HEMATOMA VULVA
Disusun Oleh :
MUHAMAD ARIEF
N 111 17 135
PembimbingKlinik:
PALU
OKTOBER
2019
BAB I
PENDAHULUAN
B. Epidemiologi
Rendahnya kesadaran masyarakat tentang kesehatan ibu hamil
menjadi faktor penentu angka kematian, meskipun masih banyak faktor
yang harus diperhatikan untuk menangani masalah ini. Persoalan kematian
yang terjadi lantaran indikasi yang lazim muncul. Yakni pendarahan,
keracunan kehamilan yang disertai kejang-kejang, aborsi, dan infeksi.
Namun, ternyata masih ada faktor lain yang juga cukup penting. Misalnya,
pemberdayaan perempuan yang tak begitu baik, latar belakang pendidikan,
sosial ekonomi keluarga, lingkungan masyarakat dan politik, kebijakan
juga berpengaruh. Kaum lelaki pun dituntut harus berupaya ikut aktif
dalam segala permasalahan bidang reproduksi secara lebih bertanggung
jawab. Selain masalah medis, tingginya kematian ibu juga karena masalah
ketidaksetaraan gender, nilai budaya, perekonomian serta rendahnya
perhatian laki-laki terhadap ibu hamil dan melahirkan. Oleh karena itu,
pandangan yang menganggap kehamilan adalah peristiwa alamiah perlu
diubah secara sosiokultural agar perempuan dapat perhatian dari
masyarakat. Sangat diperlukan upaya peningkatan pelayanan perawatan
ibu baik oleh pemerintah, swasta, maupun masyarakat terutama suami.2
Grafik diatas menunjukkan distribusi persentase penyebab kematian
ibu melahirkan, berdasarkan data tersebut bahwa tiga faktor utama
penyebab kematian ibu melahirkan yakni , pendarahan, hipertensi saat
hamil atau pre eklamasi dan infeksi. Pendarahan menempati persentase
tertinggi penyebab kematian ibu ( 28 persen), anemia dan kekurangan
energi kronis (KEK) pada ibu hamil menjadi penyebab utama
terjadinya pendarahan dan infeksi yang merupakan faktor kematian
utama ibu. Di berbagai negara paling sedikit seperempat dari seluruh
kematian ibu disebabkan oleh pendarahan; proporsinya berkisar antara
kurang dari 10 persen sampai hampir 60 persen. Walaupun seorang
perempuan bertahan hidup setelah mengalami pendarahan pasca
persalinan, namun ia akan menderita akibat kekurangan darah yang
berat (anemia berat) dan akan mengalami masalah kesehatan yang
berkepanjangan.(WHO). Persentase tertinggi kedua penyebab
kematian ibu yang adalah eklamsia (24 persen), kejang bisa terjadi
pada pasien dengan tekanan darah tinggi (hipertensi) yang tidak
terkontrol saat persalinan. Hipertensi dapat terjadi karena kehamilan,
dan akan kembali normal bila kehamilan sudah berakhir. Namun ada
juga yang tidak kembali normal setelah bayi lahir. Kondisi ini akan
menjadi lebih berat bila hipertensi sudah diderita ibu sebelum hamil.
Sedangkan persentase tertinggi ketiga penyebab kematian ibu
melahirkan adalah infeksi (11 persen).2
C. Etiologi dan Faktor Resiko
Faktor risiko yang berkaitan dengan hematoma vulva seperti
nuliparitas, episiotomi, dan pelahiran dengan forceps. Pada kasus lain,
hematoma dapat timbul setelah ruptur pembuluh darah tanpa adanya
laserasi pada jaringan superfisial. Hematoma semacam ini dapat timbul
pada pelahiran spontan atau dengan bantuan alat, dan perdarahan dapat
timbul tertunda. Koagulopati seperti penyakit Von Willebrand
merupakan penyebab yang paling jarang.2
Cedera pembuluh darah superfisial ligamentum dapat
menyebabkan hematoma vulva. Jaringan vulva dan paravaginal
merupakan jaringan ikat longgar sehingga sejumlah besar kehilangan
darah pada hematoma dapat terjadi meskipun belum memberikan
gejala. Jika cedera pembuluh darah terjadi lebih dalam hematoma
vaginal atau subperitoneal dapat terjadi. Pada hematoma subperitoneal
dapat terlibat cabang arteri uterina. Ekstravasasi subperitoneal (di
bawah peritoneal) dapat masif dan berakibat fatal.4
D. Gejala Klinis
Hematoma tidak selalu tampak dan bahkan bisa terletak di antara
jahitan, tapi tanda atau gejala biasanya seperti berikut :
1. Nyeri berat pada vagina atau vulva atau rectal
2. Tekanan pada vagina atau vulva atau rectal tak henti-henti
3. Tampak masa yang membuat deviasi vagina dan rectum
4. Pemeriksaan internal mungkin tidak bisa ditoleransi karena
menyebabkan nyeri yang tidak tertahan bagi ibu, yang dengan
sendirinya membantu mendiagnosis hematoma
5. Tanda lain meliputi : pembengkakan yang berubah warna dan terisi
darah, jaringan edema, tanda syok hipovolemik.5
E. Patofisiologi
Hematoma dapat mula-mula berukuran kecil untuk kemudian bisa
menjadi cepat membesar. Terdapatnya hematoma yang tampak kecil
dari luar belum berarti bahwa bekuan darah di dalamnya sedikit.
