Masa nifas (puerperium) dimulai setelah plasenta lahir dan berakhir ketika ala-alat
kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas berlangsung selama kira-kira
6 minggu (Ambarwati dan Wulandari, 2009; h.1)
Infeksi kala nifas adalah infeksi peradangan pada semua alat genitalia pada masa nifas oleh
sebab apapun dengan ketentuan meningkatnya suhu badan melebihi 38oC tanpa menghitung
hari pertama dan berturut-turut selama dua hari (Manuaba, 2010; h.313)
Macam-macam infeksi masa nifas diantaranya yaitu endometritis, parametritis, peritonitis,
infeksi saluran kemih, bendungan Asi, mastitis, abses payudara. Mastitis merupakan
peradangan payudara yang dapat disertai atau tidak disertai infeksi. Mastitis adalah infeksi
pada payudara yang terjadi pada 1-2% wanita yang menyusui. Mastitis umumnya terjadi pada
minggu 1-5 setelah melahirkan terutama pada primipara. Mastitis juga ditandai dengan nyeri
pada payudara, kemerahan area payudara yang membengkak, demam, menggigil, dan
penderita merasa lemah dan tidak nafsu makan. Mastitis biasanya disebabkan oleh infeksi
Staphylococus aureus dan sumbatan susu yang berlanjut / bendungan ASI (Rukiyah dan
Yulianti, 2010; h.350)
Bendungan air susu dapat terjadi pada hari ke- 2 atau ke-3 ketika payudara telah
memproduksi air susu. Bendungan disebabkan oleh pengeluaran air susu yang tidak lancar,
karena bayi tidak cukup untuk menyusui, produksi meningkat, terlambat menyusukan,
hubungan dengan bayi (bounding) kurang baik, dan dapat pula karena adanya pembantasan
waktu menyusui (Prawirohardjo, 2011;hal 652). Salah satu penyebab bendungan ASI yaitu
putting susu yang terbenam.
Dampak bendungan ASI yaitu statis pada pembuluh limfe akan mengakibatkan tekanan
intraduktal yang akan mempengaruhi berbagai segmen pada payudara, sehingga tekanan
seluruh payudara meningkat, akibatnya payudara sering terasa penuh, tegang, dan nyeri
(WHO), walaupun tidak disertai dengan demam. Terlihat kalang payudara lebih lebar
sehingga sukar dihisap oleh bayi. Bendungan ASI yang tidak disusukan secara adekuat
akhinya terjadi mastitis(http://yuniochyrosiati.blogspot.com)
Penelitian terjadinya bendungan ASI di Indonesia terbanyak adalah pada ibu-ibu pekerja,
sebanyak 16% dari ibu yang menyusui (Depkes RI, 2006). Adanyakesibukan keluarga dan
pekerjaan menurunkan tingkat perawatan dan perhatian ibu dalam melakukan perawatan
Diharapkan penulis dapat melakukan pengkajian ibu nifas pada Ny.X umur X tahun
P1A0 post partum hari ke 3 dengan bendungan ASI di BPS Catur Eni Tempel Sleman
tahun 2013.
2.
Diharapkan penulis dapat menentukan interpretasi data pada ibu nifas terhadap Ny.X
umur X tahun P1A0 post paartum hari ke 3 dengan bendungan ASI di BPS Catur Eni
Tempel Sleman tahun 2013.
3.
Diharapkan penulis dapat menentukan disgnose potensial pada ibu nifas terhadap Ny.X
umur X tahun P1A0 post partum hari ke 3 dengan bendungan ASI di BPS Catur Eni
Tempel Sleman tahun 2013.
4.
Diharapkan
penulis
dapat
melakukan
tindakan
segera/kolaborasi pada
ibu
nifas terhadap Ny.X umur X tahun P1A0 post partum hari ke 3 dengan bendungan ASI di
BPS Catur Eni Tempel Sleman tahun 2013.
5.
Diharapkan penulis dapat merencanakan tindakan pada ibu nifas terhadap Ny.X umur X
tahun P1A0 post partum hari ke 3 dengan bendungan ASI di BPS Catur Eni Tempel
Sleman tahun 2013.
6.
Diharapkan penulis dapat melaksanakan asuhan kebidananpada ibu nifas terhadap Ny.X
umur X tahun P1A0 post partum hari ke 3 dengan bendungan ASI di BPS Catur Eni
Tempel Sleman tahun 2013.
7.
Diharapkan
penulis
dapat
melakukan
evaluasi
asuhan
kebidananpada
ibu
nifas terhadap Ny.X umur X tahun P1A0 post partum hari ke 3 dengan bendungan ASI di
BPS Catur Eni Tempel Sleman tahun 2013.
IV.
