BAB I
LANDASAN TEORI
2. 1. Definisi
Mioma uteri adalah neoplasma jinak yang berasal dari otot uterus dan jaringan
ikat yang menumpang, sehingga dalam kepustakaan dikenal dengan
istilah Fibromioma, leiomioma, atau fibroid (Nurarif, & Kusuma, 2015).
Mioma uteri merupakan neoplasma jinak yang bersal dari otot uterus dan
jaringan ikat yang menumpangnya, sehingga dikenal juga dengan istilah fibromyoma,
leimyma, ataupun fibroid. Mioma uterin merupakan tumor jinak otot rahim dengan
berbagai komposisi jaringan ikat berasal dari myometrium pada uterus (Manuaba,
2010).
Mioma uteri merupakan suatu pertumbuhan jinak dari otot-otot polos, tumor
jinak otot Rahim, disertai jaringan ikat, neoplasma yang berasal dari otot uterus yang
merupakan jenis tumor uterus yang paling sering, dapat bersifat tunggal, ganda, dapat
mencapai ukuran besar, biasanya mioma uteri banyak terdapat pada wanita dengan
reproduksi terutama pada usia 35 tahun (Chrisdiono, 2004).
Berdasarkan letaknya mioma uteri dibagi menjadi ( Nurarif & Kusuma, 2015):
1) Mioma subkumosum : di bawah endometrium dan menonjol ke cavum uteri
2) Mioma intramural: berada di dinding uterus diantara serabut myometrium.
3) Mioma subserosum: tumbuh keluar dinding uterus sehingga menonjol pada
permukaan uterus, diliputi oleh serosa.
2. 2. Etiologi
Etiologi yang pasti terjadi mioma uteri sampai saat ini masih belum diketahui.
Stimulasi estrogen di duga sangat berperan utuk terjadinya mioma uteri. Hipotesis ini
di dukung oleh adanya mioma uteri yang banyak ditemukan pada usia reproduksi dan
kejadiannya rendah pada usia menopause. Hormon ovarium dipercaya berperan
sebagai stimulus pertumbuhan mioma karena adanya pertumbuhan tumor ini semakin
besar, tetapi menurun setelah menopause. Perempuan nulipara mempunyai resiko
yang tinggi untuk terjadinya mioma uteri, sedangkan perempuan multipara
mempunyai resiko relative rendah untuk terjadinya mioma uteri (Prawirohardjo,
2011).
2
Mioma uteri berasal dari sel otot polos myometrium, dan dibagi menjadi 2
faktor yaitu inisiator dan promotor. Faktor-faktor yang menginisiasi pertumbuhan
mioma masih belum diketahui dengan pasti. Mioma diketahui berasal dari jaringn
yang uniseluler. Transformasi neoplastik dari myometrium menjadi mioma
melibatkan mutasi somatic dari myometrium normal dan interaksi kompleks dari
hormon steroid seks dan groewt faktor lokal (Nurarif & Kusuma, 2015).
Dalam jaringan mioma uteri lebih banyak mengandung reseptor estrogen jika
dibandingkan dengan myometrium normal. Pertumbuhan mioma uteri bervariasi pada
setiap individu, bahkan diantara nodul mioma pada uterus yang sama. Perbedaan ini
berkaitan dengan jumlah reseptor estrogen dan reseptor progesterone (Prawirohardjo,
2011).
Pengaruh-pengaruh hormon dalam pertumbuhan dalam pertumbuhan dan
perkembangan mioma:
a. Estrogen
Mioma uteri dijumpai setelah menarche, setelah terdapat pertumbuhan tumor yang
cepat selama kehamilan. Mioma uteri akan mengecil pada saat menopause dan
setelah pengangkatan ovarium. Mioma uteri banyak
ditemukan bersama dengan anovulasi ovarium dan wanita dengan sterilitas. Pada
mioma reseptor estrogen dapat ditermukan sepanjang siklus menstruasi.
b. Progesteron
Reseptor progesterone terdapat di myometrium dan mioma sepanjang siklus
menstruasi dan kehamilan. Progesteron menghambat pertumbuhan mioma dengan
cara menurunkan jumlah reseptor estrogen pada mioma. Mioma berasal dari
benih-benih multiple yang sangat kecil dan tersebar pada myometrium.
