Anda di halaman 1dari 9

MATA KULIAH : EVALUASI PROGRAM PANGAN DAN GIZI MASYARAKAT (EPPGM)

Pertemuan III &IV: Program Gizi dan Pangan di Indonesia dan Target
Pencapaiannya

A. Rencana Strategis Kementerian Kesehatan Tahun 2020-2024


Pembangunan bidang kesehatan tahun 2020-2024 menetapkan delapan sasaran strategis.
Sasaran strategis yang berkaitan dengan bidang gizi, ditempatkan pada sasaran strategis
pertama yaitu “meningkatnya kesehatan ibu, anak dan gizi masyarakat. Selanjutnya
perwujudan pencapaian kinerja sasaran strategis ini diukur dari indikator sasaran strategis
sebagai berikut:

No. Tujuan Strategis Sasaran


Strategis Indikator Sasaran Strategis
1. Peningkatan Meiningkatnya 1. Persentase Bumil KEK dari 17,3% menjadi 10%
derajat kesehatan kesehatan ibu, 2. Persentase persalinan di fasilitas pelayanan
masyarakat anak dan gizi kesehatan sebesar 95%
melalui masyarakat 3. Jumlah kabupaten/kota yang menyelenggarakan
pendekatan siklus pelayanan kesehatan ibu dan bayi baru lahir
hidup sebanyak 514 kabupaten/kota
4. Persentase Balita stunting dari 27,7% menjadi
14%
5. Persentase bayi kurang dari 6 bulan mendapat
ASI eksklusif sebesar 60%
6. Persentase kabupaten/kota melaks pembinaan
Posyandu aktif dari 51% menjadi 100%
7. Persentase kabupaten/kota yang menerapkan
kebijakan gerakan masyarakat hidup sehat
sebesar 50%
8. Sebanyak 514 (100%) kabupaten/kota
menerapkan kebijakan Kawasan Tanpa Rokok
9. Kabupaten/kota sehat sebanyak 420
2. Penguatan
pelayanan
kesehatan dasar
dan rujukan
Dst.
B. Rencana Aksi Kegiatan Direktorat Gizi Masyarakat Kementerian Kesehatan
Tahun 2020-2025

Sararan dan indikator sasaran strategis Kementerian Kesehatan tahun 2020-2024


yang berkaitan dengan bidang gizi, secara lebih operasional dijabarkan oleh Direntorat Gizi
Masyarakat.

1. Arah dan Kebijakan Pembinaan Gizi Masyarakat RPJMN 2020-2024


a. Percepatan penurunan stunting dengan peningkatan intervensi spesifik, perluasan
dan penajaman intervensi sensirif secara terintegrasi
b. Peningkatan intervensi yang bersifat life saving dengan didukung data yang kuat
(evidence based policy) termasuk fortifikasi dan pemberian multiple micronutrient
c. Penguatan advokasi, komunikasi sosial dan perubahan perilaku hidup sehat terutama
mendorong pemenuhan gizi seimbang berbasis konsumsi pangan ( food based
approach)
d. Penguatan sistem surveilans gizi
e. Peningkatan komitmen dan pendampingan bagi daerah dalam intervensi perbaikan
gizi dengan strategi sesuai kondisi setempat, dan respon cepat perbaikan gizi dalam
kondisi darurat

2. Sasaran strategis pembinaan gizi masyarakat

Penentuan sasaran strategis dalam pembinaan gizi masyarakat, bertolak dari


analisa penyebab timbulnya masalah gizi menurut World Bank 2011, yang diadaptasi dari
UNICEF 1990, yang menjelaskan bahwa secara langsung masalah gizi disebabkan oleh
asupan pangan dan tingkat kesehatan (penyakit infeksi). Penyebab langsung ini
dipengaruhi oleh penyebab tidak langsung berupa ketersediaan pangan, pola asuh
dan ketersedian sarana pelayanan kesehatan. Dan kondisi penyebab tidak langsung ini
dipengaruhi oleh akar masalah berupa kelembagaan, politik dan idiologi, kebijakan
ekonomi, sumberdaya, lingkungan, teknologi dan kependudukan.

