Anda di halaman 1dari 4

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Masa nifas atau masa purperium adalah masa setelah persalinan selesai sampai 6
minggu atau 42 hari. Selama masa nifas, organ reproduksi secara perlahan akan
mengalami perubahan seperti keadaan sebelum hamil. Perubahan organ reproduksi ini
disebut involusi (Maritalia, 2014 : 11).
Kesehatan ibu pasca persalinan menimbulkan dampak yang dapat meluas ke
berbagai aspek kehidupan dan menjadi salah satu parameter kemajuan bangsa dalam
penyelenggaraan pelayanan kesehatan kepada masyarakat yang menyangkut dengan
angka kematian ibu (AKI) dan angka kematian bayi (AKB). Menurut WHO 81% AKI
akibat komplikasi selama hamil dan bersalin, dan 25% selama masa pasca salin.
Kematian ibu terkait dengan faktor penyebab langsung dan penyebab tidak
langsung. Faktor penyebab langsung kematian ibu di Indonesia masih didominasi oleh
perdarahan, eklampsia dan infeksi. Salah satu penyebab kematian ibu pada masa nifas
adalah infeksi, diantaranya infeksi payudara dengan jumlah angka kejadian sekitar 30-
40%. Infeksi ini terjadi akibat kurangnya perawatan sewaktu hamil dan kurangnya
perhatian tenaga medis tentang perawatan payudara yang dapat berakibat mastitis.
Mastitis adalah infeksi dan peradangan pada mammae terutama pada primipara, dimana
infeksi terjadi melalui luka pada puting susu. Biasanya, muncul gejala pada ibu demam,
payudara bengkak, kemerahan dan terasa nyeri (Prawirohardjo, 2010).
Menyusui merupakan suatu proses yang sangat penting dalam memberikan
makanan yang ideal bagi pertumbuhan dan perkebangan bayi yang sehat. Selain itu,
mempunyai pengaruh biologis serta kejiwaan yang unik terhadap kesehatan ibu dan bayi.
Zat-zat anti infeksi yang terkandung dalam ASI membantu melindungi bayi terhadap
penyakit. Akan tetapi, menyusui tidak selamanya berjalan dengan normal, tidak sedikit
terjadi kasus pembengkakan payudara akibat penumpukan ASI, karena pengeluaran ASI
tidak lancar atau pengisapan oleh bayi. Pembengkakan ini akan mengakibatkan rasa
nyeri pada ibu bahkan tidak jarang ibu merasa demam.
Kejadian bendungan ASI yang disebabkan oleh pengeluaran ASI yang tidak
lancar, karena bayi tidak cukup sering menyusu pada ibunya. Gangguan ini dapat
menjadi lebih parah apabila ibu jarang menyusukan bayinya. Akibatnya bayi tidak
mendapatkan ASI secara esklusif dan apabila tidak segera ditangani maka akan
menyebabkan bendungan ASI pada payudara. Bendungan ASI dapat terjadi akibat
penyempitan duktus laktoferi atau oleh kelenjar-kelenjar yang tidak dikosongkan secara
sempurna, atau kelainan pada puting susu sehingga terjadinya pembengkakan pada
payudara karena peningkatan aliran vena dan limfe sehingga menyebabkan bendungan
ASI dan rasa nyeri disertai kenaikan suhu tubuh.
Menurut data World Health Organization (WHO) terbaru pada tahun 2013 di
Amerika Serikat persentase perempuan menyusui yang mengalami bendungan ASI rata-
rata sebanyak 8242 (87,05%) dari 12.765 ibu nifas, pada tahun 2014 ibu yang mengalami
bendungan ASI sebanyak 7198 (66,87%) dari 10.764 ibu nifas dan pada tahun 2015
terdapat ibu yang mengalami bendungan ASI sebanyak 6543 (66,34%) dari 9.862 ibu
nifas ( WHO, 2015).
Menurut data Association of Southeast Asian Nations (ASEAN) pada tahun 2013
