Anda di halaman 1dari 16

BAB II

PEMBAHASAN

A. Defenisi
Mioma uteri adalah neoplasma jinak yang berasal dari otot polos dinding uterus.
Beberapa istilah untuk mioma uteri adalah
fibromioma,miofibroma,lailomioma,fibroleiomioma, atau uterin fibroid. Mioma
merupakan tumor uterus yang ditemukan pada 20-25% wanita diatas umur 35 tahun.
(Wim de Jong,2005)
Menurut letaknya, dibagi menjadi :
1. Mioma submukosum : dibawah endometrium dan menonjol ke cavum uteri.
2. Mioma intramural : berada di dinding uterus di antara serabut miometrium.
3. Mioma subserosum: tumbuh keluar dinding uterus sehingga menonjol pada
permukaan uterus, diliputi oleh serosa

B. Etiologi
Mioma uteri yang berasal dari sel otot polos miometrium, dan dibagi menjadi 2
faktor yaitu inisiator dan promotor. Faktor-faktor yang menginisiasi pertumbuhan
mioma uteri masih belum diketahui dengan pasti. Dari penelitianmenggunakan glucose
-6-phospatase dihydrogenase diketahui bahwa mioma berasal dari jaaringan yang
uniseluler. Transformasi neoplastik dari miometrium menjadi mioma melibatkan mutasi
somatik dari miometrium normal dan interaksi kompleks dari hormon steroid seks dan
growth factor local.
Mutasi somatik ini merupakan peristiwa awal dalam proses pertmbuhan tumor.
Tidak di dapat bukti bahwa hormon estrogen berperan sebagai penyebab mioma,
namun diketahui estrogen berpengaruh dalam pertumbuhan mioma. Mioma terdiri dari
reseptor estrogen dengan kosentrasi yang lebih tinggi dibanding dari miometrium
sekitarnya namun kosentrasinya lebih rendah dibanding endometrium. Hormon
progesteron meningkatkan aktifitas mitotik dari mioma pada wanita mudah namun
mekanisme dan faktor pertumbuhan yang terlibat tidak diketahui secara pasti.
Progesteron memungkinkan pembesaran tumor dengan cara down-regulation
apoptosis dari tumor. Estrogen berperan dalam pembesaran tumor dengan
meningkatkan produksi matriks ekstraseluler.( wim de jong 2005)

C. Manifestasi klinnis
Separuh penderita mioma uteri tidak mempeerlihatkan gejala. Umumnya gejala yang
ditemukan bergantung pada lokasi, ukuran dan perubahan pada mioma tersebut
seperti (sofian,2012)
1. Perdarahan abnormal : hipermenore, menoragia, metroragia, sebabnya :
a. Pengaruh ovarium sehingga terjadi hiperplasi endometrium
b. Permukaan endometrium yang lebih luas dari biasanya
c. Atrofi endometrium diatas mioma submukosum
d. Miometrium tidak dapat berkontraksi optimal karena adanya sarang mioma
diantara serabut miometrium sehingga tidak dapat menjepit pembuluh darah
yang melaluinya dengan baik.
2. Nyeri : dapat timbul karena gangguan sirkulasi yang disertai nekrosis setempat dan
peradangan. Pada mioma submukosum yang dilahirkan dapat menyempitkan
canalis servikalis sehingga menimbulkan dismenore.
3. Gejala penekanan : penekanan pada vesika urinaria menyebabkan poliuri, pada
uretra menyebabkan retensio urine, pada ureter menyebabkan hidroureter dan
hidronefrosis, pada rectum menyebabkan obstipasi dan tenesmia, pada pembuluh
darah dan limfe menyebabkan edema tungkai dan nyeri panggul
4. Disfungsi reproduksi
Hubungan antara mioma uteri sebagai penyebab infertilitas masih belum jelas.
Dilaporkan sebesar 27-40% wanita dengan mioma uteri mengalami infertilitas.
Mioma yang terletak didaerah kornu dapat menyebabkan sumbatan gangguan
transportasi gamet dan embrio akibat terjadinya oklusi tuba bilateral. Mioma uteri
dapat menyebabkan ganguan kontksi ritmik uterus yang sebenarnya diperlukan
untuk motilitas sperma didalam uterus. Perubahan bentuk kavum uteri karena
adanya mioma dapat menyebabkan disfungsi reproduksi. Gangguan implatasi
embrio dapat terjadi pada keberadaan mioma akibat perubahan histologi
endometrium dimana terjadi atrofi karena kompresi masa tumor.
Mekanisme gangguan fungsi reproduksi dengan mioma uteri
a. Gangguan transportasi gamet dan embrio
b. Pengurangan kemampuan bagi pertumbuhan uterus
c. Perubahan aliran darah vaskuler
d. Perubahan histologi endometrium
D. Klasifikasi
Mioma uteri diklasifikasikan berdasarkan lokasinya dan arah pertumbuhanya.
1. Leiomyoma subserosa : berasal dari perbatasan miosit dengan serosa uterus,
dan pertumbuhanya mengarah keluar kavum uteri dan uterus itu sendiri. Jika
tumor ini hanya menenmpel dengan myometrium progenitornya lewat sebuah
tungkai maka disebut prduculated leiomyomas. Jika tumor ini menempelkan
dirinya kedekat struktur pelvis terdekat lainya maka disebut parastic leiomyoma.
2. Leiomyoma intramural : adalah mioma yang tumbuh di tengah dinding uterus/
dilapisan ototnya.
3. Leiomyoma submukosa : mioma yang dekat dengan endometrium dan tumbuh
mengarah dan menonjol di kavum uteri.

