FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
TRIKOMONIASIS
OLEH :
RESIDEN PEMBIMBING :
SUPERVISOR PEMBIMBING :
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2018
1
DAFTAR ISI
SAMPUL …………….......................................................................... i
LEMBAR PENGESAHAN ................................................................ ii
DAFTAR ISI …………..……………………………………………… iii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................... 1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi ..................................................................................... 3
B. Etiologi ..................................................................................... 4
C. Cara penularan ........................................................................... 5
D. Patofisiologi............................................................................... 6
E. Gejala Klinis Klinis.................................................................... 7
F. Trikomoniasis dalam kehamilan ………………………………. 11
G. Diagnosis ...................................................................................... 12
H. Diagnosis banding ..………….................................................... 13
I. Terapi ………… ……................................................................. 17
J. Komplikasi………..................................................................... 19
K. Pencegahan……………………………………………………... 19
L. Prognosis ……………………………………………………….. 20
BAB III KESIMPULAN ……………………………………………… 21
2
BAB I
PENDAHULUAN
3
Kelangsungan hidup dan pertumbuhan T. vaginalis didukung ketika
lingkungannya lembab, pH adalah 4,9-7,5, dan suhu adalah 35 ° -37 ° C. Organisme
yang lebih kuat dan biasanya lebih kecil diamati pada kisaran pH 5,5-5,8 dan motil
yang lebih sedikit dan organisme yang lebih besar dijumpai ketika pH lebih tinggi
atau lebih rendah dari optimum. Dipercaya bahwa T. vaginalis adalah anaerob
fakultatif karena membentuk asam laktat dan karbon dioksida dari gula dan pati,
tetapi oksigen yang berlebihan mengurangi metabolisme karbohidrat dan menekan
pertumbuhan.3 Untuk pengobatan hingga saat ini metronidazole merupakan
anyimikroba yang efektif untuk mengobati trikomoniasis.4
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. DEFINISI
B. EPIDEMIOLOGI
5
metabolism dari hormon ibu. Pada wanita Trichomonas vaginalis sering
diketemukan pada kelompok usia 20 – 49 tahun , berkembang pada usia muda dan
usia lanjut dan jarang terjadi pada anak gadis. Pada penelitihan sekitar tahun
enampuluhan angka infeksi Trichomonas vaginalis mencapai tiga kali lipat dari
infeksi candida pada wanita yang telah menikah. Dan angka ini bervariasi dapat
mencapai 15 % atau lebih terutama pada wanita yang kurang memperhatikan kualitas
kebersihan pribadinya .2
6
diri (binary fision) dan intinya membelah secara mitosis yang dilakukan dalam 8
hingga 12 jam pada kondisi yang optimum.1
Gambar 1 : sitologi dan histologi dari sel epitel vagina yang terinfeksi
Trichomonasvaginalis.2
D. CARA PENULARAN
7
E. PATOGENESIS
Akibat kondisi ini , pH vagina akan meningkat antara 5,0 – 5,5 . pada suasana
pH seperti ini selain Trichomonas vaginalis berkembang semakin cepat , akan
memungkinkan untuk berkembang mikroorganisme pathogen lainnya seperti bakteri
dan jamur. Sehingga pada infeksi trikomoniasis sering dijumpai bersamaan dengan
infeksi mikroorganisme pathogen lainnya pada vagina. Contoh infeksi oleh
organisme yang pathogen seperti Ureaplasma urealitikum dan Mycoplasma hominis
sekitar lebih dari 90%, Gardnerella vaginalis sekitar 90%, Neisseria gonorrhoe sekitar
30%, jamur sekitar 20% dan Chlamydia trachomatis sekitar 15% .2
8
langsung tanpa harus melalui proses fagositosis. Organisme ini menghasilkan suatu
factor pendeteksi sel yang menyebabkan kehancuran sel sehingga epitel vagina
mengelupas. Suatu penelitihan juga menunjukkan bahwa gejala trikomonasis
