APENDISITIS PERFORASI
Oleh :
Pembimbing:
BEDAH
2019
BAB 1
PENDAHULUAN
2.3.4 Patofisiologi
Obstruksi Lumen
Mukus terkurung,
Stasis bagian distal
Tek. Intraluminar √
10
C. Apendisitis Perforasi
Appendicitis perforasi adalah pecahnya appendiks yang sudah ganggren
yang menyebabkan pus masuk ke dalam rongga perut sehingga terjadi peritonitis
umum. Pada dinding appendiks tampak daerah perforasi dikelilingi oleh jaringan
nekrotik.
D. Apendisitis Kronis
Appendicitis kronis merupakan lanjutan appendicitis akut supuratif
sebagai proses radang yang persisten akibat infeksi mikroorganisme dengan
virulensi rendah, khususnya obstruksi parsial terhadap lumen. Diagnosa
appendicitis kronis baru dapat ditegakkan jika ada riwayat serangan nyeri
berulang di perut kanan bawah lebih dari dua minggu, radang kronik appendiks
secara makroskopik dan mikroskopik. Secara histologis, dinding appendiks
menebal, sub mukosa dan muskularis propia mengalami fibrosis. Terdapat
infiltrasi sel radang limfosit dan eosinofil pada sub mukosa, muskularis propia,
dan serosa. Pembuluh darah serosa tampak dilatasi.
11
APENDISITIS
12
13
2.3.7 Diagnosis
Anamnesis
Pemeriksaan fisik
14
1. Nyeri pada sisi kanan bawah yang timbul saat dilakukan palpasi
dengan tekanan pada kuadran kiri bawah– Rovsing’s sign
2. Nyeri pada sisi kanan bawah yang timbul saat palpasi dengan tekanan
pada kuadran kanan bawah dilepaskan tiba-tiba- Blumberg’s sign
3. Nyeri kanan bawah bila peritoneum bergerak seperti saat nafas dalam,
berjalan, batuk, mengedan
15
- Obturator sign
Pada pasien dilakukan fleksi panggul dan dilakukan rotasi internal
pada panggul. Positif jika timbul nyeri pada hipogastrium atau vagina
bilamana apendiks yang meradang bersentuhan dengan otot obturator
internus yang merupakan dinding panggul kecil. Gerakan fleksi dan
endorotasi sendi panggul pada posisi terlentang akan menimbulkan
nyeri pada apendisitis pelvika.
16
17
Laboratorium darah
Urin lengkap
Pemeriksaan Radiologi
Ultrasonografi
Ultrasound dengan radiasi pengion yang rendah harus menjadi penunjang
pilihan pada pasien muda, dan efektif mengidentifikasi apendiks abnormal,
terutama pada pasien yang kurus.
18
Apendiks yang meradang memiliki diameter lebih besar dari 6 mm, dan
biasanya dikelilingi oleh hyperechoic inflamed fat di sonografi. Tanda-tanda yang
sangat mendukung apendisitis yaitu adanya appendicolith, penebalan caecal
apikal.16
19
20
Laparoskopi
21
22
Gastroenteritis
Pada gastroenteritis, mual, muntah, dan diare mendahului rasa nyeri. Nyeri
perut sifatnya lebih ringan dan tidak berbatas tegas. Sering dijumpai
adanya hiperperistaltis. Demam dan leukositosis kurang menonjol
dibandingkan dengan apendisitis akut.
23
Kelainan ovulasi
Folikel ovarium yang pecah pada ovulasi dapat menimbulkan nyeri pada
perut kanan bawah di tengah siklus menstruasi. Pada anamnesis, nyeri
yang sama pernah timbul lebih dahulu.
Infeksi panggul
Hampir selalu ada riwayat telat haid dengan keluhan yang tidak menentu.
Pada pemeriksaan vagina, didapatkan nyeri dan penonjolan rongga
Douglas dan pada kuldosentesis didapatkan darah.
Timbul nyeri mendadak dengan instensitas yang tinggi dan teraba massa
dalam rongga pelvis pada pemeriksaan perut, colok vagina, atau colok
rektal. Tidak terdapat demam. Pemeriksaan ultrasosnografi dapat
menentukan diagnosis.
24
Urolitiasis
Pielum atau ureter kanan. Adanya riwayat kolik dai pinggang ke perut
yang menjalar ke inguinal kanan merupakan gambaran yang khas.
