Anda di halaman 1dari 24

BAGIAN ILMU OBSENTRI & GINEKOLOGI MEI 2018

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN

TRIKOMONIASIS

OLEH :

NUR NAZMI SELAN


(C11108366)

RESIDEN PEMBIMBING :

Dr. Ahmad Riyanto

SUPERVISOR PEMBIMBING :

Dr.dr. Efendi lukas, Sp,Og (K)

DIBAWAKAN DALAM RANGKA KEPANITERAAN KLINIK

BAGIAN ILMU OBSENTRI & GINEKOLOGI

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR

2018

1
DAFTAR ISI

SAMPUL …………….......................................................................... i
LEMBAR PENGESAHAN ................................................................ ii
DAFTAR ISI …………..……………………………………………… iii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................... 1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi ..................................................................................... 3
B. Etiologi ..................................................................................... 4
C. Cara penularan ........................................................................... 5
D. Patofisiologi............................................................................... 6
E. Gejala Klinis Klinis.................................................................... 7
F. Trikomoniasis dalam kehamilan ………………………………. 11
G. Diagnosis ...................................................................................... 12
H. Diagnosis banding ..………….................................................... 13
I. Terapi ………… ……................................................................. 17
J. Komplikasi………..................................................................... 19
K. Pencegahan……………………………………………………... 19
L. Prognosis ……………………………………………………….. 20
BAB III KESIMPULAN ……………………………………………… 21

DAFTAR PUSTAKA ………………..………………………………... iv

2
BAB I

PENDAHULUAN

Trikomoniasis disebabkan oleh parasit Trichomonas vaginalis atau


tricomonad. Trikomoniasi pada saluan urogenital dapat menyebabkan vaginitis dan
sistitis. Walaupun sebagian besar tanpa gejala, akan tetapi dapat menimbulkan
masalah kesehatan yang tidak kurang pentingnya, misalnya perasaan dispareunia,
kesukaran melakukan hubungan seksual yang dapat menimbulkan ketidakserasian
dalam keluarga. Pada pria dapat menyebabkan uretritis dan prostatitis yang kira-kira
merupakan 15% kasus uretritis nongonore.1

Trikomoniasis terjadi hampir di seluruh belahan dunia terutama dinegara


berkembang, salah satunya di Indonesia. Pengetahuan masyarakat tentang
trikomoniasis masih kurang karena tingkat pendidikan yang rendah dan juga
kurangnya kesadaran untuk menjaga kebersihan diri. Frekuensi meningkat terutama
didaerah daerah yang hygiene sanitasinya kurang dan aktifitas seksual yang tinggi.2

Trikomoniasis adalah infeksi saluran genetalia yang disebabkan oleh


trichomonas vaginalis. Trichomonas vaginalis ditemukan pertama kali pada tahun
1836 oleh Donne dan sejak lama parasit ini dianggap sebagai mikroorganisme
komensal pada wanita . Tetapi pada tahun 1916 oleh Hohne mendiskripsikan bahwa
parasit ini sebagai suatu kesatuan klinis penyebab trikomoniasis.2

Pada wanita Trichomonas vaginalis sering diketemukan pada kelompok usia


20 – 49 tahun , berkembang pada usia muda dan usia lanjut dan jarang terjadi pada
anak gadis. Pada penelitihan sekitar tahun enampuluhan angka infeksi Trichomonas
vaginalis mencapai tiga kali lipat dari infeksi candida pada wanita yang telah
menikah. Dan angka ini bervariasi dapat mencapai 15 % atau lebih terutama pada
wanita yang kurang memperhatikan kualitas kebersihan pribadinya.2

3
Kelangsungan hidup dan pertumbuhan T. vaginalis didukung ketika
lingkungannya lembab, pH adalah 4,9-7,5, dan suhu adalah 35 ° -37 ° C. Organisme
yang lebih kuat dan biasanya lebih kecil diamati pada kisaran pH 5,5-5,8 dan motil
yang lebih sedikit dan organisme yang lebih besar dijumpai ketika pH lebih tinggi
atau lebih rendah dari optimum. Dipercaya bahwa T. vaginalis adalah anaerob
fakultatif karena membentuk asam laktat dan karbon dioksida dari gula dan pati,
tetapi oksigen yang berlebihan mengurangi metabolisme karbohidrat dan menekan
pertumbuhan.3 Untuk pengobatan hingga saat ini metronidazole merupakan
anyimikroba yang efektif untuk mengobati trikomoniasis.4