Perdarahan dapat meluas ke sekitar vagina, dan darah dapat berkumpul
di dalam ligamentum latum. Bila banyak darah yang terkumpul dalam
hematoma, maka dapat timbul gejala syok dan anemia.6
F. Penatalaksanaan
1. Penanganan hematoma tergantung pada lokasi dan besarnya
hematoma. Pada hematoma yang kecil tidak perlu tindakan operatif,
cukup dilakukan kompres
2. pada hematoma yang besar lebih-lebih disertai dengan anemia dan
presyok, perlu segera dilakuakn pengosongan hematoma tersebut.
Dilakukan sayatan disepanjang bagian hematoma yang paling teregang.
Seluruh bekuan dikeluarkan sampai kantong hematoma kosong. Dicari
sumber perdarahan, perdarahan dihentikan dengan mengikat atau
menjahit sumber perdarahan tersebut. Luka sayatan kemudian dijahit.
Dalam perdarahan difus dapat dipasang drain atau dimasukkan kassa
steril sampai padat dan meninggalkan ujung kassa tersebut diluar
(tamponade). Tampon ini dibiarkan di tempatnya selama 24 hingga 48
jam.7
3. Antibiotika diberikan
4. Dipasang kateter menetap
5. Penanganan hematoma vulva perlu diberikan transfusi darah untuk
mengatasi syok dan perdarahan yang lebih berat. Hematoma tersebut
akan memerlukan drainase dan penjahitan kembali yang biasanya di
lakukan dengan anestesi umum. Kecuali bila hematoma tersebut kecil
dan hanya menunjukkan gejala-gejala yang ringan.7
G. Komplikasi
Hematoma menyebabkan pembengkakan dan peradangan. Seringkali hal
ini yang menyebabkan iritasi dari organ-organ dan jaringan-jaringan yang
berdekatan dan menyebabkan gejala-gejala dan komplikasi-komplikasi
dari hematoma. Satu komplikasi yang umum dari semua hematoma adalah
risiko infeksi. Sementara hematoma terbentuk dari stolsel, ia tidak
mempunyai pasokan darah sendiri dan oleh karenanya berisiko untuk
kolonisasi dengan bakteri-bakteri.9
1.2 Tujuan
Tujuan yang ingin dicapai dari penulisan laporan kasus ini adalah
untuk mengetahui dan mempelajari mengenai Hematoma Vulva,
bagaimana mendiagnosis sebuah kasus Hematoma Vulva serta bagaimana
penanganan yang tepat terhadap pasien dengan kasus ini.
BAB II
LAPORAN KASUS
STATUS OBSTETRI
IDENTITAS
Nama : Ny. M
Umur : 27 Tahun
Alamat : Desa batusuya, sindue
Pekerjaan : IRT
Agama : Islam
Pendidikan : SMP
ANAMNESIS
P2A0
Riwayat Perkawinan
Riwayat Haid
1. Haid pertama kali : usia 12 tahun
2. Lama menstruasi 6-7 hari, siklus teratur
3. Darah haid banyak, ganti pembalut 2 kali sehari
4. Warna merah, tak berbau
PEMERIKSAAN FISIK
KU : Sakit sedang
Kesadaran : Kompos mentis
Tanda-Tanda Vital
Tekanan Darah : 110/80 mmHg
Nadi : 90 x/menit
Pernapasan : 20 x/menit
Suhu : 36,9ºC
Kepala – Leher :
Konjungtiva anemis (+/+), sklera ikterus (-/-), penglihatan kabur (-/-)
pembesaran KGB (-), pembesaran kelenjar tiroid (-).
