Anda di halaman 1dari 7

Penatalaksanaan Chancroid

I. Definisi
Chancroid adalah penyakit kelamin ulseratif menular seksual yang
disebabkan

oleh

Haemophilus

ducreyi,

dan

ada

hubungannya

dengan

limfadenopati inguinal dan pembentukan bubo(1). Bubo adalah adenitis daerah


inguinal yang

timbul pada setengah kasus chancroid. Sifatnya unilateral,

eritematosa, membesar, dan nyeri. Timbul beberapa hari sampai 2 minggu setelah
lesi primer. Lebih daripada setengah kasus adenitis sembuh tanpa supurasi(2).
Nama lain chancroid yaitu ulkus molle atau soft chancre, salah satu tiga penyakit
kelamin yang dinyatakan sebagai penyakit kelamin ulserasi pada tahun 1917 di
UK. Walaupun penyakit ini bersifat endemik, namun jarang ditemukan di negara
maju. Pada saat ditemukan di UK, hanya dilaporkan sebagai penyakit yang
dibawa oleh traveler yang kembali ke negara asalnya yaitu UK setelah
mengunjungi belahan dunia yang banyak terserang penyakit ini. Ulkus mole atau
chancroid ini masih bersifat endemik di Afrika, Asia, Amerika latin, dan
Carribean. Secara khas, penyakit ini ditemukan di lokasi yang banyak memiliki
buruh pendatang dari daerah atau belahan dunia lain serta pekerja seks komersial.
(3)

II. Etiologi
Haemophilus ducreyi

merupakan bakteri gram-negatif, morfologi

berbentuk batang kecil tipis atau berbentuk kokobasil dengan penampakan


school of fish pattern. (4)

Gambar 1. Apusan dan pemeriksaan gram ulkus mole memberikan gambaran


school of fish pattern(5)
III. Patogenesis

Adanya trauma atau abrasi, penting untuk organisme melakukan penetrasi


ke epidermis. Pada lesi, organisme terdapat dalam makrofag dan neutrofil atau
bebas berkelompok (mengumpul) dalam jaringan interstisial. (2)
Basil H. ducreyi masuk ke kulit melalui epitel yang rusak, biasanya
menyertai trauma akibat hubungan seksual. IL-8 menginduksi PMN dan makrofag
membentuk pustul intradremal. IL-6 menstimulasi ekspresi reseptor sel T IL-2
yang akan menstimulasi CD4 pada daerah tersebut. H. ducreyi mensekresi
cytolethal distending toxin (HdCDT) yang mengakibatkan apotosis dan nekrosis
sel. Toksin ini menghambat proliferasi sel dan menginduksi kematian sel sehingga
terlihat bentukan ulkus. (4)
IV. Gambaran Klinis
Penyakit ini memiliki masa inkubasi sekitar 3-5 hari. Ulkus pada awalnya
muncul sebagai papul merah kecil yang dengan cepat menjadi pustule kemudian
mengalami ulserasi sekitar 2-3 hari. Kadang-kadang terdapat beberapa papul, tepi
ulkus tidak rata dan sangat terasa nyeri. Nyeri ini terutama saat terkena dengan air
kencing. Pada pria, lokasi ulkus mole sering di glans penis dan frenulum.
Sedangkan pada wanita biasanya pada labium, daerah perianal, dan leher rahim /
serviks. Penderita bisa ditemukan adanya limfadenopati akut yang nyeri, biasanya
unilateral, berkembang sekitar 50% setelah 1-2 minggu. Biasanya membentuk
abses yang pecah membentuk fistula. Penyembuhan secara spontan biasanya
terjadi 4-6 minggu pada pria dan berbulan-bulan pada wanita. Komplikasi pada
pria bisa terjadi fimosis pada frenulum penis.(4)
Jenis jenis bentuk klinis pada ulkus mole,
1. Ulkus mole folikularis
Timbul pada folikel rambut, pada permukaannya menyerupai folikulitis
yang disebabkan oleh kokus, tetapi cepat menjadi ulkus. Lesi seperti ini
dapat timbul pada vulva dan pada daerah berambut di sekitar genitalia dan
sangat superfisial
2. Dwarf chancroid
Lesi sangat kecil dan menyerupai erosi pada herpes genitalis, tetapi
dasarnya tidak teratur dan tepi berdarah.
3. Transient chancroid (chancroid mou valant)

Lesi kecil, sembuh dalam beberapa hari, tetapi 2-3 minggu kemudian
diikuti timbulnya bubo yang meradang pada daerah inguinal. Gambaran
ini menyerupai limfogranuloma venerum.
4. Papular chancroid (ulkus mole elevatum)
Dimulai dengan ulkus yang kemudian menimbul terutama pada tepinya.
Gambarannya menyerupai kondiloma lata pada sifilis stadium II
5. Giant chancroid
Mula-mula timbul ulkus kecil, tetapi meluas dengan cepat dan menutupi
satu daerah. Sering mengikuti abses inguinal yang pecah, dan dapat
meluas ke daerah suprapubis bahkan daerah paha dengan cara
autoinokulasi.
6. Phagedenic chancroid
Lesi kecil menjadi besar dan destruktif dengan jaringan nekrotik yang
luas. Genitalia eksterna dapat hancur, pada beberapa kasus disertai infeksi
organisme Vincent.
7. Tipe serpiginosa
Lesi membesar karena perluasan atau autoinokulasi dari lesi pertama ke
daerah lipatan paha atau paha. Ulkus jarang menyembuh, dapat menetap
berbulan-bulan atau bertahun-tahun(2).

