Anda di halaman 1dari 22

ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU NIFAS

DENGAN BENDUNGAN ASI DI PMB NURWATI,


Amd.Keb DI DESA NAUMBAI

Di susun oleh :
Nama : Restu Wahyuni Eka Putri
Nim : 2215901014

PRODI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS PAHLAWAN
2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadiran Tuhan yang maha Esa, karena

atas rahmat dan karunia-Nya kita berada dalam keadaan sehat walafiat dan

mendapat kesempatan untuk menyusun laporan kasus yang berjudul tentang

“Asuhan Kebidanan Nifas”.

Ucapan terimakasih kami sampaikan kepada dosen pembimbing dan

terimakasih banyak kami ucapkan kepada CI lahan di PMB Nurwati

Amd,Keb telah memberikan arahan dan bimbingan selama dinas, sehingga

tugas laporan kasus ini dapat diselesaikan, ucapan terimakasih juga kami

sampaikan kepada teman-teman yang selalu memberikan motivasi dan

dorongan dalam pembuatan laporan kasus ini.

Akhirnya, penulis menyadari bahwa laporan ini memiliki berbagai

kekurangan, untuk itu segala kritik dan saran kiranya dapat disampaikan

kepada penulis guna penyempurna masalah berikutnya.Semoga laporan kasus

ini dapat bermanfaat dan menambah pengetahuan serta wawasan bagi para

pembaca pada umumnya dan khususnya lagi seluruh mahasiswa kesehatan.

Bangkinang, 18 Juni 2023

Restu Wahyuni Eka Putri


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

ASI merupakan makanan yang paling sempurna bagi bayi, dimana

kandungan gizi sesuai kebutuhan pertumbuhan dan perkembangan yang

optimal.ASI mengandung zat untuk perkembangan kecerdasan, zat kekebalan

(mencegah tubuh dari berbagai penyakit) dan dapat menjalani hubungan cinta

kasih antara ibu dan bayi. Manfaat menyusui bagi ibu dapat mengurangi

perdarahan setelah melahirkan, mempercepat pemulihan kecepatan ibu,

seperti involusi rahim, menunda kehamilan, dan mengurangi resiko terkena

kanker payudara (Oriza, 2019).

Menurut data World Health Organization (WHO) terbaru pada tahun

2015 di Amerika Serikat persentase perempuan menyusui yang mengalami

bendungan ASI rata-rata mencapai 87,05 % atau sebanyak 8242 ibu nifas dari

12.765orang, pada tahun 2014 ibu yang mengalami bendungan ASI sebanyak

7198 orang dari 10.764 orang dan pada tahun 2015 terdapat ibu yang

mengalami bendungan ASI sebanyak 6543 orang dari 9.862 orang (Sari et al.,

2021).
Di Indonesia angka kejadian bendungan asi pada ibu nifas berkisar

antara 10%-20% dari populasi ibu nifas. Hal ini didukung dari data penelitian

(Dikecamatan Kediri, NTB ada 17,8% dan di kabupaten indramayu ada 9,8.

Dimana angka morbiditas 10% pertahun. Ini berarti setiap tahun jumlah

penderita bendungan asi di Indonesia berkisar 2,3 juta dari total ibu nifas

(Khaerunnisa et al., 2021).

Pembengkakan payudara terjadi karena menyusui yang tidak kontinu

sehingga sisa ASI terkumpul pada daerah duktus. Hal ini terjadi karena antara

lain produksi ASI meningkat, terhambat menyusukan dini, perlekatan kurang

baik, mungkin kurang sering ASI dikeluarkan, dan mungkin juga ada

pembatasan waktu menyusui. Dampak pembengkakan payudara adalah rasa

ketidaknyamanan pada ibu berupa nyeri, payudara menjadi keras, demam,

bayi sulit menghisap payudara, mastitis, abses payudara sehingga

menyebabkan kegagalan dalam proses laktasi(Apriyani, 2020).

Menurut penelitian terkait Wardani tahun 2005 tingkat pembengkakan

antara 20% sampai dengan 85% dan biasanya terjadi pada hari-hari pertama

pasca persalinan. Sebanyak 10% wanita mengalami nyeri berat hingga 14 hari

post partum dan seperempat sampai setengah dari wanita tersebut

mengkonsumsi analgesik untuk meredakan nyeri payudara. Kejadian

pembengkakan payudara 43,4% dari 145 ibu nifas dan pembengkakan terjadi

253 kali (48%) lebih tinggi (Sastri, 2017).