Trichomonas vaginalis ini juga dapat ditularkan ke neonatus selama


perjalanan melalui saluran lahir yang terinfeksi, tetapi infeksi biasanya asimtomatik.
Infeksi Trichomonas vaginalis sering asimtomatik pada orang dewasa; itu bisa
menyebabkan uretritis pada pria. Wanita simptomatik dengan trikomoniasis biasanya
mengeluhkan keputihan, nyeri vulvovaginal, dan / atau iritasi. Komplikasi vaginitis
trichomonal yang telah dilaporkan termasuk ketuban pecah dini, persalinan prematur,
berat lahir rendah.3.5

4
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. DEFINISI

Trikomoniasis merupakan infeksi saluran urogenital bagian bawah pada


wanita maupum pria, dapat bersifat akut atau kronik, disebabkan oleh Trichomonas
vaginalis dan penularannya biasanya melalui hubungan seksual.1,2,3,4,5

B. EPIDEMIOLOGI

Penularan umumnya melalui hubungan kelamin, tetapi dapat juga melalui


pakaian, handuk atau karena berenang. Oleh karena itu trikomoniasis ini terutama
ditemukan pada orang dengan aktivitas seksual tinggi, tetapi dpat juga ditemukan
pada bayi dan penderita setelah menopause. Penderita wanita lebih banyak di
bandingkan dengan laki-laki.1

Trikomoniasis vagina ditemukan di mana-mana, sukar untuk menentukan


frekuensi penyakit ini di suatu daerah atau negeri, karena kebanyakan penelitian
dilakukan pada golongan tertentu saja seperti golongan wanita hamil (18 – 25 % di
AS) dan dari klinik ginekologi ( 30 – 40 % di Eropa timur ). Di Indonesia berdasar
hasil penelitian di RSCM Jakarta terdapat 16% kasus dari klinik kebidanan dan 25 %
wanita dari klinik ginekologi ( sample sebanyak 1146 orang ). Trichomonas vaginalis
biasanya ditularkan melalui hubungan seksual dan ternyata organisme ini dapat
bertahan hidup selama 45 menit di tempat dudukan toilet, pakaian mandi dan air
hangat.2

Penularan perinatal ditemukan sekitar 5 % dari ibu yang terinfeksi


trikomoniasis, tetapi biasanya sembuh dengan sendirinya ( self – limited ) oleh karena

5
metabolism dari hormon ibu. Pada wanita Trichomonas vaginalis sering
diketemukan pada kelompok usia 20 – 49 tahun , berkembang pada usia muda dan
usia lanjut dan jarang terjadi pada anak gadis. Pada penelitihan sekitar tahun
enampuluhan angka infeksi Trichomonas vaginalis mencapai tiga kali lipat dari
infeksi candida pada wanita yang telah menikah. Dan angka ini bervariasi dapat
mencapai 15 % atau lebih terutama pada wanita yang kurang memperhatikan kualitas
kebersihan pribadinya .2

Prevalensi T. vaginalis tidak diketahui, tetapi tersebar di seluruh dunia dan


telah ditunjukkan di setiap masyarakat. Sebagai perkiraan global, sekitar 15-20% dari
semua wanita dan 3–10% dari semua pria terkena trikomonas vaginalis.3
/
C. Etiologi

Penyebab trikomoniasis ialah Trichomonas vaginalis yang pertama kali


ditemukan oleh Donne uukarya, pada tahun 1836. Merupakan falgelata berbentuk
filiformis, berukuran 15-18 mikron, T. vaginalis adalah organisme berbentuk buah pir
yang mendorong dirinya dengan empat flagel seperti cambuk yang menonjol dari
ujung depannya. Sebuah flagel kelima, melekat ke membran bergelombang,
memanjang ke belakang. Sebuah ekor berduri yang disebut axostyle merupakan ujung
dari T. vaginalis. Hal ini dipercaya bahwa T. vaginalis menempelkan diri ke jaringan
dengan axostyle mereka yang menyebabkan beberapa iritasi dan peradangan yang
berhubungan dengan infeksi trikomoniasis.1,2,4,5
Parasit ini berkembang biak secara belah pasang memanjang dan dapat hidup
dalam suasana Ph 5-7,5. Pada suhu 50℃ akan mati dalam beberapa menit, tetapi pada
suhu 0℃ dapat bertahan sampai 5 hari masa inkubasi 4-28 hari. T.vaginalis adalah
organisme anaerobik maka energi diproduksi melalui fermentasi gula dalam
strukturnya yang dikenal sebagai hydrogenosome. T.vaginalis memperoleh makanan
melalui osmosis dan fagositosis. Perkembangbiakannya adalah melalui pembelahan

6
diri (binary fision) dan intinya membelah secara mitosis yang dilakukan dalam 8
hingga 12 jam pada kondisi yang optimum.1

