Pasuruan, …2021
Plt. KEPALA UPT PUSKESMAS KARANGKETUG
KOTA PASURUAN
drg.AndrijaniRifka
NIP. 19660625 199203 2006
i
KATA PENGANTAR
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. DEFINISI
Hasil Studi Masalah Gizi Mikro di 10 propinsi yang dilakukan Puslitbang Gizi
dan Makanan Departemen Kesehatan RI pada Tahun 2006 memperlihatkan balita
dengan Serum Retinol kurang dari 20µg/dl adalah sebesar 14,6%. Hasil studi
tersebut menggambarkan terjadinya penurunan bila dibandingkan dengan Survei
Vitamin A Tahun 1992 yang menunjukkan 50% balita mempunyai serum retinol
kurang dari 20 µg/dl. Oleh karena itu, masalah kurang Vitamin A (KVA) sudah
tidak menjadi masalah kesehatan masyarakat lagi karena berada di bawah 15%
(batasan IVACG). Hal tersebut salah satunya berkaitan dengan strategi
penanggulangan KVA dengan pemberian suplementasi Vitamin A yang dilakukan
setiap bulan Februari dan Agustus (Bulan Kapsul Vitamin A).
Direktorat Bina Gizi Masyarakat bekerja sama dengan SEAMEO TROPMED R
CCN Universitas Indonesia, UNICEF dan Micronutrient Initiative pada tahun 2007
melakukan survei di 3 provinsi terpilih yaitu Kalimantan Barat, Lampung dan Sulaw
esi Tenggara untuk melihat cakupan suplementasi Vitamin A dan mengevaluasi m
anajemen program Vitamin A. Hasil survei menunjukkan bahwa di provinsi Kalima
ntan Barat cakupan Vitamin A pada bayi (6-11 bulan) adalah sebesar 55,8% dan a
nak balita (12-59 bulan) sebesar 56,6%, sementara untuk provinsi Lampung cakup
an pada bayi adalah 82,4% dan anak balita 80,4%, dan Sulawesi Tenggara adalah
70,5% pada bayi dan anak balita sebesar 62,2%. Hasil survei juga menemukan ba
hwa sebanyak 70,2% bayi umur 6-11 bulan dan 13,9% anak balita umur 12-59 bul
an mendapatkan suplementasi Vitamin A dengan dosis yang tidak sesuai umur. R
endahnya cakupan suplementasi vitamin A ini mengindikasikan bahwa manajeme
n dan sosialisasi program Vitamin A tingkat Kabupaten/Kota belum berjalan optim
al. Berkaitan hal tersebut diperlukan pelatihan penyegaran terkait dengan manaje
men suplementasi Vitamin A bagi petugas dalam rangka meningkatkan cakupan
vitamin A.
B. TUJUAN
1. Melakukan kajian data gizi di wilayah kerja Puskesmas Karangketug.
2. Melakukan monitoring dan evaluasi kegiatan gizi.
C. SASARAN
1. Bayi
2. Balita
3. Anak Pra Sekolah
4
D. DASAR HUKUM
1. Peraturan Menteri Kesehatan nomor 75 tahun 2013 tentang Angka kecukupan
Gizi
2. Peraturan Menteri Kesehatan nomor 23 tahun 2014 tentang Upaya Perbaikan
Gizi Masyarakat
E. BATASAN OPERASIONAL
1. Berpikir Kritis adalah kemampuan menganalisis masalah gizi, merumuskan dan
mengevaluasi pemecahan masalah dengan mendengarkan dan mengamati fakta
serta opini secara terintegrasi. Karakteristik dan cara berpikir kritis adalah
kemampuan untuk berpikir konseptual, rasional, kreatif, mandiri, dan memiliki
keinginan untuk tahu lebih dalam.
2. Dietetik adalah integrasi, aplikasi dan komunikasi dari prinsip-prinsip keilmuan
makanan, gizi, sosial, dan keilmuan dasar untuk mencapai dan mempertahankan
status gizi yang optimal secara individual melalui pengembangan, penyediaan
dan pengelolaan pelayanan gizi dan makanan di berbagai area/lingkungan/latar
belakang praktek pelayanan.
3. Konseling Gizi adalah serangkaian kegiatan sebagai proses komunikasi dua arah
yang dilaksanakan oleh Tenaga Gizi untuk menanamkan dan meningkatkan
pengertian, sikap dan perilaku pasien dalam mengenali dan mengatasi masalah
gizi sehingga pasien dapat memutuskan apa yang akan dilakukannya.
4. Kolaborasi yaitu proses dimana individu, kelompok dengan kepentingan yang
sama bergabung untuk menangani masalah yang teridentikasi.
Mengkomunikasikan rencana, proses, dan hasil monitoring evaluasi kegiatan
asuhan gizi kepada pasien dan petugas kesehatan lain yang menangani
masalah gizi tersebut.
5. Membuat keputusan yaitu proses kritis dalam memilih tindakan yang terbaik
dalam proses asuhan gizi untuk mencapai tujuan yang diharapkan.
6. Memecahkan masalah yaitu proses yang terdiri dari identikasi masalah gizi,
formulasi pemecahan masalah, implementasi dan evaluasi hasil.