Ruang lingkup
A. Sasaran
Objek yang diambil dalam Karya Tulis Ilmiah ini ialah satu orang ibu nifas yaitu
Ny.X umur X tahun P1A0 Post Partum hari ke 3 dengan bendungan ASI Catur Eni
Tempel Sleman.
B. Tempat
Penelitian ini dilakukan di BPS Catur Eni Tempel Sleman
C. Waktu
Pelaksanaan asuhan kebidanan dalam Karya Tulis Ilmiah dilaksanakan dari tanggal
20-25 Desember 2013.
V.
A.
Manfaat Penelitian
Bagi institusi pendidikan
Dapat menambah wawasan dan iptek khususnya bagi mahasiswa kebidanan dalam
menerapkan cara mengatasi masalah pada payudara ibu nifas, serta dapat digunakan
sebagai bahan bacaan di perpustakaan dan bahan untuk penelitian selanjutnya.
B.
C.
D.
Bagi penulis
Dapat memberikan asuhan kebidanan pada ibu nifas tentang cara mengatasi masalah
payudara dan cara perawatan payudara yang baik dan benar baik pada ibu primipara
maupun multipara.
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Masa Nifas
1.
Pengertian
Masa nifas (puerperium) dimulai setelah placenta lahir dan berakhir ketika alat-alat
kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas berlangsung selama kirakira 6 minggu (Ambarwati dan Wulandari, 2009; h.1).
Masa nifas (puerperium) adalah masa yang dimulai setelah plasenta keluar dan
berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan semula (sebelum hamil).
Masa nifas berlangsung selama kira-kira 6 minggu (Sulistyawati, 2009; h.1).
Masa nifas (puerpurium) adalah masa atau waktu sejak bayi lahir dilahirkan dan
plasenta keluar lepas dari rahim, sampai 6 minggu berikutnya, disertai dengan pulihnya
kembali organ-organ yang berkaitan dengan kandungan (Suherni dkk, 2009; h.1).
2.
3.
b.
c.
4.
dengan teratur harus melakukan pemeriksaan kontraksi uterus pengeluaran lokea tekanan
darah dan suhu.
Periode early postpartum (24 jam -1 minggu)
Pada fase ini bidan memastikan involusi uteri dalam keadaan normal, tidak ada
perdarahan lokia tidak berbau busuk tidak demam ibu cukup mendapatkan makanan dan
cairan serta ibu dapat menyusui dengan baik.
Periode late postpartum ( 1 minggu- 5 minggu )
Pada periode ini bidan tetap melakukan perawatan dan pemeriksaan sehari-hari serta
konseling KB.
1)
a)
b)
c)
2)
3)
b.
c.
2)
Bentuk
Masing-masing payudara terbentuk tonjolan setengah bola dan mempunyai ekor dari jaringan
yang meluas kearah ketiak.
3)
Ukuran
Ukuran payudara berbeda setiap individu, juga tergantung pada stadium perkembangan dan
umur. Tidak jarang salah satu payudara ukurannya agak lebih besar dari pada yang lainnya.
d.
Struktur payudara
Gambar 2.2 Struktur Payudara
1)
a)
Bagian dari duktus laktiferus yang melebar merupakan tempat penyimpan air susu. Ampula
terletak dibawah aerola.
d.
Tubulus
Jaringan yang meluas dari ampula sampai ke papila mamae
(Dewi dan Sunarsih, 2011; h.9)
e.
1)
2)
3)
4)
5)
Reflek prolaktin
Reflek ini sangat memegang peranan penting dalam proses pembuatan kolostrum, dimana
hormon ini merangsang sel-sel alveoli yang berfungsi untuk membuat air susu kadar
prolaktin ibu yang akan menyusui akan normal kembali tiga bulan setelah melahirkan. Pada
ibu yang menyusui akan meningkat dalam keadaan-keadaan seperti:
a.
Stres Atau Pengaruh Psikis
b.
Anastesi
c.
Operasi
d.
Rangsangan puting susu
2. Reflek let down
a.
b.
c.
d.
a.
b.
c.
3.
1)
2)
Rangsangan ini berasal dari hisapan bayi yang dilanjutkan ke hipofisis posterior
(neorohipofisis) yang kemudian dikeluarkan oleh oksitosin.
Faktor-faktor yang meningkatkan reflek let down
Melihat Bayi
Mendengarkan suaranya
Mencium bayinya
Memikirkan untuk menyusui bayinya
Beberapa reflex yang mungkin bayi baru lahir untuk memperoleh ASI adalah sebagai berikut.
Refleks Rooting
Refleks ini memungkinkan bayi baru lahir untuk menemukan puting susu apabila ia
diletakkan di payudara.
Refleks Menghisap
Yaitu saat bayi mengisi mulutnya dengan puting susu atau pengganti puting susu sampai ke
langit keras dan punggung lidah. Refleks ini melibatkan rahang, lidah dan pipi.
