Anda di halaman 1dari 8

B.

FAKTOR RISIKO

1. RISIKO KUSTA SUBKLINIK

Terjadinya kusta stadium subklinik dipengaruhi oleh beberapa faktor risiko, antara
lain adalah:

a. Agent

Agen dalam penyakit kusta adalah kuman Mycobacterium leprae. Kuman ini dapat
bertahan hidup pada tempat yang sejuk, lembab, gelap tanpa sinar matahari sampai
bertahun-tahun lamanya dan akan mati jika terkena cahaya matahari dalam waktu 2
jam.

b. Host

Manusia merupakan reservoir untuk penularan kuman seperti Mycobacterium


tuberculosis dan Mycobacterium leprae. Tingkat penularan kusta di lingkungan
keluarga penderita cukup tinggi, seorang penderita rata-rata dapat menularkan kepada
2-3 orang di dalam rumahnya. Host manusia ini mempunyai karakteristik yang dapat
dilihat dari faktor umur, jenis kelamin, pekerjaan , keturunan, pekejaan, ras dan gaya
hidup, gizi atau daya tahan tubuh, pertahanan tubuh, hygiene pribadi, gejala dan tanda
penyakit serta pengobatan.

c. Environment

Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di luar diri host baik benda mati, benda
hidup, nyata atau abstrak, seperti suasana yang terbentuk akibat interak si semua
elemen-elemen termasuk host yang lain. Lingkungan terdiri dari lingkungan fisik dan
non fisik. Lingkungan fisik terdiri dari keadaan geografis, kelembaban udara, suhu
dan lingkungan tempat tinggal. Sedangkan lingkungan non fisik meliputi: sosial
(pendidikan, pekerjaan), budaya (adat, kebiasaan turun temurun), ekonomi (kebijakan
mikro dan local) dan politik (kebijakan pencegahan dan penanggulangan suatu
penyakit).

2. Faktor Risiko Karakteristik Narakontak Stadium Subklinis

Narakontak adalah orang yang pernah terpapar atau kontak dengan penderita
kusta. Ada beberapa faktor resiko penyakit kusya jika dilihat dari Karakteristik
Narakontak Stadium Subklinis meliputi teori di bawah ini sebagai berikut :

a. Umur

Hampir semua kejadian suatu penyakit dipengaruhi oleh umur. Pada penyakit kronik
seperti kusta diketahui dapat terjadi pada semua umur, berkisar antara bayi sampai
umur tua (3 minggu sampai lebih dari 70 tahun). Pada dasarnya kusta dapat
menyerang semua umur, tetapi anak–anak lebih rentan terkena penyakit kusta
dibandingkandengan orang dewasa. Namun yang terbanyak adalah pada umur muda
dan produktif.

b. Jenis Kelamin

Penyaklit kusta dapat menyerang semua orang, tetapi hubungan perbedaan jenis
kelamin terhadap timbulnya penyakit kusta belum dapat dipastikan. Lakilaki lebih
banyak terkena dibandingkan dengan wanita, dengan perbandingan 2:1, walaupun ada
beberapa daerah yang menunjukkan penderita wanita lebih banyak (Namira
Suharsimi). Sebagian besar Negara di dunia kecuali dibeberapa Negara di Afrika
menunjukkan bahwa laki-laki lebih banyak terserang kusta dari pada wanita.
Rendahnya kejadian kusta pada wanita disebabkan karena beberapa faktor, seperti
faktor lingkungan dan faktor biologis. ingkat kecacatan pada laki-laki lebih besar
daripada wanita. Hal ini berkaitan dengan faktor pekerjaan, kebiasaan keluar rumah,
dan merokok.

c. Pendidikan

Tingkat Pendidikan adalah upaya persuasi atau pembelajaran kepada masyarakat agar
masyarakat mau melakukan tindakan-tindakan (praktik) untuk memelihara (mengatasi
masalah-masalah) dan meningkatkan kesehatannya. Status pendidikan berhubungan
dengan tindakan mencari pengobatan. Tingkat pendidikan yang rendah menyebabkan
seseorang menjadi lebih lambat dalam mendiagnosa penyakit dan mencari
pengobatan.

d. Personal Hygiene

Personal hygiene (kebersihan perseorangan) merupakan tindakanpencegahan yang


menyangkut tanggung jawab individu untuk meningkatkan kesehatan serta membatasi
menyebarnya penyakit menular terutama yang ditularkan melalui kontak langsung
seperti halnya kusta M.lepra.

Pencegahan penyakit kusta dapat dilakukan dengan meningkatkan personal hygiene,


diantaranya pemeliharaan kulit, pemeliharaan rambut, dan kuku. Karena penularan
kusta sangat dipengaruhi oleh kontak langsung dengan kulit dan folikel rambut,
sehingga perlu dijaga kebersihannya.

