Anda di halaman 1dari 23

BAGIAN ILMU BEDAH REFERAT

FAKULTAS KEDOKTERAN SEPTEMBER 2018


UNIVERSITAS PATTIMURA

SILIKONOMA PENIS

Disusun oleh:

ZUNNU ROINI MATDOAN

2011-83-012

Pembimbing:

dr. Elvida Tahya, Sp. B

DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK

PADA BAGIAN ILMU BEDAH RSUD Dr. M. HAULUSSY AMBON.

FAKULTAS KEDOKTERANUNIVERSITAS PATTIMURA

2018
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhat Yang Maha Esa.

Karena atas rahmat dan karuniah-Nya penulis dapat menyelesaikan refarat dengan

judul “ Silikonoma Penis ”. Penyusunan refarat ini bertujuan untuk memenuhi

salah satu tugas dalam rangka kepaniteraan klinik pada bagian ilmu BEDAH

RSUD dr. M. Haulussy Ambon.

Penulis menyadari bahwa refarat ini masih jauh dari sempurna oleh

karena itu, kritik dan saran dari semua pihak sangat penulis harapkan demi

penyempurnaan refarat ini kedepan. Semoga refarat ini dapat bermanfaat bagi

pengembangan ilmu pengetahuan kita kedepannya

Ambon, September 2018

penulis

i
DAFTAR ISI

BAB I Pendahuluan ....................................................................................... 1

1.1 Latar belakang ............................................................................................ 1

BAB II Tinjauan Pustaka ............................................................................. 3

2.1 Defenisi Silikonoma Penis ......................................................................... 3

2.2 Anatomi .................................................................................................... 4

2.3 Epidemiologi .............................................................................................. 7

2.4 Etiologi .................................................................................................... 8

2.5 Histopatologi .............................................................................................. 8

2.6 Gejala Klinis............................................................................................... 9

2.7 Patofisiologi ............................................................................................... 10

2.8 Macam-Macam Silikon .............................................................................. 11

2.9 Terapi . .................................................................................................... 13

2.10 Pencegahan ............................................................................................... 15

2.11 Komplikasi ............................................................................................... 16

2.12 Prognosis .................................................................................................. 16

ii
BAB III Penutup ............................................................................................ 17

3.1 Kesimpulan ................................................................................................ 17

Daftar Pustaka ................................................................................................ 18

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Silikone atau dimethylsiloxane adalah pilimer inorganik yang terdiri dari silikon-

oksigen. Silikone dapat disintesis menjadi beberapa jenis material seperti cairan,gel

dan karet1. Silikone tidak berbau, tidak berwarna, tahan air, tahan kimia, tahan

oksidasi dan stabil pada suhu tinggi. Silikon cair dikembangkan pada tahun 1963 dan

digunakan sebagai bahan augumentasi pada payudara dan wajah, lama kelamaan,

banyak laporan tenting akumulasi bahan ini yang mengakibatkan efek samping

termaksud peradangan, indurasi, perubahan warna kulit dan granuloma akibat

silikone2.

Silikonoma adalah gambaran kronik silikonoma atau sclerosing lipogranuloma

adalah suatu kondisi kulit yang ditandai dengan banyaknya granuloma-granuloma

serta fibrosis yang terjadi pada jaringan lemak subkutan akibat dari injeksi silikone

maupun mineral oil lainya3,4. Silikonoma penis terjadi akibat injeksi cairan viskositas

tinggi untuk tujuan memperbesar ukuran maupun merubah kontur penis. Hal ini

menyebabkan konsukuensi rusaknya fungsi seksual dari organ tersebut5.

1
Saat ini penggunaan silikon cair baik untuk alasan kecantikan maupun lain-lain

sudah sangat populer di kalangan masyarakat luas. Tidak sedikit pula saat ini praktek

penyuntikan silikone secara ilegal yang dilakukan oleh tenaga non medis. Umumnya

penyuntikan silikone ini dilakukan pada tempat-tempat yang ingin dirubah bentuk

dan konturnya misalnya di daerah hidung, dagu, kelopak mata, pipi, payudara hingga

penis7.

Penelitian yang dilakukan oleh Tack Lee dkk (1994) pada pasien pasien yang

memilki riwayat injeksi silikone maupun bahan-bahan lain oleh tenaga non medis

meyimpulkan bahwa tujuan penggunaan silikon maupun bahan-bahan lain untuk

injeksi penis diantaranya yaitu untuk memperbesar ukuran penis, mengatasi masalah

disfungsi ereksi, dan untuk memuaskan pasangan seksual. Gejala-gejala yang timbul

juga bervariasi tetapi yang terbanyak dikeluhkan adalah nyeri pada lokasi suntikan.

