Anda di halaman 1dari 6

Hindawi Publishing Corporation

Plastic Surgery International


Volume 2012, Article ID 563493, 5 pages
doi:10.1155/2012/563493

Review Article
Skin Graft
Ruka Shimizu and Kazuo Kishi
Department of Plastic and Reconstructive Surgery, Keio University, School of Medicine, 35 Shinanomachi,
Shinjukuku, Tokyo 160-8582, Japan

Correspondence should be addressed to Kazuo Kishi, kkishi@sc.itc.keio.ac.jp

Received 11 July 2011; Revised 22 October 2011; Accepted 1 November 2011

Academic Editor: Rei Ogawa

Copyright © 2012 R. Shimizu and K. Kishi. This is an open access article distributed under the Creative
Commons Attribution. License, which permits unrestricted use, distribution, and reproduction in any
medium, provided the original work is properly cited.

Skin graft merupakan salah satu teknik yang penting dalam bidang ilmu bedah plastik dan kulit. Skin gaft
digunakan pada berbagai macam keadaan klinis, seperti luka akibat trauma, defek akibat reseksi onkologi,
rekonstruksi luka bakar, operasi pelepasan kontraktur luka, penyakit kulit kongenital, vitiligo, dan
rekonstruksi areola. Skin graft pada umumnya tidak gunakan pada luka-luka yang kompleks. Kondisi-
kondisi yang berhubungan dengan ruang dalam dan eksposure tulang biasanya membutuhkan skin flaps
atau muscle flaps. Dalam review kali ini, kami menjelaskan mengenai bagaimana cara melakukan skin graft
yang benar, serta beberapa variasi dari skin graft.

1. Latar Belakang akibat reseksi onkologi, rekonstruksi luka bakar,


operasi pelepasan kontraktur luka, penyakit kulit
Skin graft adalah salah satu teknik yang penting kongenital, vitiligo, dan rekonstruksi areola [7-9].
dalam bidang ilmu bedah plastik dan kulit. Setelah Skin graft pada umumnya tidak gunakan pada luka-
Reverdin pertama kali melakukan skin luka yang kompleks. Kondisi-kondisi yang
autotransplation pada tahun 1869 [1], banyak berhubungan dengan ruang dalam dan eksposure
peneliti-peneliti yang telah mencoba berbagai cara tulang biasanya membutuhkan skin flaps atau muscle
untuk meningkatkan hasil dari suatu skin graft [2-4]. flaps.
Pada tahun 1929, Brown dkk mengembangkan teknik
Dalam review kali ini, kami menjelaskan
split-thickness skin graft dengan pemisahan tiap
mengenai bagaimana cara melakukan skin graft yang
lapisan, dan mereka membedakan antara full-
benar, dan beberapa variasi dari skin graft.
thickness, intermediate-thickness, dan epidermal
(Thiersch) graft, serta menjelaskan keuntungan dan
kerugian dari masing-masing graft. Prinsip dasar dari 2. Indikasi Operasi
skin graft masih dianut hingga saat ini [5,6].
2.1. Split-thickness atau full-thickness graft. Skin
Skin gafts digunakan pada berbagai macam graft secara umum dibagi menjadi split-thickness dan
keadaan klinis, seperti luka akibat trauma, defek full-thickness grafts. Jika graft hanya melibatkan.
Plastic Surgery International

Gambar 1. Wanita 47 tahun menderita basal cell carcinoma pada palpebra inferior. Setelah menjalani reseksi
tumor, dilakukan full-thickness skin graft pada palpebra (a). 2 tahun pasca operasi (b).

Gambar 2. Gambaran kulit split-thickness skin graft dari kulit kepala dengan ketealan 350 µm (a). Situs donor
(b).

sebagian dari dermis, maka disebut split-thickenss dengan vaskularisasi yang minimal namun lebih
skin graft. Jika graft melibatkan seluruh lapisan rentan mengalami kontraktur. Sebaliknya, full-
dermis, maka disebut full-thickness skin graft. Split- thickness skin grafts membutuhkan vascular bed
thickness kemudian terbagi lagi menjadi mesh skin yang lebih baik, namun jarang mengalami kontraktur.
graft, stam skin grafts dan chip skin grafts,
berdasarkan bentuknya [10,11]. 2.2. Situs donor. Dengan pertimbangan estetika hasil,
situs donor harus memiliki kesamaan dengan situs
Jumlah dermis yang digunakan dalam skin graft penerima dalam hal konsistensi, ketebalan, warna dan
menentukan baik kemungkinan bertahannya kulit dan tekstur. Untuk skin graft pada bagian wajah, dimana
kemungkinan terjadinya kontraktur. Disebutkan pada daerah ini membutuhkan perawatan maksimal,
bahwa, split-thickness dapat bertahan pada kondisi maka biasanya dilakukan full-thickness skin graft.
Plastic Surgery International

Gambar 3. Skema pemisahan enzimatik epidermal skin graft (a). Seorang anak perempuan dengan nevus
melanositik kongenital pada punggungnya. Dilakukan epidermal skin graft setelah epidermis dipisahkan secara
enzimatik dan bagian atas edermis dibuang (b).