B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, makan rumusan masalah dalam

laporan kasus ini adalah, Bagaimana memberikan Asuhan Nifas di Praktek

Bidan dengan menggunakan manajemen kebidanan SOAP.

C. Tujuan Laporan Kasus

1. Umum

Menganalisa dan melakukan asuhan kebidanan pada nifas dengan

di Praktek Bidan dengan Asuhan Nifas menggunakan majemen kebidanan

SOAP.

2. Khusus

a. Melaksanakan pengkajian data dasar yang meliputi data subjektif dan

objektif terhadap kasus Asuhan Nifas di Praktek Bidan.

b. Mengetahui gambaran pengetahuan pasien dengan kasus Asuhan Nifas

di Praktek Bidan.

c. Memberikan pemecahan masalah terhadap kasus Asuhan Nifas di

Praktek Bidan.
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Pengertian

Bendungan ASI (Engorgement) adalah penyempitan pada duktus

laktiferus, sehingga sisa ASI terkumpul pada system duktus yang

mengakibatkan terjadinya pembekakan (Sarwono, 2008). Bendungan ASI

adalah pembendungan ASI karena penyempitan duktus laktiferus atau oleh

kelenjar-kelenjar yang tidak d kosongkan dengan sempurna atau karena

kelainan pada puting susu, payudara yang membengkak ini yang sering terjadi

biasanya terjadi sesudah melahirkan pada hari ketiga atau ke empat

(Bahiyatun, 2008).

B. Tanda dan Gejala

Perlu dibedakan antara payudara bengkak dan payudara

penuh/bendungan ASI. Pada payudara bengkak adalah payudara udem, sakit,

puting susu kencang, kulit mengkilap walau tidak merah, dan ASI tidak keluar

kemudian badan menjadi demam setelah 24 jam.Sementara pada payudara

penuh/bendungan ASI adalah payudara terasa berat ,panas, dan keras,bila ASI

dikeluarkan tidak terjadi demam (Dewi Sunarsih, 2011). Tanda dan gejala

yang selalu ada adalah payudara nyeri dan bengkak pada hari ke 3-5

postpartum, sedangkan tanda gejala yang terkadang ada adalah kedua


payudara bengak (Walyani Purwoastuti, 2015).Mastitis adalah kelanjutan dari

bendungan ASI, pada mastitis payudara ibu yang menyusui terkena radang,

membengkak, memerah, dan sakit.Jika hal semacam ini terjadi penyusuan

harus dihentikan. Pada sebagia besar kasus mastitis disebabkan oleh statis

ASI, bukan infeksi meskipun infeksi juga bias terjadi (Fraser, 2009) .

Umumnya satu atau lebih bagian yang berdekatan meradang (sebagai

akibat dipaksanya ASI masuk ke dalam jaringan ikat payudara) dan tampak

sebagai daerah yang memisahkan antara sisi yang memerah dan sisi yang

membengkak.Jika ASI juga dipaksa masuk aliran darah, nadi, dan suhu wanita

tersebut dapat naik dan pada beberapa kasus gejala mirrip flu, yang sebagian

mencakup menggigil atau kaku. Ada atau tidaknya gejala sistematis tidak

membantu membedakan antara mastitis akibat infeksi atau non infeksi

(Fraser, 2009) .

C. Penyebab

1. Posisi mulut bayi dan puting ibu salah saat menyusui.

2. Produksi ASI berlebihan.

3. Terlambat menyusui.

4. Pengeluaran ASI yang jarang.


D. Faktor-Faktor Yang mempengaruhi bendungan ASI

Beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya bendungan ASI

menurut (Prawirohardjo, 2012) antara lain :

a. Frekuensi menyusui

Rentang yang optimal frekuensi menyusui adalah antara 8 hingga

12 kali setiap hari. Bayi akan berhenti menyusui bila bayi tampak kenyang

(isyarat kenyang meliputi relaksasi seluruh tubuh, tidur saat menyusu dan

melepaskan putting (Nina, 2014).