2. 3. Manifestasi
Menurut Yatim (2005) kebanyakan mioma uteri tumbuh tanpa menimbulkan
gejala keluhan atau gejala. Pada perempuan lain mungkin mengeluh perdarahan
menstruasi lebih banyak dari biasanya, atau nyeri sewaktu menstruasi, perasaan penuh
da nada tekanan pada rongga perut, atau keluhan anemi karena kurang darah atau
nyeri pada waktu berhubungan seksual, atau nyeri pada waktu bekerja. Perempuan
lain yang mengidap mioma mengeluh susah hamil atau mudah keguguran.
1) Perdarahan abnormal : hipermenore, menoragia, metroragia. Disebabkan karena
pengaruh ovarium sehingga terjadi hiperplasi endometrium, permukaan
3
endometrium yang lebih luar dari biasanya, atrofi endometrium di atas mioma
submukutan, myometrium tidak dapat berkontraksi optimal karena adanya sarang
mioma di antara serabut myometrium sehingga tidak dapat menjepit pembuluh
darah yang melaluinya dengan baik, pembesaran perut bagian bawah, uterus
membesar merata, infertilitas, perdarahan setelah bersenggama, dismenorea,
abortus berulang, poliuri, retension urine, konstipasi serta edema tungkai dan
nyeri panggul (Chelmow, 2005; Yatim, 2005).
2) Nyeri timbul karena gangguan sirkulasi yang disertai nekrosis setempat dan
peradangan. Pada mioma submukosum yang dilahirkan dapat menyempit canalis
servikalis sehingga menimbulkan dismenore
3) Terjadi penekanan pada vesika urinaria yang dapat menyebabkan poliuri, pada
uretra menyebabkan retensio urine, pada ureter menyebabkan hidroureter dan
hidronefrosis, pada rectum menyebabkan obstipasi dan tenesmia, pada pembuluh
darah dan limfe menyebabkan edema tungkai dan nyeri panggul.
4) Mioma uteri dapat menyebabkan gangguan kontraksi ritmik uterus yang
sebenarnya diperlukan untuk mortilitas sperma di dalam uterus. Gangguan
implantasi embrio dapat terjadi pada keberadaan mioma akibat perubahan
histology endometrium dimana terjadi atrofi karena kompresi massa tumor.
Mekanisme gangguan pada fungsi reproduksi yang dapat terjadi adalah gangguan
transportasi gamet dan embrio, pengurangan kemampuan bagi pertumbuhan
uterus, perubahan aliran darah, dan perubahan histologi endometrium.
2. 4. Patofisiologi
Ammature muscle cell nest dalam miometrium akan berproliferasi hal tersebut
diakibatkan oleh rangsangan hormon estrogen. ukuran myoma sangat bervariasi.
sangat sering ditemukan pada bagian body uterus (corporeal) tapi dapat juga terjadi
pada servik. Tumot subcutan dapat tumbuh diatas pembuluh darah endometrium dan
menyebabkan perdarahan. Bila tumbuh dengan sangat besar tumor ini dapat
menyebabkan penghambat terhadap uterus dan menyebabkan perubahan rongga
uterus. Pada beberapa keadaan tumor subcutan berkembang menjadi bertangkai dan
menonjol melalui vagina atau cervik yang dapat menyebabkan terjadi infeksi atau
ulserasi. Tumor fibroid sangat jarang bersifat ganas, infertile mungkin terjadi akibat
dari myoma yang mengobstruksi atau menyebabkan kelainan bentuk uterus atau tuba
falofii
4
Myoma pada badan uterus dapat menyebabkan aborsi secara spontan, dan hal
ini menyebabkan kecilnya pembukaan cervik yang membuat bayi lahir sulit (Norma
& Mustika, 2013).