Gambar 2. Gambaran klinis Ulkus mole pada glans penis disertai bubo
inguinal(3)

Gambar 3. Gambaran klinis Vulvar Chancroid pada wanita(5)


V. Diagnosis
1. Mikroskopis
Diambil bahan pemeriksaan dari tepi ulkus yang tergaung, dibuat apusan
pada gelas alas, kemudian dibuat pewarnaan gram, Unna-Pappenhein, Wright,
atau Giemsa. Haemophilus ducreyi ini muncul sebagai bakteri berbentuk batang
gram-negatif. Namun pemeriksaan ini memiliki sensitivitas dan spesifitas yang
rendah, hanya sekitar 30-50% kasus ditemukan basil berkelompok atau berderet
seperti rantai, sehingga tidak cukup menganjurkan untuk tujuan diagnostik.(2, 7)
2. Kultur / Biakan Kuman
Bahan diambil dari pus bubo atau lesi ditanam pada perbenihan/pelat agar
khusus yang ditambahkan darah kelinci yang sudah didefibrinasi. Sampel kultur
harus diambil menggunakan kapas dengan cara swab dari dasar ulkus yang
terkikis setelah sebelumnya dibersihkan dengan cara dibilas menggunakan larutan
salin steril. Inkubasi membutuhkan waktu 48 jam. Medium yang mengandung
gonococcal medium base, ditambah dengan hemoglobin 1%, Iso-Witalex 1%, dan
vankomisin 3mcg/ml akan mengurangi kontaminasi yang timbul. Kultur bakteri
Haemophilus ducreyi ini sangat teliti dan selektif yang kaya akan media kultur
yang diperlukan untuk isolasi. Beberapa media yang berbeda digunakan untuk
mengisolasi bakteri Haemophilus ducreyi dari spesimen klinis(2,7).
VI. Diagnosis Banding

Penyakit

Gambaran Klinis

Gambar penyakit

Herpes

simpleks Terdapat vesikel yang erosi

primer

dan mudah tersebar sehingga


menyebabkan adanya ulkus
namun dangkal. Sekitar 50%
juga memiliki gejala
limfadenopati, dimulai
dengan melepuh, sering
disertai dengan tanda dan
gejala sistemik yang tidak
terlihat pada ulkus mole.

Syphilitic chancre

Terdapat chancre yaitu ulkus


durum pada penderita Sifilis
primer. Ulkus durum lesi
berbatas tegas, pada palpasi
teraba keras, ukuran kecil
seperti kancing. Terdapat
nodul berwarna merah gelap
yang berkembang setelah 3
minggu kontak penyakit yang
sama. Lesi nodul tampak
erosi dan ulserasi.
Limfadenopati tidak
berfluktuasi

Lymphogranuloma

Ulserasi lebih kecil, sering

venereum (LGV)

tidak terlihat, limfadenopati


terjadi setelah ulser
disembuhkan, terjadi bilateral
dan tidak lunak. Terdapat lesi
primer yang mengalami erosi
dan tidak nyeri.(6)

VII. Penatalaksanaan
Antibiotik

Dosis

Kekurangan

Azithromycin

1 gr, diberikan secara oral,

Biaya tinggi, persediaan

dosis tunggal

terbatas, kontraindikasi pada

250mg, diberikan secara

kehamilan
Dosis parenteral, hasill kurang

intramuscular, dosis tunggal

maksimal pada penderita

Ceftriaxone

dengan positif HIV.


Ciprofloxacin

500mg, diberikan secara

Biaya mahal, masalah

oral 2x sehari selama 3 hari

kepatuhan pasien meminum


obat, kontraindikasi pada
kehamilan

Erythromycin

500mg, diberikan secara

Masalah kepatuhan pasien

oral 4x sehari selama 7 hari

meminum obat, intoleransi


gastrointestinal.(5)

Daftar Pustaka
1. McBride W, Hannah R, Cornec G, Bletchly C. Case Report : Cutaneous
chancroid in a visitor from Vanuatu. Australian Journal of Dermatology.
2008;49:98-9.
2. Judanarso J. Ulkus Mole. In: Juanda A, Hamzah M, Aisah S, editors. Ilmu
Penyakit Kulit dan Kelamin. 5 ed. Jakarta: FKUI; 2009. p. 481-4.
3. Mehta, Ninfa. 2m007. Chancroid in Emergency Medicine. (online). Di akses
tanggal 11 November 2014. (http://emedicine.medscape.com/article/781520overview#a0104)

4. Roett MA, Mayor MT, Uduhiri KA. Diagnosis and Management of Genital
Ulcers. Aafp.org. 2012;85:254-62.
5. Lautenschlager S. Sexually Transmitted Disesases : Chancroid. In: Wolff K,
Goldsmith LA, Katz SI, Gilchrest BA, Paller AS, Leffell DJ, editors.
Fitzpatrick's Dermatology in General Medicine. 2. USA: Mc-Graw Hill; 2008.
p. 970-972.
6. Sterry W, Paus R, Burgdrof W. Thieme Clinical Companions Dermatology.
New York: Library of Congress Cataloging; 2006. p. 57-60, 135-6, 150-2.
7. Kemp M, Christensen JJ, Lautenschlager S, Mayans MV. European guideline
for the management of chancroid. 2010:1-14.

Anda mungkin juga menyukai