Sedangakan sebagian pasien memeliki keluhan yang tidak spesifik seperti perubahan

kontur penis dan perubahan warna kulit pada lokasi suntikan8.

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi

Silikonoma adalah granuloma kronik. Silikonoma atau sclerosing

lipogranuloma adalah suatu kondisi kulit yang ditandai dengan banyaknya

granuloma-granuloma serta fibrosis yang terjadi pada jaringan lemak subkutan akibat

dari injeksi silikone maupun mineral oil lainnya3,4. Silikonoma penis terjadi akibat

injeksi cairan viskositas tinggi untuk tujuan membesarkan ukuran maupun merubah

kontur penis. Hal ini menyebabkan konsekuensi rusaknya fungsi seksual dari organ

tersebut. Karena material tersebut tidak bisa dimetabolisme oleh tubuh sehingga

menimbulkan reaksi tubuh terhadap benda asing akibatnya berisiko terhadap

kesehatan dan memerlukan intervensi segera agar tidak menyebabkan gangguan

fungsi organ8.

Silikon adalah polimer non organik yang bervariasi, dan cairan, karet, hingga

sejenis plastik keras. Beberapa karakteristik khusus silicon, tak bau, tak berwarna,

kedap air serta tak rusak akibat bahan kimia dan proses oksidasi, tahan dalam suhu

tinggi serta tidak menghantarkan listrik. Didunia kedokteran silicon dikategorikan

sebagai bahan terbaik untuk melakukan perbaikan bagian tubuh, karena penolakan

3
jaringan tubuh terhadap silicon tergolong rendah. Ada tiga jenis silicon yang secara

medis aman, silicon padat, silicon gel, silicon cair.

2.2 Anatomi

Secara anatomis, penis terbagi atas radix, corpus dan glans penis. Ketiganya

tersusun dari tiga korpus berbentuk silinder yang mengandung jaringan kavernosa

erektil, yakni sepasang corpus cavernosum yang terletak pada bagian dorsal dan satu

corpus spongiosum yang terletak pada bagian ventral. Setiap corpus cavernosum

dilapisi oleh lapisan fibrosa yang disebut tunica albugineadan kedua corpus

cavernosum dipisahkan oleh septum penis. Di sebelah superfisial tunica albuginea

terdapat fascia profunda penis (fascia Buck), yang merupakan lanjutan dari fascia

perineal profunda yang membentuk lapisan membranosa yang kuat yang menutupi

dan melekatkan kedua corpus cavernosa dengancorpus spongiosum. Kedua corpus

cavernosa membentuk crus penis pada bagian posterior.Corpus spongiosum yang

terletak di bagian bawah (bagian ventral)dan di dalamnya terdapat uretra pars

spongiosa. Padabagian distal, corpus spongiosum membesar dan membentuk glans

penis. Tepi glans penis merupakan proyeksi ujung corpus cavernosum yang

membentuk corona glandis. Corona glandis memisahkan basis glans dan corpus

penis.Di ujung dari glans penis terdapat bagian uretra anterior berupa celah terbuka

yang disebut orificium urethra externa9.

4
Gambar : Anatomi Genitalia Eksterna Pria

Kulit penis tipis dan berwarna lebih gelap dibanding kulit sekitarnya yang

dihubungkan dengan tunica albuginea oleh jaringan ikat longgar. Pada bagian leher

glans penis, kulit dan fascia penis berlanjut sebagai dua lapisan kulit yang disebut

prepusium. Frenulum preputii merupakan lipatan pada bagian tengah yang berasal

dari lapisan dalam preputium ke permukaan uretral dari glans penis.

Gambar : Anatomi Genitalia Eksterna Pria

5
Gambar : Anatomi Testis

Vaskularisasi Penis

Suplai darah arteri pada penis terutama berasal dari cabang arteri pudendus internus :

 Arteri dorsalis penis : berjalan pada setiap sisi vena dorsalis penis pada dorsal

groove di antara corpus cavernosa, yang mensuplai darah menuju ke jaringan fibrosa

di sekitar corpus cavernosa, corpusspongiosum dan uretra spongiosa, dan kulit penis.

 Arteri profunda penis : menembus crura di bagian proksimal dan berjalan di sebelah

distal dekat dengan pusat corpus cavernosa, yang mensuplai jaringan erektil pada

struktur tersebut.