Pada bayi baru lahir akan lebih sering menyusu, rata-rata adalah

10-12 kali atau bahkan 18 kali menyusu tiap 24 jam. Bayi yang sehat

dapat mengosongkan satu payudara sekitar 5 sampai 7 menit, sedangkan

ASI dalam lambung bayi akan kosong dalam waktu 2 jam. Pada awalnya,

bayi tidak memiliki pola yang teratur dalam meyusui dan akan

mempunyai pola tertentu setelah 1-2 minggu kemudian (Reni, 2017).

Sehingga semakin sering bayi menyusu, maka akansemakin

banyak produksi ASI dan pengeluaranASI berjalan dengan lancar. Jika

seorang ibu memilki kepercayaan diri yang tinggi, dia akan berusaha

untuk menyusukan payudaranya sedini mungkin, sesering mungkin dan

selama mungkin pada bayinya sehingga produksi ASI nya berlimpah dan

pengeluarannya lancar.Sebaliknya jika ibu memiliki presepsi bahwa ASI


nya tidak banyak atau tidak cukup, maka ASI yang keluar juga sedikit

(Dwi, 2014)

Mengenai Bendungan ASI juga dapat terjadi dikarenakan faktor

frekuensi pemberian ASI yang tidak teratur, frekuensi dan durasi

pemberian ASI mempunyai hubungan dengan terjadinya bendungan ASI

pada Ibu nifas karena pada payudara terdapat vena limpatik yang

mengalirkan produksi air susu, jika frekuensi dan durasi pemberian ASI

optimal, maka pengosongan payudara dapat secara sempurna, aliran vena

limpatik lancar,sehingga mencegah terjadinya payudara bengkak atau

bendungan ASI pada payudara (Ardyan, 2014).

b. Kondisi Putting

Menurut Farrer (2011), kesulitan yang timbul selama proses laktasi

yaitu puting yang retak-retak, puting yang masuk ke dalam, mastitis

infektif dan laktasi yang tidak memadahi oleh karena banyak sekali

masalah yang timbul selama proses menyusui, maka perlu dilakukan

perawatan antenatal yang baik karena ASI berperan penting untuk

membuat bayi sehat dan kuat. Teknik menyusui yang tidak benar dapat

mengakibatkan puting susu menjadi lecet dan ASI tidak keluar secara

optimal sehingga mempengaruhi produksi ASI selanjutnya atau bayi

enggan menyusu (Halina, 2015).


c. Posisi Menyusui

Menurut Sulityawati (2014), bila di posisikan dengan benar

jaringan putting susu, payudara, serta sinus lactiferous akan berada dalam

rongga mulut bayi. Putting susu akan masuk sampai sejauh langit-langit

lunak (velum platinum) dan bersentuhan dengan langit-langit tersebut.

Sentuhan ini akan merangsang reflex penghisapan. Rahang bawah bayi

menutup pada jaringan payudara, penghisapan akan terjadi, dan putting

susu ditangkap dengan baik dalam rongga mulut, sementara lidah

memberikan penekanan yang berulang-ulang secara teratur sehingga ASI

akan keluar dari duktus lactiferous.

Posisi kepala bayi yang tidak benar bisa menyebabkan hisapan

bayi yang salah, karena puting susu dan areola yang tidak masuk semua ke

mulut bayi. Hal ini dapat mengakibatkan terjadinya puting

lecet.Terjadinya puting lecet dapat menjadi resiko terjadinya pengeluaran

ASI yang tidak maksimal dan pembengkakan pada payudara (Anggraeni,

2015).

d. Perawatan Payudara

Kejadian bendungan ASI disebabkan karena ibu mempunyai

pengetahuan kurang tentang perawatan payudara, sehingga ibu tidak benar

dalam melakukan tindakan perawatan payudara dan waktu yang

digunakan dalam melakukan perawatan payudara yang salah sehingga


menyebabkan ibu mengalami puting susu tenggelam, bayi susah menyusu,

ASI tidak keluar, yang berakhir pada terjadinya bendungan ASI (Yuliana,

2012).

Tindakan perawatan payudara yang dilaksanakan, baik sendiri

maupun dibantu orang lain yang dilaksanakan mulai hari pertama atau

kedua setelah melahirkan. Bertujuan untuk melancarkan sirkulasi darah

dan mencegah tersumbatnya aliran susu sehingga memperlancar

pengeluaran ASI, serta menghindari terjadinya pembekakan dan kesulitan

menyusui, selain itu juga menjaga kebersihan payudara agar tidak mudah

terkena infeksi (Evi Rosita, 2016).

