Anda di halaman 1dari 4

KERANGKA ACUAN

Fasilitasi dan Pembinaan kegiatan GP2SP

I. PENDAHULUAN
Angka kematian ibu merupakan indikator kesejahteraan perempuan, indikator
kesejahteraan suatu bangsa sekaligus menggambarkan hasil capaian pembangunan
suatu negara. Informasi mengenai angka kematian ibu akan sangat bermanfaat
untuk pengembangan program- program peningkatan kesehatan ibu, terutama
pelayanan kehamilan dan persalinan yang aman, program peningkatan jumlah
persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan, manajemen sistim rujukan dalam
penanganan komplikasi kehamilan, persiapan keluarga hingga suami siaga dalam
menyongsong kelahiran, yang pada gilirannya merupakan upaya menurunkan Angka
Kematian Ibu dan meningkatkan derajat kesehatan reproduksi.
Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) masih terus menjadi sorotan. Angka kematian
ibu dan anak sebagai indikator keberhasilan pencapaian KIA, dilaporkan sudah
mengalami penurunan yakni 346 kematian menjadi 305 kematian ibu per 100.000
kelahiran hidup (SUPAS 2015), Namun faktanya masih belum bisa mencapai target
MDGs pada tahun 2015. Sedangkan kita dihadapkan pada target SDG’s yang lebih
ambisius yakni mengurangi angka kematian ibu hingga di bawah 70 per 100.000 KH
dan menurunkan angka kematian neonatal setidaknya hingga 12 per 1.000 KH dan
Angka Kematian Balita 25 per 1.000 KH.
Menurut SDKI tahun 2017 penyabab kematian ibu akibat gangguan hipertensi
sebanyak 33,07%, perdarahan obstetrik 27.03%, komplikasi non obstetric 15.7%,
komplikasi obstetric lainnya 12.04% infeksi pada kehamilan 6.06% dan penyebab
lainnya 4.81%. Sementara penyebab kematian neonatal tertinggi disebabkan oleh
komplikasi kejadian intraparum tercatat 283%, akibat gangguan respiratori dan
kardiovaskular 21.3%, BBLR dan premature 19%, kelhiran kongenital 14, 8%, akibat
tetanus neonatorum 1,2%, infeksi 7.3% dan akibat lainnya 8.2%.
Meskipun terus terjadi penurunan kasus kematian ibu dan bayi baru lahir,
namun kasus kematian oleh faktor yang seharusnya bisa dicegah masih cukup
tinggi. Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah diawal tahun 2018 melaporkan
bahwa kematian ibu melahirkan terutama disebabkan oleh Hypertensi
Kehamilan/Pre-Eklampsia 32,97%, Perdarahan 30,37%, Gangguan sistem
peredaran darah 12,36%, serta infeksi dan penyakit penyerta. Lebih dari setengah
kasus terjadi di Rumah Sakit dan sebagian besar (lebih 70%) disebabkan oleh
perdarahan dan pre-eclampsia/eclampsia yang merupakan kondisi yang dapat
dicegah oleh tenaga kesehatan dan di fasilitas kesehatan. Fakta-fakta tersebut
menunjukan bahwa sebagian besar kematian ibu dan bayi baru lahir tersebut
sebenarnya dapat dihindari apa bila fasilitas kesehatan rujukan menerapkan tata
kelola klinik yang baik dan benar.

