Anda di halaman 1dari 21

Clinical Science Section

Uroginekologi Rekonstruksi

Rifky Ramadhan 1840312782


Putri Sabila 1840312649
Silvina Yulandari 1840312650

Preseptor

dr. Bobby Indra Utama, Sp.OG (K)


Add a full•screen image

PROLAPS
1
Pendahuluan
UTERI
PROLAPS
UTERI • turunnya uterus dari tempat yang biasa
oleh karena kelemahan otot atau fascia
yang dalam keadaan normal
menyokongnya.
• Atau turunnya uterus melalui dasar
panggul atau hiatus genitalis.
• Prolapsus uteri lebih sering dijumpai
pada wanita yang telah melahirkan,
wanita tua dan wanita yang bekerja
berat, walaupun demikian dapat pula
kadang-kadang pada nullipara atau
wanita belum menikah.
Etiologi
• Partus yang berulang kali dan terjadi terlampau sering, partus dengan
penyulit.
• Tarikan pada janin pada pembukaan belum lengkap.
• Asites dan tumor-tumor di daerah pelvis mempermudah terjadinya
prolapsus uteri.
• Bila prolapsus uteri dijumpai pada nulipara, faktor penyebabnya
adalah kelainan bawaan berupa kelemahan jaringan penunjang
uterus.

4
Faktor Risiko
1. Multiparitas
• dikaitkan dengan peningkatan kejadian prolaps. Selain itu, risiko prolaps organ
pelvis meningkat 1,2 kali pada persalinan pervaginam. Studi kohort yang
dilakukan di Oxford pada 17.000 wanita untuk membandingkan wanita
nulipara dengan wanita yang telah mengalami dua kali melahirkan, mengalami
peningkatan delapan kali lipat berkunjung ke rumah sakit untuk prolaps organ
pelvis.
2. Usia
• Studi POSST, ada 100% peningkatan risiko prolaps untuk setiap dekade
kehidupan. Pada wanita berusia 20 sampai 59 tahun, kejadian prolaps organ
pelvis berlipat ganda dengan setiap dekade. Seperti risiko prolaps organ pelvis
lainnya, penuaan adalah proses yang kompleks. Peningkatan insiden mungkin
akibat dari penuaan fisiologis dan proses degeneratif serta hipoestrogenisme

5
3. Penyakit Jaringan Ikat
• Wanita dengan gangguan jaringan ikat lebih mungkin untuk mengembangkan
prolaps organ pelvis. Dalam sebuah studi seri kasus kecil, sepertiga dari wanita
dengan sindrom Marfan dan tiga perempat dari wanita dengan sindrom
Ehlers-Danlos melaporkan riwayat prolaps organ pevis.
4. Peningkatan Tekanan Intra abdomen

6
Patogenesis
• Serviks uteri terletak di luar vagina, akan tergeser oleh pakaian wanita tersebut dan lambat
laun akan menimbulkan ulkus yang disebut dengan ulkus dekubitus. Jika fascia di bagian
depan dinding vagina kendor biasanya akibat trauma obstetrik maka akan terdorong oleh
kandung kencing sehingga menyebabkan penonjolan dinding depan vagina ke belakang yang
dinamakan sistokel.
• Sistokel yang pada mulanya hanya ringan saja, dapat menjadi besar karena persalinan
berikutnya yang kurang lancar sehingga akan menyebabkan terjadinya uretrokel. Uretrokel
harus dibedakan dari divertikulum uretra. Pada divertikulum keadaan uretra dan kandung
kencing normal, hanya di belakang uretra ada lubang yang membuat kantong antara uretra
dan vagina.

7
Patogenesis
• Kekendoran fascia di bagian belakang dinding vagina oleh trauma obstetrik atau sebab-
sebab lain dapat menyebabkan turunnya rectum ke depan dan menyebabkan dinding
belakang vagina menonjol ke lumen vagina yang dinamakan rektokel. Enterokel adalah
hernia dari kavum Douglas. Dinding vagina atas bagian belakang turun dan menonjol ke
depan. Kantong hernia ini dapat berisi usus dan omentum.

8
Klasifikasi
Mengenai istilah dan klasifikasi prolapsus uteri terdapat perbedaan
pendapat antara para ahli ginekologi. Dianjurkan klasifikasi berikut :

1. Desensus uteri, uterus turun tetapi serviks masih di dalam vagina.


2. Prolapsus uteri tingkat I, uterus turun, tetapi serviks masih di dalam
vagina.
3. Prolapsus uteri tingkat II, uterus untuk sebagian keluar dari vagina.
4. Prolapsus uteri tingkat III, atau prosidensia uteri, uterus keluar
seluruhnya dari vagina, disertai dengan inversio vagina.

9
Manifestasi Klinik
• Perasaan adanya suatu benda yang mengganjal atau menonjol di
genialia eksterna.
• Rasa sakit di panggul dan pinggang (backache). Biasanya jika penderita
berbaring, keluhan menghilang atau menjadi kurang.
• Pengeluaran serviks uteri dari vulva mengganggu penderita waktu
berjalan dan bekerja. Gesekan portio uteri oleh celana menimbulkan
lecet sampai luka dan dekubitus pada portio uteri.
• Leukorea karena kongesti pembuluh darah di daerah serviks dan
karena infeksi serta luka pada portio uteri.