disimpulkan bahwa persentase cakupan kasus bendungan ASI pada ibu nifas tercatat
107.654 ibu nifas, pada tahun 2014 terdapat ibu nifas yang mengalami bendungan ASI
sebanyak 95.698 (66,87%) ibu nifas, serta pada tahun 2015 ibu yang mengalami
bendungan ASI sebanyak 76.543 (71,10%) (Depkes RI, 2014).
Menurut Data Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia tahun 2015
menyebutkan bahwa terdapat ibu nifas yang mengalami bendungan ASI sebanyak 35.985
(15,60 %) ibu nifas, serta pada tahun 2015 ibu nifas yang mengalami bendungan ASI
sebanyak 77.231 (37, 12 %) (SDKI, 2015).
Pemerintah telah membuat kebijakan nasional pada masa nifas. Dalam
Kepmenkes RI No. 369/MENKES/SK/III/2007, pada kompetensi bidan ke-5 yaitu bidan
memberikan asuhan pada msaa nifas dan menyusui yang bermutu tinggi pada proses
laktasi atau menyusui dan teknik menyusui yang benar serta penyimpangan yang lazim
terjadi termasuk pembengkakan payudara, mastitis, abses, puting lecet, puting masuk.
Mengingat pentingnya pemberian ASI, maka perlu adanya perhatian dalam proses laktasi
agar terlaksana dengan benar.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mampu melaksanakan asuhan kebidanan pada kasus ibu nifas dengan bendungan ASI
baik secara mandiri, kolaborasi maupun rujukan dan mendokumentasikan hasil
asuhan dengan metode SOAP.
2. Tujuan Khusus
Adapun tujuan khusus dari pembuatan Laporan Pendahuluan ini adalah agar :
a. Mengetahui pengertian, etiologi, faktor predisposisi, patofisiologi, pencegahan
dan penatalaksanaan kasus ibu nifas dengan bendungan ASI.
b. Mampu melaksanakan pengkajian pada kasus ibu nifas dengan bendungan ASI.
c. Mampu melaksanakan analisis data, menentukan diagnosis faktual, masalah
potensial dan kebutuhan segera pada kasus ibu nifas dengan bendungan ASI.
d. Mampu menyusun rencana asuhan kebidanan pada kasus ibu nifas dengan
bendungan ASI.
e. Mampu melaksanakan asuhan kebidanan pada kasus ibu nifas dengan bendungan
ASI baik secara mandiri, kolaborasi maupun rujukan.
f. Mampu melaksanakan evaluasi terhadap asuhan kebidanan yang diberikan pada
kasus ibu nifas dengan bendungan ASI.
g. Mendokumentasikan hasil asuhan kebidanan pada kasus ibu nifas dengan
bendungan ASI dengan metode SOAP.

C. Manfaat
Laporan Pendahuluan ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut :
1. Bagi Penulis
Diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan, kemampuan dan keterampilan dalam
memberikan asuhan kebidanan pada ibu nifas dengan bendungan ASI baik secara
mandiri, kolaborasi maupun rujukan.
2. Bagi Institusi Pendidikan
Diharapkan dapat memberikan masukan dan tambahan referensi bagi institusi
pendidikan mengenai asuhan kebidanan pada ibu nifas dengan bendungan ASI.
3. Bagi Lahan Praktik
Diharapkan dapat menjadi bahan informasi bagi tenaga bidan dalam menangani kasus
pada ibu nifas khususnya yang berkaitan dengan bendungan ASI. Dengan demikian
bidan sebagai tenaga kesehatan dapat meningkatkan mutu pelayanan yang lebih baik
terutama pada ibu nifas dengan bendungan ASI serta dapat mengevaluasi asuhan
kebidanan yang telah diberikan.
4. Bagi Masyarakat Umum
Memberikan informasi tentang bendungan ASI, pentingnya pemberian ASI dan ASI
ekslusif dalam rangka mengurangi risiko terjadinya bendungan ASI serta penanganan
awal bendungan ASI pada ibu nifas.

Anda mungkin juga menyukai