dipengaruhi oleh konsentrasi estrogen vagina , makin tinggi kadarnya makin
berkurang gejala yang ditimbulkannya . Hal ini dapat menjelaskan mengapa
pemakaian estradiol intra vaginal dapat mengurangi gejala klinis Trichomonas
vaginitis.2
F. GEJALA KLINIS
9
Gambaran 2 : infeksi Trichomonas vaginalis seperti buah strawberry.2
Bila secret banyak yang keluar bisa timbul iritasi pada lipat paha atau sekitar
genitalia eksterna. Bau yang kuat, iritasi atau gatal –gatal disekitar vagina. Selain
vaginitis dapat pula terjadi uretritis, bartholinitis, skenitis, dan sistitis yang pada
umumnya tanpa keluhan. Pada kasus yang kronik gejala lebih ringan dan secret
vagina biasanya tidak berbusa. 1,2
10
Gambar 3 : Vagina yang terinfeksi oleh Trichomonas vaginalis.2
Gejala klinik pada perempuan hamil tidak banyak berbeda dengan keadaan
tidak hamil. Akan tetapi, bila ditemukan infeksi T.vaginalis pada trimester kedua
kehamilan dapat mengakibatkan premature rupture membrane, bayi berat lahir rendah
(BBLR), dan abortus.4
11
Secara karakteristik, pasien gagal mengalami gejala apa pun yang biasanya
terkait dengan penyakit. Pemeriksaan panggul tidak menunjukkan tanda-tanda
objektif dari reaksi jaringan, pH vagina normal, dan lactobacilli hadir. Dipostulasikan
bahwa pada wanita ini, baik lingkungan vagina sementara kurang baik untuk
pertumbuhan progresif T. vaginalis atau organisme tertentu adalah strain yang kurang
ganas yang tidak mampu membangkitkan respons dan gejala jaringan yang
signifikan. Karena semua wanita dengan trikomoniasis asimtomatik mampu
menularkan penyakit, dan banyak yang akhirnya akan menjadi simtomatik, terapi
diindikasikan.3
2. Dengan gejala
12
ada benang halus. Pada bentuk kronik gejalanya tidak khas; gatal pada uretra, disuria,
dan urin keruh pada pagi hari.1,4
Pada Neonatus
13
peningkatan risiko kelahiran prematur spontan. McGregor dkk. sama menunjukkan
bahwa pengobatan clindamycin yang diberikan secara oral dikaitkan dengan 50%
pengurangan vaginosis bakteri yang dikaitkan kelahiran prematur dan ketuban pecah
dini.3
H. DIAGNOSIS
14
memencet gland penis sampai cairan terkumpul diujung gland penis lalu
dibuka. Pada pemeriksaan sekret secara mikroskopik pada mereka yang
terinfeksi trikomoniasis sering dijumpai sel – sel PMN yang sangat
banyak , coccobacillus , serta organisme Trichomonas vaginalis yang
pada sediaan yang segar dapat kelihatan motil.1,3
b. Sediaan sedimen urin Urin yang akan diperiksa, sebelumnya diputar
terlebih dahulu dengan kecepatan rendah selama 5 menit, kemudian
dibuang supernatannya. Sedimen yang mengendap pada dasar tabung
tersebut diperiksa secara mikroskopis dengan lensa obyektif 10 kali atau
memakai lensa obyektif 40 kali untuk mengamati Trichomonas vaginalis .
Setelah itu segera dilakukan pengecatan.3
c. Kultur Selain pemeriksaan secara klinis dan mikroskopis langsung, cara
lain yang dapat dilakukan adalah dengan kultur, terutama pada mereka
yang sedikit jumlah organisme Trichomonas vaginalisnya , seperti pada
pria atau wanita penderita trikomoniasis kronik.3
d. Serologi dan Immunologi. Pemeriksaan dengan cara ini belum menjamin
dan belum cukup sensitive untuk mendiagnosis infeksi Trichomonas
vaginalis . Walaupun sudah banyak penelitihan yang akhir – akhir ini
menggunakan teknik serologi untuk mendiagnosis infeksi Trichomonas
vaginalis.3
I. Diagnosis Banding
Vaginosis bakterial
Vaginosis bakterial adalah keadaan abnormal pada ekosistem vagina yang di-
sebabkan bertambahnya pertumbuhan flora vagina bakteri anaerob menggantikan
Lactobacillus yang mempunyai konsentrasi tinggi sebagai flora normal vagina.3
Gardnerella vaginalis sendiri juga merupakan bakteri anaerob batang gram variable
15
yang mengalami hiperpopulasi sehingga menggantikan flora normal vagina dari yang
tadinya bersifat asam menjadi bersifat basa. Perubahan ini terjadi akibat
berkurangnya jumlah Lactobacillus yang menghasilkan hidrogen peroksida.
