Kombinasi metode klasik dengan bahan dan alat yang modern membawa
pengolahan makanan mencapai mutu terbaik.
Makanan tradisional masih tetap dapat dipertahankan tapi teknik pengolahan
disesuaikan dengan teknik modern.
Banyak resep tradisional yang memerlukan banyak bahan dan prosedur yang
kompleks yang memerlukan waktu berjam-jam untuk penyelesaiannya. Perlu
dirubah secara teori menjadi simpel dan sistematis, persiapan mudah/
menyesuaikan cara kerja, dan trend kuliner.
2
a. Faktor internal berasal dari dalam pasien itu sendiri, meliputi:
1. Faktor psikis : timbulnya rasa cemas, depresi dan takut terhadap penyakit,
tindakan pengobatan yang dapat menurunkan selera makan.
2. Faktor fisik : berat ringannya penyakit dapat menimbulkan rasa mual
3. Kebiasaan makan yang berbeda : tatacara, waktu, jumlah, citarasa, jenis, tabu /
pantangan
3
Banyak aspek / segi yang dapat dilakukan dalam memodifikasi formula makanan.
MODIFIKASI DAPAT BERKENAAN DENGAN :
a. Konsistensi makanan yaitu dari makanan biasa menjadi makanan lunak,
makanan saring, atau makanan cair;
b. Kandungan kalori dalam makanan, terutama berkenaan dengan jumlah hidrat
arang, protein, dan zat lemak;
c. Kandungan unsur gizi tertentu, baik mengenai jenis ataupun jumlah unsur gizi.
d. Variasi penampilan : warna, bentuk makanan, besar porsi dan cara penyajian
(alat makan, cara menyusun makanan, garnish).
e. Variasi rasa : bumbu, suhu, aroma, keempukan, tingkat kematangan
f. Variasi bahan makanan
g. Variasi cara mengolah / memasak
4
3. Sliced : dipotong tipis melebar
4. Cocotie/chateau : bentuk gendang, ujung-ujungnya mengecil, garis tengah 4
cm.
5. Parisienne : dipotong bulat
6. Brunoise : dadu-dadu kecil 1x1x1 mm
7. Macedoine : potongan bentuk dadu ½ cm x ½ cm x ½ cm
8. Paysanne : dipotong kotak tipis 1 cm x 1 cm x 1 mm
9. Baton / fried fries potatoes : balok panjang 1 x 1 x 4 cm
10. Julienne : potongan seperti batang korek api kecil 1 mm x 1 mm x 3 cm
11. Jardiniere : potongan seperti batang korek api agak besar ½ cm x ½ cm x 3
cm
1. Boiling : merebus dalam jumlah yang banyak: contoh sup, rawon, soto, gulai,
sayur asem, sayur lodeh, kaldu, air minum.
2. Blanching : merebus dengan air panas atau uap air panas secara singkat untuk
mengeluarkan darah dan lemak seperti memasak ayam, lalapan / sayur, tomat
utk membuang kulitnya
3. Simmering : merebus dengan air mendidih perlahan, 185- 205ºC. Contoh :
daging rebus, semur ayam, pangsit, klepon, cenil, bola-bola daging, ayam, ikan
untuk isi sup, kalio ayam, dll.
4. Poaching : merebus dalam air yang mendidih, api dikecilkan, contoh : telur
ceplok air, semur bola daging giling, dll.
5. Baking : memanggang dlm oven suhu 120-240ºC, contoh kue, cake, roti, ayam
panggang, kue lumpur, dll.
6. Bain marie : memasak makanan dalam tempat yang dialasi, tempat diisi air.
Dapat dalam oven atau api terbuka (double boler), con : srikaya telur durian,
srikaya pisang, tim telur, dll.
7. Grilling (hasil masakan bergaris/garis) : memasak dengan api sampai coklat,
selalu dikuas dengan lemak dan bumbu. Dapat dengan oven atau api terbuka,
5
con : kambing guling, chicken grill, sate, ikan panggang bali, daging sapi grill.
8. Roasting : memasak dan membuat warna coklat dengan menambah sedikit
lemak, dengan suhu 200- 250ºC biasanya dengan potongan besar, con ; ayam
panggang isi, ayam betutu, roast beef, dll.
9. Deep frying : menggoreng dengan minyak banyak dan panas, con : pisang
goreng, ikan goreng, tahu pong.
10. Braising : memasak dengan lemak sampai coklat, lalu ditambahkan cairan dan
ditutup pancinya sampai masak, con : semur daging, daging lapis, bistik daging,
rollade daging, dll.