E. Cara Mencegah

Untuk mencegah diperlukan menyusui dini, perlekatan yang baik, dan

menyusui secara on demand.Bayi harus sering disusui.Apabila terlalu tegang,

atau bayi tidak dapat menyusu sebaiknya ASI dikeluarkan dahulu, agar

ketegangan menurun.

Untuk merangsang reflek oksitosin maka dilakukan :

a. kompres untuk mengurangi rasa sakit

b. Ibu harus rileks

c. Pijat dan punggung belakang (sejajar daerah payudara)

d. Pijat ringan pada payudara yang bengkak (pijat pelanpelan kearah tengah)
e. Stimulasi payudara dan putting

f. Kompres dingin pasca menyusui, untuk mengurangi oedema.

g. Pakailah BH yang sesuai.

h. Bila terlalu sakit dapat dberikan obat analgetik (Dwi Sunar, 2005)

F. Cara Mengatasi

a. Susui bayinya semau dia sesering mungkin tanpa jadwal dan tanpa batas

waktu.

b. Bila bayi sukar menghisap, keluarkan ASI dengan bantuan tangan atau

pompa ASI yang efektif.

c. Sebelum menyusui untuk merangsang reflek oksitosin dapat dilakukan

kompres hangat untuk mengurangi rasa sakit, masase payudara, masase

leher dan punggung.

d. Setelah menyusui, kompres air dingin untuk mengurangi oedema (Dwi

Sunar, 2005).

Menurut (Sarwono, 2008) penanganan bendungan air susu dilakukan

dengan pemakaian kutang untuk penyangga payudara dan pemberian

analgetika, dianjurkan menyusui segera dan lebih sering, kompres hangat, air

susu dikeluarkan dengan pompa dan dilakukan pemijatan (masase) serta

perawatan payudara.
BAB III

LAPORAN KASUS

MASUK TANGGAL, JAM : Senen 18 Juni 2023, Jam 09.00 Wib


DIRUANG : PMB Nurhayati, Amd.Keb

Identitas Pasien IBU SUAMI

Nama : Ny. P Tn. A


Umur : 29 Tahun 36 tahun
Agama : Islam Islam
Suku/Bangsa : Indonesia Indonesis
Pendidikan : SMA SMA
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga Wiraswasta
Alamat : Batu Belah Batu Belah

A. DATA SUBJEKTIF

1. Keluhan Pasien

Pasien berusia 29 tahun dengan masa nifas dengan keluhan sakit dan

bengkak pada payudara.

2. Anamnesa

a. Riwayat Menstruasi

HPHT : 04-09-2022

TP : 11-06-2023

Siklus : 28 hari

Sifat darah : Encer


Lama : 7 hari

b. Riwayat kehamilan, Persalinan, Nifas, dan KB yang lalu

1) Anak pertama dengan riwayat persalinan normal, BB : 3800 gram

2) Belum Menggunakan KB

c. Riwayat penyakit yang pernah di derita ibu dan keluarga

Ibu mengatakan tidak pernah memiliki penyakit jantung, liver, paru-

paru, diabetes, dan asma.Ibu juga tidak memiliki alergi pada makanan

dan obat-obatan.

d. Pola pemenuhan kebutuhan sehari-hari

a. Pola makan

 Frekuensi : 3 kali sehari

 Porsi : 1 piring (nasi, lauk dan sayur)

 Jenis makanan : Tidak ada

 Makanan pantang : Tidak ada

b. Pola minum

 Frekuensi : 7-8 gelas/hari

 Porsi : 1 gelas

 Jenis minuman : Air putih

c. Pola istirahat

 Lama tidur : 5-6 jam/hari

 Keluhan : Tidak ada


d. Personal hygiene

 Mandi : 2 x sehari

 Keramas : 3 x sehari

 Sikat gigi : 2 x sehari

 Ganti baju : 2 x sehari

 Keluhan : Tidak ada

e. Eliminasi

 Frekuensi BAK : 5-7 x sehari

 Warna : Kuning jernih

 Bau : Khas

 Keluhan : Tidak ada

 Frekuensi BAB : 2 x sehari

 Warna : Kecoklatan

 Bau : Khas

 Keluhan : Tidak ada

f. Pola aktivitas

 Kegiatan sehari-hari : Mengerjakan pekerjaan rumah ringan


B. DATA OBJEKTIF

1. Pemeriksaan umum

Keadaan umum : Baik

Keadaan emosional : Stabil

2. Pemeriksaan fisik

a. Pemeriksaan tanda-tanda vital

TD : 120/80 mmhg

N : 98 x/i

P : 20 x/i

S : 36,5 C

b. Payudara : Pengeluaran ada, bentuk simetris, punting susu

menonjol dan terasa sakit dan bengkak.