Refleks Menelan
Yaitu gerakan pipi dan gusi dalam menekan areola, sehingga refleks ini merangsang
pembentukan rahang bayi. (Saleha, 2009; h.15-17)
Pemeliharaan pengeluaran air susu
Hubungan yang utuh antara hipotalamus dan hipofisis akan mengatur kadar prolaktin dan
oksitosin dalam darah. Bila susu tidak dikeluarkan akan mengakibatkan berkurangnya
sirkulasi darah kapiler yang menyebabkan terlambatnya proses menyusui dan berkurangnya
rangsangan menyusui oleh bayi misalnya kekuatan isapan yang kurang, frekuensi isapan yang
kurang serta singkatnya waktu menyusui. Hal ini berarti pelepasan prolaktin yang cukup
diperlukan untuk mempertahankan pengeluaran air susu mulai sejak minggu pertama
kelahiran (Dewi dan Sunarsih, 2011; h.13).
g.
Proses Pembentukan Laktogen
Proses pembentukan laktogen melalui tahapan-tahapan berikut:
Laktogenesis I
Pada fase terakhir kehamilan, payudara wanita memasuki fase laktogenesis. Saat ini
payudara memproduksi kolostrum, yaitu berupa cairan kental kekuningan. Pada saat
itu, tingkat progesteron tinggi mencegah produksi ASI yang sebenarnya. Namun, hal ini
bukan merupakan masalah medis. Apabila ibu hamil mengeluarkan (bocor) kolostrum
sebelum bayi lahir, hal ini bukan merupakan indikasi sedikit atau banyaknya produksi ASI
sebenarnya nanti.
Laktogenesis II
Saat melahirkan, keluarnya plasenta menyebabkan turunnya tingkat hormon progesteron,
esterogen dan HPL secara tiba-tiba, namun hormon prolaktin tetap tinggi. Hal ini
menyebabkan produksi ASI besar-besaran yang dikenal dengan fase laktogenesis II. Apabila
payudara
dirangsang, jumlah prolaktin
dalam
darah
meningkat dan
mencapai
puncaknya dalam periode 45 menit, kemudian kembali ke level sebelum rangsangan tiga jam
kemudian. Keluarnya hormon prolaktin menstimulasi sel di dalam alveoli untuk
memproduksi ASI, dan hormon ini juga keluar dalam ASI itu sendiri. Penelitian
mengindikasikan bahwa jumlah prolaktin dalam susu lebih tinggi apabila produksi ASI lebih
banyak, yaitu sekitar pukul 02.00 dini hari hingga 06.00 pagi, sedangkan jumlah prolaktin
rendah saat payudara terasa penuh.
3)
Laktogenesis III
Sistem kontrol hormon endokrin mengatur produksi ASI selama kehamilan dan beberapa hari
pertama setelah melahirkan. Ketika produksi ASI mulai stabil, sistem kontrol otokrin
dimulai. Fase ini dinamakan laktogenesis III. Pada tahap ini, apabila ASI banyak
dikeluarkan, payudara akan memproduksi ASI banyak pula. Dengan demikian, produksi ASI
sangat dipengaruhi oleh seberapa sering dan seberapa baik bayi menghisap, juga seberapa sering
payudara dikosongkan. (Saleha, 2009;h.13).
h.
Manfaat Pemberian ASI
1) Bagi bayi
Pemberian ASI dapat membantu bayi memulai kehidupannya dengan baik. Kolostrum, susu
jolong, atau susu pertama mengandung antibody yang kuat untuk mencegah infeksi dan
membuat bayi menjadi kuat. Penting bagi bayi sekali untuk segera minum ASI dalam jam
pertama sesudah lahir, kemudian setidaknya setiap 2-3 jam. ASI mengandung campuran
berbagai bahan makanan yang tepat bagi bayi. ASI mudah dicerna oleh bayi. ASI saja tanpa
tambahan makanan lain- merupakan cara terbaik untuk memberi makan bayi dalam waktu 46 bulan pertama. Sesudah 6 bulan, beberapa bahan makanan lain harus ditambahkan pada
bayi. Pemberian ASI pada umumnya harus disarankan selama setidaknya 1 tahun pertama
kehidupan anak.
2) Bagi Ibu
a) Pemberian ASI membantu ibu untuk memulihkan diri dari proses persalinannya. Pemberian
ASI selama beberapa hari pertama membuat rahim berkontraksi dengan cepat dan
memperlambat perdarahan (hisapan pada putting susu merangsang dikeluarkannya hormon
oksitosin alami akan membantu kontraksi rahim).
b)
Wanita yang menyusui bayinya akan lebih cepat pulih/turun berat badannya dari berat
badan yang bertambah selama hamil.
c) Ibu yang menyusui, yang menstruasinya belum muncul kembali akan kecil kemungkinannya
untuk menjadi hamil (kadar prolaktin yang tinggi akan menekan hormone FSH dan ovulasi).
d) Pemberian ASI adalah cara terbaik bagi ibu untuk mencurahkan kasih sayangnya kepada
buah hatinya.