Thorax :
I : Pergerakan thoraks simetris, sikatrik (-)
P : Nyeri tekan (-), massa tumor (-)
P : Sonor pada kedua lapang paru, pekak pada area jantung, batas jantung
Dalam batas normal
A :Bunyi pernapasan vesikular +/+, rhonki -/-, wheezing -/-. Bunyi jantung
I/II murni Regular.
Ekstrimitas
- Superior : akral hangat (+/+), edema (-/-), Tremor (-/-)
- Inferior : akral hangat (+/+), edema (-/-), Tremor (-/-)
Abdomen :
I : tampak cembung (+)
P:
Pemeriksaan Obstetri :
o Leopold I : tidak dilakukan.
o Leopold II : tidak dilakukan.
o Leopold III : tidak dilakukan.
o Leopold IV : tidak dilakukan.
Tapsiran berat janin : tidak dilakukan.
BJF : tidak dilakukan.
TFU : 1 jari bawah pusat, kontraksi uterus (+) baik.
Pemeriksaan dalam : tidak dilakukan.
Genitalia : tampak vulva asimetris, bengkak pada vulva dextra, warna hiperemis
sesuai gambaran hematoma vulva, ukuran 10 x 7 cm. Robekan
perineum pada mukosa vagina dan juga mengenai
m.bulbocavernosus hingga ke m. transversus perinei profunda.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratorium
Tanggal 28/8/2019
HASIL NILAI
RUJUKAN
RESUME
Pasien P2A0 usia 27 tahun datang ke IGD Kebidanan RSUD Undata dengan
keluhan bengkak pada daerah kemaluan yang dialami satu jam setelah proses
melahirkan. Keluhan bengkak tersebut disertai nyeri hebat pada daerah kemaluan.
Pasien melahirkan di rumah pada pukul 10.24 WITA ditolong oleh dukun.
Terdapat perdarahan yang terus keluar dari jalan lahir. Pasien juga mengeluhkan
nyeri perut bagian bawah yang timbul setelah dipijit oleh dukun, tidak ada
keluhan mual dan muntah, pusing maupun sakit kepala. Pasien belum bisa BAK
akibat bengkak dan nyeri dari kemaluannya.
Dari pemeriksaan fisik ditemukan tanda vital: tekanan darah 110/80 mmhg,
nadi 90 x/m, pernapasan 20 x/m, suhu 36,9ºC. TFU 1 jari bawah pusat dengan
kontraksi uterus (+) baik. Pada pemeriksaan genitalia tampak vulva asimetris,
bengkak pada vulva dextra, warna hiperemis sesuai gambaran hematoma vulva,
ukuran 10 x 7 cm. Pemeriksaan lainnya didapatkan konjungtiva anemis (+/+).
Dari pemeriksaan laboratorium : RBC : 3,89 x 106/L, WBC 18,07 x 103/L,
HGB 5,6 gr/dl, HCT 19,5%, PLT 457 x 103/L. Elektrolit darah; Natrium : 136
nmol/L, Kalium 3,5 nmol/L, Klorida 9,5 nmol/L.
