Anda di halaman 1dari 25

KTI

( KARYA TULIS ILMIAH )

JUDUL :

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI BENDUNGAN ASI

TERHDAP IBU MENYUSUI

DOSEN PENGAMPU :

KASMIATI S, ST. A, Md Keb

ALDA YUNI RISKI

LPT 19 13 01

SEMESTER 5

AKADEMI KEBIDANAN LAPATAU BONE

TAHUN PELAJARAN 2020 / 2021


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Bendungan ASI adalah air susu ibu yang tidak segera keluar karena penyumbatan alira limfe
dan vena sehingga aliran susu menjadi terhambat atau tidak lancer. Efek samping dari bendungan
ASI adalah mengerasnya bagian payudara dan disertai dengan rasa panas seperti rasa terbakar
sehingga muncul rasa yang tidak nyaman dan jika dibiarkan akan menyebabkan infeksi /
peradangan payudara. Kerugian / dampak bendungan ASI yaitu terjadi masttis,abses payudara,
dan kebutuhan nutrisi bayi akan berkurang / kurang terpenuhi.

Menurut WHO terbaru pada 2015 di Amerika Serikat presentase perempuan menyusi yang
mengalami bendungan ASI rata – rata mencapai 87,05% atau sebanayak 8242 ibu nifas dari
12.765 orang pada tahun 2014 ibu yang mengalami bendungan ASI sebnayak 7198 orang dari
10.764 orang dan pada tahun 2015 terdapat ibu yang mengalami bendungan ASI sebanyak 6543
orang dari 9.862 orang. Menurut WHO 2017, jumlah ibu menyusui banyak di negara – negara
berkembang dan kalau dibicarakan mengenai penurunsn jumlsh ibu menyusui, banyak hal yang
mempengaruhi bebsn hidup atau stress yang dialami banyak wanita. Ada penyebab lain yang
tidak kalah penting yang menyebabkan ibu tidak memberiksn ASI diantaranya adalah putting
susu lecet, ibu mengeluh payudara terasa sangat penuh dan terasa sakit serta mastitis. Menurut
WHO kursng lebih 40 % wanita Amerika Serikat ini memilih tidak menyusi dan banyak
diantaranya mengalami nyeri dan pembengkkan payudara yang cukup nyata. Pembesaran ASI,
pembengkakan dan nyeri payudara mencapai puncaknya 3 sampai 5 hari postpartum. Sebanyak
10 % wanita mungki melaporkan nyeri berat hingga 14 hari postpartum dan seperempat sampai
setengah dari wanita tersebut emngonsumsi anlgesik untuk meredakan nyeri payudara pada masa
nifas.

Menurut ASEAN tahun 2014 disimpulkan bahwa presentase cakupan kasus bendungan ASI
pada ibu nifas tercatat 107.654 ibu nifas, pada tahun 2014 terdapat ibu nifas yang mengalami
bendungan ASI sebanyak 95.698 orang. Hal ini disebabkan karena kesadaran masyarakat dalam
mendorong peningkatan pemberian ASI masih relative rendah.
Di Indonesia angka kejadian bendungan ASI pada ibu nifas berkisar antara 10%-20% dari
populasi ibu nifas. Hal ini didukung dari data penelitian ( Kecematan Kediri, NTB ada 17,8 %
dan di kabupaten Indramayu 9,8 diamana angka morbiditas 10% pertahun. Ini berarti setiap
tahun jumlah penderita bendungan ASI di Indonesia berkisar 2,3 juta dari total ibu nifas.
Berdasarkan data penelitian, data yang diperoleh di wilayah Pukesmas Pertiwi, jumlah ibu nifas
pada tahun 2019 dari bulan januari – april sebanyak 235 ibu nifas, berdasarkan hasil wawancara
dari 10 orang ibu menyusi, dan 6 orang yang mengatakan bahwa mereka mengalami bendungan
ASI. Bendungan ASi dapat dikurangi hingga setengahnya bila disusui tanpa batas waktu. Pada
tahun – tahun berikutnya sejumlah peneliti lain juga mengamati bahwa bila waktu untuk
menyusui dijadwalkanlebih sering terjadi bendungan ASI yang sering diikuti dengan mastitis dan
kegagalan laktasi.