Penanganan terhadap penyebab langsung dilakukan melalui pendekatan


intervensi spesifik (melalui program-program dalam kementerian kesehatan),
sedangkan penanganan terhadap penyebab tidak langsung dan akar masalah dilakukan
melalui pendekatan intervensi sensitive (diperankan oleh program-program di luar
kementerian kesehatan). Intervensi spesifik memberi kontribusi sebesar 30% dalam
penaganan masalah gizi, selebihnya yaitu 70% diperankan oleh intervensi sensitive.

Berdasarkan pemikiran penyebab masalah gizi ini, maka sasaran pembinaan gizi
masarakat yaitu:

a. Meningkatkan status gizi wanita usia subur 15-49 tahun, termasuk ibu hamil dan ibu
menyusui
b. Meningkatkan status gizi bayi dan balita
c. Mengatasi permasalahan kekurangan zat gizi mikro
d. Meningkatkan akses terhadap pelayanan manajemen terpadu tata laksana gizi buruk
e. Meningkatkan kapasitas fasyankes dan tenaga kesehatan untuk pelayanan gizi yang
berkualitas
f. Meningkatkan kesadaran gizi masyarakat melalui pendidikan gizi, kampanye dan
komunikasi perubahan perilaku
g. Meningkatkan respon cepat penanganan gizi pada situasi bencana
h. Meningkatkan sistem monitoring, evaluasi dan surveilans
i. Menguatkan penyusunan regulasi dan kebijakan gizi dengan dukungan bukti-bukti
ilmiah terkini (evidence-based decision making)
j. Meningkatkan advokasi, koordinasi dan kerjasama dengan lintas program dan sektor
terkait

3. Strategi operasional pembinaan gizi masyarakat


a. Peningkatan kapasitas SDM
b. Peningkatan kualitas layanan
c. Penguatan edukasi
d. Penguatan manajemen intervensi gizi di Puskesmas dan Posyandu

4. Indikator Kinerja Program (IKP) dan Indikator Kinerja Kegiatan (IKK)


Tingkat keberhasilan dari implementasi strategi opersional pembinaan gizi masyarakat
diukur dari tingkat pencapaian terhadap IKP dan IKK yang ditetapkan yaitu sebagai
berikut:
Indikator Kinerja Program (IKP)
Direktorat Gizi Masyarakat Tahun 2020-2025

TARGET

N INDIKATOR 2020 2021 2022 2023 2024


O
1. Persentase ibu hamil Kurang 16 14.5 13 11.5 10
Energi Kronik (KEK)
2. Persentase kabupaten/kota 51 70 80 100 100
yang melaksanakan surveilans
gizi
3. Persentase Puskesmas 10 20 30 45 60
mampu tatalaksana gizi buruk
pada Balita
4. Persentase bayi kurang dari 40 45 50 55 60
enam bulan mendapat ASI
Eksklusif

Target Indikator Kinerja Kegiatan (IKK)