3) Bagi semua orang
a)
ASI selalu bersih dan bebas hama yang menyebabkan infeksi.
b)
Pemberian ASI tidak memerlukan persiapan khusus.
c)
ASI selalu tersedia dan gratis.
d) Ibu menyusui yang siklus menstruasinya belum pulih kembali akan memperoleh perlindungan
sepenuhnya dari kemungkinan hamil. (Sulistyawati, 2009; h.17).
i.
Cara merawat payudara
Cara merawat payudara dan perawatan tersebut dapat dilakukan oleh ibunya sendiri, dengan
cara sebagai berikut :
a.
Ibu dapat mengatur ulang posisi menyusui jika mengalami kesulitan
b. Ibu mengeringkan payudara setelah menyusui, untuk mencegah lecet atau retak oleskan
sedikit ASI ke puting, keringkan dulu sebelum menggunakan pakaian.
c.
Jika ibu mengalami mastitis/tersumbatnya saluran ASI anjurkan ibu untuk tetap
memberikan ASI
d. Tanda dan gejala bahaya dalam menyusui yaitu di antaranya adalah bintik/garis merah
panas pada payudara, teraba gumpalan/bengkak pada payudara, demam.
j.
Setelah menyusui pada satu payudara sampai kosong, sebaiknya ganti payudara yang lain.
Cara melepaskan isapan bayi :
a) Jari kelingking ibu dimasukan kemulut bayi melalui sudut mulut.
b) Dagu bayi ditekan kebawah
c) Setelah selesai menyusui, ASI dikeluarkan sedikit kemudian dioleskan pada putting susu
dan areola sekitar. Biarkan kering dengan sendirinya (Maryunani, 2009; h.76-79).
B. Tanda bahaya masa nifas
a. Perdarahan hebat atau peningkatan darah secara tiba-tiba atau pembalut penuh dalam waktu
setengah jam telah mengganti 2 kali pembalut.
b. Pengeluaran cairan vaginal dengan bau busuk
c. Rasa nyeri diperut bagian bawah atau punggung
d. Sakit kepala yang terus-menerus ataau, nyeri epigastrik, atau masalah penglihatan.
e. Pembengkakan pada wajah dan tangan.
f. Demam, muntah, rasa sakit pada waktu pembuangan air seni, atau merasa tidak enak badan.
g. Payudara yang merah, panas, atau sakit
(Rukiyah dkk, 2011; h.154)
1.
2.
a.
Jenis-jenis infeksi
Endometritis
2.
3.
4.
5.
Pada infeksi dengan kuman yang tidak seberapa patogen, radang terbatas pada endometrium.
Jaringan desidua bersama-sama dengan bekuan darah menjadi nekrosis dan mengeluarkan
getah berbau yang terdiri atas keping-keping nekrosis serta cairan (saleha, 2009;)
Parametritis
Parametritis adalah infeksi jaringan pelvis yang dapat terjadi melalui beberapa cara
penyebaran melalui limfe dari luka serviks yang terinfeksi atau dari endometritis, penyebaran
langsung dari luka-luka pada serviks yang meluas sampai ke dasar ligamentum serta
penyebaran sekunder dari tromboflebitis (Dewi dan Sunarsih, 2011; h.112)
Peritonitis
Infeksi purpuralis melalui saluran getah bening dapat menjalar ke peritoneum hingga terjadi
peritonis atau ke parametrium menyebabkan parametritis (Saleha, 2009; h.98)
Infeksi saluran kemih
Kejadian infeksi saluran pada masa nifas relatif tinggi dan hal ini dihubungkan dengan
hipotonik kandung kemih akibat trauma kandung kemih saat persalinan, pemeriksaan dalam
yang sering, kontaminasi kuman dari perineum atau kateterisasi yang sering (Dewi dan
Sunarsih, 2011; h.114)
Bendungan ASI
Bendungan ASI adalah terjadinya pembengkakan pada payudara karena peningkatan aliran
vena dan limfe sehingga menyebabkan bendungan ASI dan rasa nyeri disertai kenaikan suhu
badan (Rukiyah dan Yulianti, 2010; h.345)
Bendungan air susu dapat terjadi pada hari ke-2 atau ke-3 ketika payudara telah memproduksi
air susu. Bendungan disebabkan oleh pengeluaran air susu yang tidak lancar, karena bayi
tidak cukup sering menyusui, produksi meningkat, terlambat menyusukan, hubungan dengan
bayi yang kurang baik, dan dapat pula terjadi akibat pembatasan waktu menyusui. Menurut
Prawirohardjo (2011; h.652) Bendungan ASI dapat terjadi karena adanya penyempitan
duktus latiferus pada payudara ibu dan dapat terjadi pula bila ibu memiliki kelainan putting
susu.
c.