Angka kejadian bendungan ASI sampai saat ini tidak diketahui secara pasti. Menurut
penelitian badan penelitian dan pengembangan kesehatan RI PADA TAHUN 2006 kejadian
bendungan ASI di Indonesia terbanyak terjadi pada ibu – ibu bekerja sebanyak 16% dari ibu
menyusui.

Berdasarkan data hasil penelitian dari Puskesmas Watampone untuk menurunkan tingkat
bendungan ASI di Puskesmas Watampone kita harus memberikan penyuluhan kepada ibu nifas
untuk meningkatkan kurangnya bendungan ASI, dan melakukan perawatan payudara secara
mandiri untuk mencegah terjaidnya bendungan ASI. Berdasaran hasil survey data dari
Puskesmas Watampone angka kejadian bendungan ASI pada ibu postpartum pada tahun 2018
sebnyak orang, pada tahun 2019 sebanyak orang dan pada tahun 2020 sebanyak orang.

Bendungan ASI adalah air susu ibu yang tidak mengalir lancar atau terjadi penyumbatan
pada aliran vena atau limfe, ASI biasanya terjadi pada hari ke 2 sampai hari ke 10 masa nifas.
Saat ini penangan masalah bendungan ASI pada ibu dilaksanakan dengan cara perawtan
payudara dengan melakukan pengurutan pada payudara ibu yang bengkak. Intervensi ini sering
menyebabkan ibu merasa tidak nyaman dan rasa sakit yang luar biasa saat pemijatan dan dapat
menyebabkan kerukan pada anatomis payudara ibu. Beberapa ahli menyatakan bahwa prosedur
ini kemungkinan dapat menyebabkan kerukan pada alveoli di payudara.
Bendungan ASI biasanya sering terjadi pada ibu nifas atau setelah melahirkan, oleh sebab itu
pada masa ini, disebut juga sebagai masa rawan terjadinya pembengkakan payudara serta
mengetahui bagaimana cara atau teknik menyusi yang baik dan benar. Dan beberapa faktor yang
mempengaruh ibu dalam poses menyusui yaitu pengetahuan, sikap, dan pekerjaan.

B. Rumusan Masalah

Apa faktor yang mempengaruhi bendungan ASI terhadap ibu menyusui di Puskesmas
Watampone ?

C. Tujuan
 Tujuan umum

Untuk mengatahui faktor yang berhubungan dengan Bendungan ASI terhadap ibu menyusui di
Puskesmas Watampone

 Tujuan Khusus

Mendeskripsikan faktor yang berhubungan dengan bendungan ASI terhadap ibu menyusui di
Puskesmas Watampone

D. Manfaat
 Manfaat bagi instansi kesehatan

Untuk memberikan gambaran kepada instansi kesehatan yang berada di Puskesmas


Watampone, khususnya pada ibu postpartum / menyusui

 Manfaat bagi akademi

Untuk memberikan tambahan pengetahuan kepada akademik, khususnya kepada dosen – dosen
yang telah membaca hasil penelitian ini

 Manfaat bagi institusi

Untuk dijadikan referensi untuk penelitisn selanjutnya dan dapat menambah bahan
keperpustakaan di kampus akademi kebidanan lapatau bone
 Manfaat bagi peneliti

Untuk menambah pengetahuan, wawasan, dan memberikan pengalaman melaksanakan


penelitian mandiri tentang faktor yang berhubungan dengan bendungan ASI pada ibu menyusui
dan dapat mengaplikasikan materi yang didapat dibangku perkuliahan dengan praktek dilahan.