Direktorat Gizi Masyarakat Tahun 2020-2025

TARGET
NO INDIKATOR 2020 2021 2022 2023 2024
1. Persentase ibu hamil anemia 45 42 39 36 33
2. Cakupan ibu hamil yang mendapat 80 81 82 83 84
Tablet Tambah Darah (TTD) minimal
90 tablet selama masa kehamilan
3. Cakupan ibu hamil Kurang Energi 80 80 80 80 80
Kronik (KEK) yang mendapat
makanan tambahan
4. Cakupan ibu nifas mendapat Kapsul 70 73 76 79 82
Vitamin A
5. Pesentase bayi BBLR (BB < 2500 5.4 4.6 3.8 3.0 2.5
gram)
6. Cajupan bayi baru lahir mendapat 54 58 62 66 70
IMD
7. Cakupan bayi usia 6 bulan mendapat 35 40 45 50 55
ASI eksklusif
8. Cakupan Balita 6-59 bulan mendapat 86 87 88 89 90
Kapsul Vitamin A
9. Cakupan Balita gizi kurang mendapat 85 85 85 85 85
makanan tambahan
10. Cakupan kasus gizi buruk mendapat 80 84 86 88 90
perawatan
11. Jumlah balita yang mendapatkan 90.000 140.000 190.000 240.000 290.000
suplementasi gizi mikro
12. Cakupan Balita yang ditimbang BB 60 70 75 80 85
(D/S)
13. Cakupan Balita memiliki buku 60 70 75 80 85
KIA/KMS
14. Cakupan Balita ditimbang dan naik BB 80 82 84 86 88
(N/D)
15. Prevalensi berat badan kurang dan 16 15 14 13 12
sangat kurang pada Balita
16. Prevalensi stunting (pendek dan 24,1 21,1 18,4 16,0 14,0
sangat pendek) pada Balita
17. Prevalensi wasting (gizi kurang dan 8,1 7,8 7,5 7,3 7,0
gizi buruk) pada Balita
18. Cakupan remaja putri mendapat TTD 50 52 54 56 58
19. Cakupan rumah tangga 82 84 86 88 90
mengkonsumsi garam beryodium

C. Kebijakan Strategis Ketahanan Pangan dan Gizi Badan Ketahanan Pangan Kementerian
Pertanian Tahun 2020-2024

Undang-Undang Pangan No.18 Tahun 2012 mengamanatkan bahwa, penyelenggaraan


pangan yang dilakukan di wilayah Republik Indonesia berdasarkan asas kedaulatan,
kemandirian, ketahanan, keamanan, manfaaat, pemerataan, berkelanjutan dan berkeadilan.
Mengacu amanat ini, maka Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian, menyusun
kebijakan strategis bidang pangan dan gizi tahun 2020-2024, dengan focus pada aspek
ketersediaan pangan, keterjangkauan pangan dan pemanfaatan pangan dengan
memperhatikan keamanan pangan pada setiap aspek ketahanan pangan.
Untuk mewujudkan kebijakan strategis ini, disusun langkah-langkah operasional berupa
penentuan sasaran, indikator dan target penyelenggaraan ketahanan pangan berikut ini:

Sasaran, Indikator dan Target Penyelenggaraan Ketahanan Pangan


Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian Tahun 2020-2024
(hanya ditampilkan yang berkaitan dengan permasalahan gizi, secara lengkap dapat diakses
melalui Sekretariat Dewan Ketahahan Pangan)

Target
Sasaran Indikator 2019 2020
Global Food 62,6 69,8
Security Index
Ketersediaan Pangan
Produksi pangan:
- Jagung 24,8 juta ton 35,3 juta ton
- Umbi-umbian 23,3 juta on 25,5 juta ton
- Kedelai 1,12 juta ton 1,6 juta ton
- Gula pasir 2,19 juta ton 2,30 juta ton
- Daging 14,8 juta ton 20,4 juta ton
- Ikan 9,9 juta ton 12,3 juta ton
Ketersediaan pangan:
Kemampuan
- Beras 38,4 juta ton 46,8 juta ton
produksi pangan
- Protein hewani 2,4 juta ton 2,9 juta ton
domestic

Peningkatan produksi
- Buah-buahan 3,5% 5,7%
- Sayuran 2,5% 3,1%
- Kelapa sawit 5,7% 6%
Luas lahan produksi beras 195 ha padi 200.000 ha padi
biofortifikasi
Cadangan beras pemerin- 1,5 juta ton 2 juta ton
tah
Cadangan beras pemerin- Minimal 200 ton, selebihnya mengacu pada
tah provinsi Permentan 11/2018 tentang Cadangan
Beras Pemerintah Daerah
Pengembangan
Cadangan beras pemerin- Minimal 200 ton, selebihnya mengacu pada
cadangan pangan
tah kabupaten/kota Permentan 11/2018 tentang Cadangan
Beras Pemerintah Daerah