1)
2)
3)
4)
5)
a.
b.
c.
d.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
a.
b.
c.
C.
Mastitis juga ditandai dengan nyeri pada payudara, kemerahan area payudara yang
membengkak, demam, menggigil, dan penderita merasa lemah dan tidak nafsu makan.
Mastitis biasanya disebabkan oleh infeksi Staphylococus aureus dan sumbatan susu yang
berlanjut (Rukiyah dan Yulianti, 2010; h.350).
Penyebab terjadinya mastitis adalah sebagai berikut :
Payudara bengkak yang tidak disusui secara adekuat, akhirnya terjadi mastitis
Putting lecet akan memudahkan masuknya kuman dan terjadinya payudara bengkak
Bra yang terlalu ketat mengakibatkan segmental engorgement, jika tidak disusui dengan
adekuat, maka bisa terjadi mastitis
Ibu yang dietnya buruk, kurang istirahat, dan anemia akan mudah terkena infeksi (Saleha,
2009; h.109).
Tanda dan gejala pada mastitis, yaitu:
Rasa panas dingin disertai dengan kenaikan suhu,
penderita merasa lesu,
tidak nafsu makan,
mammae membesar,
nyeri dan pada suatu tempat kulit merah,
membengkak sedikit dan nyeri pada perabaan, serta payudara keras (Rukiyah dan Yulianti,
2010; h.351).
Abses payudara
Abses payudara merupakan kelanjutan/komplikasi dari mastitis. Hal ini disebabkan karena
meluasnya peradangan dalam payudara tersebut. Tanda dan gejala yang dirasakan oleh ibu
dengan abses payudara adalah sebagai berikut.
Ibu tampak lebih parah sakitnya
Payudara lebih merah dan mengkilap
Benjolan lebih lunak karena berisi nanah, sehingga perlu diinsisi untuk mengeluarkan nanah
tersebut (Saleha, 2009; h.109-110).
3) Jika tetap mengalami kesulitan, usahakan agar bayi tetap disusui dengan sedkit penekanan
pada areolla mammae dengan jari sehngga terbentuk dot ketika memasukan putting susu
kedalam mulut bayi.
4) Bila terlalu penuh ASI, dapat diperas terlebih dahulu dan diberikan dengan sendok atau
cangkir, atau teteskan langsung kemulut bayi. Bila perlu lakukan ini hingga 1-2 minggu
(Dewi dan Sunarsih, 2011; h.38-39).
Putting susu datar atau terbenam menurut Maryunani (2009; h.91-92)
Untuk mengetahui apakah putting susu datar/terbenam yaitu dengan cara menjepit areolaa
antara ibu jari telunjuk dibelakang putting susu. Bila putting menonjol berati putting tersebut
normal, namun bil putting tidak menonjol berarti putting susu datar/terbenam.
Cara mengatasinya:
Dengan menggunakan pompa putting. Putting susu yang datar atau terbenam dapat dibantu
agar menonjol dan dapat diisap oleh mulut bayi. Upaya ini dimulai sejak kehamilan 3 dan
biasanya hanya perlu dibantu hingga bayi berusia 5-7 hari. Putting juga bisa ditarik keluar
secara teratur hingga putiing akan sedikit menonjol dan dapat diisapkan kemulut bayi, putting
akan lebih menonjol lagi.
Putting susu datar atau terbenam menurut Ambarwati dan Wulandari (2009; h.44)
1. Tehnik atau gerakan hoffman yang dikerjakan 2x sehari
2. Dibantu dengan jarum suntik yang dipotong ujungnya atau dengan pompa ASI.
Putting susu datar atau terbenam menurut Jannah (2011; h.50)
Untuk mengetahui apakah putting susu datar/terbenam, dengan cara menjepitareola antara
ibu jari dan jari telunjuk dibelakang putting susu.
Cara mengatasinya bisa mempergunakan pompa putting. Putting juga bisa ditarik keluar
secara teratur hingga putting akan sedikit menonjol dan dapat diisap kemulut bayi sehingga
putting akan menonjol lagi.
Kelainan putting payudara
Putting payudara yang retraksi (tidak menonjol keluar dengan baik) akan menyebabkan
kesukaran meneteki. Bila tidak terlalu berat dapat dibantu dengan pompa payudara atau air
susu dikeluarkan dengan pijatan tangan/masase. Pada kasus demikian dianjurkan pda akhir
kehamilan atau sebelum menyusui untuk menarik putting keluar dengan menggunakan jari
atau penarik putting (Prawirohardjo, 2011; h.654).