E. Sistematika Penelitian

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Masalah
D. Manfaat Masalah
E. Sistematika Penelitian

BAB II LANDASAN MATERI

A. Tinjauan umum ibu postpartum


B. Tinjauan umum bendungan ASI
C. Tinjauan umum menyusui
D. Faktor yang berhubungan dengan bendungan ASI
E. Wewenang postpartum
F. Kerangka konsep
G. Data operasional
H. Hipotesis
BAB II

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Umum Tentang Ibu Post Partum

1. Defenisi ibu post partum

Masa nifas merupakan masa transisi darin internal ke post natal,pada masa ini masalah yang
sering terjadi salah satunya adalah bendungan ASI yang disebabkan oleh penyempitan duktus
lakteferi oleh kelenjar – kelelenjar yang dikosongkan dengan sempurna sehingga aliran vena dan
limfotik tersmbat, hal ini menyebabkan payudara bengkak dan sangan nyeri, untuk mengatasi hal
tersebut dapat dilakukan dengan cara masase payudara ( pijat payudara ).

Salah satu masalah pada ibu nifas adalah payudara membengkak atau bendungan air susu ibu
( ASI ). Penyebab terjadinya bendungan ASI adalah ASI yang tidak segera dikeluarkan yang
menyebabkan penyumbatan pada aliran vena dan limfe sehingga aliran susu menjadi terhambat
dan tertekan sehingga menyebabkan payudara bengkak. Dalam masa nifas terdapat berbagai
komplikasi seperti masalah dalam produksi ASI yang tidak lancar, putting lecet, payudara
bengkak, abses [ayudara, putting susu datar atau terbenam, sindrom ASI kurang, ibu bekerja, ibu
melahirkan dengan SC ( Sectio Caesar ) dan ibu dengan kondisi sakit.

Sejak hari ketiga sampai hari keenam persalinan, ketika ASI secara normal dihasilkan,
payudara menjadi sangat penuh. Hal ini bersifat fisiologis dan dengan pengisapan yang efektif
dan pengeluaran ASI oleh bayi, rasa penuh tersebut pulih dengan cepat. Namun keadaan ini bias
menjadi bendungan, pada bendungan payudara terisi sangat penuh dengan ASI dan cairan
jaringan. Aliran vena dan limfe tersumbat, aliran susu menjadi terhambat dan tekanan pada
saluran ASI dan alveoli meningkat. Payudara yang terbendung membesar, membengkak, dan
sangat nyeri. Payudara dapat terlihat mengkilat den edema dengan daerah eritema difus. Putting
susu teregang menjadi rata, ASI tidak mengalir dengan mudah, dan bayi sulit mengenyut untuk
menghisap ASI.

Masalah yang sering terjadi pada ibu postpartum adalah bendungan ASI sehingga hal yang
menjadi salah satu penyebab kegagalan pemberian ASI ekslusif. Peran bidan sangat pnting
dalam memberikan konseling, informasi dan edukasi tentang teknik perawatan payudara
khususnya pada minggu – minggu pertama melahirkan sebagai upaya untuk mencegah terjadinya
bendungan ASI.

Tujuan masa nifas yaitu mendeteksi adanya perdarahan pada masa nifas, mendeteksi adanya
kemungkinan perdarahan postpartum dan infeksi. Oleh karena itu penolong persalinan sebaiknya
tetap waspada, sekurang-kurangnya satu jam postpartum untuk mengatasinkemungkinan
terjadinya komplikasi persalinan.

2. Perubahan lochea

Pengeluaran lochea yang lama ada yang menyatakan bahwa biasanya karena dia menglami
stress, banyak fikiran dan kelelahan tetapi dia tidak mengetahui dengan pasti apakah pengeloaran
lochea nya lama disebabkan karena faktor tersebut atau tidak. Pada saat ibu yang mengalami
stress pada saat kehamilan maupun persalinan dapat menyebabkan maslah ASI tidak atau belum
keluar pada saat masa nifas. Hormone yang bertanggungjawab pasa masa laktasi adalah hormone
prolactin dan oksitosin. Dan apabila ibu dlam kondisi stress, kebingungan, fikiran kacau, takut
maupun cemas maka akan memperngaruhi pelepasan hormone oksitosin dari neurohipofise
sehingga terjadi bloking pada reflek down yang dimana hormone ini berperan dalam merangsang
proses kontraksi uterus sehingga memperlancar pengeluaran lochea.