c. Uterus : Konsistensi uterus keras, TFU 2 jari dibawah

pusat, kontraksi uterus baik.

d. Pengeluaran lochea : Warna merah, bau amis, jumlah 50 cc,

konsistensi encer.

e. Perineum : ada bekas jahitan

f. Kandung kemih : Kosong

g. Ektremitas : Odem tidak ada, kemerahan tidak ada

h. Tidur : Ibu tidur minimal 6 jam sehari


C. ASSESMENT

Ny. P postpartum 4 hari P2A0H1 ibu dan bayi sehat, pendarahan normal.

D. PLANNING

1. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan TD : 120/80 mmhg, N : 98 x/I, P : 20

x/I, S : 36,5 C, :Ibu sudah mengetahui keadaannya dan ibu mengatakan

keadaan ibu dalam batas normal.

2. Menjelaskan kepada ibu bahwa keluhan rasa mules yang ia alami

merupakan hal yang nomral, karena rahim yang keras dan mules berarti

rahim sedang berkontraksi yang dapat mencegah terjadinya perdarahan

pada masa nifas :Ibu sudah mengerti dan paham tentang peneyebab rasa

mules yang ia alami.

3. Mengajarkan ibu atau keluarga untuk massase uterus dengan tujuan agar

rahim tetap berkontraksi dengan baik dan tidak terjadi perdarahan :Ibu dan

keluarga sudah mengerti cara melakukan massase uterus dan sudah

melakukannya.

4. Menjelaskan kepada ibu tanda-tanda bahaya nifas seperti

a. Perdarahan pervaginam, pengeluaran cairan berbau busuk

b. Sakit kepala dan nyeri perut yang hebat

c. Nyeri saat berkmeih dan suhu tubuh ibu > 38◦C

d. Pembengkakan pada wajah, kaki dan tangan.


e. Payudara yang berubah menjadi merah, panas, dan nyeri :Ibu

sudah mengetahui tanda-tanda bahaya masa nifas.

5. Menganjurkan ibu untuk tetap menjaga kehangatan bayinya agar tidak

terjadi hipotermi :Ibu akan tetap menjaga kehangatan tubuh bayi.

6. Mengajarkan ibu cara menyusui yang benar :Ibu sudah mengetahui cara

menyusui yang benar.

7. Memberitahu ibu untuk sesering mungkin menyususi bayinya dan

menjelaskan manfaat ASI yang pertama kali keluar merupakan kolostrum

yang mengandung antibodi dan gizi yang tinggi untuk pertumbuhan dan

perkembangan bayi :Ibu sudah mengetahui manfaat ASI dan akan

menyusui bayinya sesering mungkin.

8. Menyarankan kepada ibu agar tidak pernah menahan BAK dan BAB :Ibu

sudah berjanji tidak akan menahan BAB dan BAK.

9. Menganjurkan ibu mengkopres payudara agar rasa sakit berkurang.


BAB IV

PEMBAHASAN

Kejadian Bendungan ASI yang disebabkan oleh pengeluaran air susu

yang tidak lancar, karena bayi tidak cukup sering menyusu pada ibu

nya.Gangguan ini dapat menjadi lebih parah apabila ibu jarang

menyusukanbayinya, akibatnya bayi tidak mendapatkan ASI secara Eksklusif

dan apabilatidak segera di tangani maka akan menyebabkan Bendungan ASI

padaPayudara, Pembendungan ASI dapat terjadi karena penyempitan

duktuslakteferi atau oleh kelenjar-kelenjar tidak dikosongkan dengan

sempurna ataukarena kelainan pada puting susu sehingga terjadinya

pembengkakan padapayudara karena peningkatan aliran vena dan limfe

sehingga menyebabkanbendungan ASI dan rasa nyeri disertai kenaikan suhu

badan (Oriza, 2019).