Jika di kutip dari beberapa sumber yang ada di dalam buku Kusta Stadium Kusta yang
di tulis oleh Dr.Moh Ifan ada beberapa faktor mengenai Personal Hygine yaitu :
Kebiasaan mandi, kebiasan meminjam pakaian, dan kebiasaan meminjam handuk
yang bisa menjadi tolak ukur terjadinya penyakit kusta.

e. Status Gizi dan Status Ekonomi

Penyakit kusta karna penyakit kusta banyak menyerang masyarakat dengan sosial
ekonomi yang rendah karena berkaitan dengan gizi yang kurang baik dan lingkungan
yang tidak baik

f. Riwayat Kontak

Penyakit ini timbul akibat kontak fisik yang eratdengan pasien yang terinfeksi dan
menjadi lebih berat apabila terjadi kontak dengan kasus lepromatosa. Sekret hidung
merupakan sumber utama terjadinya infeksi di masyarakat. (Moh Irfan)

g. Lama Kontak

Lama Kontak sangat berpengaruh terhadap kejadian penyakit kusta, meskipun cara
penularannya belum pasti, tetapi penularan di dalam rumah tangga dan kontak yang
dekat dalam waktu yang lama akan berperan dalam penularan karena penyakit kusta
ini mempunyai masa inkubasi selama 2-5 tahun dan dapat juga terjadi selama
bertahun-tahun . Penularan terjadi apabila M. leprae yang utuh (hidup) keluar dari
tubuh penderita dan masuk ke dalam tubuh orang lain. Belum diketahui secara pasti
bagaimana cara penularan penyakit kusta. Secara teoritis penularan ini dapat terjadi
dengan cara kontak yang lama dengan penderita.

h. Suhu Kamar
Di dalam sekret kering dengan temperatur dan kelembaban yang bervriasi, M.leprae
dapat bertahan hidup 7-9 hari, sedangkan pada temperatur kamar dibuktikan dapat
bertahan hidup sampai 46 hari. Ketentuan kualitas udara di dalam rumah khususnya
suhu udara dikatakan nyaman apabila berkisar 180 sampai 300. M.leprae yang
bertahan hidup lama dalam temperatur kamar dapat mempertinggi risiko penularan
kusta antar anggota keluarga yang menderita penyakit kusta.

i. Jenis Pekerjaan

Jenis pekerjaan disini yaitu pekerjaan atau mata pencaharian sehari-hari yang
digolongkan menjadi pekerjaan ringan (tidak bekerja, pelajar, pegawai kantor)dan
pekerjaan berat (pekerja bangunan, buruh, tukang batu, pekerja bengkel, penjahit,
buruh angkut, pembantu, petani dan nelayan).

j. Genetik

Genetik juga sangat mempengaruhi kejadian penyakit kusta. Faktor genetik telah
lama dipertimbangkan karena mempunyai peranan besar untuk terjadinya penyakit
kusta pada kelompok tertentu. Peranan faktor genetik terhadap penyakit kusta belum
dapat dijelaskan secara pasti, tetapi respon yang terjadi akibat adanya M.leprae dapat
sangat berbeda karena di bawah kontrolbgenetik. Faktor genetik yang berperan salah
satunya adalah berada di bawah sistem Human Leucocyte Antigen (HLA).

k. Riwayat Imunisasi BCG.

Imunisasi BCG sangat mempengaruhi kejadian penyakit kusta (Moh Irfan).


Pemberian BCG secara luas menurut WHO dapat berperan dalam penurunan kejadian
penderita kusta.

Perlindungan yang diberikan oleh vaksin BCG akan maksimal apabila diberikan
sebelum usia penderita 15 tahun. Sebuah penelitian di India menunjukkan hasil bahwa
responden yang tidak memiliki skar BCG terkena penyakit kusta lebih tinggi
(6,7/1000) dibandingkan dengan responden yang mempunyai skar BCG (5,5/1000).

l. Kelembapan

Kelembaban dipengaruhi oleh keadaan bangunan seperti dinding, jenis lantai,


ventilasi dan secara menyeluruh dipengaruhi oleh iklim dan cuaca. Kamar yang
lembab dapat menjadi tempat penularan penyakit. Kelembaban udara dalam
persyaratan kesehatan perumahan yang diatur menurut Kepmenkes No. 829 tahun
1999 berkisar antara 40%-70%, jika di bawah 40% atau di atas 70% dapat menjadi
media yang baik untuk bakteri-bakteri.

KLASIFIKASI KUSTA

Dasar klasifikasi Penyakit kusta dapat diklasifikasikan berdasarkan beberapa hal yaitu
a. Manifestasi klinis, yaitu jumlah lesi kulit, jumlah saraf yang terganggu.

b. Hasil pemeriksaan bakteriologis, yaitu skin smear basil tahan asam (BTA) positif
atau negatif. Pemeriksaan laboratorium hanya dilakukan bila diagnosis meragukan.

