Review Article
Skin Graft
Ruka Shimizu and Kazuo Kishi
Department of Plastic and Reconstructive Surgery, Keio University, School of Medicine, 35 Shinanomachi,
Shinjukuku, Tokyo 160-8582, Japan
Copyright © 2012 R. Shimizu and K. Kishi. This is an open access article distributed under the Creative
Commons Attribution. License, which permits unrestricted use, distribution, and reproduction in any
medium, provided the original work is properly cited.
Skin graft merupakan salah satu teknik yang penting dalam bidang ilmu bedah plastik dan kulit. Skin gaft
digunakan pada berbagai macam keadaan klinis, seperti luka akibat trauma, defek akibat reseksi onkologi,
rekonstruksi luka bakar, operasi pelepasan kontraktur luka, penyakit kulit kongenital, vitiligo, dan
rekonstruksi areola. Skin graft pada umumnya tidak gunakan pada luka-luka yang kompleks. Kondisi-
kondisi yang berhubungan dengan ruang dalam dan eksposure tulang biasanya membutuhkan skin flaps
atau muscle flaps. Dalam review kali ini, kami menjelaskan mengenai bagaimana cara melakukan skin graft
yang benar, serta beberapa variasi dari skin graft.
Gambar 1. Wanita 47 tahun menderita basal cell carcinoma pada palpebra inferior. Setelah menjalani reseksi
tumor, dilakukan full-thickness skin graft pada palpebra (a). 2 tahun pasca operasi (b).
Gambar 2. Gambaran kulit split-thickness skin graft dari kulit kepala dengan ketealan 350 µm (a). Situs donor
(b).
sebagian dari dermis, maka disebut split-thickenss dengan vaskularisasi yang minimal namun lebih
skin graft. Jika graft melibatkan seluruh lapisan rentan mengalami kontraktur. Sebaliknya, full-
dermis, maka disebut full-thickness skin graft. Split- thickness skin grafts membutuhkan vascular bed
thickness kemudian terbagi lagi menjadi mesh skin yang lebih baik, namun jarang mengalami kontraktur.
graft, stam skin grafts dan chip skin grafts,
berdasarkan bentuknya [10,11]. 2.2. Situs donor. Dengan pertimbangan estetika hasil,
situs donor harus memiliki kesamaan dengan situs
Jumlah dermis yang digunakan dalam skin graft penerima dalam hal konsistensi, ketebalan, warna dan
menentukan baik kemungkinan bertahannya kulit dan tekstur. Untuk skin graft pada bagian wajah, dimana
kemungkinan terjadinya kontraktur. Disebutkan pada daerah ini membutuhkan perawatan maksimal,
bahwa, split-thickness dapat bertahan pada kondisi maka biasanya dilakukan full-thickness skin graft.
Plastic Surgery International
Gambar 3. Skema pemisahan enzimatik epidermal skin graft (a). Seorang anak perempuan dengan nevus
melanositik kongenital pada punggungnya. Dilakukan epidermal skin graft setelah epidermis dipisahkan secara
enzimatik dan bagian atas edermis dibuang (b).
Gambar 4. Skema recruited minced skin grafting (a). Kulit yang dihaluskan (b). 1 tahun pasca dilakukan minced
skin grafting (c). Bekas luka hampir tidak terlihat (d).
Situs donor yang biasanya digunakan untuk full- contoh, kulit palpebra tipis dan punya beberapa
thickness skin grafts pada kepala dan leher adalah kelenjar, kulit hidung tebal dan memiliki kelenjar
regio postauricular, regio auricular anterior, fossa yang relatif besar. Meskipun regio postauricular
nasolabialis, regio supraclavicular, palpebra dan sering dipakai dalam full-thickness skin graft pada
leher. Meskipun pada wajah yang sama, karakteristik palpebra inferior, namun untuk hasil yang lebih
kulit dapat berbeda tergantung dari lokasi. Sebagai estetika, maka lebih baik menggunakan kulit dari
kulit palpebra superior (Gambar 1).