E. Pemeriksaan penunjang
1. Tes laboratorium
Hitung darah lengkap dan apusan darah:leukositosis dapat di sebabkan oleh
nekrosisakibat torsi atau degenerasi.menurunya kadar hemoglobin dan
hematokrit menunjukan adanya kehilangan darah yang kronik.
2. tes kehamilan terhadap chorioetic gonadotropin sering membantu dalam
evaluasi suatau pembesaran uterus yang simetris menyurupai kehamilan atau
terdapat bersama-sama dengan kehamilan
3. ultrasonografi
Apabila keberadaan masa pelpis meragukan,sonografi dapat membantu.
4. pielorgam intra vena
Dapat membantu dalam evaluasi diagnostik
5. pap smear serviks
Selalu di indikasikan untuk menyikap neoplasma serviks sebelum histerektomi
6. histerosal pinogram
Di anjurkan bila klien menginginkan anak lagi di kemudian hari untuk
mengevaluasi distorsi ronga utrus dan klangsungan tubah falofi
F. Penatalaksanaan
1. Terapi medisinal (hormonal)
Saat ini pemakaian agonis Gonadotropin-releasing hormone(GnRH)
memberikan hasil untuk memperbaiki gejala-gejala klinis yang ditimbulkan oleh
mioma urteri. Pemberian GnRH agonis bertujuan untuk mengurangi ukuran
mioma dengan jalan mengurangi produksi estrogen dari ovarium. Efek maksimal
pemberian GnRH agonis baru terlihat setelah tiga bulan. Pada tiga bulan
berikutnya tidak terjadi pengurangan volume mioma secara bermakna.
pemberianGnRH agonis sebelum dilakukan tindakan pembedahan akan
mengurangi vaskularisasi pada tumor sehingga akan memudahkan tindakan
pembedahan. Terapi hormonal lainnya seperti kontrasepsi oral dan preparat
progesteron akan mengurangi gejala perdarahan urterus yang abnormal namun
tidak dapat mengurangi ukuran dari mioma.
2. Terapi pembedahan
Terapi pembedahan pada mioma uteri dilakukan terhadap mioma yang
menimbulkan gejala. Menurut American college of obstetricions and
gynecologists (ACOG) dan American society for reproductive Medicine (ASRM)
indikasi pembedahan pada pasien dengan mioma uteri adaah :
a. Perdarahan uterus yang tidak respon terhadap terapi konsefatif
b. Sangkaan adanya keganasan
c. Pertumbuhan mioma pada masa monopause
d. Infertilitas karena ganggua pada cavum uteri maupun karena oklusi tuba
e. Nyeri dan penenkanan yang sangat mengganggu
f. Gangguan berkemih maupun obstruksi traktus urinarius
g. Anemia akibat perdarahan
Tindakan pembedahan yang dilakukan oleh miomektomi maupun histerektomi
1. Miomektomi
Miomektomi sering dilakukan pada wanita yang ingin mempertahankan
fungsi reprodusinya dan tidak dilakukan histerektomi. Dewasa ini ada
beberapa pilihan tindakan untuk melakukan miomektomi, berdasarkan
ukuran dan lokasi dari mioma. Tindakan miomektomi dapat dilakukan dengan
laparotomi, histereskopi, maupun dengan laparoskopi.
2. Histerektomi
Tindakan pembedahan untuk mengangangkat uterus dapat dilakukan
dengan 3 cara yaitu dengan pendekatan abdominal (laparatomi), vaginal,
dan pada beberapa kasus secara laparoskopi. Tindakan histerektomi pada
pasien mioma uteri merupakan indikasi bila didapatkan keluhan
menorrhagia, metrorrhagia, keluhan obstruksi pada traktus urinarius dan
ukuran uterus sebesar usia kehamilan 12-14 minggu.
G. Patofisiologi
Mioma memiliki reseptor estrogen yang lebih banyak dibanding miometri
normal. Teori “cell nest” atau teori “genitoblat” membuktikan dengan pemberian
estrogen teryata menimbulkan tumor fibrimatosa yang berasal dari sel imatur.
Miomateri terdiri dari otot polos dan jaringan seperti konde diliputi sel pscudokapsul
miomateri uteri sering di temukan pada nulipara, faktor keturunan juga berperan.
Perubahan sekunder pada miomateri bsebagian besar bersifat degeneratif karena
berkurangnya aliran draah ke miomateri. Menurut letaknya mioma terdiri dari mioma
submukosum, imtramuskular dan subserosum
Ammature muscle cell nest dalam miometrium akan berpolifirasi hal tersebut
diakibatkan rangsangan hormon estrogen ukiuran mioma sangat bervariasi. Sangat
sering ditemukan pada bodi uterus, (corpereal) tapi dapat juga terjadi pada serviks.
Tumor subkutan dapat tumbuh di atas pembuluh darah edimetrium dan dapat
menyebabkan pendarahan. Bila tumbuh sangat besar tumor ini dapat
menyebabkan penghambata pada uterus dan menyebabkan rongga uterus. Pada
beberapa keadaan tumor subkutan berkembang menjadi bertangkai melalui vagina
atau serviks yang dapat menyebabkan terjadinya infeksi atau ulserasi. Tumor fibroid
sangat jarang bersofat ganas, infertire mungkin terjadi akibat dari mioma
menyebabkan kelainan bentuk atau tuba falofi. Mioma pada uterus dapat
menyebabkan aborsinsecara sopantan, dan hal ini menyebabakan kecilnya
pembukaan serviks dan menimbulkan bayi lahir sulit.
H. Komplikasi
1. Perdarahan sampai terjadinya anemia
2. Torsi (putaran tungkai mioma) dari :
1) Mioma uteri, subsemsa
2) Mioma uteri submatosa
3. Nikrosis dan infeksi, setelah torsi dapat terjadi nikrosis dan infeksi
4. Pengaruh timbal balik mioms dan kehamilan
1) Pengaruh mioma terhadap kehamilan
2) Infeksi
3) Abortus
4) Persalinan premature dan kelainan letak
5) Infeksi uteria
6) Gangguan jalan persalinan
7) Retensi plasenta
5. Pengaruh kehamilan terhadap mioma uteri bertangkai
I. Pencegahan
Pencegahan mioma dapat dilakukan dengan :
1. Olahraga/aktivitas fisik. Tubuh akan membakae kalori lebih sedikit ketika
anda malas bergerak
2. Pola makan sehat. Pola makan yang tinggi kalori. Sedikit sayur dan buah,
sering melewatkan sarapan, dan minum minuman tinggi gula dapat
menyebabkan terjadinya obesitas.
3. Hindari merokok, kebiasaan ini dapat meningkatkan risiko mioma
BAB I
PENDHULUAN