DIAGNOSIS
P2A0 27 tahun dengan Hematoma Vulva dextra + Anemia Berat
PENATALAKSANAAN
1. IVFD RL 20 tpm, pasang infus 2 line
2. Asam traneksamat 1 amp/8 jam/IV
3. Ceftriaxone 1 g/12 jam/IV
4. Metronidazole 500 mg/8 jam/drips
5. Transfusi WB, sampai HB ≥ 10 g/dl untuk direncanakan Repair Vulva
6. Pasang kateter, pantau produksi urin
7. Obs KU, TTV, PPV
FOLLOW UP
Object :
KU : SakitSedang
Kesadaran : Compos Mentis
TD : 110/80 mmHg Nadi : 72x/menit
RR : 20x/menit Suhu : 36.50C,
TFU : 2 jari bawah pusat Edema: ekstremitas -/-
Kontraksi : (+) baik
Assessment :
P2A0 27 tahun dengan Hematoma Vulva dextra + Anemia Berat
Planing :
Infuse terpasang 1 line. Lanjut transfusi WB labu ke II, 12 jam post labu I
Ceftriaxone 1 g/12 jam/IV
Metronidazole 500 mg/8 jam/drips
Rencana Repair Vulva jika KU stabil (HB ≥ 10 g/dl)
Kompres hematoma dengan kassa NaCl dan ditekan dengan pembalut dan
pakaian dalam, dilakukan setiap pagi dan sore
Hari Jumat, tanggal 30/8/2019 (PH2)
Subject :
Nyeri pada kemaluan (+), bengkak pada kemaluan (+), perdarahan pervaginam
(+), nyeri perut bagian bawah (+), mual (-), muntah (-), pusing (-), sakit kepala (-),
BAB (+) lancar, BAK (+) terpasang kateter
Object :
KU : SakitSedang
Kesadaran : Compos Mentis
TD : 110/70 mmHg Nadi : 86x/menit
RR : 20x/menit Suhu : 36.60C,
TFU : 2 jari bawah pusat Edema: ekstremitas -/-
Kontraksi : (+) baik
Hasil Laboratorium :
RBC : 3,90 x 106/L
WBC : 14,80 x 103/L
HGB : 7,0 gr/dl
HCT : 22,7%
PLT : 403 x 103/L
Assesment :
P2A0 27 tahun dengan Hematoma Vulva dextra + Anemia Berat
Planing :
Transfusi PRC 2 labu
Ceftriaxone 1 g/12 jam/IV
Metronidazole 500 mg/8 jam/drips
Jika HB sudah ≥9,0 g/dl rencanakan Repair Vulva
Kompres hematoma dengan kassa NaCl dan ditekan dengan pembalut dan
pakaian dalam, dilakukan setiap pagi dan sore
Hari Sabtu, Tanggal 31/8/ 2019 (PH3)
Subject :
Nyeri pada kemaluan (+), bengkak pada kemaluan (+), perdarahan pervaginam
(+), nyeri perut bagian bawah (+), mual (-), muntah (-), pusing (-), sakit kepala (-),
BAB (+) lancar, BAK (+) terpasang kateter
Object :
KU : SakitSedang
Kesadaran : Compos Mentis
TD : 110/70 mmHg Nadi : 80x/menit
RR : 20x/menit Suhu : 36.50C
TFU : 2 jari bawah pusat Edema: ektsremitas -/-
Kontraksi : (+) baik
Hasil Laboratorium :
RBC : 4,38 x 106/L
WBC : 15,27 x 103/L
HGB : 9,2 gr/dl
HCT : 27,8%
PLT : 391 x 103/L
Assesment :
P2A0 27 tahun dengan Hematoma Vulva Dextra
Planing :
Rencana Repair Vulva
Object :
KU : SakitSedang
Kesadaran : Compos Mentis
TD : 110/70 mmHg Nadi : 68x/menit
RR : 20x/menit Suhu : 37.00C
TFU : 2 jari bawah pusat Edema: ektsremitas -/-
Kontraksi : (+) baik
Assesment :
P2A0 27 tahun + Post Insisi Hematoma Vulva Hari 1
Planing :
IVFD RL 20 tpm
Ceftriaxone 1 g/12 jam/IV
Metronidazole 500 mg/8 jam/IV
Asam mefenamat 3 x 500 mg
SF 1 x 1
Vulva Hygiene, pagi-sor
Hari Senin, tanggal 2/9/ 2019 (PH-5, Post OP H2)
Subject :
Nyeri bekas operasi pada kemaluan (+) berkurang, bengkak pada kemaluan (-),
perdarahan pervaginam (+) sedikit, nyeri perut bagian bawah (-), mual (-), muntah
(-), pusing (-), sakit kepala (-), BAB (+) lancar, BAK (+) terpasang kateter
Object :
KU : Sakit Sedang
Kesadaran : Compos Mentis
TD : 130/100 mmHg Nadi : 88x/menit
RR : 20x/menit Suhu : 36,70C
Assesment :
P2A0 27 tahun + Post Insisi Hematoma Vulva Hari 2
Planing :
Cefadroxil 2 x 500 mg
Asam mefenamat 3 x 500 mg
SF 1 x 1
Hari selasa, tanggal 3/9/2019 (PH-6, Post OP H3)
Subject :
Nyeri bekas operasi pada kemaluan (+) berkurang, bengkak pada kemaluan (-),