Gambar 1 : sitologi dan histologi dari sel epitel vagina yang terinfeksi
Trichomonasvaginalis.2

D. CARA PENULARAN

Penularan umumnya melalui hubungan kelamin, tetapi dapat juga melalui


pakaian , handuk atau karena berenang / mandi di air yang telah terkontaminasi
Trichomonas vaginalis . Oleh karena itu trikomoniasis ini terutama ditemukan pada
orang dengan aktifitas seksual yang tinggi, tetapi dapat juga diketemukan pada bayi
yang baru lahir dan penderita setelah menopause. Penderita wanita lebih banyak
disbanding pria karena kurang memperhatikan kebersihan dan kelembaban alat
kelaminnya.2 Trichomonas vaginalis ini juga dapat ditularkan ke neonatus selama
perjalanan melalui saluran lahir yang terinfeksi, tetapi infeksi biasanya asimtomatik.3

7
E. PATOGENESIS

Trichomonas vaginalis mampu menimbulkan peradangan pada dinding


saluran urogenital dengan cara invasi sampai mencapai jaringan epitel dan subepitel.
Masa tunas rata-rata 4 hari sampai 3 minggu. Pada kasus yang lanjut terdapat bagian-
bagian dengan jaringan granulasi yang jelas. Nekrosis dapat ditemukan dilapisan
subepitel yang menjalar sampai dipermukaan epitel. Di dalam vagina dan urethra
parasit hidup dari sisa-sisa sel, kuman-kuman dan benda lain yang terdapat dalam
secret .1

Trichomonas vaginalis masuk kedalam vagina melalui hubungan seksual,


maupun kontaminan air sungai , yang kemudian menyerang epitel squamosa vagina
dan mulai bermultiplikasi secara aktif . Hal ini menyebabkan suplai glikogen untuk
kuman lactobacillus menjadi berkurang bahkan menjadi tidak ada sama sekali dan
diketahui secara invitro ternyata trichomonas vaginalis ini memakan dan membunuh
lactobacillus dan bakteri lainnya . Akibatnya jumlah lactobacillus Doderline menjadi
sedikit dan dapat hilang samasekali sehingga produksi asam laktat akan semakin
menurun.2

Akibat kondisi ini , pH vagina akan meningkat antara 5,0 – 5,5 . pada suasana
pH seperti ini selain Trichomonas vaginalis berkembang semakin cepat , akan
memungkinkan untuk berkembang mikroorganisme pathogen lainnya seperti bakteri
dan jamur. Sehingga pada infeksi trikomoniasis sering dijumpai bersamaan dengan
infeksi mikroorganisme pathogen lainnya pada vagina. Contoh infeksi oleh
organisme yang pathogen seperti Ureaplasma urealitikum dan Mycoplasma hominis
sekitar lebih dari 90%, Gardnerella vaginalis sekitar 90%, Neisseria gonorrhoe sekitar
30%, jamur sekitar 20% dan Chlamydia trachomatis sekitar 15% .2

suatu penelitihan invitro terhadap Trichomonas vaginalis menunjukkan


organisme ini memiliki kemampuan untuk menghancurkan sel target dengan kontak

8
langsung tanpa harus melalui proses fagositosis. Organisme ini menghasilkan suatu
factor pendeteksi sel yang menyebabkan kehancuran sel sehingga epitel vagina
mengelupas. Suatu penelitihan juga menunjukkan bahwa gejala trikomonasis
dipengaruhi oleh konsentrasi estrogen vagina , makin tinggi kadarnya makin
berkurang gejala yang ditimbulkannya . Hal ini dapat menjelaskan mengapa
pemakaian estradiol intra vaginal dapat mengurangi gejala klinis Trichomonas
vaginitis.2

F. GEJALA KLINIS

Trikomoniasis pada wanita, yang diserang terutama dinding vagina, dapat


bersifat akut maupun kronik. Pada kasus akut terlihat secret vagina seropurulen
berwarna kekuning-kuningan, kuning-hijau, berbau tidak enak (malodorous), dan
berbusa. Dinding vagina tampak kemerahan dan sembab. Kadang-kadang terbentuk
abses kecil pada dinding vagina dan serviks, yang tampak sebagai granulasi berwarna
merah yang dikenal sebagai strawberry appearance dan disertai gejala dispareunia,
perdarahan pasca mkoitus dan perdarahan intermenstrual.1,2,3,4,5