Beberapa upaya telah dilakukan dalam menurunkan kematian ibu dan bayi,
diantaranya meningkatkan akses dan kualitas pelayanan kesehatan, hal ini terlihat
dari proporsi persalinan di fasilitas kesehatan dari 66,7% (Riskesdas 2013)
meningkat menjadi 79,3% pada 2018, namun masih perlu upaya keras untuk
menurunkan angka kematian agar tidak terjadi kematian yang sama pada masa-
masa yang akan datang. Seperti diketahui bahwa terjadi pergeseran penyebab
kematian yakni hipertensi dalam kehamilan, disusul oleh perdarahan, infeksi dan
aborsi.
Kasus kematian ibu di Kota Semarang pada tahun 2020 sebanyak 17 kasus,
jumlah tersebut naik di tahun 2021 sebanyak 21 kasus. Peningkatan jumlah kasus
kematian ibu di Kota Semarang di karenakan pandemic Covid 19 , sebanyak 16
kasus meninggal dengan penyebeb covid 19. Hal tersebut tidak terlepas dari upaya
Pemerintah Kota Semarang yang memiliki daya ungkit besar dalam percepatan
penurunan Angka Kematian Ibu. Berbagai upaya ini antara lain adalah perbaikan
sistem pelayanan kesehatan, rujukan, manajemen di Dinas Kesehatan dan Fasilitas
Pemberi layanan kesehatan, pendampingan ibu hamil dan nifas oleh Petugas
Surveilans Kesehatan, pelaporan, monitoring dan evaluasi, koordinasi lintas sektor
serta peran pemerintah Kota Semarang yang memiliki komitmen/ kesepakatan
bersama dalam perbaikan kualitas kesehatan ibu dan bayi dan pelayanan KIA di
perusahaan serta pemberian vaksinasi pada ibu hamil sebagai pencegahan.
Kesehatan pekerja perempuan perlu dilindungi karena pekerja perempuan
berperan sebagai subjek dan objek pembangunan kesehatan. Sebagai subjek
pembangunan kesehatan, pekerja perempuan merupakan penentu alokasi pangan,
penentu budaya konsumsi keluarga, pendidik, perawat, dan pemelihara di dalam
keluarga. Sebagai objek pembangunan kesehatan, pekerja perempuan rentan
mengalami eksploitasi, mempunyai peran ganda, rentan terpapar bahaya di tempat
kerja di samping secara alamiah mengalami fase haid, hamil, melahirkan, nifas, dan
menyusui. Oleh karena itu, pekerja perempuan memerlukan pengawalan dan
perlindungan khusus di bidang kesehatan.karena sangat berpengaruh terhadap baik
buruknya kualitas generasi mendatang yang harus siap menghadapi tantangan dan
peluang Bonus Demografi tahun 2045. Solusi lokal untuk menjawab permasalahan
tersebut adalah Pelayanan kesehatan Pekerja perempuan yang berkualitas di
perusahaan/tempat kerja. Kemitraan multi pihak ini dimaksudkan untuk
meningkatkan kualitas pelayanan
kesehatan ibu bagi pekerja perempuan di perusahaaan-perusahaan,
terutama pekerja perempuan yang sedang hamil. Dengan meningkatnya kualitas
kesehatan bagi pekerja perempuan dan yang sedang hamil di perusahaan/di tempat
kerja diharapkan tingkat absensi pekerja menurun, produktivitas meningkat karena
pekerja sudah mendapatkan pelayanan kesehatan yang berkualitas di lingkungan
perusahaan.
Menyikapi masalah ini, maka pelayanan kesehatan ibu tidak hanya
sebatas pelayanan di ranah fasilitas kesehatan dan masyarakat namun juga
mendekatkan akses yaitu ke perusahaan dengan layanan “GEPUK PEPES”
(Gerakan Peduli Kesehatan Pekerja Perempuan sehat). Pekerja perempuan di
perusahaan yang hamil dan nifas/ mempunyai bayi mendapatkan keistimewaan
berupa pemeriksaan kesehatan, ANC terpadu, cuti hamil/ melahirkan, waktu untuk
menyusui, Ojek ASI, kelas ibu hamil, edukasi/konseling kesehatan, dan pelayanan
KB tanpa harus meninggalkan tempat kerja. Kegiatan GP2SP lain nya meliputi :
 Pemeriksaan kesehatan berkala termasuk Hb dan pengukuran status gizi
 pemeriksaan kesehatan khusus (papsmear / IVA Tes) pada perempuan usia
> 40 tahun
 Pemberian tablet tambah darah
 Pemenuhan kecukupan gizi selama waktu kerja dengan peningkatan menu
makanan
 Konseling IMS (Infeksi Menular Seksual), Gizi, Pelayanan KB dan Asi Ekslusif
 Pemeriksaan kehamilan dan deteksi faktor risiko
Dengan di laksanakannya kegiatan pengembangan Gepuk Pepes di
Perusahaan ini diharapkan tingkat pengetahuan tentang pemeliharaan Kesehatan
ibu hamil, risiko tinggi kehamilan dan penggunaan KB dapat dimanfaatkan oleh
peserta.

II. TUJUAN
Tujuan Program adalah :
 Meningkatkan status gizi pekerja perempuan
 Meningkatkan pengetahuan pekerja perempuan tentang kesehatan
reproduksi
 Meningkatkan pengetahuan pekerja perempuan tentang ASI dan
terlaksananya pemeriksaaan kesehatan berkala pada pekerja
perempuan
III. TEMPAT / WAKTU
Tanggal :
Jam :
Tempat :

IV. METODE
Menyesuaikan kegiatan puskesmas
V. NARASUMBER
Menyesuaikan kegiatan puskesmas
VI. SUMBER DANA
Menyesuaikan kegiatan puskesmas
VII. PENUTUP
Demikian kerangka acuan Fasilitasi dan Pembinaan kegiatan GP2SP untuk
dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.

Mengetahui

Kapus

Anda mungkin juga menyukai