A. Latar Belakang
Mioma uteri adalah neoplasma yang bersal dari otot uterus dan jaringan ikat
yang menumpang sehingga dapt disebut juga dengan leiomioma fibriomioma atau
fibroid (Prawirohardjo Sarwono,2009alah ). Salah satu masalah kesehatan pada
kaum wanita yang insidensiny aterus meningkat adalah mioma uteri. Mioma uteri
menempati urutan kedua setelah kanker serviks berdasarkan jumlah angka
kejadian penyakit.
Penelitian Marino (2004) di italia melaporkqn 73 kasusu mioma uteri dari
341 wanita terjadi pada usia 30-60 tahun dengan prevalensi 21.4%. penelitian
Boynton (2005) di Amerika melaporkan 7.466 kasus mioma uteri dari 827.348
wanita usia 25-42 tahundengan prevalensi 0,9 % . penelitian Pradhan ( 2006) di
nepal melaporkan 137 kasus mioma uteri dari 1.722 kasus mioma uteri dari 1.712
kasus gineekologi denganprevalensi 8%. Penelitian Okizie O (2006) di negeria
( Depertemen Of Gynccology. University of nigeria teaching Hospital Enugu)
melaporkan mioma uetri 190 diantara 1.983 kasusu ginekologi dengan prevalensi
9,8 %. Penelitian Rani Akhil Bhat (2006) di india (Departemen of tetric and
ginekologi, kasturba medikal college and hospital) terdapat 150 kasus mioma uteri,
fdan terjadi kasus pada wanita umur 40-49 tahun dengan mioma uteri, dan 73
kasus pada wanita umur 40-49 tahun denag pravalensi 51% dan 45 kasus terjadi
pad awanita umur lebih 50 tahun denaga prevalensi 30%
Derajat kesehatan didukung denagan kaum wanita yang memperhatikan
kesehatan reproduksi karena halamm tersebut berdampak bagi aspek kehidupan.
Penyebab pasti mioma uteri belum diketahiuim secara pasti diduga merupakan
penyakit karena memilki resiko meningkat seiring dengan bertambahnya usia.
Berdasarkan multuifaktor tersebut kewaspadaan wanita terhadap resiko
mioma uteri sangata dibutuhkan dalam hal ini peran perawat berpengaru dalam
menjawab kebutuhan dengan mioma uteri, yaitu memberikan asuhan keperawtan
yang tepat pada klien mioma uteri serta mengerjakan fungsi peran sebagia
educator
B. Tujuan umum
1. Mahasiswa mampu memahami dan menyusun asuha keperawatan mioma uteri
C. Tujuan khusus
1. Memahami definis dari mioma uteri
2. Memahami etiologi dari mioma uteri
3. Memahami patofisologi
4. Memahami pemeriksaan penungjang mioma uteri
5. Memahami komplikasi dari mioma uteri
6. Memahami penatalaksanaan
D. Rumusan masalah
A. Defenisi mioma uteri ?
B. Etiologi mioma uteri ?
C. Manifestasi klinik mioma uteri ?
D. Klasifikasi mioma uteri ?
E. Pemeriksaan penunjang mioma uteri ?
F. Penatalaksanaan mioma uteri ?
G. Patofisiologi mioma uteri ?
H. Komplikasi mioma uteri ?
I. Pencegahan mioma uteri ?