Menurut data WHO terbaru pada tahun 2015 di Amerika Serikat

persentase perempuan menyusui yang mengalami Bendungan ASI rata-rata

mencapai 87,05 % atau sebanyak 8242 ibu nifas dari 12.765 orang, pada tahun

2014 ibu yang mengalami bendungan ASI sebanyak 7198 orang dari 10.764

orang dan pada tahun 2015 terdapat ibu yang mengalami bendungan

ASIsebanyak 6543 orang dari 9.862 orang(Meihartati, n.d.).


Perawatan payudara merupakan suatu tindakan yang sangat penting

untuk merawat payudara terutama untuk memperlancar ASI. Perawatan

payudara sangat penting salah satunya menjaga kebersihan payudara, terutama

kebersihan putting susu agar terhindar dari infeski, melunakkan serta

memperbaiki bentuk putting susu sehingga bayi dapat menyusu dengan baik,

merangsang kelenjar-kelenjar dan hormon prolaktin dan oksitosin untuk

meningkatkan produksi ASI lancar(Aulya & Supriaten, 2021).

Dampak yang akan ditimbulkan jika bendungan asi tidak teratasi yaitu

akan terjadi mastitis dan abses payudara. Mastitis adalah peradangan pada

payudara.Payudara menjadi merah, bengkak kadang kala di ikuti rasa nyeri

panas dan suhu tubuh meningkat. Didalam terasa ada massa pada (lump) dan

diluar kulit menjadi merah. Kejadian ini terjadi pada masa nifas 1-3 minggu

setelah persalinan diakibatkan oleh sumbatan saluran susu yang berlanjut

(Wlyani dan Purwoastutu, 2017: 35). Sedangkan Abses payudara merupakan

komplikasi lanjutan setelah terjadinya mastitis dimana terjadi penimbunan

nanah didalam payudara(Khaerunnisa et al., 2021).


BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Mahasiswa mampu memberikan asuhan pada Asuhan Nifas dan di

dapatkan kesimpulan sebagai berikut :

a. Mahasiswa mampu melakukan pengakajian dan mengumpulkan data pada

Ny. P P2AOH2 Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan fisik pada

kunjungan awal tanggal 18 Juli 2023, TD : 120/80 MMhg, N : 98 x/menit,

S:36,5, pernapasan : 20 x/menit, BB: 75 kg, dan TB:153 cm.

b. Mahasiswa mampu melakukan analisis kasus berdasarkan data pada Ny. P

dengan Asuhan Nifas.

B. Saran
1. Bagi pasien

Diharapkan kepada pasien riwayat untuk Asuhan Persalinan selalu

melakukan pemantauan dan pemeriksaan ke bidan ataupun dokter agar

tetap terpantau kondisi bayi dan ibu.

2. Bagi Bidan

Bagi bidan sudah melakukan pelayanan dengan baik dan memuskan,

diharpakan kepada tenaga kesehatan untuk selalu tegas dalam memberikan

arahan kepada pasien untuk melakukan pementauan dan pengobatan.


DAFTAR PUSTAKA

Apriyani. (2020). Posiding Kebidanan SEMINAR NASIONAL ¨BIDAN TANGGUH


BIDAN MAJU¨ E-ISSN: 2622-6871.
Aulya, & Supriaten. (2021). Jurnal Menara Medika
https://jurnal.umsb.ac.id/index.php/menaramedika/index JMM 2021 p-ISSN
2622-657X, e-ISSN 2723-6862. 3(2), 169–175.
Khaerunnisa, N., Saleha, S., & Sari, J. I. (2021). Jurnal midwifery. 3(1), 16–24.
https://doi.org/10.24252/jmw.v3i1.20992
Meihartati. (n.d.). Hubungan antara perawatan payudara dengan kejadian
bendungan asi (.
Oriza. (2019). Artikel history. XIV(01), 29–40.
Sari, Suhaimi, & Izzati. (2021). Open Acces. 02(02), 816–822.
Sastri, N. (2017). ANALISIS KEJADIAN PAYUDARA BENGKAK PADA IBU NIFAS
DI BIDAN PRAKTIK MANDIRI MALIAH PALEMBANG TAHUN 2016. 5.
Widianti, Xanda, Putri, & Wahyuni. (2022). Jurnal ilmu kebidanan. XII, 1–6.

Anda mungkin juga menyukai