perdarahan pervaginam (-), nyeri perut bagian bawah (-), mual (-), muntah (-),
pusing (-), sakit kepala (-), BAB (+) lancar, BAK (+) terpasang kateter
Object :
KU : Sakit Sedang
Kesadaran : Compos Mentis
TD : 120/80 mmHg Nadi : 82x/menit
RR : 20x/menit Suhu : 36,50C
Assesment :
P2A0 27 tahun + Post Insisi Hematoma Vulva Hari 3
Planing :
Cefadroxil 2 x 500 mg
Asam mefenamat 3 x 500 mg
SF 1 x 1
Rawat jalan, rencana konsul polik
BAB III
PEMBAHASAN
1. Diagnosis
Pasien P2A0 usia 27 tahun datang ke IGD Kebidanan RSUD Undata
dengan keluhan bengkak pada daerah kemaluan yang dialami satu jam setelah
proses melahirkan. Keluhan bengkak tersebut disertai nyeri hebat pada daerah
kemaluan. Pasien melahirkan di rumah pada pukul 10.24 WITA ditolong oleh
dukun. Terdapat perdarahan yang terus keluar dari jalan lahir. Pasien juga
mengeluhkan nyeri perut bagian bawah yang timbul setelah dipijit oleh
dukun, tidak ada keluhan mual dan muntah, pusing maupun sakit kepala.
Pasien belum bisa BAK akibat bengkak dan nyeri dari kemaluannya.
Dari pemeriksaan fisik ditemukan tanda vital: tekanan darah 110/80
mmhg, nadi 90 x/m, pernapasan 20 x/m, suhu 36,9ºC. TFU 1 jari bawah pusat
dengan kontraksi uterus (+) baik. Pada pemeriksaan genitalia tampak vulva
asimetris, bengkak pada vulva dextra, warna hiperemis sesuai gambaran
hematoma vulva, ukuran 10 x 7 cm. Pemeriksaan lainnya didapatkan
konjungtiva anemis (+/+).
Dari pemeriksaan laboratorium : RBC : 3,89 x 106/L, WBC 18,07 x
103/L, HGB 5,6 gr/dl, HCT 19,5%, PLT 457 x 103/L. Elektrolit darah;
Natrium : 136 nmol/L, Kalium 3,5 nmol/L, Klorida 9,5 nmol/L.
Dari anamnesis, pemeriksaan fisis serta pemeriksaan penunjang, pasien
didiagnosis dengan D/ Hematoma vulva dextra. Berdasarkan teori, hematoma
vulva di diagnosis berdasarkan nyeri peritoneum hebat dan kemunculan
mendadak benjolan yang tegang, fluktuatif, dan sensitif dengan ukuran
beragam serta perubahan warna kulit diatasnya.1
Hematoma vulva adalah pecahnya pembuluh darah vena yang
menyebabkan perdarahan, yang dapat terjadi saat kehamilan berlangsung atau
yang lebih sering pada persalinan. Hematoma vulva dan vagina dapat besar,
disertai bekuan darah bahkan perdarahan yang masih aktif. Penyebab
terjadinya hematoma vulva terutama karena gerakan kepala janin selama
persalinan (spontan), akibat pertolongan persalinan, karena tusukan pembuluh
darah selama anestesi lokal atau penjahitan dan dapat juga karena penjahitan
luka episiotomi atau ruptur perinei yang kurang sempurna.5
Hematoma vulva timbul segera setelah persalinan selesai. Perdarahan ke
dalam jaringan subkutan vulva dan ataupun pada dinding vagina di sebabkan
oleh pecahnya pembuluh darah. Hematoma vulva juga bisa terjadi karena
trauma tekanan atau berhubungan dengan perbaikan robekan perineum atau
episiotomi.5
Hematoma vulva paling sering berasal dari cabang-cabang arteri
pudenda, termasuk arteri labialis posterior, perinealis transversal, atau rectalis
posterior. Hematom paravaginal mungkin di sebabkan oleh cabang desenden
arteri uterina. Adapun pada kasus ini, saat operasi dilakukan identifikasi
perdarahan, dan sumber perdarahan berasal dari vena-vena percabangan vena
pudendus interna di sekitar m. ischiocavernosus dan m. Bulbocavernosus.2
Pada kasus ini, berdasarkan anamnesis penyebab dari terjadinya
hematoma vulva adalah pertolongan persalinan yang tidak baik dilakukan
oleh dukun dan tidak dilakukan perbaikan dari ruptur perineum. Perdarahan
pervaginam juga terus terjadi akibat dari pecahnya pembuluh darah yang
tidak tertangani.