Gambar 4. Skema recruited minced skin grafting (a). Kulit yang dihaluskan (b). 1 tahun pasca dilakukan minced
skin grafting (c). Bekas luka hampir tidak terlihat (d).

Situs donor yang biasanya digunakan untuk full- contoh, kulit palpebra tipis dan punya beberapa
thickness skin grafts pada kepala dan leher adalah kelenjar, kulit hidung tebal dan memiliki kelenjar
regio postauricular, regio auricular anterior, fossa yang relatif besar. Meskipun regio postauricular
nasolabialis, regio supraclavicular, palpebra dan sering dipakai dalam full-thickness skin graft pada
leher. Meskipun pada wajah yang sama, karakteristik palpebra inferior, namun untuk hasil yang lebih
kulit dapat berbeda tergantung dari lokasi. Sebagai estetika, maka lebih baik menggunakan kulit dari
kulit palpebra superior (Gambar 1).
Plastic Surgery International

Untuk bagian tubuh lainnya, bagian bawah paha 3. Prosedur Operasi


atau abdomen inferior merupakan situs donor yang
sering digunakan, sebab pada bagian tersebut dapat 3.1. Skin harvesting. Ketika mengambil (memanen)
diambil kulit dalam jumlah yang cukup dan situs kulit untuk full-thickness skin graft, pada umumnya
donor dapat dijahit dengan mudah. Selain itu, bekas digunakan scalpel. Seluruh bagian dermis diambil
luka pada situs donor, dapat tertutupi oleh dengan lemak subkutaneus yang seminimal mungkin.
penggunaan pakaian dalam. Cara lainnya adalah dengan menghilangkan lemak
dengan menggunakan gunting setelah kulit dipanen.
Untuk situs donor split-thickness skin grafts dapat
Kemudian situs donor ditutup.
diambil dari bagian tubuh mana saja, termasuk kulit
kepala (Gambar 2). Meskipun dapat sembuh dengan Untuk mengambil kulit pada split-thickness skin
cepat, situs donor split-thickness skin grafts biasanya graft, dapat digunakan instrumen-instrumen seperti
mengalami pembentukan scar atau perubahan warna. power-driven dermatome, drum dermatome, dan free-
Jika pasien setuju untuk dilakukan pencukuran, maka hand dermatome. Free-hand dermatome merupakan
lebih disarankan untuk mengambil daerah yang metode cepat yang tidak membutuhkan energi listrik
memiliki rambut sebagai situs donor, sebab nantinya maupun tekanan; maka dari itu, metode ini sangat
scar bisa tertutupi oleh rambut yang tumbuh berguna untuk memanen graft yang kecil dan tipis.
disekitarnya. Selain itu, re-epitelisasi nya lebih cepat, Namun, sulit untuk mengendalikan ketebalan dan
sebab banyak mengandung folikel rambut. Ketika kedalaman pasti pada metode ini. Setelah Brown dan
mengambil kulit yang berambut untuk skin graft, McDowell pertama kali memperkenalkan dermatome
harus tipis, sebab jika kulit yang diambil tebal akan menggunakan tenaga listrik, maka penggunaan
menyebabkan ikut terambilnya folikel rambut dan metode free-hand dermatome telah banyak digantikan
nantinya pada situs penerima akan tumbuh rambut oleh motorized dermatome untuk memanen graft
yang tidak diinginkan sedangkan pada situs donor yang besar, sebab metode ini lebih simpel. Infiltrasi
akan kehilangan rambut. Ketebalan yang biasanya jaringan subkutan dengan saline sebelum
kami gunakan untuk kulit kepala adalah kurang dari menggunakan motorized dermatome dapat membantu
350 µm. Untuk laki-laki, situs donor harus dipilih proses pengambilan kulit untuk skin graft, terutama
secara hati-hati dengan mepertimbangkan adanya ketika memanen kulit pada bagian-bagian yang
kemungkinan terjadinya kebotakan sesuai dengan memiliki tulang yang prominen [13]. Selain itu,
pola kebotakan pada laki-laki. lubrikasi menggunakan sedikit vaselin membuat
proses pengambilan kulit lebih mudah sebab friksi
2.3. Situs resipien. Dibagian tubuh manapun yang
antara kulit dan dermatome berkurang. Situs donor
memiliki sirkulasi pembuluh darah yang baik, maka
untuk split-thickness skin graft kemudian ditutup
skin graft dapat dilakukan. Maka dari itu,
dengan melapisinya menggunakan materi pelembab
memungkinkan untuk dilakukan skin graft pada
pada luka.
jaringan granulasi, dermis, jaringan adiposa, fascia,
otot, periosteum, perikondrium, dan paratenon. Ada metode unik yang disebut “Suction Blister
Sebaliknya, sulit untuk dilakukan skin graft pada Therapy”, dimana metode ini sering digunakan untuk
permukaan tulang, kartilago dan tendon. Ketika skin penanganan vitiligo. Dengan metode ini, hanya
graft harus dilakukan pada tulang, bagian korteks epidermis yang diambil, kemudian dilakukan
dibuka, hingga tampak bagian medulla. Pada bagian epidermis skin graft pada bagian tubuh yang
medulla, skin graft mungkin untuk dilakukan. Pada mengalami vitiligo yang telah diiris.
kerusakan kulit berukuran kecil, dermis artifisial
dapat digunakan, dan kulit dapat di graft secara Pada keadaan tertentu, seperti pada nevus
sekunder.\ melanositik kongenital, hanya bagian atas dermis
yang dihilangkan, epidermis yang telah dipisahkan
secara enzimatik dapat digunakan (Gambar 3) [14].
Plastic Surgery International