Trikomoniasis juga sering menimbulkan komplikasi pada wanita yang bisa


menyebabkan infeksi pada kelenjar skene , barthilinitis radang pada kelenjar bartolin
urethritis ( radang pada urethra ) , dan cystitis ( radang pada kandung kemih ) serta
gangguan psikologi melengkapi infeksi trikomoniasis. Namun dari semua keluhan
yang ada ternyata sekret vagina yang berupa cairan keputihan ( flour albus )
merupakan kelainan utama dan biasa diketemukan pada trikomoniasis. Tetapi jika
hal ini digunakan sebagai diagnose tunggal dengan adanya nanah , sekret yang
berbusa dianggap merupakan karakteristik vaginitis karena trikomoniasis maka 88%
akan memberikan hasil negative palsu artinya wanita yang benar – benar terinfeksi
menjadi tidak terdeteksi.2

9
Gambaran 2 : infeksi Trichomonas vaginalis seperti buah strawberry.2

Bila secret banyak yang keluar bisa timbul iritasi pada lipat paha atau sekitar
genitalia eksterna. Bau yang kuat, iritasi atau gatal –gatal disekitar vagina. Selain
vaginitis dapat pula terjadi uretritis, bartholinitis, skenitis, dan sistitis yang pada
umumnya tanpa keluhan. Pada kasus yang kronik gejala lebih ringan dan secret
vagina biasanya tidak berbusa. 1,2

10
Gambar 3 : Vagina yang terinfeksi oleh Trichomonas vaginalis.2

Gejala klinik pada perempuan hamil tidak banyak berbeda dengan keadaan
tidak hamil. Akan tetapi, bila ditemukan infeksi T.vaginalis pada trimester kedua
kehamilan dapat mengakibatkan premature rupture membrane, bayi berat lahir rendah
(BBLR), dan abortus.4

Pola klinis trikomoniasis urogenital pada wanita terdiri dari:3

1. trikomoniasis tanpa gejala


2. trikomoniasis simtomatik, bentuk akut dan kronis
1. Tanpa gejala

Sekitar 70% wanita yang mengandung T. vaginalis adalah pembawa


organisme yang tidak bergejala. Dalam sebuah penelitian tentang gravida dalam kota
yang disajikan untuk perawatan prenatal, 9,4% terinfeksi T. vaginalis. Hanya 18,2%
wanita yang terinfeksi memiliki gejala terkait vaginitis sebelum pemeriksaan
panggul.3

11
Secara karakteristik, pasien gagal mengalami gejala apa pun yang biasanya
terkait dengan penyakit. Pemeriksaan panggul tidak menunjukkan tanda-tanda
objektif dari reaksi jaringan, pH vagina normal, dan lactobacilli hadir. Dipostulasikan
bahwa pada wanita ini, baik lingkungan vagina sementara kurang baik untuk
pertumbuhan progresif T. vaginalis atau organisme tertentu adalah strain yang kurang
ganas yang tidak mampu membangkitkan respons dan gejala jaringan yang
signifikan. Karena semua wanita dengan trikomoniasis asimtomatik mampu
menularkan penyakit, dan banyak yang akhirnya akan menjadi simtomatik, terapi
diindikasikan.3

2. Dengan gejala

Gejala-gejala trikomoniasis urogenital akut bervariasi. Pasien mungkin


menunjukkan keputihan yang banyak, berbusa, abu-abu, dan berbau busuk yang
berhubungan dengan rasa gatal, kemerahan, bengkak, dan kelembutan introitus yang
parah; dan mengeluh dispareunia, disuria, dan frekuensi kencing (Angka 56,3 &
56,4). Nyeri tekan uterus mungkin hadir. Tapi sindrom klasik ini hanya menyumbang
10% dari kasus. Biasanya gejalanya kurang parah.3

Pada laki-laki yang diserang terutama uretra, kelenjar prostat, kadang-kadang


preputium, vesikula seminalis, dan peididmis. Pada umumnya gambaran klinis lebih
ringan dibandingkan dengan wanita. Bentuk akut gejalanya mirip urethritis
nongonore, misalnya dysuria, polyuria dan secret uretra mukoid atau mukopurulent
urin biasanya jernih, tetapi kadang 0 kadang ada benang halus. Pada bentuk kronik
gejala-gejalanya tidak khas : gatal pada uretra, dysuria dan urun keruh pada pagi
hari.1

Pada umumnya gambaran klinis lebih ringan dibandingkan dengan wanita.