11. Pan frying : memasak cepat dengan tujuan makanan akan coklat dalam
minyak panas, con : frikadel kentang, tahu isi, ikan goreng panir, dll.
12. Sauteing : memasak dalam wajan secara cepat dengan sedikit lemak.
Biasanya untuk memasak bahan makanan yang mempunyai sifat cepat masak,
con : orak arik telur, ikan masak tauco, udang bumbu balado, telur bumbu bali,
dll.
13. Steaming : mengukus/memasak dengan uap panas. Con : nagasari, nasi tim,
aneka pepes, pisang/ ubi kukus, dll.
14. Presure cooking : memasak dengan temperatur tinggi, memakai tekanan agar
mengurangi waktu pengolahan, con : bandeng presto, gudeg yogya, daging
bumbu asem padeh, dll.
15. Tewing : memasak dengan memanfaatkan cairan dari bahan makanan itu
sendiri dengan menambah sedikit lemak dan air, con : tumis sayuran, oseng
tempe, cah sayur, udang rica, dll.
16. Microwave oven : alat memasak atau memanasi makanan lebih cepat dari
oven biasa.
4. PENYAJIAN (FINISHING)
1. Cara menghidangkan di atas piring : tempatkan masakan utama di tengah
piring, atur sayuran dan garnish dipinggirnya.
2. Saus disajikan dengan bermacam-macam cara : letakkan masakan utama di
atas saus,
6
3. Garnish : hiasan pada makanan yang dihidangkan dalam piring dapat
memberikan aksen dan menggugah selera : bahan dapat dimakan, warna
kontras, bentuk tidak besar, penempatan berseni.
Prinsip
1. Bernilai gizi tinggi (terutama energi dan protein)
2. Dapat diterima citarasanya dan secara faali
3. Dibuat dari bahan makanan setempat
7
e. Suhu dan waktu pemasakan
f. Macam dan ukuran alat
g. Jumlah porsi yang dihasilkan
h. Cara memotong
i. Cara menyajikan
j. Taksiran harga per porsi
Ada 3 jenis terapi yang diberikan pada pasien yaitu terapi perawatan,
terapi medikamentosa (Istilah terapi obat) dan terapi gizi atau terapi diet.
Adapun tujuan memberikan terapi diet diantaranya: mempertahankan atau
mencapai gizi optimal, mengoreksi kekurangan gizi yang mungkin terjadi,
memberikan istirahat organ atau tubuh karena adanya penyakit, menyesuaikan
dengan kemampuan sistem pencernaan pasien, menyesuaikan makanan dengan
kemampuan tubuh memetabolisme zat gizi, mengoreksi penambahan BB jika
diperlukan, mengatasi atau mencegah edema dan menghindari bahan makanan
yang diduga sebagai penyebab.
8
tubuh keluar dari tubuh, hal tersebut memerlukan energi untuk kekukatan dan
protein sebagai senjata imunitas. Disamping zat gizi mikro
seperti vitamin dan mineral yang sebagai penunjangnya.
Lama sakit juga mempengaruhi pemberian terapi diet, sebagai contoh,
seseorang yang sakit kronik seperti penyakit TB maka penyediaan makanan tinggi
energi sebaiknya terus dilakukan sampai berat badan normal tercapai, karena
biasanya indikator keberhasilan terapi TB adalah terjadinya kenaikan berat badan
normal.
Pemilihan bahan makanan perlu disesuaikan dengan kondisi penyakit,
sebagai contoh, ada gangguan saluran cerna di bagian bawah misalnya sering
terjadi konstipasi. Berdasarkan kajian awal ternyata pasien tersebut menyukai
minum manis lebih dari 3 kali sehari, tetapi tidak pernah mengkonsumsi buah, dan
mengkonsumsi sayur hanya wortel dan labu putih. Oleh karena itu anjuran untuk
mengurangi kebiasaan minum manis perlu dilakukan atau meningkatkan asupan
sayur seperti buncis, kacang panjang, bayam dan lain yang mempunyai serat lebih
tinggi. Dengan asumsi serat yang ada dalam sayuran akan meningkatkan volume
feses, sehingga memudahkan feses meninggalkan saluran cerna bawah, sehingga
konstipasi dapat dihindari.
9
fasilitas membakar bahan makanan, jangan sampai regimen yang dianjurkan harus
dibakar.