D. Tehnik pengeluaran ASI
1. Cuci tangan, lakukan masase ringan dengan telapak tangan dari pangkal kerah areolla
2. Menekan areolla dengan ibu jari pada sekitar areolla bagian atas dan jari telunjuk pada sisi
areolla yang lain
3. Tekan areolla dengan ibu jari dan jari telunjuk (memeras). Jangan menekan pada putting
karena dapat menyebabkan lecet dan nyeri
4. Jika ASI tidak juga keluar, jangan berhenti karena ASI akan keluar setelah beberapa kali
peras
5.
6.
II.
Keluhan Utama
Untuk mengetahui masalah yang dihadapi yang berkaitan dengan masa nifas, misalnya pasien
merasa mules, sakit pada jalan lahir karena adanya jahitan pada perineum (Ambarwati dan
Wulandari, 2009 h;132).
Menurut Prawirohardjo (2010; h.652) Keluhan yang dirasakan pada pasien dengan
bendungan ASI dengan ditandainya pembengkakan payudara bilateral dan secara keras,
kadang terasa nyeri serta sering kali disertai peningkatan suhu badan ibu, tetapi tidak terdapat
tanda-tanda kemerahan dan demam.
3.
a.
b.
c.
4.
a.
1)
2)
3)
4)
5.
a.
Riwayat Kesehatan
Sekarang
Data-data ini di perlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya penyakit yang di derita
pada saat ini yang ada hubungannya dengan masa nifas dan bayinya
Yang Lalu
Data yang di perlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya riwayat atau penyakit akut,
kronis seperti: Jantung, Diabetes Militus, Hipertensi, Asma yang dapat mempengaruhi pada
masa nifas ini
Keluarga
Data ini di perlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya pengaruh penyakit keluarga
terhadap gangguan kesehatan pasien dan bayinya, yaitu bila ada penyakit keluarga yang
menyertainya (Ambarwati dan Wulandari, 2009; h.133).
Riwayat obstetri
Riwayat haid
Mempunyai gambaran tentang keadaan dasar dari organ reproduksinya
Menarche
Usia pertama kali mengalami menstruasi. Untuk wanita Indonesia pada usia sekitar 12- 16
tahun
Siklus
Jarak antara menstruasi yang di alami dengan menstruasi berikutnya dalam hitungan hari,
biasanya sekitar 23-32 hari.
Volume
Data ini menjelaskan seberapa banyak darah menstruasi yang di keluarkan
Keluhan
Beberapa wanita menyampaikan keluhan yang di rasakan ketika mengalami menstruasi
misalnya sakit yang sangat, pening sampai pingsan, atau jumlah darah yang banyak
(Sulistyawati,2010; h.112).
Riwayat kehamilan sekarang
Standar asuhan kunjungan Antenatal yaitu 4 kali selama masa kehamilan, pelayanan standar
asuhan kehamilan meliputi 7 T yaitu : timbang berat badan. Ukur tekanan darah, pemeriksaan
fundus uteri, imunisasi TT, pemberian tablet Fe, melakukan tes PMS dan temu wicara. Dan
selama kehamilan wanita hamil berhak memperoleh informasi dan pendidikan berhubungan
dengan kehamilannya (Sulistyawati, 2009 ;h.4-5).
Riwayat KB
Untuk mengetahui apakah pasien pernah ikut KB dengan kontrasepsi jenis apa,berapa lama,
adakah keluhan selama menggunakan kontrasepsi serta rencana KB setelah masa nifas ini dan
beralih ke kontrasepsi apa (Ambarwati dan Wulandari, 2009; h.134).
b.
1)
2)
3)
4)
5)
b. Data Objektif
Data ini di kumpukan guna melengkapi data untuk menegakkan diagnosis. Bidan melakukan
pengkajian data objektif melalui pemeriksaan inspeksi, palpasi,auskultasi, perkusi dan
pemeriksaan penunjang yang di lakukan secara berurutan (Sulityawati, 2010; h.226).
1) Pemeriksaan Umum
Pemeriksaan yang dilakukan kepada pasien sebagai berikut:
a) Keadaan umum
Data ini dapat dengan mengamati keadaan pasien secara keseluruhan, hasil pengamatan yang
di laporkan kriterianya baik atau lemah (Sulistyawati, 2010; h.226).
b) Kesadaran
Untuk mendapatkan gambaran tentang ke sadaran pasien, kita dapat melakukan pengkajian
derajat kesadaran pasien dari keadaan composmentis sampai dengan koma (Sulistyawati,
2010; h.226).
c) Tanda-tanda vital
1)
Tekanan darah
Pada beberapa kasus di temukan keadaan hipertensi post partum, tetapi keadaan ini akan
menghilang dengan sendirinya apabila tidak ada penyakit-penyakit lain yang menyertainya
dalam 2 bulan pengobatan (Ambarwati dan Wulandari, 2009; h.139).
Tekanan darah normal manusia adalah sistolik antara 90-120 Mmhg dan sistolik 60-80
Mmhg. Pasca melahirkan pada kasus normal, tekanan darah biasanya tidak berubah.