Bentuk akut gejalanya mirip uretritis nongonore, misalnya disuria, poliuria, dan
secret uretra mukoid atau mukopurulen. Urin biasanya jernih, tetapi kadang-kadang

12
ada benang halus. Pada bentuk kronik gejalanya tidak khas; gatal pada uretra, disuria,
dan urin keruh pada pagi hari.1,4

Trikomoniasis juga sering menimbulkan komplikasi pada wanita yang bisa


menyebabkan infeksi pada kelenjar skene , barthilinitis radang pada kelenjar bartolin
urethritis ( radang pada urethra ) , dan cystitis ( radang pada kandung kemih ) serta
gangguan psikologi melengkapi infeksi trikomoniasis. Namun dari semua keluhan
yang ada ternyata sekret vagina yang berupa cairan keputihan ( flour albus )
merupakan kelainan utama dan biasa diketemukan pada trikomoniasis.2

Pada Neonatus

 Neonatus dapat terinfeksi trikomonas vaginalismmelalui jalan lahir ibunya


yang menderita trikomoniasis

 Pada neonatus dapat timbul duh tubuh vaginadalam minggu pertama


kehidupan tetapi biasanyaasimptomatis

G. TRICHOMONIASIS DALAM KEHAMILAN

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa wanita hamil yang terinfeksi T.


vaginalis mungkin berisiko lebih tinggi terhadap hasil perinatal yang merugikan.
Dalam studi rumah sakit yang berafiliasi universitas dengan 13816 pasien, Cotch et
al. menemukan bahwa wanita hamil yang terinfeksi T. vaginalis pada pertengahan
kehamilan secara statistik secara signifikan lebih mungkin untuk memiliki bayi berat
lahir rendah dan untuk melahirkan prematur.

Belum ada penelitian yang membagi gravida dengan trichomoniasis menjadi


akut dan kronis dengan atau tanpa bacteriosis vagina bersamaan. Namun ada
penelitian oleh Meis dkk. dan McGreagor dkk. telah menunjukkan bahwa kehadiran
bacteriosis vagina pada 22 dan 28 minggu kehamilan secara statistik dikaitkan dengan

13
peningkatan risiko kelahiran prematur spontan. McGregor dkk. sama menunjukkan
bahwa pengobatan clindamycin yang diberikan secara oral dikaitkan dengan 50%
pengurangan vaginosis bakteri yang dikaitkan kelahiran prematur dan ketuban pecah
dini.3

H. DIAGNOSIS

Diagnosis dapat ditegakkan melalui hal – hal berikut ini :


1. Gejala klinis.
Diagnosis ditegakkan melalui gejala klinis baik yang subyektif maupun
obyektif. Tetapi diagnosis sulit ditegakkan pada penderita pria dimana
trikomoniasis pada pria hanya dijumpai sedikit organisme Trichomonas vaginalis
dibandingkan dengan wanita penderita trikomoniasis.1,3
2. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan secara mikroskopik dapat dibedakan menjadi 2 berdasarkan
sampel yang digunakan sebagai bahan pemeriksaan yaitu :3
a. Sediaan sekret vagina Pengambilan sampel sekret vagina dilakukan
dengan cara – cara pap smear. Kemudian buat sediaan lalu dilakukan
pengecatan dan lihat di bawah mikroskop. Pemeriksaan mikroskopis
secara langsung dapat juga dilakukan dengan cara membuar sediaan dari
sekret vagina yang dicampur dengan satu tetes garam fisiologis diatas
gelas obyek dan langsung dilihat dibawah mikroskop. Pemberian beberapa
tetes KOH 10 – 20 % pada cairan vagina yang diperiksa , dapat
menimbulkan bau yang tajam dan amis pada 75% wanita yang positif
trikomoniasis dan infeksi bacterial vaginosis. Tetapi tidak pada mereka
yang menderita vulvovaginal kandidiasis.untuk menyingkirkan bacterial
vaginosis dari infeksi trikomoniasis dapat diketehui dengan memeriksa
konsentrasi lactobacillus yang jelas berkurang pada trikomoniasis dan pH
vagina yang basa. Pada pria , pengambilan sekret dilakukan dengan

14
memencet gland penis sampai cairan terkumpul diujung gland penis lalu
dibuka. Pada pemeriksaan sekret secara mikroskopik pada mereka yang
terinfeksi trikomoniasis sering dijumpai sel – sel PMN yang sangat
banyak , coccobacillus , serta organisme Trichomonas vaginalis yang
pada sediaan yang segar dapat kelihatan motil.1,3
b. Sediaan sedimen urin Urin yang akan diperiksa, sebelumnya diputar
terlebih dahulu dengan kecepatan rendah selama 5 menit, kemudian
dibuang supernatannya. Sedimen yang mengendap pada dasar tabung
tersebut diperiksa secara mikroskopis dengan lensa obyektif 10 kali atau
memakai lensa obyektif 40 kali untuk mengamati Trichomonas vaginalis .
Setelah itu segera dilakukan pengecatan.3
c. Kultur Selain pemeriksaan secara klinis dan mikroskopis langsung, cara
lain yang dapat dilakukan adalah dengan kultur, terutama pada mereka
yang sedikit jumlah organisme Trichomonas vaginalisnya , seperti pada
pria atau wanita penderita trikomoniasis kronik.3
d. Serologi dan Immunologi. Pemeriksaan dengan cara ini belum menjamin
dan belum cukup sensitive untuk mendiagnosis infeksi Trichomonas
vaginalis . Walaupun sudah banyak penelitihan yang akhir – akhir ini
menggunakan teknik serologi untuk mendiagnosis infeksi Trichomonas
vaginalis.3