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Mahasiswa mampu mengertahui dan memahami menyusun asuhan
keperawatan Mioma uteri meliputi :
1. Defenisi dari mioma uteri
Mioma uteri adalah neoplasma yang berasal dari otot uterus dan jaringa ikat
yang menumpangnya sehingga dapat disebut juga dengan leiomioma,
fibriomioma atau fibroid (prawirohardjo sarwono, 2009)
2. Klasifikasi dari mioma uteri
1) Mioma sub mikosum
2) Mioma intramural
3) Mioma subserosum
3. Etiologi mioma uteri
4. Patofisiologi mioma uteri
5. Penatalaksanaan mioma uteri
6. Pencegahan mioma uteri
7. Pemeriksaan penunjan mioma uteri
B. Saran
Makalah ini masi banyak kekurangan maka dari itu kami mohon koreksi dan
tambahan dari dosen pengampu untuk lebih menyempurnakan makalah kami yang
berjudul asuhan keperawatan mioma uteri.
Daftar pustaka

Asuhan keperawatan praktis berdasarkan penerapan Diagnosa Nanda, NIC, NOC


dalam berbagai kasus edisi revisi jilid 2 tahun 2016
Mansjoer airief, 2007. Kapitan selekta kedokteran. Medical Acsculapis, FKAUI :
Jakarta

Kata pengantar

Puji syukur kepada Allah swt yang telah melimpahkan rezeki kepada kami
karena rahmat dan ridoh Nya kami dapat menyusu makalh ini yang berjudul “konsep
medis dan asuhan keperawatan pada mioma uteri “. Makalah ini kami susun dengan
banyak keterbatasan dan banyak kekurangan, akan tetapi karena Rahmat Nyalah
kami dapat menyelesaikan makalah kami. Kami mohon koreksi dan masukan dari
dosen pengampu untuk memperbaiki makalah ini demi kelengkapan dan
kesempurnaan makalah ini.
Semoga makalah yang kami buat ini dapat bermanfaat bagi seluruh mahasiswa

Kelompok 8
Daftar isi
Kata pengantar
Daftar isi
Bab I pendahuluan
A. Latar belakang
B. Tujuan
C. Rumusan masalah
A) Defenisi mioma uteri ?
B) Etiologi mioma uteri ?
C) Manifestasi klinik mioma uteri ?
D) Klasifikasi mioma uteri ?
E) Pemeriksaan penunjang mioma uteri ?
F) Penatalaksanaan mioma uteri ?
G) Patofisiologi mioma uteri ?
H) Komplikasi mioma uteri ?
I) Pencegahan mioma uteri ?