Penanganan optimal pada situs donor adalah 3.4. Perawatan pascaoperasi dan pencegahan
berupa autograft [15]. Ketika terdapat kulit lebih komplikasi. Komplikasi yang paling umum terjadi
setelah dilakukan skin graft, kulit tersebut tidak adalah pigmentasi kulit dan kontraktur skin graft.
dibuang melainkan dapat dikembalikan ke situs Makin tipis graft yang digunakan, makin besar
donor. Kami menambahkan langkah tambahan yaitu kemungkinan timbulnya komplikasi tadi untuk
menghaluskan kulit yang kami sebut “recruited timbul. Namun demikian, meskipun yang digunakan
minced skin grafting” (Gambar 4). adalah full-thickness skin graft, sebagai contoh, graft
dari paha ke telapak tangan, pigmentasi irreversibel
3.2. Persiapan graft. Ketika kerusakan kulit yang mungkin tetap akan timbul. Krim hidrokuinon
akan digraft berukuran besar atau memiliki berguna untuk mengatasi pigmentasi sementara.
permukaan yang tidak bagus, maka mesh skin graft Kontraktur skin graft sering dikhawatirkan pada
dapat dilakukan. Proses meshing ini tidak hanya prosedur split-thickness skin graft yang dilakukan
menambah area permukaan yang bisa ditutupi oleh pada sisi fleksor pada sendi atau pada telapak tangan.
graft, tetapi juga dapat membantu graft untuk melekat Pada kasus-kasus seperti itu, immobilisasi dengan
lebih baik pada luka-luka yang permukaanya tidak splint atau alat lainnya sangat penting untuk
bagus. Kekurangan metode mesh skin graft ini adalah dilakukan.
luka berbentuk seperti papan catur, dimana hal ini
akan meninggalkan bekas luka yang kurang baik Referensi
dalam hal estetika dan juga ada kemungkinan
terjadinya kontraktur lebih tinggi. Selain itu perlu [1] J. L. Reverdin, “Greffes epidermiques,” Bulletin
diingat bahwa mesh skin graft tidak mencegah de la Societe Imperiale de Chirurgie de Paris,
terjadinya perdarahan pasca operasi. Satu-satunya vol. 10, p. 51, 1869.
cara untuk mencegah rusaknya graft akibat hematom [2] G. Lawson, “On the transplantation of portions
adalah dengan memperbaiki hemostasis. of skin for the closure of large granulating
surfaces,” Transactions of the Clinical Society
3.3 Fiksasi graft. Sebelum ditanamkan, kulit yang di of London, vol. 4, p. 49, 1871.
ambil untuk graft harus diperiksa apakah terjadi [3] L. Ollier, “Greffes cutanee ou auto plastiques,”
proses pembentukan hematom atau tidak. Mencuci Le bulletin—Acad´ emie Nationale de M´
bagian bawah graft dengan saline dapat membantu edecine de Paris, vol. 1, p. 243, 1872.
menghilangkan bekuan darah dan membantu [4] C. Thiersh, “Uber die feineren anatomischen
perlekatan yang lebih baik. Pada fiksasi graft, veranderungenbei aufheilung von Haut auf
langkah pertama adalah menggunakan bahan granulationen,” Verhandlungender Deutschen
nonadhesi. Lalu, graft diletakkan pada situs resipien Gesellschaft f¨ ur Chirurgie, vol. 3, p. 69, 1874.
dengan tekanan halus (10-20 mmHg) untuk [5] V.P.BlairandJ.B.Brown, “The use and uses of
melekatkan graft tanpa menimbulkan nekrosis [17]. large split skin grafts of intermediate thickness,”
Teknik “Tie-over dressing” berguna sebab teknik ini Surgery Gynecology & Obstetrics, vol. 49, p.
meminimalkan risiko pembentukan hematom atau 82, 1929.
seroma dan juga meminimalkan tekanan dari luar. [6] J.B.BrownandF.McDowell, Skin Grafting, JB
Jika mesh skin graft akan diaplikasikan, atau operasi Lippincott, Philadelphia, Pa, USA, 2nd edition,
sekunder ditanamkan apda jaringan granulasi di atas 1949.
lukan, dapat diberikan bola kapas pada luka setelah [7] I. C. Valencia, A. F. Falabella, and W. H.
penjahitan luka. Ketika akan dilakukan tie-over Eaglstein, “Skin grafting,” Dermatologic
dressing pada luka yang infeksius, maka disarankan Clinics, vol. 18, no. 3, pp. 521–532, 2000.
untuk melepas jahitan lebih awal 2-3 hari setelah [8] D. Ratner, “Skin grafting: from here to there,”
operasi dan melakukan observasi pada graft. Banyak Dermatologic Clinics, vol. 16, no. 1, pp. 75–90,
teknik fiksasi yang telah dikembangkan, seperti 1998.
reverse tie-over fixation, penggunaan benang fibrin [9] S. Mutallik and A. Ginzburg, “Surgical
atau dermabond, dan dressing tekanan negatif tanpa management of stable vitiligo: a review with
tie-over dressing [18-21].
Plastic Surgery International