Menurut wulandari dan handayani 2011 menyatakan bahwa menyusui, kontraksi uterus,
TFU, dan pengeluaran lochea saling berpengaruh. Pada saat proses menyusui bayi akan
mengakibatkan produksi prolactin yang berkesinambungan. Reflek prolactin adalah sewaktu bayi
menyusu maka ujung saraf peraba pada putting susu akan terangsang. Rangsangan tersebut
dibawah hipotelamus oleh saraf afferent, lalu memacu hipofise snterior unutk mengeluarkan
hormone prolactin kedalam darah.

Melalui sirkulasi darah prolactin akan memacu sel kelnjar untuk memproduksi air susu.
Jumlah prolaktinyang disekresi dan jumlah susu yang diproduksi berkaitan dengan stimulus
isapan, yaitu frekuensi intensitas dan lamanya bayi mengisap. Selain merangsang hormone
prolaktin, hisapan juga merangsang produksi hormone oksitosin oleh kelenjar hipofise posterior.
Oksitosin masuk kedalam sirkulasi dan menyebabkan kintraksi pada sel – sel kusu ( miopitel ).
Hormone oksitosin juga merangsan proses kontaksi uterus, dimana jika uterus berkontaksi maka
akan menyebabkan menurunnya tinggi fundus uteri (TFU) dan keluarnya cairan atau darah nifas
(lochea)

Jika penurunan tinggu fundus uteri cepat maka pengeluaran lochea pun akan lancar.
Dalam proses pengeluaran lochea ada tahapannya sesuai dengan waktu tertentu. Waktu
diperlukan dalam pengeluaran lochea tergantung dengan kelancaran pengeluarannya, jika
pengeluaran lochea lancar maka waktu yang diperlukan akan semakin cepat yaitu kurng lebih 14
hari.

3. Perubahan Psikologis Ibu post partum

Perubahan yang terjadi pada adaptasi fisiologis yaitu ibu menglami perubahan system
produksi dimana ibu mengalami proses involusio uteri, laktasi dan prubahan hormonal. dan
sedangkan perubahan pada adaptasi psikologis yaitu seperti adanya rasa ketakutan dan
kekhawatiran pada ibu yang baru melahirkan, dan hal ini akan berdampak kepada ibu yang
berada dalam masa nifas menjadi sensitif terhadap faktor-faktor yang mana dalam keadaan
normal mapu diatasinya.

Perubahan mendadak pada ibu postpartum penyebab utamanya adalah kekecewaan


emosional, rasa sakit pada masa nifas awal, kelelahan karena kurang tidur selama persalinan dan
kecemasan pada kemampuannya untuk merawat bayinya, rasa takut tidak menarik lagi bagi
suaminya, terutama emosi selama minggu pertama menjadi labil dan perubahan suasana hatinya
dalam 3-4 hari pertama, masa ini sangat bervariasi dan dipengaruhi oleh banyak faktor, maka
penekanan utama adalah pendekatan keperawatan dengan memberikan bantuan, simpati, dan
dorongan.

B. Tinjauan Umum Bendungan ASI


1. Defenisi Bendungan ASI

Bendungan ASI adalah terjadinya pembengkakan pada payudara karena peningkatan aliran
vena dan limfe sehingga menyebabkan bendungan ASI dan rasa nyeri disertai kenaikan suhu
badan. Pada masa nifas sering terjadi bendungan ASI yang disebabkan bentuk putting susu yang
tidak normal. Bendungan ASI dapat terjadi karena adanya penyempitan duktus laktiferus pada
payudara ibu dan dapat terjadi pula bila ibu memiliki kelaianan puting susu (misalnya putting
susu datar, terbenam dan cekung). Sesudah bayi dan plasenta lahi, kadar estrogen dan
progesterone dalam 2-3 hari. Dengan factor ini hipotelamus yang menghalangi keluarnya
prolactin waktu hamil, dan sangat dipengaruhi oleh estrogen, tidak dikeluarkan lagi, dan terjadi
sekresi prolactin oleh hypofisis. Hormon ini menyebabkan alveolus – alveolus kelanjar mammae
terisi dengan air susu, tetapi untuk mengeluarkannya butuh reflek yang menebabkan kontraksi
sel – sel miopietelial yang mengelilingi alveolus dan duktus kecil kelenjar – kelenjar tersebut.