7. Monitoring dan Evaluasi Gizi adalah kegiatan untuk mengetahui respon pasien/
klien terhadap intervensi dan tingkat keberhasilannya.
8. Pelayanan Gizi adalah suatu upaya memperbaiki, meningkatkan gizi, makanan,
dietetik masyarakat, kelompok, individu atau klien yang merupakan suatu
rangkaian kegiatan yang meliputi pengumpulan, pengolahan, analisis, simpulan,
anjuran, implementasi dan evaluasi gizi, makanan dan dietetik dalam rangka
mencapai status kesehatan optimal dalam kondisi sehat atau sakit.
9. Rujukan Gizi adalah sistem dalam pelayanan gizi puskesmas yang memberikan
5
pelimpahan wewenang yang timbal balik atas pasien dengan masalah gizi, baik
secara vertikal maupun horizontal.
10. Tenaga Gizi adalah setiap orang yang telah lulus pendidikan di bidang gizi
sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.
6
BAB II
RUANG LINGKUP
7
BAB III
TATA LAKSANA
8
3.1.4 SUPLEMENTASI VITAMIN A PADA IBU NIFAS
Ibu nifas adalah ibu yang baru melahirkan sampai 6 minggu setelah
kelahiran bayi (0- 42 hari). Ibu nifas harus diberikan kapsul Vitamin A dosis tinggi
karena:
1. Pemberian 1 kapsul Vitamin A merah cukup untuk meningkatkan kandungan
Vitamin A dalam ASI selama 60 hari
2. Pemberian 2 kapsul Vitamin A merah diharapkan cukup menambah kandungan
Vitamin A dalam ASI sampai bayi berusia 6 bulan.
3. Kesehatan ibu cepat pulih setelah melahirkan
4. Mencegah infeksi pada ibu nifas
Waktu pemberian Kapsul Vitamin A merah (200.000 SI) diberikan pada
masa nifas sebanyak 2 kali yaitu :
a. 1 (satu) kapsul Vitamin A diminum segera setelah saat persalinan 1 (satu)
kapsul Vitamin A kedua diminum 24 jam sesudah pemberian kapsul pertama
b. Catatan : Jika sampai 24 jam setelah melahirkan ibu tidak mendapat vitamin A,
maka kapsul Vitamin A dapat diberikan pada kunjungan ibu nifas atau pada KN
1 (6-48 jam) atau saat pemberian imunisasi hepatitis B (HB0) pada KN 2 (bayi
berumur 3-7 hari) atau pada KN 3 (bayi berumur 8 -28 hari)
c. Tenaga yang memberikan suplementasi Vitamin A untuk ibu nifas Tenaga
kesehatan (dokter, bidan, perawat, tenaga gizi dll) Kader ( telah mendapat
penjelasan terlebih dahulu dari petugas kesehatan.)
d. Cara Pemberian Sebelum dilakukan pemberian kapsul, tanyakan pada ibu
apakah setelah melahirkan sudah menerima kapsul Vitamin A, jika belum :
Kapsul Vitamin A merah diberikan segera setelah melahirkan dengan cara
meminum langsung 1 (satu) kapsul Kemudian minum 1(satu) kapsul lagi 24 jam
setelah pemberian kapsul pertama
e. Tempat pemberian Sarana fasilitas kesehatan (rumah sakit, puskesmas, pustu,
poskesdes/polindes, balai pengobatan, praktek dokter, bidan praktek swasta)
Posyandu
9
2. Untuk pengobatan xeroftalmia, campak dan gizi buruk Bila ditemukan
kasus xeroftalmia, campak dan gizi buruk (marasmus, kwashiorkor dan
marasmik kwashiorkor), pemberian Vitamin A mengikuti aturan sebagai
berikut: Saat ditemukan Berikan 1 (satu) kapsul Vitamin A merah atau biru
sesuai umur anak Hari berikutnya Berikan lagi 1 (satu) kapsul Vitamin A
merah atau biru sesuai umur anak Dua minggu berikutnya Berikan 1 (satu)
kapsul Vitamin A merah atau biru sesuai umur anak.
3. Catatan: Diharapkan pelaksanaannya terintegrasi dengan litas program
terkait baik dalam hal logistik, pelayanan dan pencatatan.
10
a. CBR diambil dari data BPS masing-masing propinsi
b. Untuk kabupaten/kota yang sudah mempunyai CBR dapat digunakan
untuk melakukan perhitungan sasaran diatas
2. Perhitungan sasaran dan kebutuhan kapsul vitamin A untuk balita 12-59 bulan
Jumlah balita 0-59 bulan = proporsi balita x jumlah penduduk Jumlah bayi 0-11
bulan = CBR x jumlah penduduk Jumlah anak balita 12-59 bulan = jumlah balita
- jumlah bayi Panduan Manajemen Suplementasi Vitamin A Contoh: Catatan: 1.
CBR dan proporsi balita diambil dari data BPS masing-masing propinsi 2. Untuk
kabupaten/kota yang sudah mempunyai CBR dan proporsi balita dapat
digunakan untuk perhitungan sasaran diatas
11
BAB IV
DOKUMENTASI
12
LAMPIRAN
13
DAFTAR PUSTAKA
1. Panduan manajemen suplementasi Vitamin A,Direktorat Bina Gizi Masyarakat,
Departemen Kesehatan, 2009.
14