personal experience,” Dermatologic Surgery, Journal of Hand Surgery, vol. 27, no. 2, pp.
vol. 26, no. 3, pp. 248–254, 2000. 129–133, 2002.
[10] S. S. Lee, C. C. Tsai, C. S. Lai, and S. D. Lin, [21] M. A. Akhavani, T. McKinnell, and N. V.
“An easy method for preparation of postage Kang, “Quilting of full thickness grafts in the
stamp autografts,” Burns, vol. 26, no. 8, pp. hand,” Journal of Plastic, Reconstructive and
741–749, 2000. Aesthetic Surgery, vol. 63, no. 9, pp. 1534–
[11] T. Harashina and R. Iso, “The treatment of 1537, 2010.
leukoderma after burns by a combination of
dermabrasion and “chip” skin grafting,” British
Journal of Plastic Surgery,vol.38,no.3,pp. 301–
305, 1985.
[12] A. Ragnell, “The secondary contracting
tendency of free skin grafts,” British Journal of
Plastic Surgery, vol. 5, no. 1, pp. 6–24, 1952.
[13] P. Silverstein, W. F. McManus, and B. A. Pruitt
Jr, “Subcuta-neous tissue infiltration as an
adjunct to split-thickness skin grafting,” The
American Journal of Surgery, vol. 123, no. 5,
pp. 624–625, 1972.
[14] K. Kishi, R. Ninomiya, K. Okabe et al.,
“Treatment of giant congenital melanocytic nevi
with enzymatically separated epidermal sheet
grafting,” Journal of Plastic, Reconstructive and
Aesthetic Surgery, vol. 63, no. 6, pp. 914–920,
2010.
[15] M. F. Fatah and C.M.Ward, “Themorbidity of
split-skin graft donor sites in the elderly: the
case formesh-grafting the donor site,” British
Journal of Plastic Surgery, vol. 37, no. 2, pp.
184– 190, 1984.
[16] J. C. Tanner, J. Vandeput, and J. F. Olley,
“Themesh skin graft,” Plastic and
Reconstructive Surgery, vol. 34, pp. 287–292,
1964.
[17] A. Sakurai and O. Fukuda, “The effect of tie
over pressure on skin graft “take”,” Japanese
Journal of Plastic and Reconstructive Surgery,
vol. 4, p. 917, 1984.
[18] M.Murakami, H. Hyakusoku, and S. Ishimaru,
“External wire frame fixation of eyelid graft,”
British Journal of Plastic Surgery, vol. 56, no. 3,
pp. 312–313, 2003.
[19] J. S. Lewis, C. M. O’Brien, and D. L. Martin,
“The “tie-over dressing” refined,” Plastic and
Reconstructive Surgery, vol. 108, no. 1, pp.
264–265, 2001.
[20] A. Misra and H. J. Belcher, “A new loop suture
tie-over the technique for skin graft dressings,”

Anda mungkin juga menyukai