Wanita dengan bakterial vaginosis mengeluh adanya duh tubuh yang berbau
tidak enak (amis) yang dinyatakan oleh penderita sebagai satu-satunya gejala yang
tidak menyenangkan. Bau lebih menusuk setelah senggama dan mengakibatkan darah
menstruasi berbau abnormal. Penderita mengeluh iritasu sekitar vaginam rasa
terbakar dan gatal dan timbul edema serta eritema sekitar vulva. Pada pemeriksaan,
yang khas duh tubuh vagina bertambah, warna abu-abu homogen, viskositas normal,
berbau dan jarang berbusa. Duh tubuh melekat pada dinding vagina dan terlihat
sebagai lapisan tipis atau kilauan tubuh yang difus.6
Dengan hanya mendapat satu gejala, tidak dapat menegakkan suatu diagnosis,
oleh sebab itu didapatkan kriteria klinis untuk bakterial vaginosis yang sering disebut
sebagai kriteria Amsel (1983) yang berpendapat bahwa terdapat tiga dari empat
gejala, yaitu :
Adanya sekret vagina yang homogen, tipis, putih, melekat pada dinding
vagina dan abnormal
pH vagina > 4,5
Tes amin yang positif, yang mana sekret vagina yang berbau amis sebelum
atau setelah penambahan KOH 10% (Whiff test).6
16
Gambar 4. Vagina dengan Vaginosis Bakterial
Kandidosis
Kandidosis atau Kandidiasis, yang disebabkan oleh Candida Albicans.
Infeksi ini sering menyerang kaum wanita namun menjadi lebih sering dan berat pada
penderita gangguan imunologi yang berat. Faktor resiko kandidiasis : diabetes
melitus – pemakaian kontrasepsi oral – kortikosteroid atau antibiotika
Keluhan
17
Dugaan diagnosis ditegakkan atas dasar gambaran klinis dan pemeriksaan dengan
KOH : Lakukan pemeriksaan mikroskopik pada sekret vagina yang telah ditetesii
dengan KOH: akan terlihat psudohipa dan spora kandida (diagnosa presumptif).7
18
yang masih dianggap sebagai baku emas pemeriksaan klamidia. Spesifisitas mencapai
100% namun bergantung pada laboratorium yang digunakan.8
J. TERAPI
Metronidazol : dosis tunggal 2 gram atau 3 x 500 mg per hari selama 7 hari. Efek
samping hebat yang memerlukan penghentian pengobatan jarang ditemukan. Efek
samping yang paling sering dikeluhkan ialah sakit kepala, mual, mulut kering, dan
rasa kecap logam. Efek samping lain adalah pusing, vertigo, ataksia, parestesia pada
19
ekstremitas, urtikaria, pruritus, disuria, sistitis, rasa tekan pada pelvik, kering pada
mulut, vagina dan vulva.1,3.9
Tinidazol : dosis tunggal 2 gram, memperlihatkan spektrum antimikroba yang
sama dengan metronidazol. Perbedaannya dengan metronidazol adalah masa
paruhnya yang lebih panjang sehingga dapat diberikan sebagai dosis tunggal per hari.