Payudara yang mengalami pembengkankan atau bendungan ASI tersebut sangat sukar
disusu oleh bayi karena payudara lebih menonjol, putting lebih datar, dsn sukar dihisap oleh
bayinya. Gejala yang sering muncul pada saat terjadi bendungan ASI antara lain, payudara
bengkakk, payudara terasa panas dank keras dan suhu ibu sampai 360 derajat C. apabila keadaan
ini terus berlanjut maka mengakibatkan terjadi mastitis dan abses payudara.

Terjadinya bendungan ASI juga dapat terjadi karena perilaku ibu yang tidak mengetahui cara
peratawan payudara yang benar, perawat atau bidan sering memberikan penyuluhan tentang
perawatan payudara, namun terkadang ibu menyusui memiliki sikap acuh tak acuh terhadap
informasi yang diberikan, perilaku pemberian ASI yang buruk dapat menyebabkan terjadinya
bendungan ASI. Keluarga juga memiliki peran yang sangat penting dalam meberikan motivasi
kepada ibu menyusui, banyak dari ibu yang memiliki kurang motivasi untuk menyusui anaknya
sehingga keluarga dapat memberikan dukunga terhdap ibu menyusui tersebut. Kadang ibu
menyusui hanya memberikan ASI anaknya pada data menangis padahal tanpa anak tersebut
menangis pun atau lapar sekalipun ibu dapat memberikannya ASI agar tidak terjadi bendungan
ASI atau pembenkakan pada payudara ibu.

2. Penyebab Bendungan ASI

Penyebab bendungan ASI oleh pengeluaran susu yang tidak lancar, karena bayi yang tidak
cukup sering menyusu pada ibunya. Gangguan ini dapat menjadi lebih parah apabila ibu jarang
meyusukan bayinya, akibatnya bayi tdaik dapat mendapatkan ASI secara ekslusif dan apabila
tidak segera di tangani maka akan menyebabkan engorgement, hal ini terjadi karena
penyempitan duktus laktaferinata oleh kelenjar – kelenjar yang tidak dikosongkan dengan
sempurna atau kelaianan pada putting susu sehingga terjadinya pembengkakan payudara karena
peningkatan aliran vena dan limfe yang mengakibatkan timbulnya rasa nyeri disertai kenaikan
suhu badan.

Terjadinya sekresi susu yang berlimpah ditandai dengan payudara menjadi sangat penuh
disebut dengan Lactogenesis II, namun keadaan ini bias menyebabkan bendungan ASI jika
pergosongan ASI tidak sempurna. Bendungan ASI dapat terjadi jika pergosongan ASI tidak
sempurna. Hal ini menyebabkan aliran limtofik akn tersumbat sehingga aliran susu menjadi
tersumbat,payudara akan terbendung, membesar, membengkak, dan sangat nyeri, putting susu
akan tergenang menjadi rata, ASI tidak mengalir dengan mudah dan bayi akan sulit menghisap
ASI.