Peubahan tekanan darah menjadi lebih rendah pasca melahirkan dapat diakibatkan oleh
perdarahan. Sedangkan tekanan darah tinggi pada post partum merupakan tanda terjadinya
pre eklamsia post partum.
(http://masalahkebidanan.blogspot.com/2012/11/tanda-tanda-vital-pada-ibu-nifas.html)
2)
Nadi
Berkisar antara 60- 80x/menit denyut nadi di atas 100x/menit pada masa nifas adalah
mengindikasikan adanya suatu infeksi, hal ini salah satunya bisa di akibatkan oleh proses
persalinan sulit atau karena kehilangan darah yang berlebih (Ambarwati dan Wulandari,
2009; h.138).
3)
Pernafasan
Pernafasan harus berada dalam rentang yang normal, yaitu sekitar 20-30 x/menit (Ambarwati
dan Wulandari, 2009; h.139).
4)
Suhu
Suhu tubuh ibu inpartu tidak lebih dari 37,2oC. Pasca melahirkan, suhu tubuh dapat naik
kurang lebih 0,5oC dari keadaan normal. Kenaikan suhu badan ini akibat dari kerja keras
sewaktu melahirkan, kehilangan cairan maupun kelelahan (Yanti dan Sundawati, 2011; h.67)
Bendungan ASI adalah terjadinya pembengkakan pada payudara karena peningkatan aliran
vena dan limfe sehingga menyebabkan bendungan ASI dan rasa nyeri disertai kenaikan suhu
badan (Aiyeyeh, 2010 h:345).
Tanda gejala bendungan ASI, yaitu:
Mamae panas serta keras pada perabaan dan nyeri, putting susu bisa mendatar sehingga bayi
sulit menyusui, pengeluaran susu terkadang terhalang oleh duktuli laktiferi menyempit,
payudara bengkak, keras, panas. Nyeri bila ditekan, warnanya kemerahan, suhu tubuh sampai
380c(Rukiyah dan yulianti, 2010; h.346).
Tanda gejala menurut (Prawirohardjo, 2010; h.652)
pembengkakan payudara bilateral dan secara palpasi secara keras, kadang terasa nyeri serta
seringkali disertai peningkatan suhu badan ibu, tetapi tidak terdapat tanda- tanda kemerahan
dan demam
2) Pemeriksaan fisik
a) Kepala
Organ tubuh yang perlu dikaji karena pada kepala terdapat organ-organ yang sangat penting.
Pengkajian di awali dengan inspeksi lalu palpasi.
b) Muka
Pada daerah muka dilihat kesimetrisan muka, apakah kulitnya normal, pucat.
Ketidaksimetrisan muka menunjukkan adanya gangguan pada saraf ke tujuh (Nervus Fasialis)
c) Mata
d)
e)
f)
g)
h)
i)
j)
untuk mengetahui bentuk dan fungsi mata, teknik yang di gunakan inspeksi dan palpasi
Telinga
Untuk mengetahui keadaan telinga luar, saluran telinga, gendang telinga/membrane timpani,
dan pendengaran. teknik yang digunakan adalah inspeksi dan palpasi
Hidung
Dikaji untuk mengetahui keadaan bentuk dan fungsi hidung, bagian dalam, lalu sinus- sinus
Mulut
Untuk mengetahui bentuk dan kelainan pada mulut
Leher
Untuk mengetahui bentuk leher, serta organ- organ lain yang berkaitan. Teknik yang di
gunakan adalah inspeksi dan palpasi
Dada
Mengkaji kesehatan pernafasan (Tambunan, 2011; h.66-86).
Payudara
Hormon estrogen dan progestron yang meningkat pada kehamilan membantu maturasi
alveoli, kadar estrogen dan progestron akan menurun pada saat hari kedua atau ketiga pasca
persalinan. Sehingga terjadi sekresi ASI (Yanti dan sundawati, 2009; h.7).
Perut
Selama masa kehamilan kulit abdomen, kulit abdomen akan melebar,melonggar dan
mengendur selama berbulan-bulan (Yanti dan sudawati, 2009; h.62).
Tabel 2.2 Tabel involusi uterus
Diameter
Berat Uterus bekas
Keadaan
Involusi TFU
(gr)
melekat
Serviks
Plasenta
Bayi
Setinggi Pusat
1000
Lahir
Uri
2 Jari di bawah
750
12,5
Lembek
Lahir
Pusat
Satu
Pertengahan pusat- 500
7,5
Beberapa hari
minggu sympisis
setelah post
partum dapat
Dua
Tak teraba di atas 350
3-4
di lalui 2 jari
minggu sympisis
akhir minggu
Enam Bertabah Kecil
50-60
1-2
pertama dapat
minggu
di masuki 1
Delapan Sebesar normal 30
jari
minggu
(Saleha, 2009; h.55)
k) Anogenital
Selama proses persalinan vulva dan vagina mengalami penekanan serta meregang, setelah
beberapa hari persalinan kedua organ ini kembali dalam keadaan kendor. Rugae timbul
kembali pada minggu ketiga.