Prinsip yang ketiga adalah sederhana, maksudnya adalah regiman yang
dianjurkan sebaiknya tidak memberatkan penyediaannya sehingga mudah untuk
dilaksanakan. Sebagai contoh, menu keluarga sehari-hari adalah sayur asem, ikan
pepes, tempe bacem. Anjuran yang disarankan untuk diet tinggi energi
dan protein adalah menu tetap hanya porsi lauk ditingkatkan jumlahnya atau
ditambah dengan 1 menu lauk lagi. Dengan demikian regimen yang disarankan
kemungkinan dilaksanakan dan bagi pasien tidak merasa berbeda dengan anggota
keluarga.
Ada 2 hal utama yang perlu diperhatikan dalam modifikasi diet disamping
prinsip modifikasi seperti diatas adalah dasar modifikasi dan berbagai jenis
modifikasi.
10
Namun secara kualitatif modifikasi diet dapat mengacu pedoman gizi seimbang
yang dicanangkan oleh pemerintah yaitu berupa tumpeng/piramida gizi seimbang
atau dapat digunakan panduan piring makanku memenuhi gizi seimbang yaitu:
½ dari piring makan terdiri dari sayur dan buah-buahan. Maksimalkan dengan
konsumsi dari beragam jenis dan warna.
¼ dari piring diisi dengan protein. Dapat memilih ikan, ayam atau kacang-
kacangan. Penggunaan daging merah ataupun daging olahan seperti sosis
dikurangi.
¼ dari piring makan dipenuhi dengan biji-bijian utuh dari beras, gandum atau
pasta. Kandungan gula dari roti atau beras berwarna putih tergolong tinggi,
sebaiknya berhati-hati untuk yang memiliki masalah dengan gula darah.
Lengkapi sedikit minyak, seperti minyak zaitun, minyak kedelai, minyak jagung
dan lain-lain. Hindari minyak hidrogenasi yang mengandung lemak jenuh.
Konsumsi air putih, teh, atau kopi. Batasi susu dan produk turunannya, hanya
sekitar 1-2 kali per hari, jus sekitar satu gelas per hari dan hindari minuman
dengan kandungan gula tinggi.
11
2. Jenis yang kedua adalah modifikasi nilai gizi. Nilai gizi yang dimaksud
bisa berupa modifikasi energi, modifikasi zat gizi
seperti protein, karbohidrat, vitamin, mineral dan serat.
Contoh modifikasi nilai gizi adalah diet tinggi energi tinggi protein (diet
TETP), diet rendah kalori (diet RK), diet rendah garam (diet RG).
3. Jenis yang ketiga adalah modifikasi pemberian yaitu oral, enteral dan
parenteral. Contoh makanan enteral adalah makanan cair kental yang
dikembangkan sendiri atau komersial seperti entrasol, ensure, diabetasol,
peptamen dan lain-lain. Sedangkan contoh makanan parenteral
komersial adalah cernevit, minofusin paed, dan clinimixN9GI5E.
Nutrisi enteral/ Enteral Nutrition (EN) adalah nutrisi yang diberikan pada
pasien yang tidak dapat memenuhi kebutuhan nutrisinya melalui rute oral,
formula nutrisi diberikan melalui tube ke dalam lambung (gastric tube),
nasogastrik tube (NGT), atau jejunum dapat secara manual maupun dengan
bantuan pompa mesin
Nutrisi enteral didefinisikan sebagai pemberian makanan yang langsung diberikan
ke traktus gastrointestinal pasien (pipa nasogastrik, pipa nasointestinal, pipa
gastrostomi, pipa jejunostomi). Istilah total parenteral nutrition (TPN) digunakan
ketika satu-satunya sumber suplai makanan hanya melalui rute parenteral.
12
CONTOH CARA MODIFIKASI RESEP:
- Nama Resep Masakan : Soto Betawi
- Jumlah porsi :
- Bahan :
- Bumbu rempah utuh :
- Bumbu halus :
- Pelengkap :
- Cara Kerja :
- Informasi nilai gizi per porsi
Zat Gizi Resep Asli (RA) Renovasi(MR) Selisih zat gizi
antara RA dan
MR
Energi (kalori)
Lemak (g)
Kolesterol (mg)
Lemak jenuh (g)
Serat (g)
Trik Renovasi :
- Soto Betawi biasanya memakai susu full cream. Disini susu full cream
diganti susu evaporasi yang lebih aman untuk jantung karena memakai
minyak nabati.
- Jerohan yang kaya asam urat di ganti dengan daging yang bersih lemak.
- Bumbu tidak ditumis tapi langsung cemplung.
13
Daftar Pustaka
TUGAS :
Buat suatu resep baru dengan mencantumkan / menjelaskan : resep dasar masakan,
bagian apa yang dimodifikasi , ditujukan untuk siapa (sesuai jenis penyakit /
masalah gizi).
14