Faktor – faktor penyebab bendungan ASI

a. Pergosongan mammae yang tidak sempurna ( dalam masa laktasi, terjadi peningkatan
produksi ASI pada ibu yang prduksi ASI-nya berlebihan, apabila bayi sudah kenyang dan
selesai menyusu, payudara tidak dikosongkan, maka masih terdapat sisa ASI dalam
payudara). Sisa ASI tersebut jika tidak dikeluarkan dapat menimbulakan bendungan ASI
b. Faktor hisapan yang tidak aktif ( pada masa laktasi, bila ibu tidak menyusunkan bayinya
sesering mungkin atau bayi jika tidak aktif menghisap, maka akan menimbulakn
bendungan ASI
c. Faktor posisi menyusui bayi tidak benar ( teknik salah dalam menyusui dapat
mengakibatkan putting menjadi lecet dan menimbulkan rasa nyeri pada saat bayi menusu.
Akibatnya ibu tidak mau menyusui bayinya dan terjadi bendungan ASI
d. Putting susu terbenam ( putting susu yang terbenam akan menyulitkan bayi dalam
menyusu. Karena bayi tidak dapat menghisap putting dan aerola dan bayi tidak mau
menyusu akibatnya bendungan ASI
e. Putting susu terlalu panjang ( putting susu yang panjang menimbulkan kesulitan pada
bayi menyusui karena bayi yang tidak dapat menghisap aerolla dan merangsang sinus
laktiferus untuk mengeluarkan ASI. Akibatnya ASI tertahan dan menimbulkan
bendungan ASI.
3. Pengobatan / penanganan bendungan ASI
Untuk mengatasi bendungan ASI maka peran tenaga kesehatan salah satunya adalah
memberikan dukungan dan penyuluhan untuk melakukan perawatan payudara sejak awal
kehamilan atau dengan melakukan penyuluhan pada ibu postpartum demonstrasi tentang cara
perawatan payudara dan tekhnik menyusui dengan benar sehingga dapat meningkatkan
kemampuan ibu dalam perawatan payudara secara baik dan benar sebagai upaya preventif
terhadap masalah menyusui sehingga proses menyusui dapat berjalan dengan lancar dan
merupakan upaya meningkatkan derajat kesehatan ibu dan bayi.

Pencegahan terjadinya bendungan ASI antara lain :

1. Gunakan teknik menyusui dengan benar


2. Putting susu dan aerola mammae harus selalu kering setelah selesai menyusui
3. Jangan pakai bra yang tidak dapat menyerap keringat
4. Menyusui dini, susui bayi segera mungkin ( setelah 30 menit ) setelah dilahirkan
5. Susui bayi tanpa jadwal ( on demand )
6. Keluarkan ASI dengan tangan atau pompa, bila produksi ASI melebihi kebutuhan bayi
7. Perawatan payudara pasca ( obstetric patologi 169 )
8. Menyusui yang sering
9. Hindari tekanan local pada payudara

C. Tinjauan Umum Menyusui


1. Defenisi Menyusui

Menyusui adalah proses pemberian susu kepada bayi atau anak kecil dengan air susu ibu dari
payudara ibu. Bayi menggunakan reflex menghisap untuk mendapatkan dan menelan susu. Bukti
ekperimental bahwa air susu ibu adalah gizi terbia untuk bayi. Menyusui adalah proses alami,
namun sering ibu – ibu tidak berhasil menyusui sehingga menghentikan menyusui lebih dini.
Sehingga ibu – ibu memerlukan abntuan suoaya proses menyusui lebih berhasil. Banyak alas an
yang dikemukakan oleh ibu – ibu yang tidak menyusui bayinya antara lain ibu tidak
memperoduksi cukup ASI atau posisi menyusui yang salah. Sesungguhnya hal ini tidak
disebabkan karena ibu tidak memproduksi cukup, malainkan karena ibu kurang percaya diri
bahwa ASI yang cukup untuk bayinya.
Air susu ibu atau yang sering kita kenal selama ini dengan ASI merupakan makanan alamiah
yang pertama dan paling utama bagi bayi baru lahir, karena ASI dapat memenuhi kebutuhan bayi
akan energy dan gizi bayi bahkan selama 4 – 6 bulan pertama kehidupannya.

ASI merupakan makanan yang palin sempurna bagi bayi, dimana kandungan gizi sesuai
kebutuhan pertumbuhan dan perkembangan yang optimal. ASI mengandung zat untuk
perkembangan kecerdasn, zat kekebalan ( mencegah tubuh dari penyakit ) dan dapat menjalani
hubungan cinta antara ibu dan bayi.

Masalah dalam pemberian ASI adalah salah satunya karena kurang informasi tentang ASI
belum keluar pada hari pertama sehingga bayi dianggap perlu diberikan minuman lain, putting
susu datar atau terbenam, putting susu lecet dan payudara bengkak.