Proses involusi uterus biasanya disertai dengan adanya rasa nyeri yang disebut after pain
yaitu perasaan mulas-mulas yang diakibatkan oleh kontraksi rahim, biasanya berlangsung
selama 2-4 hari pasca persalinan. Proses kontraksi juga mempengaruhi pengeluaran secret
yang berasal dari kavum uteri dan vagina dalam masa nifas yang disebut dengan Lochea,
(Yanti dan Sundawati, 2009; h.5).
1)
2)
3)
4)
atau ditangani bersama dengan anggota tim kesehatan lain sesuai dengan kondisi pasien
(Ambarwati dan Wulandari, 2009; h.143).
E. Perencanaan
Langkah-langkah ini di tentukan oleh sebelumnya yang merupakan lanjutan dari masalah atau
diagnose yang telah di identifikasi atau antisipasi. Rencana asuhan yang menyeluruh tidak
hanya meliputi apa yang sudah dilihat dari kondisi pasien atau dari masalah yang berkaitan,
tetapi juga dengan kerangka pedoman antisipasi bagi wanita tersebut yaitu apa yang akan
terjadi berikutnya (Ambarwati dan Wulandari, 2009; h.143).
1.
Pantau keadaan umum ibu
2.
Mencegah masa nifas karena atonia uteri
3.
Lakukan perawatan payudara
4.
Siapkan alat-alat yang di gunakan untuk perawatan pada payudara
5.
Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi, atau perdarahan abnormal
6.
Memastikan ibu mendapat istirahat yang cukup
7.
Memastikan ibu mendapat makanan yang bergizi
8.
Memastika ibu dapat mobilisasi dengan baik
9.
Memastikan ibu menjaga personal hygiene dan tidak memperlihatkan tanda-tanda
penyulit.
10. Beritahu kunjungan ulang
F. Pelaksanaan
Tahap ini merupakan tahap pelaksanaan dari semua rencana sebelumnya, baik tehadap
masalah pasien ataupun diagnosis yang di tegakkan (Ambarwati dan Wulandari, 2009;
h.145).
G. Evaluasi
Evaluasi dilakukan secara siklus dan dengan mengkaji ulang aspek asuhan yang tidak efektif
untuk mengetahui factor mana yang menguntungkan atau menghambat keberhasilan yang
diberikan. Pada langkah terakhir, dilakukan evaluasi keefektifan asuhan yang sudah diberikan
(Soepardan, 2008; h. 96 - 102)
III.
1.
a.
b.
c.
d.
e.
f.
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
2.
a.
b.
c.
d.
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
3.
Kewenangan normal adalah kewenangan yang dimiliki oleh seluruh bidan. Kewenangan ini
meliputi:
Pelayanan kesehatan ibu
Ruang lingkup:
Pelayanan konseling pada masa pra hamil
Pelayanan antenatal pada kehamilan normal
Pelayanan persalinan normal
Pelayanan ibu nifas normal
Pelayanan ibu menyusui
Pelayanan konseling pada masa antara dua kehamilan
Kewenangan:
Penjahitan luka jalan lahir tingkat I dan II
Penanganan kegawat-daruratan, dilanjutkan dengan perujukan
Pemberian tablet Fe pada ibu hamil
Pemberian vitamin A dosis tinggi pada ibu nifas Fasilitasi/bimbingan inisiasi menyusu dini
(IMD) dan promosi air susu ibu (ASI) eksklusif
Pemberian uterotonika pada manajemen aktif kala tiga dan postpartum
Penyuluhan dan konseling
Bimbingan pada kelompok ibu hamil
Pemberian surat keterangan kematian
Pemberian surat keterangan cuti bersalin
Pelayanan kesehatan anak
Ruang lingkup
Pelayanan bayi baru lahir
Pelayanan bayi
Pelayanan anak balita
Pelayanan anak pra sekolah
Kewenangan
Melakukan asuhan bayi baru lahir normal termasuk resusitasi, pencegahan hipotermi, inisiasi
menyusu dini (IMD), injeksi vitamin K 1
perawatan bayi baru lahir pada masa neonatal (0-28 hari), dan perawatan tali pusat
Penanganan hipotermi pada bayi baru lahir dan segera merujuk
Penanganan kegawatdaruratan, dilanjutkan dengan perujukan
Pemberian imunisasi rutin sesuai program Pemerintah
Pemantauan tumbuh kembang bayi, anak balita dan anak pra sekolah
Pemberian konseling dan penyuluhan
Pemberian surat keterangan kelahiran
Pemberian surat keterangan kematian
b.
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.