Adapun obat lainnya adalah Nimorazol : dosis tunggal 2 gram dan Omidazol : dosis
tunggal 1,5 gram.1,3.9
20
jarang terjadi, tetapi sakit kepala, pusing, vertigo, ataksia, kebingungan dan depresi
telah dilaporkan. Beberapa pasien telah mengembangkan ruam atau urtikaria yang
berhubungan dengan obat, dan urin gelap telah dianggap berasal dari metabolit
metronidazol. Sebuah neutropenia transient, ringan dan reversibel telah dilaporkan
dan pasien yang menerima terapi metronidazol yang sering harus melakukan
pemantauan jumlah darah sebelum, selama dan setelah terapi. Karena efek seperti
disulfiram, konsumsi alkohol selama atau segera setelah terapi metronidazol dapat
menyebabkan sindrom klinis yang mengganggu yang terdiri dari banyak gejala
gastrointestinal dan CNS.
Terapi pasangan seksual
K. PENCEGAHAN
Memberi penyuluhan kepada masyarakat agar segera memeriksakan diri ke
fasilitas kesehatan apabila mengalami kelainan berupa keluarnya keputihan yang
berbau dan berubah warna menjadi kekuningan yang berasal dari alat kelamin
mereka. Dan jangan melakukan hubungan seksual sebelum dilakukan pemeriksaan
dan pengobatan secara tuntas. Hindari pemakaian barang – barang ataupun air yang
telah terkontaminasi oleh Trichomonas vaginalis.2
L. KOMPLIKASI
Baru-baru ini penelitian telah menunjukkan hubungan antara infeksi
T.Vaginalis dan komplikasi T.vaginalis pada kehamilan seperti kelahiran prematur,
berat badan lahir rendah pada bayi baru lahir, radang panggul. Trichomonas Vaginalis
21
juga telah dikaitkan dengan peningkatan risiko penularan HIV. pada laki-laki
Nongonococcal Uretritis (NGU)
Trikomoniasis mungkin merupakan penyebab penting uretritis
nongonococcal. Sebuah penelitian menemukan bahwa pada pria dengan NGU,
terdapat 19,9% yang terinfeksi Trichomonas.9
M. PROGNOSIS
Prognosis yang sangat baik dengan resolusi infeksi yang terbentuk setelah
pengobatan yang tepat. Pengobatan pasangan seksual penting untuk menghindari
infeksi ulang. Infeksi yang tidak diobati dapat bertahan hingga 5 tahun.2
22
BAB III
KESIMPULAN
23
DAFTAR PUSTAKA
1. Daili SF. Trikomoniasis. In: Djuanda A, editor. Ilmu Penyakit Kulit Dan
Kelamin. Jakarta: Balai Penerbit FK-UI; 2010. p. 383-4.
2. Lovarita D. Prevalensi Trikomoniasis Pada Wanita Maupun Pria yang Mandi
di Daerah Aliran Sungai. Diunduh dari :
http://journalhealthyscience.com/wp-content/uploads/2016/05/03-042013
dyta.pdf. 20 April 2018
3. Monif RG and Baker A. infectious Disease In Obstetrics and
Gynecology.Newyork:2005
4. Daili SF. Infeksi menular seksual pada kehamilan. In :Ilmu kebidanan. Edisi 4
jakarta: PT bina pustaka sarwono prawirohardjo;2010.h.927-8.
5. Eshete A, Mekonnen Z, and Zeynudin A . Trichomonas vaginalis Infection among
Pregnant Wome. in Jimma University Specialized Hospital, Southwest Ethiopia :
2013
6. Judanrso. Vaginosis bakterial. In: Djuanda A, editor. Ilmu Penyakit Kulit Dan
Kelamin. Jakarta: Balai Penerbit FK-UI; 2001. p. 385-9.
7. Kuswadji. Kandidosis. In: Djuanda A, editor. Ilmu Penyakit Kulit Dan
Kelamin. Jakarta: Balai Penerbit FK-UI; 2010.p. 106-7
8. Daili SF. Infeksi genital non spesifik. In: Djuanda A, editor. Ilmu Penyakit
Kulit Dan Kelamin. Jakarta: Balai Penerbit FK-UI; 2010. p. 366-8.
9. Schwebke RJ and Burgess D. Trikomoniasis.in journal Clin Microbiol
Reviews.
24