2. Penanganan
Penatalaksanaan keadaan umum dilakukan dengan pemberian cairan
intravena, penatalaksanaan syok bila perdarahan akut dan masif hingga
pemberian transfusi darah, pemberian antibiotik utamanya bila terdapat juga
robekan pada jalan lahir, serta analgetik untuk meredakan nyeri yang dialami
pasien.7
Penatalaksanaan hematoma vulva dapat bervariasi mulai dari konservatif
hingga tindakan pembedahan tergantung derajat hematoma. Indikasi tindakan
pembedahan dilakukan untuk mengontrol perdarahan atau untuk
mengembalikan struktur dan fungsi lebih baik. Tujuan utama penatalaksanaan
pada hematoma vulva adalah :7
Meminimalkan kehilangan darah
Mendeteksi dan menangani cedera organ-organ di pelvis dan
struktur pendukung di sekitarnya
Meredakan nyeri yang dirasakan pasien
Penatalaksanaan konservatif
Penatalaksanaan konservatif dilakukan pada hematoma yang ukurannya
kecil, tidak ada perdarahan yang signfikan, dan tidak meluas (diameter < 1 ½
inch) yakni dengan kompres eksternal menggunakan es selama 24 jam pada
area hematoma serta observasi hingga keadaan hemostasis membaik dengan
pemeriksaan serial. 7
Intervensi pembedahan
Tanda-tanda syok dapat dikaitkan dengan penurunan kadar hemoglobin
yang cepat sehingga perlu dipertimbangkan telah terjadi perluasan ke
ekstraperitoneal. Perluasan hematoma yang secara akut dengan ukuran lebih
dari 10 cm harus segera dilakukan insisi (intervensi pembedahan) dan
evakuasi hematoma, disertai ligasi pembuluh darah yang cedera. 8
Indikasi lain dilakukannya intervensi pembedahan selain untuk
mengendalikan perdarahan juga untuk mengembalikan integritas struktur dan
fungsi traktus urogenital bagian bawah.6 Bila sumber perdarahan adalah
cedera pembuluh darah vena, biasanya tidak selalu disertai dengan ligasi
pembuluh darah, namun penting untuk evakuasi bekuan darah segera agar
melindungi dan mencegah penekanan yang akan menyebabkan iskemik
hingga nekrosis jaringan, serta berkembangnya infeksi.9
Pada kasus ini sebelum pasien mendapatkan penanganan, pemeriksaan
fisis memperlihatkan pasien dalam keadaan umum yang lemah, sadar, tanda
vital dalam batas normal, konjungtiva anemis (+/+), dengan nilai HB 5,2
gr/dl. Pemeriksaan luar vagina memperlihatkan hematoma vulva dextra
disertai perdarahan post partum yang dialami mempengaruhi keadaan umum
pasien.
Untuk memperbaiki keadaan umum menjadi stabil, dilakukan
penatalaksanaan tranfusi WB 2 labu dan PRC 2 labu hingga HB mencapai ≥
10 g/dl. Pada perawatan hari ke 3 yakni setelah keadaan umum stabil,
dilakukan operasi repair vulva. Langkah operasi yang dilakukan yaitu pasien
dalam keadaan spinal anestesi dilakukan eksplorasi daerah vulva yang
hematoma, lalu mengelarkan stosel. Selanjutnya, mengidentifikasi sumber
perdarahan yang didapatkan berasal dari vena-vena percabangan vena
pudendus interna di sekitar m. ischiocavernosus dan m. Bulbocavernosus.
Jahit untuk atasi perdarahan dan jahit luka hematoma. Nama operasi yang
dilakukan yaitu perineoraphy dan vaginoplasty. Adapun diagnosis pasca
bedah adalah Hematoma Vulva Dextra + Ruptur Perineum Grade II.