Bab II Pembahasan
Bab III asuhan keperawatan
Bab IV penutut

Daftar pustaka
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN
A. Biodata
1. Identitas pasien
Nama,umur, jenis kelamin, alamat, satatus perkawinan, agama, suku,
pendidikan,pekerjaan, no.registrasi, disgnosa medis, tanggal persalinan,tanggal masuk
2. Identitas penanggung jawab
Nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, hubungan dengan pasien, hubungan
dengan pasien
B.Alasan masuk
C.Keluhan utama saat pengkajian
D.Riwayat kesehatan sekarang
E.Riwayat kesehatan dahulu
F.Riwayat kesehatan keluarga
G.Riwayat obstetri ginekologi
1. Riwayat ginekologi
a. Riwayat menstruasi
Menarche, lamanya haid, siklus, banyanknya, sifat darah HPHT, taksiran persalinan
b. Riwayat perkawinan
Usia perkawinan, lama perkawinan, pernikahan ke.
c. Riwayat kontrasepsi
Jenis kontrasepsi yang digunakan, waktu dan lama penggunaan, masalah dalam
penggunaan tersebut, jenis kontrasepsi yang akan dilaksanakan setelah sakit,
jumlah anak yang direncanakan keluarga
H. Data biologis
1. Aktivitas kehidupan sehari
2. Istrahat dan tidur
3. Eliminasi
4. Personal hygiene
5. Mobilitas dan aktivitas
2. Pemeriksaan fisik
a. Penampilan umum, kondisi umum, tingkat kesadaran
b. Sistem pernapasan
c. Sistem kardiovaskuler
d. Sistem pencernaan
e. Sistem persyarafan
f.Sistem panca indra
g. Sistem perkemihan
h. Sistem integumen
i. Sistem endokrin
j. Sistem muskuloskeletal
k. Sistem reproduksi
I.Data psikososial spiritual

1. Psikososial
a. Pola pikir dan persepsi
b. Persepsi diri
c. Konsep diri
d. Hubungan/komunikasi
e. Kebiasaan seksual, spiritual

2. Diagnosa keperawatan
1. Resiko kekurangan volume cairan b.d
2. Intoleransi aktivitas b.d
3. Resiko infeksi b.d
3. Intervensi keperawatan
Diagnosa I : defisit volume cairan b.d kehilangan cairan secara aktif
Tujuan : 1. Agar cairan dapat terpenuhi
NOC : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam
diharapkan defisit folume cairan dapat teratasi.
Outcome : keseimbangan cairan
KH :
1. Tekanan darah tidak terganggu
2.edema perifer tidak ada
3. keseimbangan intake dan output dalam 24 jam tidak terganggu
NIC : monitor cairan
1. Tentukan jumlah dan jenis intake/asupan cairan serta kebiasaan eliminasi
2. Monitor asupan dan pengeluaran
3. Monitor TD, denyut jantung, dan status pernapasan
Diagnosa II : Intoleransi aktivitas b.d kelemahan
Tujuan :
1. Agar pasien dapat beraktivitas kembali
2. Pasien dapat melakukan aktivitas tanpa bantuan
NOC : setetala dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam intoleransi
aktivitas dapat teratasi
Outcome : daya tahan
1. Melakukan aktivitas rutin tidak terganggu
2. Aktivitas fisik tidak terganggu
3. Hemoglobin tidak terganggu
NIC : terapi aktivitas
1. Pertimbangkan kemampuan klien dalam berpatisipasi melalui aktivitas
spesifik
2. Bantu dengan aktivitas fisik secara teratur ( misalnya, ambulasi,
transfer/berpindah, berputar dan kebersihan diri) sesuai dengan kebutuhan
3. Berikan pujian positif karena kesediaanya untuk terlibat dalam kelompok
Diagnosa III : resiko infeksi b.d ketidak adekuatan pertahan tubuh primer
Tujuan : 1. Agar tidak terjadi infeksi
NOC : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam
diharapkan resiko infeksi dapat teratasi
Outcome : keparahan infeksi
1. Keparahan infeksi
2. Ketidak stabilan suhu tidak ada
3. Nyeri tidak ada
NIC : perlindungan infeksi
1. Monitor adanya tanda dan gejala infeksi sistemik dan lokal
2. Monitor kerentanan terhadap infeksi
3. Batasi jumlah pengunjung, yang sesuai
4. Implementasi
Implementasi adalah tindakan keperawatan yang diterapkan sesuai yang
direncanakan.
5. Evaluasi
Evaluasi adalah stadium pada proses keperawatan di mana taraf
keberhasilan dalam pencampaian tujuan keperawatan dinilai dan kebutuhan untuk
memodifikasi tujuan atau intervensi keperawatan di terapkan

Anda mungkin juga menyukai