan
Pemeriksaan penunjang
a.       Laboratorium
Hb : 12,8 gr%
Protein Urine : (-)
Glukosa Urine : (-)

b.      USG                 
Dilakukan Tanggal : 2 Febuari 2019
Hasil. Terdapat miom sebesar 10cm
c.       Papsmear : Tidak dilakukan
d. Radiologi : Pulmo tidak
tampak membesar
e. dengan

II. Diagnosa Kebidanan


Ny.S P60016 60 tahun dengan mioma uteri, KU ibu baik, prognosa baik

III. Perencanaan
Tanggal : Senin, 4 Febuari 2019 Pukul : 09.00WIB
Persiapan Operasi :
Intervensi :
1. Membina hubungan terapeutik, memberi kesempatan pada klien untuk menyatakan
rasa takut dan perhatiannya terhadap rencana operasi
Rasional : Untuk membina rasa saling percaya, dan mengurangi rasa cemas pada pasien
sebelum dilakukan operasi
2. Minta keluarga untuk menemani dan memberi dukungan pada ibu sebelum operasi
Rasional : Dukungan orang orang terdekat bisa menguatkan psikis ibu pra operasi
26

3. kolaborasi dengan Dokter SpOG untuk penataan operasi


Rasional : Agar dapat memberikan asuhan atau tindakan sesuai kondisi ibu.
4. Lakukan pencukuran daerah operasi (scheren)
Rasional : Pencukuran pada daerah operasi ditujukan untuk menghindari terjadinya
infeksi pada daerah yang dilakukan pembedahan.
5. Pasang dower Cateter
Rasional : Tindakan katerisasi diperlukan untuk mengobservasi intake output cairan.
6. Siapkan kain tenun ibu dan obat yang dibutuhkan pasca operasi
Rasional : Baju untuk personal hygiene dan ibu merasa lebih nyaman
7. Memberikan terapi dengan kolaborasi tenaga tim medis sesuai advice dokter
Rasional : Untuk persiapan operasi
8. Mendampingi pasien ke ruang operasi untuk dilakukan operasi TAH BSO
Rasional : Agar pasien merasa nyaman dan tidak merasa cemas

Tanggal : Senin, 4 Februari 2019 pukul : 09.30 WIB


Masalah II : Cemas
Tujuan : Cemas berkurang
Kriteria :- Pasien bersedia mengungkapkan perasaan yang membuatnya cemas
- Pasien mengerti tentang keadaan penyakitnya
Intervensi
1. Adakan pendekatan kepada pasien
Rasional : Untuk membina hubungan saling percaya.
2. Ciptakan suasana yang ramah, tenang dan bersahabat
Rasional : Untuk menurunkan cemas yang dirasakan ibu
3. Jelaskan pada ibu hasil pemeriksaan
Rasional : Ibu bisa kooperatif dengan tindakan yang akan dilakukan
4. Minta keluarga untuk menemani dan memberi dukungan pada ibu
Rasional : Dukungan orang terdekat dapat menguatkan psikis ibu
5. Kolaborasi dengan dokter untuk penatalaksanaan operasi
Rasional : Untuk mendapatkan terapi yang tepat.

IV. Pelaksanaan
Tanggal : Senin, 4 Febuari 2019 Pukul : 09.00WIB
27

Persiapan Operasi :
Intervensi :
1. Membina hubungan terapeutik, memberi kesempatan pada klien untuk menyatakan
rasa takut dan perhatiannya terhadap rencana operasi
2. Meminta keluarga untuk menemani dan memberi dukungan pada ibu sebelum
operasi
3. Berkolaborasi dengan dokter SpOG untuk persiapan operasi
Tindakan sesuai advice dokter :
a. Melakukan pencukuran daerah operasi (scheren)
b. Memasang dower Cateter
c. Menyiapkan kain tenun ibu dan obat yang
dibutuhkan pasca operasi
d. Memberikan terapi dengan kolaborasi tenaga tim medis sesuai advice dokter
yaitu Memberikan terapi antibiotik profilaksis.
4. Mendampingi pasien ke ruang operasi untuk dilakukan operasi TAH BSO

Tanggal : Senin, 4 Februari 2019 pukul 10.05


Masalah I : Cemas
Implementasi :
1. mengadakan pendekatan kepada pasien
2. menciptakan suasana yang ramah, tenang dan bersahabat
3. menjelaskan pada ibu hasil pemeriksaan
4.Meminta keluarga untuk menemani dan memberi dukungan pada ibu
5. Berkolaborasi dengan dokter untuk penatalaksanaan operasi

V. Evaluasi
Tanggal: Senin, 4 Februari 2019 pukul 11.15
S : 1. Ibu mengerti tentang penyakitnya
1. Ibu merasa lebih tenang
2. Ibu mengatakan telah memahami penjelasan yang diberikan petugas
3. Ibu mengatakan telah memahami mengenai kondisinya saat ini
4. Ibu bertanya sehubungan dengan hal yang belum dimengerti
O : Ibu tampak lebih tenang
Ibu dapat mengulangi penjelasan dari bidan
28

Keluarga menemani dan mendampingi ibu


A : Ibu P60016 usia 60 tahun dengan mioma uteri pre operasi cemasnya berkurang
P : Anjurkan Ibu dan keluarga tetap tenang dan bersabar dalam menjalani pengobatan
penyakitnya.
29

DAFTAR PUSTAKA

Ambarwati, E. R. dan Wulandari, D. 2010. Asuhan Kebidanan Nifas.


Jogjakarta : Nuha Medika.

Arikunto, S. 2013. Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta :


PT RINEKA CIPTA.

Astuti, H. P. 2012. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Ibu I


(Kehamilan).Yogyakarta : Rohima Press.

Djuwantono, T. H. H. Syam. N. W. Astarto. 2011. Bandung Controversies


And Consensus In Obstetrics & Gynecology. Jakarta : Sagung Seto.

Hestiantoro, A dkk. 2015. Bagaimana Menangani Kasus Endokrinologi dan

Hidayat, A. A. 2014. Metode Penelitian Kebidanan dan Teknik Analisis Data.


Jakarta Selatan : Salemba Medika.

Irianto, K. 2015. Kesehatan Reproduksi (Reproductive Health)


TeoridanPraktikum. Bandung : Alfabeta.

Manuaba, I. B. G. 2009. Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita. Jakarta :


EGC.

Manuaba, I. B. G. 2010. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan, dan KB.


Jakarta : EGC.

MENKES. 2010. Peraturan Mentri Kesehatan Republik Indonesia Nomor


1464/MENKES/PER/X/2010. Jakarta.

Notoatmodjo, S. 2012. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : PT


RINEKA CIPTA.

Padila. 2015. Asuhan Keperawatan Maternitas II. Yogyakarta : Nuha

Medika. Priharjo, R. 2007. Pengkajian Fisik Keperawatan. Jakarta :EGC.

Anda mungkin juga menyukai