I. Diagnosis Banding

 Vaginosis bakterial

Vaginosis bakterial adalah keadaan abnormal pada ekosistem vagina yang di-
sebabkan bertambahnya pertumbuhan flora vagina bakteri anaerob menggantikan
Lactobacillus yang mempunyai konsentrasi tinggi sebagai flora normal vagina.3
Gardnerella vaginalis sendiri juga merupakan bakteri anaerob batang gram variable

15
yang mengalami hiperpopulasi sehingga menggantikan flora normal vagina dari yang
tadinya bersifat asam menjadi bersifat basa. Perubahan ini terjadi akibat
berkurangnya jumlah Lactobacillus yang menghasilkan hidrogen peroksida.

Wanita dengan bakterial vaginosis mengeluh adanya duh tubuh yang berbau
tidak enak (amis) yang dinyatakan oleh penderita sebagai satu-satunya gejala yang
tidak menyenangkan. Bau lebih menusuk setelah senggama dan mengakibatkan darah
menstruasi berbau abnormal. Penderita mengeluh iritasu sekitar vaginam rasa
terbakar dan gatal dan timbul edema serta eritema sekitar vulva. Pada pemeriksaan,
yang khas duh tubuh vagina bertambah, warna abu-abu homogen, viskositas normal,
berbau dan jarang berbusa. Duh tubuh melekat pada dinding vagina dan terlihat
sebagai lapisan tipis atau kilauan tubuh yang difus.6

Dengan hanya mendapat satu gejala, tidak dapat menegakkan suatu diagnosis,
oleh sebab itu didapatkan kriteria klinis untuk bakterial vaginosis yang sering disebut
sebagai kriteria Amsel (1983) yang berpendapat bahwa terdapat tiga dari empat
gejala, yaitu :

 Adanya sekret vagina yang homogen, tipis, putih, melekat pada dinding
vagina dan abnormal
 pH vagina > 4,5
 Tes amin yang positif, yang mana sekret vagina yang berbau amis sebelum
atau setelah penambahan KOH 10% (Whiff test).6

16
Gambar 4. Vagina dengan Vaginosis Bakterial
 Kandidosis
Kandidosis atau Kandidiasis, yang disebabkan oleh Candida Albicans.
Infeksi ini sering menyerang kaum wanita namun menjadi lebih sering dan berat pada
penderita gangguan imunologi yang berat. Faktor resiko kandidiasis : diabetes
melitus – pemakaian kontrasepsi oral – kortikosteroid atau antibiotika
Keluhan

 Gatal – pedih daerah vulva


 Labia dan vulva bengkak
 flour albus berwarna kekuningan disertai gumpalan-gumpalan berwarna putih
kekuningan . gumpalan berasal dari massa yang terlepas dari dindig vulva
atau vagina tang terdiri atas bahan nekrotik , sel-sel epitel dan jamur
 Dispareunia Disuria (nyeri dan pedih saat miksi)

17
Dugaan diagnosis ditegakkan atas dasar gambaran klinis dan pemeriksaan dengan
KOH : Lakukan pemeriksaan mikroskopik pada sekret vagina yang telah ditetesii
dengan KOH: akan terlihat psudohipa dan spora kandida (diagnosa presumptif).7

Gambar 5 : Vagina dengan Kandidosis

 Uretritis non gonore


Urethritis Non-Gonokokal (GNO) biasa disebut sebagai Urethritis Non-
Spesifik. Hal ini adalah infeksi pada urethra, yakni sebuah saluran penyambung
antara kandung kemih dengan luar tubuh. Gejalanya mirip dengan gonorhea atau
kencing nanah, namun terapi yang biasa diberikan kepada gonorhea tidak akan dapat
bekerja. Selain itu, GNO disebabkan oleh bakteri yang disebut sebagai Chlamydia
trachomatis dan beberapa jenis bakteri lainnya termasukureaplasma urealyticum,
mycoplasma, dan trichomonas-yang dapat mengakibatkan gejala seperti pada GNO.
GNO disebarkan secara seksual terutama kontak seksual tanpa perlindungan, seksual
per oral, atau pun seksual per anal.8
gejalanya berupa disuria ringan, perasaan tidak enak di urethra, sering
kencing, dan keluarnya duh tubuh seropurulen. Pada beberapa keadaan, tidak terlihat
keluarnya cairan duh tubuh sehingga menyulitkan diagnosis. Pemeriksaan biakan

18
yang masih dianggap sebagai baku emas pemeriksaan klamidia. Spesifisitas mencapai
100% namun bergantung pada laboratorium yang digunakan.8

J. TERAPI

Pengobatan dapat diberikan secara topikal atau sistemik.