10
Diagnosis
• Anamnesis :
1. Rasa berat pada atau rasa tertekan pada pelvis.
2. Pada saat duduk pasien meraskan ada benjolan seperti ada bola
atau kadang-kadang keluar dari vagina.
3. Nyeri pada pelvis, abdomen, atau pinggang.
4. Nyeri pada saat berhubungan

11
Diagnosis
• Pemeriksaan Fisik
• Pemeriksaan genikologi biasanya mudah dilakukan, Friedman dan Little
menganjurkan sebagai berikut:
• penderita dalam posisi jongkok disuruh mengejan dan ditentukan dengan
pemeriksaan dengan jari, apakah portio uteri pada posisi normal atau portio
telah sampai introitus vagina, atau apakah serviks uteri sudah keluar dari
vagina. Selanjutnya dengan penderita berbaring dalam posisi litotomi,
ditentukan pula panjang serviks uteri. Serviks uteri yang lebih panjang dari
ukuran normal dinamakan elongasio kolli.

12
Berikut adalah stadium untuk prolapsuteri:

• Stadium 0, tidak ada prolaps.


• Stadium I, sebagian besar portio distal mengalami prolaps > 1 cm
diatas himen.
• Stadium II, sebagian besar portion distal mengalami prolaps ≤ 1 cm di
proksimal atau distal himen.
• Stadium III, sebagian besar portio distal mengalami prolasp > 1 cm
dibawah himen tetapi benjolan tidak lebih 2 cm dari panjang vagina.
• Stadium IV, prolaps komplet termasuk bagian dari vagina.

13
• Pemeriksaan Penunjang

1. Pemeriksaan Laboratorium
• Pemeriksaan laboratorium tidak begitu banyak membantu. Tes Papanicolaou
(Pap smear sitologi) atau biopsi dapat diindikasikan pada kasus yang jarang
terjadi yang dicurigai karsinoma
2. Pemeriksaan USG
• Pemeriksaan USG bisa digunakan untuk membedakan prolaps dari kelainan-
kelainan lain.

14
Tatalaksana
Tanpa operasi
• Cara ini dilakukan pada prolapsus ringan tanpa keluhan, jika yang bersangkutan masih ingin memperoleh
anak lagi, jika penderita menolak untuk dioperasi atau jika kondisinya tidak mengizinkan untuk dioperasi.
Yang termasuk pengobatan tanpa operasi ialah :
1. Latihan-latihan otot dasar panggul terutama berguna pada prolaps yang ringan. Caranya ialah, penderita
disuruh menguncupkan anus dan jaringan dasar panggul seperti telah selesei berhajat, atau penderita
disuruh membayangkan seolah-olah sedang mengeluarkan kencing dan dnegan tiba-tiba
menghentikannya.
2. Stimulasi otot-otot dengan alat listrik. Kontraksi otot-otot dasar panggul dapat pula ditimbulkan dengan
alat listrik, elektroda dapat dipasang dalam pessarium yang dimasukkan kedalam vagina.
3. Pengobatan dengan pessarium. Pengobatan dengan cara ini sebetulnya hanya bersifat paliatif yakni
menahan uterus ditempatnya selama dipakai. Akan tetapi, jika pessarium diangkat akan timbul prolaps
lagi.

15
Tatalaksana
• Operatif
1. Operasi Manchester/Manchester-Fothergill
• Pada operasi ini biasanya dilakukan amputasi serviks uteri, dan penjahitan
ligamentum kardinale yang telah dipotong dimuka sisa serviks. Amputasi
serviks dilakukan untuk memperpendek serviks yang memanjang (elongasio
kolli). Bagian yang penting dari operasi Manchester ialah penjahitan
ligamentum kardinale didepan serviks karena dengan tindakan ini ligamentum
kardinale diperpendek, sehingga uterus akan terletak dalam posisi antefleksi,
dan turunnya uterus dapat dicegah

16
Tatalaksana
2. Histerektomi vagina
• Operasi ini tepat untuk dilakukan pada prolapsus uteri dalam tingkat
lanjut dan pada wanita yang telah menopause.Setelah uterus
diangkat, puncak vagina digantungkan pada ligamentum rotundum
kanan kiri. Kolporafi anterior dan kolpopeniorafi perlu dilakukan untuk
mencegah prolaps vagina dikemudian hari.

17
Tatalaksana
3. Kolpoklesis (operasi Neugebauer-Le fort)
• Pada wanita tua yang tidak aktif lagi dapat dilakukan operasi sederhana dengan
menghubungkan dinding vagina depan dengan dinding vagina belakang, sehingga
lumen vagina tidak ada dan uterus berada diatas vagina yang tertutup. Akan
tetapi operasi ini dapat mengakibatkan tarikan pada dasar kandung kencing
kebelakang, sehingga dapat menimbulkan inkontinensia urin, atau menambah
inkontinensia yang sudah ada.
4. Ventofiksasi / histeropeksi dan interposisi
• Ventro fiksasi yaitu menjahit fundus uteri pada dinding perut dan interposisi yaitu
meletakkan uterus antara kandung kencing dan vagina.

18

2 ‘

TINJAUAN PUSTAKA
Add a full screen image

3
KESIMPULAN
Thank You

21

Anda mungkin juga menyukai