Hematuria sering ditemukan. Foto polos perut atau urografi intravena
dapat memastikan penyakit tersebut. Pielonefritis sering disertai dengan
demam tinggi, menggigil, nyeri kostovertebra an piuria.
2.3.9 Penatalaksanaan
25
26
27
2.3.10 Komplikasi
Massa apendikuler
Abses apendikuler
Abses yang terbentuk akibat mikro atau makro perforasi dari apendiks
yang meradang yang kemudian ditutupi oleh omentum, usus halus, atau usus
besar.
28
Ruptur apendiks harus dicurigai jika terjadi demam dengan suhu >39° C
dan jumlah sel darah putih >18.000 sel/mm3.5
Peritonitis
Abses hepar
Ileus
Syok septik
2.3.11 Prognosis
Angka kematian akibat apendisitis yaitu 0,2-0,8% yang lebih banyak
disebabkan komplikasi penyakit daripada intervensi bedah. Angka kematian pada
anak-anak berkisar antara 0,1% sampai 1%; pada pasien yang lebih tua dari 70
29
Diagnosis baru dapat ditegakkan jika semua syarat terpenuhi : (1) riwayat
nyeri perut kanan bawah yang lebih dari dua minggu, (2) terbukti terjadi radang
kronik baik secara makroskopik maupun mikroskopik (adanya fibrosis
menyeluruh pada dinding apendiks, sumbatan parsial atau total pada lumen
apendiks, adanya jaringan parut dan ulkus lama di mukosa, dan infiltrasi sel
inflamasi kronik), dan (3) keluhan menghilang pasca apendektomi.8 Insidens
apendisitis kronik adalah sekitar 1%.8,19
30
3.1 IDENTITAS
Umur : 11 tahun
Pekerjaan : Pelajar
Alamat : Napar
Agama : Islam
3.2 ANAMNESIS
Keluhan utama : Nyeri seluruh perut sejak 1 hari sebelum masuk rumah sakit.
– Nyeri seluruh perut semakin meningkat sejak 1 hari sebelum masuk rumah
sakit.
– Riwayat nyeri perut disekitar pusar 15 hari yang lalu kemudian nyeri
berpindah ke perut kanan bawah dan dirasakan terus menerus dan nyeri
perut dirasa menyeluruh diseluruh perut sejak 1 hari sebelum masuk rumah
sakit
– Mual dirasakan sejak adanya nyeri perut disertai menurunnya nafsu makan
31
dimakan
Status generalis:
Suhu : 38 ˚C
Kepala - Leher :
32
Paru
Jantung
- Perkusi :
Abdomen
status lokalis
Genitalia eksterna
Anal-perianal
33
Status Lokalis
Regio Abdomen:
HT : 38 % (37-43)
34
3.7 TERAPI
- IVFD RL 20gtt/i
Post Op
- Infus RL 40 gtt/i
- IV Metronidazol 1 fl
- Ketorolac 1 amp
35
3.8 PROGNOSIS
36
Dari anamnesis didapatkan nyeri perut kanan bawah yang semakin meningkat
sejak satu hari sebelum masuk rumah sakit. Nyeri perut dirasakan ±15 hari yang
lalu dan awalnya dirasakan disekitar pusat kemudian ke perut kanan bawah dan
meningkat satu hari SMRS. Hal ini sesuai dengan pola perpindahan nyeri pada
apendisitis. Pasien merasakan demam, tidak tinggi dan tidak menggigil. Hal ini
menandakan belum terjadinya peritonitis pada pasien. Sering merasa mual dan
nafsu makan menurun. Muntah sejak 1 hari SMRS >3x isi apa yang dimakan.
Dari pemeriksaan fisik ditemukan nyeri tekan titik Mc Burney, psoas sign
positif, dan blumberg sign posistif. Tiga pemeriksaan fisik tersebut merupakan
pemeriksaan tambahan untuk menegakkan apendisitis dan ditemukan positif pada
pasien sehingga menunjang diagnosis adanya apendisitis. Dari pemeriksaan
laboratorium darah didapatkan leukosit 21.900/mm3, yang berarti leukositosis
ringan, hal ini menandakan adanya proses infeksi dan perforasi.
Terapi yang dilakukan pada pasien ini adalah laparotomi eksplorasi dan
apendektomi. Hal ini dilakukan karena terjadi perforasi apendik sehingga cavum
abdomen perlu dieksplorasi untuk membersihkan rongga abdomen dan dilakukan
apendiktomi untuk membuang sumber infeksi.
37
38
39