Plastic Surgery International
Penanganan optimal pada situs donor adalah 3.4. Perawatan pascaoperasi dan pencegahan
berupa autograft [15]. Ketika terdapat kulit lebih komplikasi. Komplikasi yang paling umum terjadi
setelah dilakukan skin graft, kulit tersebut tidak adalah pigmentasi kulit dan kontraktur skin graft.
dibuang melainkan dapat dikembalikan ke situs Makin tipis graft yang digunakan, makin besar
donor. Kami menambahkan langkah tambahan yaitu kemungkinan timbulnya komplikasi tadi untuk
menghaluskan kulit yang kami sebut “recruited timbul. Namun demikian, meskipun yang digunakan
minced skin grafting” (Gambar 4). adalah full-thickness skin graft, sebagai contoh, graft
dari paha ke telapak tangan, pigmentasi irreversibel
3.2. Persiapan graft. Ketika kerusakan kulit yang mungkin tetap akan timbul. Krim hidrokuinon
akan digraft berukuran besar atau memiliki berguna untuk mengatasi pigmentasi sementara.
permukaan yang tidak bagus, maka mesh skin graft Kontraktur skin graft sering dikhawatirkan pada
dapat dilakukan. Proses meshing ini tidak hanya prosedur split-thickness skin graft yang dilakukan
menambah area permukaan yang bisa ditutupi oleh pada sisi fleksor pada sendi atau pada telapak tangan.
graft, tetapi juga dapat membantu graft untuk melekat Pada kasus-kasus seperti itu, immobilisasi dengan
lebih baik pada luka-luka yang permukaanya tidak splint atau alat lainnya sangat penting untuk
bagus. Kekurangan metode mesh skin graft ini adalah dilakukan.
luka berbentuk seperti papan catur, dimana hal ini
akan meninggalkan bekas luka yang kurang baik Referensi
dalam hal estetika dan juga ada kemungkinan
terjadinya kontraktur lebih tinggi. Selain itu perlu [1] J. L. Reverdin, “Greffes epidermiques,” Bulletin
diingat bahwa mesh skin graft tidak mencegah de la Societe Imperiale de Chirurgie de Paris,
terjadinya perdarahan pasca operasi. Satu-satunya vol. 10, p. 51, 1869.
cara untuk mencegah rusaknya graft akibat hematom [2] G. Lawson, “On the transplantation of portions
adalah dengan memperbaiki hemostasis. of skin for the closure of large granulating
surfaces,” Transactions of the Clinical Society
3.3 Fiksasi graft. Sebelum ditanamkan, kulit yang di of London, vol. 4, p. 49, 1871.
ambil untuk graft harus diperiksa apakah terjadi [3] L. Ollier, “Greffes cutanee ou auto plastiques,”
proses pembentukan hematom atau tidak. Mencuci Le bulletin—Acad´ emie Nationale de M´
bagian bawah graft dengan saline dapat membantu edecine de Paris, vol. 1, p. 243, 1872.
menghilangkan bekuan darah dan membantu [4] C. Thiersh, “Uber die feineren anatomischen
perlekatan yang lebih baik. Pada fiksasi graft, veranderungenbei aufheilung von Haut auf
langkah pertama adalah menggunakan bahan granulationen,” Verhandlungender Deutschen
nonadhesi. Lalu, graft diletakkan pada situs resipien Gesellschaft f¨ ur Chirurgie, vol. 3, p. 69, 1874.
dengan tekanan halus (10-20 mmHg) untuk [5] V.P.BlairandJ.B.Brown, “The use and uses of
melekatkan graft tanpa menimbulkan nekrosis [17]. large split skin grafts of intermediate thickness,”
Teknik “Tie-over dressing” berguna sebab teknik ini Surgery Gynecology & Obstetrics, vol. 49, p.
meminimalkan risiko pembentukan hematom atau 82, 1929.