 Arteri bulbaris : mensuplai daerah posterior (pars bulbosa) dari corpus spongiosum

dan uretra di dalamnya serta glandula bulbouretralis. Cabang superfisial dan profunda

6
dari arteri pudendus eksterna mensuplai darah ke kulit penis, yang saling

beranastomis dengan cabang dari arteri pudendus interna.Darah yang berasal dari

ruang cavernosus dialirkan oleh plexus venosus yang bergabung dengan vena dorsalis

penis profunda pada fascia Buck. Vena ini berjalan di antara lamina dari ligamentum

suspensorium, yang memasuki pelvis dimana selanjutnya mengalir menuju plexus

venosus prostatika. Darah yang berasal dari lapisan superfisial penis mengalir menuju

vena dorsalis penis superfisialis, dimana selanjutnya mengalir menuju vena pudendus

eksterna superficial. Aliran limfa yang berasal dari kulit penis pada awalnya mengalir

menuju limfonodus inguinal superficialis. Sedangkan yang berasal dari glans penis

dan uretra spongiosa bagian distal mengalir menuju. inguinal profunda dan iliaca

eksterna, dan yang berasal dari corpus cavernosa dan uretra spongiosa bagian

proksimal mengalir menuju iliaca interna

2.3 Epidemiologi

Penggunaan silikon cair, paraffin maupun mineral oil jenis lain dengan tujuan

memperbesar ukuran dan merubah kontur penis sudah dikenal paDa komunitas

primitif, walupun banyak komplikasi serius akibat praktek ini, trend semacam ini

semakin populer hingga abad ke 20. Kasus silikonoma penis telah banyak dilaporkan

dalam literatur internasional paling banyak terjadi di asia, rusia, dan eropa timur.

Pasien terbanyak laki-laki muda dewasa10,11

7
2.4 Etiologi

Silikonoma atau sclerosing lipogranuloma terjadi akibat penggunaan injeksi zat

seperti silikone, paraffin maupun mineral oil lainnya11.

2.5 Histopatologi

Silikonoma terjadi akibat injeksi silikone maupun mineral oil jenis lain.

Granuloma semacam ini desebkan oleh proses radang kronik yang bersamaan dengan

infeksi akibat adanya benda asing dalam interstisial, sedangkan tubuh tidak memiliki

enzim untuk memetabolisme bahan eksogen yang berada di interstisial sehingga

terjadi reaksi penolakan terhadap benda asing11. Proses radang ini diperantarai oleh

makrofag, limfosit dan kadang-kadang sekelompok sel raksasa berinti banyak. Sifat

khas peradangan ini adalah pengumpulan makrofag dalam jumlah besar dan agregasi

makrofag menjadi gumpalan-gumpalan yang disebut granuloma. Granuloma biasanya

karena adanya agen penyerang yang menetap di jaringan yang resisten terhadap usaha

tubuh untuk membuangya. Agen-agen semacam itu dapat berupa bahan-bahan tidak

larut tetapi steril. Gambaran hitolopatologi pada penyakit ini adanya subtitusi

jaringan subkutan dengan ruang kistik minyak. Ruang ini muncul sebagai kista

kosong ketika dilakukan pengecatan dengan hematoksilin dan eosin10.

8
2.6 Gejala Klinis

Reaksi penolakan terhadap benda asing muncul dalam bentuk peradangan

sehingga menyebabkan timbulnya gejala klinis seperti nyeri, indurasi, edema,

jaringan parut, ulserasi, perubahan warna kulit dan pembengkakan pada penis,

deformitas, nekrosis, nyeri saat ereksi dan ketidak mampuan melakukan aktifitas

seksual gejala-gejala tersebut kebanyakan muncul setelah beberapa bulan sampai

beberapa tahun setelah injeksi. Setelah disuntikan silikon cair, zat tersebut akan

menggenang papa area penis yang disuntik sehingga ukuranya bertambah dari kondisi

normal. Jika tubuh tidak dapat menyerap kembali zat yang disuntikan maka zat

tersebut akan menjadi benda asing dan penyuntikan silikon cair tidak mengakibatkan

kematian, tetapi dapat mengakibatkan kerusakan jaringan yang bersifat permanen.

Yaitu mengakibatkan efek buruk seperti pembengkakan, sehingga bentuk penis tidak

beraturan, terasa panas, gatal, nyeri dan kadang sampai terjadi luka lecet13.