2. 5. Pathway
2. 6. Pemeriksaan penunjang
a. Tes Laboratorium
5
Hitung darah lengkap dan apusan darah leukosit dapat disebabkan oleh nekrosis
akibat torsi atau degenerasi. Menurunya kadar hemoglobin dan hematokrit
menunjukkan adanya kehilangan darah yang kronik.
b. Tes kehamilan terhadap chorioetic gonadotropin
Sering membantu dalam evaluasi suatu pembesaran uterus yang simetrik
menyerupai kehamilan atau terdapat bersama-sama dengan kehamilan.
c. Ultrasonografi
Apabila keberadaan massa pelvis meragukan, sonografi dapat membantu
d. Pielogram intravena
Dapat membantu dalam evaluasi diagnostik
e. Pap smear serviks
Selalu diindikasikan untuk menyingkap neoplasia serviks sebelu histerektomi
f. Histerosal pingogram
Dianjurkan bila klien menginginkan anak lagi dikemudian hari untuk mengevaluasi
distorsi rongga uterus dan kelangsungan tuba falopi.
2. 7. Penatalaksanaan
a. Terapi medisinal (hormonal)
Saat ini pemakaian agonis Gonadotropin-releasing hormone (GnRH) memberikan
hasil untuk memperbaiki gejala-gejala klinis yang ditimbulkan oleh mioma uteri.
Pemberian GnRH agonis bertujuan untuk mengurangi ukuran mioma dengan jalan
mengurangi produksi estrogen dari ovarium. Efek maksimal pemberian GnRH
agonis baru terlihat stelah 3 bulan. Pada 3 bulan berikutnya tidak terjadi
pengurangan volume mioma secara bermakna. Terapi hormonal lainnya seperti
kontrasepsi oral dan preparat progresteron akan mengurangi gejala perdarahan
uterus yang abnormal namun tidak dapat mengurangi ukuran dari mioma.
b. Terapi pembedahan
Terapi pembedahan pada mioma uetri dilakukan terhadap mioma yang
menimbulkan gejala. Indikasi pembedahan pada pasien dengan mioma uteri
adalah:
1. Perdarahan uterus yang tidak respon terhadap terapi konservasif
2. Sagkaan adanya keganasan
3. Pertumbuhan mioma pada masa menopause
4. Infertilitas karena gangguan pada cavum uetri aupun karena oklusi tuba
6
BAB II
TINJAUAN KASUS
kebidanan, yaitu :
a. Langkah I : Pengkajian
1) Data Subjektif
a) Identitas Pasien
dengan pendidikannya
9
Wulandari, 2010).
b) Keluhan Utama
Wulandari, 2010).
c) Riwayat Haid
(1) Menarche
(2) Siklus
(3) Volume
(4) Keluhan
sakit
2013).
d) Riwayat Perkawinan
Wulandari, 2010).
f) Riwayat KB
g) Riwayat Kesehatan
(1) Nutrisi
(2) Eliminasi
(3) Istirahat
(5) Aktivitas
i) Data Psikososial
13
2) Data Objektif
a) Status generalis
(Astuti, 2012).
(2) Kesadaran
(b) Nadi
(c) Pernapasan
(Astuti, 2012).
(d) Suhu
b) Pemeriksaan Sistematis
(1) Kepala
(a) Muka
(b) Mata
(c) Telinga
(d) Hidung
15
(Astuti, 2012).
(2) Leher
(Astuti, 2012).
(4) Abdomen
(6) Anus
c) Pemeriksaan Penunjang
2013).
1) Diagnosa Kebidanan
2) Masalah
3) Kebutuhan
2013).
menunggu
(Sulisyawati, 2013).
e. Langkah V : Perencanaan
f. Langkah VI : Pelaksanaan
Wulandari, 2010).
2010).