seroma dan juga meminimalkan tekanan dari luar. [6] J.B.BrownandF.McDowell, Skin Grafting, JB
Jika mesh skin graft akan diaplikasikan, atau operasi Lippincott, Philadelphia, Pa, USA, 2nd edition,
sekunder ditanamkan apda jaringan granulasi di atas 1949.
lukan, dapat diberikan bola kapas pada luka setelah [7] I. C. Valencia, A. F. Falabella, and W. H.
penjahitan luka. Ketika akan dilakukan tie-over Eaglstein, “Skin grafting,” Dermatologic
dressing pada luka yang infeksius, maka disarankan Clinics, vol. 18, no. 3, pp. 521–532, 2000.
untuk melepas jahitan lebih awal 2-3 hari setelah [8] D. Ratner, “Skin grafting: from here to there,”
operasi dan melakukan observasi pada graft. Banyak Dermatologic Clinics, vol. 16, no. 1, pp. 75–90,
teknik fiksasi yang telah dikembangkan, seperti 1998.
reverse tie-over fixation, penggunaan benang fibrin [9] S. Mutallik and A. Ginzburg, “Surgical
atau dermabond, dan dressing tekanan negatif tanpa management of stable vitiligo: a review with
tie-over dressing [18-21].
Plastic Surgery International
personal experience,” Dermatologic Surgery, Journal of Hand Surgery, vol. 27, no. 2, pp.
vol. 26, no. 3, pp. 248–254, 2000. 129–133, 2002.
[10] S. S. Lee, C. C. Tsai, C. S. Lai, and S. D. Lin, [21] M. A. Akhavani, T. McKinnell, and N. V.
“An easy method for preparation of postage Kang, “Quilting of full thickness grafts in the
stamp autografts,” Burns, vol. 26, no. 8, pp. hand,” Journal of Plastic, Reconstructive and
741–749, 2000. Aesthetic Surgery, vol. 63, no. 9, pp. 1534–
[11] T. Harashina and R. Iso, “The treatment of 1537, 2010.
leukoderma after burns by a combination of
dermabrasion and “chip” skin grafting,” British
Journal of Plastic Surgery,vol.38,no.3,pp. 301–
305, 1985.
[12] A. Ragnell, “The secondary contracting
tendency of free skin grafts,” British Journal of
Plastic Surgery, vol. 5, no. 1, pp. 6–24, 1952.
[13] P. Silverstein, W. F. McManus, and B. A. Pruitt
Jr, “Subcuta-neous tissue infiltration as an
adjunct to split-thickness skin grafting,” The
American Journal of Surgery, vol. 123, no. 5,
pp. 624–625, 1972.
[14] K. Kishi, R. Ninomiya, K. Okabe et al.,
“Treatment of giant congenital melanocytic nevi
with enzymatically separated epidermal sheet
grafting,” Journal of Plastic, Reconstructive and
Aesthetic Surgery, vol. 63, no. 6, pp. 914–920,
2010.
[15] M. F. Fatah and C.M.Ward, “Themorbidity of
split-skin graft donor sites in the elderly: the
case formesh-grafting the donor site,” British
Journal of Plastic Surgery, vol. 37, no. 2, pp.
184– 190, 1984.
[16] J. C. Tanner, J. Vandeput, and J. F. Olley,
“Themesh skin graft,” Plastic and
Reconstructive Surgery, vol. 34, pp. 287–292,
1964.
[17] A. Sakurai and O. Fukuda, “The effect of tie
over pressure on skin graft “take”,” Japanese
Journal of Plastic and Reconstructive Surgery,
vol. 4, p. 917, 1984.
[18] M.Murakami, H. Hyakusoku, and S. Ishimaru,
“External wire frame fixation of eyelid graft,”
British Journal of Plastic Surgery, vol. 56, no. 3,
pp. 312–313, 2003.
[19] J. S. Lewis, C. M. O’Brien, and D. L. Martin,
“The “tie-over dressing” refined,” Plastic and
Reconstructive Surgery, vol. 108, no. 1, pp.
264–265, 2001.
[20] A. Misra and H. J. Belcher, “A new loop suture
tie-over the technique for skin graft dressings,”