9
2.7 Patofisologi

Suntikan bahan cair (silikon, parafin, dll) Reaksi peradangan kronis lokal

Kulit me-merah dan jaringan mengeras Terjadi peru-bahan konsistensi, kulit menjadi

keras, fibrosis jaringan ikat, dan bahan cair tersebut menyebar ke jaringan ikat pada

area yang lebih rendah Area sekitar suntikan tampak membesar dan menggantung.

dengan infeksi akibat adanya benda asing dalam interstisial, sedangkan tubuh tidak

memiliki enzim untuk memetabolisme bahan eksogen yang berada di interstisial

sehingga terjadi reaksi penolakan terhadap benda asing. Proses radang ini diperantarai

oleh makrofag, limfosit dan kadang-kadang sekelompok sel raksasa berinti banyak.

Sifat khas peradangan ini adalah pengumpulan makrofag dalam jumlah besar dan

agregasi makrofag menjadi gumpalan-gumpalan nodular yang disebut granuloma.

Granuloma biasanya terbentuk karena adanya agen penyerang yang menetap di

jaringan yang resisten terhadap usaha tubuh untuk membuangnya. Agen-agen

semacam itu dapat berupa bahan-bahan tidak larut tetapi steril13

10
2.8 Macam-Macam Silikon

Ditinjau dari materi pengisinya, ada 3 jenis implan, yaitu:

a. Implan berisi garam fisiologis (saline/NaCl)

Implan jenis ini biasanya dibungkus dalam kantong silikon, dan cenderung mudah

bocor atau berkerut. Karena hanya berisi air, implan ini relatif kurang dapat dibentuk

sesuai dengan keinginan.

b. Implan berisi gel silikon padat

Implan ini juga dibungkus dalam kantong silikon, namun didesain khusus hingga

terasa lembut dan fleksibel sehingga mudah dibentuk sesuai keinginan.

c. Implan berisi gel silikon yang kohesif

Menurut Dr. Rod J. Rohrich, ketua American Society of Plastic Surgeons, implan

jenis ini merupakan tipe terbaru. Di Amerika Serikat, populer dengan nama gummy

bear breast implant. Gel kohesif seperti ini tak menyebar, bahkan jika kantong

pembungkusnya bocor atau dibelah.

Terdapat 3 jenis Silikon yang secara medis aman digunakan :

a. Silikon Padat / Silikon Yang Menggunakan Kolagen. Terdiri atas lembar

silikon untuk pembungkus implan payudara, bentuk blok, atau bentuk implan

jadi (buatan pabrik) untuk suatu kegunaan tertentu (misal protesis katup

11
jantung, testistiruan, implan hidung dan pipi, dsb).Silikon padat bentuknya

menyerupai karet penghapus. Digunakan untuk katup jantung buatan,

pengganti testis, kateter serta persendian buatan. Dalam dunia bedah plastik,

silikon padat biasanya digunakan untuk implan hidung, dagu dan pipi.

Beberapa tahun belakangan ini, silikon padat juga digunakan untuk membantu

penderita gangguan ereksi, dengan menggunakan materi silikon padat yang

dapat ditiup.

b. Silikon Berbentuk Gel Dalam Wadah Silikon Padat

Silikon itu merupakan campuran antara silikon padat dan bentuk cair, digunakan

sebagai bahan pengisi implanpayudara. Dibungkus menggunakan lembar silikon

(silicones sheet) berbentuksuatu kantong (silicones bag). Silikon berbentuk gel dalam

wadah silikon padat: menyerupai dodol, dengan tingkat perlekatan molekul sangat

baik, digunakan untuk implan payudara atau betis. Jika dibelah, tidak akan meleleh

atau menyebar, tapi tetap mengikuti bentuk wadah penyimpannya.

c. Silikon Cair

Silikon cair yang umumnya silicon industri, biasa digunakan untuk pelapis mesin,

pelumas mesin, peralatan rumah tangga, dot bayi serta penambal akuarium. Silikon

cair yang memang banyak digunakan di salon untuk memperbesar payudara dan

mengubah bentuk wajah. Jadi penggunaan silikon cair banyak memiliki dampak

negatif dan tidak ada dampak positifnya

12
Hal yg hrs diperhatikan dlm menggunakan silikon utk bedah estetik:

a. Teknik dan aplikasi cara penempatan hrs tepat

b. Steril

c. Dikerjakan oleh ahli yang kompeten

d. Jaringan sekitar hrs kaya vaskularisasi6

2.9 Terapi

a. Tindakan operatif: eksisi

1) Silikonoma yang disebabkan oleh injeksi silikon cair di daerah wajah dan pelipis

sehingga terjadi penumpukan silikon cair dalam jaringan kelopak mata. Silikonoma

menyebabkan terjadi perubahan elastisitas dan konsistensi serta perubahan warna

kulit yang bermanifestasi sebagai blefarokhalasis maupun baggy eye.