S : Subjektif
O : Objektif
A : Assesment
a. Masalah
P : Planning
BAB III
TINJAUAN KASUS SEMU
I. PENGKAJIAN
Hari/tanggal : Senin, 4 Februari 2019 pukul: 09.00
Tempat pengkajian : RSUD DR.Soeroto Ngawi
A. DATA SUBYEKTIF
1. Identitas
Data Istri Data Suami
Nama : Ny. S Nama : Tn. D
Umur : 60 tahun Umur : 63 tahun
Agama : Islam Agama : Islam
Suku/ Bangsa : Jawa Suku / Bangsa : Jawa /
/Indonesia Indonesia
Pendidikan : SMP Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Ibu Rumah Pekerjaan : Swasta
Tangga
Penghasilan : - Penghasilan : Rp. 1.000.000,-/ bln
Status : Menikah Status : Menikah
Perkawinan Perkawinan
Lama/ Berapa : 33 tahun/ 1 Lama/ Berapa : 33 tahun/ 1 kali
kali kali kali
Alamat : Krajan kulon 05/02 Sine Ngawi
2. Keluhan utama :
Ibu merasa cemas adanya benjolan abnormal pada perut, tetapi tidak merasa nyeri
pada daerah benjolan
3. Riwayat kesehatan
a. Riwayat Kesehatan yang lalu
21
Ibu tidak pernah menderita gejala yang mengarah pada penyakit hipertensi, DM,
Asma,TBC, Hepatitis, jantung, PMS, TORCH, dan HIV/AIDS. Ibu tidak pernah
menjalani operasi apapun didaerah perut.
b. Riwayat Kesehatan sekarang
Ibu merasa ada benjolan di bagian abdomen semenjak 3 tahun yang lalu dan
semakin membesar hingga saat ini. Sekitar usia 55 tahun haid ibu mulai tidak
teratur dan berlangsung selama satu tahun. Lalu satu tahun berikutnya ibu tidak
mendapatkan haid lagi. Hingga 3 bulan terakir ini ibu mengalami perdarahan
abnormal seperti darah haid kadang juga hanya flek flek tetapi perdarahan
tersebut berlangsung seminggu bisa dua kali.
c. Riwayat Kesehatan Keluarga
Dalam keluarga ibu tidak ada yang menderita penyakit dengan gejala yang
mengarah pada penyakit hipertensi, DM, Asma,TBC, Hepatitis, jantung, PMS,
TORCH, dan HIV/AIDS.
4. Riwayat kebidanan
a. Haid
Ibu sudah tidak haid (menoupouse) ditandai dengan ibu tidak haid selama satu
tahun.
b. Riwayat obsteric
Ibu hamil anak pertama tahun 1992 kehamilan aterm lahir spontan ditolong oleh
dukun tidak ada penyulit selama persalinan. Bayi lahir jenis kelamin laki-laki.
Jumlah anak 6 orang aterm lahir spontan ditolong oleh dukun dengan berat bayi
normal, jenis kelamin anak terkhir laki-laki. Ibu pernah mengalami abortus usia
kehamilan 2 bulan, pada kehamilan terakhir atau ke tujuh.
c. Nifas yang lalu
Ibu masa nifas anak pertama sampai ke enam normal, tidak ada
penyulit/komplikasi,. Ibu menyusui sampai anaknya berusia 2 tahun. Sekarang
anak pertama berusia 27 tahun dan sehat. Masa nifas anak ke dua sampai
keenam anak juga normal, tidak ada penyulit. Sekarang anak terakhir 9 tahun
ibu sudah berumur 60 tahun.
d. Riwayat ginekologi
Perdarahan diluar haid : pernah
Riwayat keputihan : kadang-kadang
Riwayat nyeri saat berhubungan badan : tidak pernah
22
c. Personal hygiene
Ibu mandi 2x sehari, keramas 3x dalam seminggu, gosok gigi 2x sehari, ganti
pakaian sesuai kebutuhan, ibu pembalut saat merasa sudah tidak nyaman saat
mengalami perdarahan. ibu ganti celana dalam setiap kali merasa lembab atau
setelah mandi. Ibu selalu cebok setelah BAK dan BAB, cara cebok ibu dari
arah depan ke belakang menggunakan air mengalir dan sabun.
d. Aktifitas
Ibu mengerjakan pekerjaan rumah tangga dan terkadang akan dibantu oleh
suami untuk pekerjaan yang berat-berat.
e. Tidur/istirahat
Ibu tidur Siang hari 1 jam (kadang-kadang) frekuensi 13.00-14.00 dan
Saat mengetahui adanya miom ibu menjadi gelisah saat malam hari sehingga
frekuensi tidurnya berkurang.