Menurut Sultan yang kemudian diadopsi oleh RCOG dan the
International Consultation on Incontinence, klasifikasi ruptur perineum
dibagi berdasarkan derajat rupturnya.
3. Komplikasi
Hematoma menyebabkan pembengkakan dan peradangan. Seringkali
hal ini yang menyebabkan iritasi dari organ-organ dan jaringan-jaringan yang
berdekatan dan menyebabkan gejala-gejala dan komplikasi-komplikasi dari
hematoma. Satu komplikasi yang umum dari semua hematoma adalah risiko
infeksi. Sementara hematoma terbentuk dari stolsel, ia tidak mempunyai
pasokan darah sendiri dan oleh karenanya berisiko untuk kolonisasi dengan
bakteri-bakteri.12
Jumlah kehilangan darah pada perdarahan/hematoma traktus genitalia
biasanya lebih banyak dari perhitungan klinis yang didapatkan. Oleh karena
itu hipovolemia dan anemia berat dapat terjadi sehingga harus dicegah
dengan pemantauan/pemeriksaan serial, persiapan penggantian darah
(transfusi) yang adekuat. Pada hematoma vulva yang membutuhkan tindakan
operatif, 50% kasus membutuhkan dilakukannya transfusi.2
Pada kasus ini, didapatkan adanya komplikasi yaitu anemia berat,
diakibatkan dari kehilangan darah yang banyak. Yang selanjutnya ditangani
dengan pemberian transfusi darah. Dilakukan juga penanganan profilaksis
dengan pemberian antibiotik setelah operasi, sehingga komplikasi infeksi
dapat dicegah.
4. Prognosis
Pada kasus ini prognosis dubia ad bonam dikarenakan diagnosis yang
cepat dan tepat pada pasien ini, serta penanganan yang tepat dan adekuat.
Diagnosis pasti telah ditegakkan dan penanganan yang tepat, yaitu operasi
repair vulva dan pemberian medikamentosa pasca operasi.
Pasien dengan terapi bedah untuk trauma perineum memiliki resiko
tinggi terkena infeksi. Sehinga pasien rawat jalan diedukasikan untuk
menjaga higienitas alat genitalnya. Memberitahukan pasien apa saja yang
merupakan early signs infeksi. Beritahu pasien agar jangan melakukan
hubungan seksual sementara hingga proses penyembuhannya sempurna.11
Pasien juga dianjurkan untuk melakukan KB, mengingat persalinan
pasien berisiko terjadi hematoma vulva kembali. Namun jika masih
merencanakan kehamilan disarankan untuk memeriksakan kehamilan dan alat
genitalia setiap trimester kehamilan, dan mengingatkan pasien agar
persalinanannya ditolong oleh tenaga kesehatan ahli.
BAB IV
PENUTUP
1.1 Kesimpulan
Hematoma vulva adalah pecahnya pembuluh darah vena yang
menyebabkan perdarahan, yang dapat terjadi saat kehamilan berlangsung
atau yang lebih sering pada persalinan.
Penanganan hematoma tergantung pada lokasi dan besarnya
hematoma. Pada hematoma yang kecil tidak perlu tindakan operatif, cukup
dilakukan kompres. Pada hematoma yang besar lebih-lebih disertai dengan
anemia dan presyok, perlu segera dilakuakn pengosongan hematoma
tersebut. Dilakukan sayatan disepanjang bagian hematoma yang paling
teregang. Seluruh bekuan dikeluarkan sampai kantong hematoma kosong.
Dicari sumber perdarahan, perdarahan dihentikan dengan mengikat atau
menjahit sumber perdarahan tersebut. Luka sayatan kemudian dijahit.
Dalam perdarahan difus dapat dipasang drain atau dimasukkan kassa steril
sampai padat dan meninggalkan ujung kassa tersebut diluar (tamponade).
Penanganan hematoma vulva perlu diberikan transfusi darah untuk
mengatasi syok dan perdarahan yang lebih berat.
1.2 Saran
Memberikan edukasi pada pasien mengenai penyebab terjadinya
hematoma vulva, dan apa saja komplikasi yang dapat terjadi apabila tidak
segera di tangani dengan cepat, serta memberikan edukasi pada ibu agar
persalinannya ditolong oleh tenaga kesehatan ahli.
DAFTAR PUSTAKA