Tata Laksana: operasi blefaroplasti kelopak atas maupun bawah menggunakan

anestesi lokal

2) Silikonoma yang disebabkan oleh suntikan silikon di penis menyebabkan

silikonoma sehingga terjadi pembengkakan dan ditemukannya massa sirkuler saat

palpasi.

Tata Laksana: dilakukan insisi di daerah pubis dan skrotum. Tindakan ini tidak akan

mengembalikan ukuran, namun dapat menghilangka nyeri saat ereksi

13
b. Kortikosteroid: Prednisolon 30 mg per hari.

c. Isotretionin. Pemberian per oral dengan dosis rendah (20 mg dosis total per hari).

Pemilihan modalitas terapi ini berdasar pada efek isotretionin sebagai anti-inflamasi.

d. Minocycline.

e. Krim Aldara (Imiquimod 5%). Bertindak sebagai imunomodulator.

f. Ultrasound-Assisted Liposuction (UAL)

Terapi definitif pada pasien dengan kasus silikonoma penis meliputi eksisi dan

pengangkatan lengkap massa yang terdapat pada jaringan kulit maupun subkutan

yang bisa menyebabkan gangguan fungsi organ, teknik ini merupakan metode yang

tepat untuk menghindari gejala penyakit ini muncul lagi di masa depan. Terdapat juga

teknik lain yaitu kombinasi antara teknik di atas dengan teknik penggunaan Scrotal

Flaps atau Split Thickening Skin Grafts. Pada teknik scrotal flaps setelah seluruh

massa diangkat, kemudian dilakukan skin flap menggunakan kulit skrotum yang di

vaskularisasi oleh cabang posterior arteri pudenda interna atau cabang anterior arteri

pudenda eksterna sebagai flap. Split Thickening Skin Grafts merupakan skin graft

yang meliputi seluruh bagian epidermis dan dermis.Cara ini lebih dapat diterima dari

segi kosmetika dan perbaikan fungsi seksual. Bisa menggunakan kulit dari bagian

inguinal maupun kulit asli dari penis.

14
Gambar : Scrotal Flap

2.10 Pencegahan

a. Sebagai seorang dokter umum harus melarang apabila ada seseorang yang berniat

melakukan suntik silikon atau bahan lainnya

b. Tindakan injeksi silikon hanya dilakukan oleh dokter ahli, misalnya dokter

spesialis bedah plastik. Melakukan edukasi tentang efek samping penyuntikan silikon

cair atau bahan lainnya.

c. Konsultasi dengan dokter ahli sebelum melakukan tindakan untuk memperbaiki

penampilan

d. Memberikan edukasi kepada pasien silikonoma bahwa tindakan pembedahan tidak

akan mengembalikan seperti keadaan semula, karena silikon atau bahan cair lainnya

sudah masuk ke sela jaringan dan tidak bisa diangkat sepenuhnya10.

15
2.11 Komplikasi

 Infeksi

 Obstuksi Uretra

 Ruptur pada uretra

 HIV/ AIDS

 Pertumbuhan menjadi sel ganas

 Gangren penis

2.12 Prognosis

Pengangkatan seluruh massa merupakan satu-satunya penanganan yang efektif dan

tepat. Kekambuhan dapat terjadi pada kasus eksisi yang tidak lengkap6.

16
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Silikonoma penis terjadi akibat dari injeksi cairan dengan viskositas tinggi dalam

hal ini silikone dengan tujuan memperbesar penis memilki banyak konsukuensi

merusak fungsi seksual dan kosmetik dari organ tersebut. Hampir selalu tindakan ini

disarankan dan dilakukan oleh orang yang tidak terlatih dan tidak memilki latar

belakang medis. Terapi defenitif papa pasien dengan kasus silikonoma penis meliputi

eksisi dan pengankatan lengkap massa yang terdapat pada jaringan kulit maupun

subkutan yang bisa menyebabkan gangguan fungsi organ. Teknik ini merupakan

metode yang tepat untuk menghindari gejala penyakit ini muncul lagi di masa depan.

17
18
DAFTAR PUSTAKA

19

Anda mungkin juga menyukai