Secara topikal, dapat berupa :
Bahan cairan berupa irigasi, misalnya hydrogen peroksida 1-2% dan larutan asam
laktat 4%, bahan berupa supositoria yang bersifat trikomoniasidal misalnya
metronidazol sediaan 500 mg dan 1 gram, jel dan krim yang berisi zat
trikomoniasidal.1.

Secara sistemik (oral) :

Keberhasilan metronidazol oral yang luar biasa adalah karena aktivitas


antitrichomonalnya dalam urin, serum, kelenjar, dan jaringan lain yang
memungkinkannya untuk mengobati daerah anatomis trichomonadinfested dari
saluran genitourinari (uretra, kandung kemih, kelenjar periurethral, kelenjar
Bartholin, endocervix, prostat, dan vesikula seminalis) tidak dapat diakses untuk
persiapan topikal. Metronidazol dalam dosis tunggal 2 g menghasilkan kadar serum
puncak 40 g / ml. Waktu paruh serumnya sekitar delapan jam. Tingkat metronidazole
dalam ASI sama dengan konsentrasi serum. Sekitar 20% dari dosis tertelan
diekskresikan tidak berubah dalam urin.3

Metronidazol : dosis tunggal 2 gram atau 3 x 500 mg per hari selama 7 hari. Efek
samping hebat yang memerlukan penghentian pengobatan jarang ditemukan. Efek
samping yang paling sering dikeluhkan ialah sakit kepala, mual, mulut kering, dan
rasa kecap logam. Efek samping lain adalah pusing, vertigo, ataksia, parestesia pada

19
ekstremitas, urtikaria, pruritus, disuria, sistitis, rasa tekan pada pelvik, kering pada
mulut, vagina dan vulva.1,3.9
Tinidazol : dosis tunggal 2 gram, memperlihatkan spektrum antimikroba yang
sama dengan metronidazol. Perbedaannya dengan metronidazol adalah masa
paruhnya yang lebih panjang sehingga dapat diberikan sebagai dosis tunggal per hari.
Adapun obat lainnya adalah Nimorazol : dosis tunggal 2 gram dan Omidazol : dosis
tunggal 1,5 gram.1,3.9

Pengobatan trichomoniasis resisten metronidazole.3

Ketahanan terhadap metronidazol adalah relatif, bukan fenomena semua-atau-tidak

Resistensi ringan hingga sedang

Sebagian besar kasus dapat disembuhkan dengan peningkatan dosis metronidazol.


Sebagai aturan praktis, menggandakan dosis awal yang dianjurkan dan
memperpanjang durasi terapi oleh dua hari biasanya semua yang diperlukan.

Resistensi sedang hingga berat


Pilih untuk mengobati pasien di pertengahan siklus. Bersabarlah menggunakan saline
douches dua kali sehari selama setidaknya tiga hari sebelum terapi. Secara mekanis
membersihkan vagina dengan awalnya H2O2 dan kemudian cat dengan gentian
violet. Kemudian berikan metronidazol 2,5–3 g setiap hari selama 14 hari, bagian dari
dosis ini diberikan sebagai supositoria metronidazol. Pasien harus diawasi dengan
sangat ketat untuk reaksi obat yang merugikan
Komplikasi yang diinduksi metronidazol biasanya ringan dan terjadi pada kurang dari
10% kasus. Sebagian besar secara lisan atau gastrointestinally terkait, seperti mulut
kering, rasa logam atau pahit, glositis, stomatitis, lidah berbulu, anoreksia, mual,
nyeri epigastrium atau perut, muntah, atau diare. Reaksi sistem saraf pusat (CNS)

20
jarang terjadi, tetapi sakit kepala, pusing, vertigo, ataksia, kebingungan dan depresi
telah dilaporkan. Beberapa pasien telah mengembangkan ruam atau urtikaria yang
berhubungan dengan obat, dan urin gelap telah dianggap berasal dari metabolit
metronidazol. Sebuah neutropenia transient, ringan dan reversibel telah dilaporkan
dan pasien yang menerima terapi metronidazol yang sering harus melakukan
pemantauan jumlah darah sebelum, selama dan setelah terapi. Karena efek seperti
disulfiram, konsumsi alkohol selama atau segera setelah terapi metronidazol dapat
menyebabkan sindrom klinis yang mengganggu yang terdiri dari banyak gejala
gastrointestinal dan CNS.
Terapi pasangan seksual

