Nama : Suratmi
NIM : 6411420028
Hasil Pengerjaan :
ANALISIS SITUASI
A. Gambaran Umum Wilayah
Secara astronomis, Jawa Tengah terletak antara 5°40' - 8°30' Lintang
Selatan dan antara 108°30' - 111°30' Bujur Timur (termasuk Pulau
Karimunjawa). Provinsi Jawa Tengah terbagi menjadi 29 kabupaten dan 6
kota yang tersebar menjadi 573 kecamatan dan 8.558 desa/kelurahan. Luas
wilayah Jawa Tengah tercatat sebesar 3,25 juta hektar atau sekitar 25,04
persen dari luas Pulau Jawa atau sekitar 1,70 persen dari luas Indonesia.
Sedangkan untuk iklim,Jawa Tengah memiliki iklim tropis, dengan curah
hujan tahunan rata-rata 2.000 meter, dan suhu rata-rata 21-32oC.
B. Kependudukan
Jumlah penduduk Provinsi Jawa Tengah berdasarkan proyeksi penduduk
tahun 2019 sebanyak 34.718.204 jiwa yang terdiri atas 17.212.455 jiwa
penduduk laki-laki dan 17.505.749 jiwa penduduk perempuan. Untuk
besarnya angka rasio jenis kelamin tahun 2019 yaitu sebesar 98,32 per 100
penduduk perempuan. Sedangkan, proporsi penduduk tahun 2019 bila
dibandingkan dengan tahun 2018, kelompok usia produktif (15-64 tahun)
mengalami penurunan 0,01 persen, kelompok usia belum produktif (0-14
tahun) mengalami penurunan 0,28 persen, sedangkan kelompok usia (65
tahun +) mengalami peningkatan 0,29 persen.
C. Derajat Kesehatan
Angka Kematian (mortalitas) di Jawa Tengah meliputi AKI, AKB, AKN
dan AKBA. Secara umum terjadi penurunan kematian ibu (AKI) selama
periode 2015-2019 dari 111,16 menjadi 76,9 per 100.000 kelahiran hidup.
AKN di Jawa Tengah tahun 2019 sebesar 5,8 per 1.000 kelahiran hidup.
Untuk Angka Kematian Bayi (AKB) di Provinsi Jawa Tengah tahun 2019
sebesar 8,2 per 1.000 kelahiran hidup. Sedangkan, AKBA Provinsi Jawa
Tengah tahun 2019 sebesar 9,6 per 1.000 kelahiran hidup.
Morbiditas di Jawa tengah terdiri dari penyakit menular, penyakit tidak
menular, penyakit PD31 dan KLB. Terjadi peningkatan pada kasus
pneumonia, HIV/AIDS, polio serta DBD. Tahun 2019 desa yang
mengalami kejadian luar biasa mengalami peningkatan yaitu dari 186
desa/kelurahan pada tahun 2018 menjadi 46 desa/kelurahan. Sedangkan,
jumlah kasus baru PTM yang dilaporkan secara keseluruhan pada tahun
2019 adalah 3.074.607 kasus.
Persentase gizi buruk pada balita usia 0-59 bulan di Jawa Tengah adalah
3,7 persen, sedangkan persentase gizi kurang adalah 13,68 persen.
D. Program dan Pelayanan Kesehatan
Sarana dan fasilitas kesehatan yang ada di provinsi Jawa Tengah terdiri
atas Puskesmas (878 unit), Rumah sakit (307 unit), sarana kefarmasian
(246), alat kesehatan, serta Upaya Kesehatan Bersumber Masyarakat
(UKBM). UKBM di Jawa Tengah antara lain Posyandu, Posbindu,
Poskesdes (Pos Kesehatan Desa), Poskestren (Pos Kesehatan Pesantren)
dan Posyandu Lanjut Usia.
Total SDMK di Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2019 sebanyak 147.492
orang yang terdiri dari 102.689 orang tenaga kesehatan (69,62%) dan
44.803 orang tenaga penunjang kesehatan (30,38%). Dan untuk
pembiayaan kesehatan, pada tahun 2019, jumlah total anggaran kesehatan
di Provinsi Jawa Tengah sebesar Rp. 14.590.292.112.405,-.. sedangkan
anggaran kesehatan perkapita sebesar Rp.302.234,29,-.Jumlah cakupan
kepesertaan JKN di Provinsi Jawa Tengah sudah mencapai 30,2 juta jiwa.
E. Lingkungan
Pada tahun 2019, sebanyak 1.195.389 sarana air minum dilakukan IKL.
Dari jumlah tersebut, 872.914 sarana air minum beresiko rendah dan
sedang. 92.224 sarana air minum diambel sampel untuk diperiksa dan
sebesar 85,8 persen sudah memenuhi syarat kesehatan.
Sebesar 80,3 persen keluarga di Jawa Tengah sudah menggunakan jamban
sehat permanen. Dan capaian desa yang melaksanakan STBM di Provinsi
Jawa Tengah pada tahun 2019 sebesar 98,8 persen atau sebanyak 8.455
desa.
IDENTIFIKASI MASALAH
Setelah melakukan analisis situasi pada profil kesehatan Provinsi Jawa Tengah,
diketahui beberapa masalah kesehatan yang ada di Provinsi Jawa Tengah yaitu
sebagai berikut.
Kasus 8 7 7 392
pneumonia
Kasus 9 8 6 432
HIV/AIDS
Berdasarkan tabel di atas, kita dapat kita simpulkan bahwa kasus kurangnya cakupan
ASI eksklusif memiliki skor tertinggi sehingga harus mendapat prioritas utama.
A 4 3 3 3 12
B 4 3 3 5 7
C 3 2 4 2 12
D 5 4 4 4 20
E 5 3 3 3 15
Kelurahan
Penghambat jalan keluar
a. Persepsi masyarakat tentang petugas puskesmas atau petugas
kesehatan lain yang berseragam tidak selalu positif sehingga
masyarakat kurang nyaman, kurang kerbukaan dan cenderung pasif
pada saat penyuluhan.
b. Meningkatnya jumlah tenaga kesehatan namun memiliki ketrampilan
yang rendah. Kondisi ini menyebabkan kurang optimalnya kegiatan
penyuluhan.
c. Kurangnya pemanfaatan teknolog informasi.
5. Memperbaiki Prioritas Jalan Keluar
Masyarakat bisa lebih nyaman bercerita mengenai masalah yang dialami
dengan sesama warga didaerah mereka.Adanya kebutuhan kehadiran
warga yang memiliki pengetahuan memadai tentang kesehatan sangat
diperlukan.
Perlu adanya kegiatan pelatihan bagi tenaga kesehatan untuk dapat
meningkatkan keterampilan mereka khususnya ketrampilan untuk
menyampaikan informasi kesehatan.
Meningkatkan pemanfaatan teknologi seperti internet untuk mendapatkan
informasi tentang kesehatan.
MENYUSUN RENCANA PRIORITAS JALAN KELUAR