Keterjangkauan
Kemampuan Proporsi rumah tangga 29% 20%
memperoleh untuk pengeluaran
pangan pangan > 65%
Inflasi pangan bergejolak 4,3% 3,1%

Koefisien variasi harga

Stabilitas harga pangan nasional

pangan - Beras ≤5% ≤5%


- Telur ayam ≤20% ≤17%
- Daging ayam ≤10% ≤10%

Pemanfaatan
Angka Kecukupan Energi 2.121 2.100
(AKE) Kkal/kapita/hari Kkal/kapita/hari
Angka Kecukupan Protein 62,9 57
(AKP) gram/kapita/hari gram/kapita/hari
Skor PPH 86,4 95,2
Prevalensi ketidakcukupan 6,7 5
konsumsi pangan
(prevalence of Undernou-
rishment/PoU
Proporsi penduduk 5,8 4
dengan kerawanan
pangan sedang atau berat
(Food Insecurity Experi-
Kecukupan pangan ence Scale (FIES)
dan gizi Konsumsi ikan 50,7 62
kg/kapita/tahun kg/kapita/tahun
Konsumsi daging 13,2 14,6
kg/kapita/tahun kg/kapita/tahun
Konsumsi sayur dan buah 244,3 316,3
gr/kapita/hari gr/kapita/hari
Konsumsi protein asal 10,9 11,0
ternak gr/kapita/hari gr/kapita/hari
Persentase makanan 76 % (BPOM, 2019) 86%
memenuhi syarat

Keamanan pangan Persentase pangan segar 94 85-95%


yang memenuhi syarat
keamanan pangan
Status gizi pada bayi Prevalensi balita wasting 10,2 7%
dan balita (kurus dan sangat kurus) (Riskesdas 2018)
Prevalensi balita stunting 27,7% 14%
(pendek dan sangat (SSGB, 2019)
pendek
Status gizi dewasa Prevalensi obesitas pada 21,8% 21,8%
penduduk ≥ 18 tahun (Riskesdas 2018)

Catatan:
1. Global Food Security Index (GFSI) : adalah indeks ketahanan pangan glogal yang
terbitkan oleh The Economist Intelligence Unit New York, yang memberikan informasi
tentang situasi ketahanan pangan dan gizi di 113 negara, mencakup situasi ketahanan
pangan di tingkat nasional menurut indikatornya dan rangking ketahanan pangan dan
gizi tiap Negara secara relative terhadap negara lainnya.
Aspek yang diukur/diranking yaitu 4 aspek yaitu daya beli masyarakat terhadap pangan
(affordability), ketersediaan pangan (availability), kualitas dan keamanan pangan
(quality and safety), dan sumberdaya alam dan ketahanan menghadapi situasi darurat
(natural resources and resilience).
Peringkat ketahanan pangan Indonesia menurut data GFSI tahun 2019, menunjukkan
peningkatan, dimana pada tahun 2015 posisi Indonesia pada urutan 74, sedangkan
pada tahun 2019 pada urutan 62 dari 113 negara. Hal ini terjadi karena adanya
perbaikan pada aspek ketersedian dan keterjangkauan pangan.
2. Biofortifikasi beras:
Pengayaan zat gizi tertentu khususnya beberapa vitamin (al asam folat, vitamin A, B1,
B3,B6, B12) dan mineral (zinc). Pada Tahun 2015 Bappenas bersama Kementerian
Pertanian, Perum Bulog, BPOM dan Pemkab Karawang telah melakukan uji coba
fortifikasi beras untuk tujuan membantu upaya pencegahan anemia gizi besi.
3. Koefisien variasi harga pangan
Adalah perbandingan antara simpangan baku harga (STD) dengan harga rata-rata
(average) di tingkat konsumen yang dinyatakan dengan persentase (%)
4. PPH (Pola Pangan Harapan)
Susunan beragam pangan atau kelompok pangan yang didasarkan atas sumbangan
energinya, baik secara absolut atau relatif terhadap total energy

Anda mungkin juga menyukai