Untuk mencegah infeksi ulang, pengobatan pendamping seksual pasien sangat


penting. Terapi pasangan pria dapat mengurangi penularan infeksi ke wanita lain. Pria
yang menolak terapi harus menggunakan kondom selama empat minggu setelah
perawatan awal pada wanita.3

K. PENCEGAHAN
Memberi penyuluhan kepada masyarakat agar segera memeriksakan diri ke
fasilitas kesehatan apabila mengalami kelainan berupa keluarnya keputihan yang
berbau dan berubah warna menjadi kekuningan yang berasal dari alat kelamin
mereka. Dan jangan melakukan hubungan seksual sebelum dilakukan pemeriksaan
dan pengobatan secara tuntas. Hindari pemakaian barang – barang ataupun air yang
telah terkontaminasi oleh Trichomonas vaginalis.2

L. KOMPLIKASI
Baru-baru ini penelitian telah menunjukkan hubungan antara infeksi
T.Vaginalis dan komplikasi T.vaginalis pada kehamilan seperti kelahiran prematur,
berat badan lahir rendah pada bayi baru lahir, radang panggul. Trichomonas Vaginalis

21
juga telah dikaitkan dengan peningkatan risiko penularan HIV. pada laki-laki
Nongonococcal Uretritis (NGU)
Trikomoniasis mungkin merupakan penyebab penting uretritis
nongonococcal. Sebuah penelitian menemukan bahwa pada pria dengan NGU,
terdapat 19,9% yang terinfeksi Trichomonas.9

M. PROGNOSIS

Prognosis yang sangat baik dengan resolusi infeksi yang terbentuk setelah
pengobatan yang tepat. Pengobatan pasangan seksual penting untuk menghindari
infeksi ulang. Infeksi yang tidak diobati dapat bertahan hingga 5 tahun.2

22
BAB III
KESIMPULAN

1. Trikomoniasis merupakan infeksi saluran urogenital bagian bawah pada


wanita maupum pria, dapat bersifat akut atau kronik, disebabkan oleh
Trichomonas vaginalis dan penularannya biasanya melalui hubungan seksual.
2. Perawatan saat ini dengan metronidazole dapat diandalkan dan murah;
Namun, jumlah strain yang resisten terhadap metronidazol mungkin
meningkat. Pertanyaan penting tetap mengenai imunologi, komplikasi
kehamilan, diagnosis akurat, dan kontrol kesehatan masyarakat terhadap
infeksi ini

23
DAFTAR PUSTAKA

1. Daili SF. Trikomoniasis. In: Djuanda A, editor. Ilmu Penyakit Kulit Dan
Kelamin. Jakarta: Balai Penerbit FK-UI; 2010. p. 383-4.
2. Lovarita D. Prevalensi Trikomoniasis Pada Wanita Maupun Pria yang Mandi
di Daerah Aliran Sungai. Diunduh dari :
http://journalhealthyscience.com/wp-content/uploads/2016/05/03-042013
dyta.pdf. 20 April 2018
3. Monif RG and Baker A. infectious Disease In Obstetrics and
Gynecology.Newyork:2005
4. Daili SF. Infeksi menular seksual pada kehamilan. In :Ilmu kebidanan. Edisi 4
jakarta: PT bina pustaka sarwono prawirohardjo;2010.h.927-8.
5. Eshete A, Mekonnen Z, and Zeynudin A . Trichomonas vaginalis Infection among
Pregnant Wome. in Jimma University Specialized Hospital, Southwest Ethiopia :
2013
6. Judanrso. Vaginosis bakterial. In: Djuanda A, editor. Ilmu Penyakit Kulit Dan
Kelamin. Jakarta: Balai Penerbit FK-UI; 2001. p. 385-9.
7. Kuswadji. Kandidosis. In: Djuanda A, editor. Ilmu Penyakit Kulit Dan
Kelamin. Jakarta: Balai Penerbit FK-UI; 2010.p. 106-7
8. Daili SF. Infeksi genital non spesifik. In: Djuanda A, editor. Ilmu Penyakit
Kulit Dan Kelamin. Jakarta: Balai Penerbit FK-UI; 2010. p. 366-8.
9. Schwebke RJ and Burgess D. Trikomoniasis.in journal Clin Microbiol
Reviews.

24

Anda mungkin juga menyukai