1. Klasifikasi Ridley- Jopling

a) Penyakit Kusta Indeterminate

Lesi kulit terdiri dari suatu makula yang pipih dan tunggal, biasanya sedikit
hipopigmentasi ataupun sedikit erythematose, sedikit oval ataupun bulat dalam hal
bentuk. Permukaannya rata dan licin, tidak di temukan tanda-tanda ataupun perubahan
tekstur kulit. Pemeriksaan Basil Tahan Asam (BTA) pada umumnya negatif atau
sedikit positif.

b) Penyakit Kusta Tipe Tubercoloid

Jenis Lesi ini pada umumnya bersifat stabil, lesi pada umumnya berwarna kemerah-
merahan dan kecoklat-coklatan ataupun mengalami hipopigmentasi berbentuk oval
atau bulat, berbatas tegas dari kulit yang normal di sekitarnya.

c) Penyakit Kusta Tipe Bordeline

Tipe ini sangat labil (tidak stabil), lesi-lesi kulit pada umumnya sukkulent atau eras,
pleimorfik menebal secara seragam (uniform) atau pun dengan suatu daerah
penyambuhan sentral.

d) Penyakit Kusta Tipe Bordeline Tuberculoid (BT)


Lesi kulit dapat ditentukan dari beberapa sampai banyak berwarna kemerah–merahan
sampai kecoklat-coklatan atau hypochronik, dan ada lesi-lesi yang tersendiri yang
dapat meninggi batasnya tampak dengan nyata apabila dibandingkan dengan kulit
yang sehat di sekelilingnya. Syaraf–syaraf tepi kadang dapat terus menebal, dengan
hasil pemeriksaan BTA positif yang ringan.

e) Penyakit Kusta Tipe Bordeline Lepramatouse (BL)

Lesi kulit bentuknya berbagai ragam, bervariasi dalam hal ukuran, menebal atau
mengalami infitrasi, berwarna kemerahmerahan ataupun kecoklatan, sering banyak
dan meluas. Hasil pemeriksaan BTA adalah positif.

f) Penyakit Kusta Tipe Lepramatouse (LL)

Pada tipe penyakit kusta Lepramatouse yang sub polar, lesilesi kulit sangat
menyerupai lesi-lesi penyakit kusta Lepramatouse yang polar, namun masih dijumpai
sejumlah kecil sisa lesi-lesi dari kusta yang asimetrik, juga kerusakan syaraf (tepi
yang asimetrik dengan pembesaran syaraf dapat pula diperlihatkan pada tipe kusta ini.

2. Klasifikasi menurut WHO

Klasifikasi kusta menurut WHO dapat di golongkan dalam dua tipe yaitu

a) Tipe Pause Basiler (PB)

Ditandai dengan munculnya lima titik lesi atau lebih sedikit lesi dan tidak ada bakteri
yang terdeteksi dalam sampel kulit.

b) tipe Multi Basiler (MB).

Kusta yang masuk kategori multibacillary apabila timbul lebih dari lima lesi dan
biopsi kulit didiagnosis mengandung bakteri.

TANDA-TANDA/GEJALA
Ada beberapa tanda-tanda pada tersangka (suspek) dan positif penyakit Kusta. Ada
yang tidak nampak jelas, terjadi sangat lambat dan tergantung dari tingkat atau tipe
dari penyakit Kusta tersebut

• Tanda-tanda pada kulit :

1. Adanya bercak tipis berwarna merah atau putih seperti panu pada bagian tubuh
manusia. (hal ini yang kadang dianggap biasa oleh penduduk)

2. Awalnya bercak putih ini hanya sedikit ukuran bercak dan jumlahnya, tetapi lama
lama bercak tersebut semakin melebar dan banyak.

3. Adanya pelebaran / pembesaran syaraf terutama pada syaraf ulnaris, medianus,


aulicularis magnus serta peroneus, yang biasanya terjadi pada daerah siku dan lutut.

4. Beberapa kelenjar keringat kurang bekerja secara normal sehingga kulit tampak
tipis dan mengkilap.

5. Adanya bintil-bintil kemerahan (leproma, nodul) yang tersebar pada kulit

6. Kehilangan alis dan bulu mata / mengalami kerontokan atau tidak berambut

7. Adanya bagian-bagian tubuh yang tidak berkeringat

8. Lepuh tidak nyeri

• Tanda-tanda pada syaraf ;

1. Rasa kesemutan, tertusuk-tusuk dan nyeri pada anggota badan atau muka.

2. Gangguan gerak pada anggota badan atau bagian muka.

3. Adanya cacat (deformitas).

4. Luka (ulkus) yang tidak mau sembuh.

F. Gejala penyakit Kusta

Beberapa gejalanya seperti :


1. Merasakan mati rasa, baik sensasi terhadap perubahan suhu, sentuhan, tekanan
ataupun rasa sakit pada bagian bercak berwarna putih.

2. Muncul lesi berwarna pucat dan menebal pada kulit yang berbercak.

3. Muncul luka pada bercak putih tetapi tidak terasa sakit.

4. Pembesaran saraf yang biasanya terjadi pada daerah siku dan lutut.

5. Merasakan kelemahan otot hingga kelumpuhan, terutama pada otot kaki dan
tangan.

6. Kehilangan alis dan bulu mata.

7. Mata menjadi kering dan jarang mengedip hingga dapat menimbulkan kebutaan.

8. Hilangnya jari jemari.

9. Kerusakan pada bentuk hidung, yang dapat menimbulkan mimisan, hidung


tersumbat atau kehilangan tulang hidung

Anda mungkin juga menyukai