f. Pola seksual
23
B. DATA OBYEKTIF
1. Pemeriksaan umum
a. Keadaan umum : baik
b. Kesadaran : composmentis
c. Berat badan : 45 kg
d. Tinggi badan : 147 cm
e. TD : 140/90 mmHg
f. N : 66 x/menit
g. T : 36 ᵒC
h. R : 24 x/menit
2. Pemeriksaan fisik
a. Kepala : Rambut bersih, warna hitam terdapat uban , persebaran
merata, tidak ada ketombe, sedikit rontok, tidak ada luka
pada kulit kepala.
b. Muka : Tidak pucat, tidak sembab, tampak cemas
c. Mata : Conjungtiva palpebra merah muda, sklera putih, tidak ada
oedem di kelopak mata.
d. Gigi dan mulut : Mulut bersih, tidak ada caries, bibir merah muda, tidak ada
stomatitis.
e. Telinga : Bentuk simetris, tidak ada secret yang berlebih, fungsi
pendengaran baik.
f. Hidung : Bersih, tidak ada polip, tidak ada secret, tidak ada
pernafasan cuping hidung.
g. Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tyroid, kelenjar limfe, tidak
ada peninggian vena jugularis.
h. Dada : Simetris, tidak ada penarikan dinding dada saat bernafas,
tidak ada bunyi ronchi dan weezhing.
24
3. Pemeriksaan penunjang
a. Laboratorium
Hb : 12,8 gr%
Protein Urine : (-)
Glukosa Urine : (-)
b. USG : Dilakukan
Tanggal : 2 Febuari 2019
Terdapat miom sebesar 10cm
c. Papsmear : Tidak dilakukan
d. Radiologi : Pulmo tidak tampak membesar
C. ANALISA DATA
Diagnosa/masalah Data dasar
Ibu P60016 60 tahun DS : - Ibu merasa cemas adanya
dengan mioma uteri, benjolan abnormal pada perut, tetapi tidak
KU baik, prognosa baik merasa nyeri pada daerah benjolan
b. USG
Dilakukan Tanggal : 2 Febuari 2019
Hasil. Terdapat miom sebesar 10cm
c. Papsmear : Tidak dilakukan
d. Radiologi : Pulmo tidak
tampak membesar
e. dengan
III. Perencanaan
Tanggal : Senin, 4 Febuari 2019 Pukul : 09.00WIB
Persiapan Operasi :
Intervensi :
1. Membina hubungan terapeutik, memberi kesempatan pada klien untuk menyatakan
rasa takut dan perhatiannya terhadap rencana operasi
Rasional : Untuk membina rasa saling percaya, dan mengurangi rasa cemas pada pasien
sebelum dilakukan operasi
2. Minta keluarga untuk menemani dan memberi dukungan pada ibu sebelum operasi
Rasional : Dukungan orang orang terdekat bisa menguatkan psikis ibu pra operasi
26
IV. Pelaksanaan
Tanggal : Senin, 4 Febuari 2019 Pukul : 09.00WIB
27
Persiapan Operasi :
Intervensi :
1. Membina hubungan terapeutik, memberi kesempatan pada klien untuk menyatakan
rasa takut dan perhatiannya terhadap rencana operasi
2. Meminta keluarga untuk menemani dan memberi dukungan pada ibu sebelum
operasi
3. Berkolaborasi dengan dokter SpOG untuk persiapan operasi
Tindakan sesuai advice dokter :
a. Melakukan pencukuran daerah operasi (scheren)
b. Memasang dower Cateter
c. Menyiapkan kain tenun ibu dan obat yang
dibutuhkan pasca operasi
d. Memberikan terapi dengan kolaborasi tenaga tim medis sesuai advice dokter
yaitu Memberikan terapi antibiotik profilaksis.
4. Mendampingi pasien ke ruang operasi untuk dilakukan operasi TAH BSO
V. Evaluasi
Tanggal: Senin, 4 Februari 2019 pukul 11.15
S : 1. Ibu mengerti tentang penyakitnya
1. Ibu merasa lebih tenang
2. Ibu mengatakan telah memahami penjelasan yang diberikan petugas
3. Ibu mengatakan telah memahami mengenai kondisinya saat ini
4. Ibu bertanya sehubungan dengan hal yang belum dimengerti
O : Ibu tampak lebih tenang
Ibu dapat mengulangi penjelasan dari bidan
28
DAFTAR PUSTAKA