2. Langkah – Langkah Menyusui

Menurut anggraeni 2015 posisi kepala bayi yang tidak benar bisa menyebabkan hisapan bayi
yang salah, Karena putting susu dan aerola tidak masuk semua kemulut bayi. Hal ini
menyebabkan terjadinya putting susu lecet. Terjadinya putting susu lecet menjadi resiko
tejadinya pembengkakan pada payudara. Ibu postpartum harus memastiakn peletakan sudah tepat
sehingga resiko terjadi bengkakan payudara yaitu putting susu lecet tidak terjadi.

Teknik menyusui yang benar adalah cara memberikan ASI kepada bayi dengan perletakan
dan posisi ibu dan bayi dengan benar

1. Cuci tangan dengan air bersih yang mengalir


2. Perah sedikit ASI dan oleskan keputing dan aerolla sekitarnya. Manfaatnya adalah
sebagai desinfektan dan menjaga kelembaban putting susu
3. Ibu duduk dengan santai kaki tidak boleh menggantung
4. Posisikan bayi dengan benar

Untuk durasi waktu menyusunya akan lama, rata – rata sikecil bsa menyusui 15-20 menit
karena semakin bertambah usia, maka ukuran lambung bayi juga semakin bertambah.

Cara peletakan menyusui dengan benar yaitu antara lain :

1. Posisikan putting kedalam mulut bayi dengan benar


2. Kenali tanda awal lapar pada bayi
3. Segera susui bayi apabila bayi menunjukkan tanda awal lapar
4. Hindari penggunaan empeng dan sarung tangan bayi

Normalnya, bayi harus dibangunkan 2-3 jam untuk menyusui pada siang maupun malam
hari. Ngga perlu takut bayi akan terganggu tidur malammya, karena semakin bertambahnya usia,
bayi akan lebih efisien dalam menyusu sehingga menyusu pada malam hari akan terus berkurang
frekuensinya.

3. Manfaat Menyusui

Manfaat menyusui bagi ibu dapat mengurangi perdarahan setelah melahirkan, mempercepat
pemulihan kecepatan ibu, seperti involusi Rahim, menunda kehamilan, dan mengurangi resiko
terkena kanker payudara. Menyusui memberikan manfaat untuk ibu dan bayinya. Secara fisiologi
produksi ASI yang cukup terjadi pada hari ke 2 atau 3 sampai 8 hari postpartum.

Manfaat menyusui bagi ibu yaitu :

1. Menciptakan ikatan emosional antara ibu dan bayi. Proses menyusui melibatkan kontak
kulit langsung antara ibu dan bayi
2. Menurunkan berat badan, selain membuat Rahim kembali kesemula. Menyusui juga
dapata membakar kalori
3. Menurunkan berbagai resiko penyakit
4. Mengurangi stress

D. Faktor yang berhubungan dengan bendungan ASI


1. Faktor pendidikan

Hasil penelitian yang saya dapatkan mayoritas responden berpendidikan S1 sebanyak 20


responden (58,8%) . tingkat pendidikan yang lebih tinggi mempengaruhi persepsi seseorang
untuk mengambil keputusan dan bertindak. Salah satu faktor yang berperan dalam pengetahuan
seseorang adalah tingkat pendidikan, seorang dengan pendidikan yang lebih tinggi akan lebih
mudah mendpatkan informasi dan menerima hal – hal bru yang berpengaruh pada sikap positif.
Pendidikan memiiki peran yang sangat penting dalam menentukan kualitas manusia,
dengan pendidikan manusia memperoleh pengetahuan dan informasi. Semakin tinggi tingkat
pendidikan seseorang maka akan berkualitas hidupnya. Menurut Riyanto dan Budiman
pendidikan tidak hanya pendidikan formal tetapi juga informal. Diharapkan dengan pendidikan
yang tinggi maka orang tersbut akan semakin luas pula pengetahuannya. Semakin tinggi
pendidikan seseorang semakin mudah menerima informasi, sehingga banyak pula pengetahuan
yang dimiliki.

2. Faktor sikap

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan peroleh data bahwa hasil penelitian dari 20
responden menunjukkan bahwa yang memiliki sikap positif sebanyak 7 orang dengan presentase
23,3 % mengalami bendungan ASI ringan, sedangkan yang memiliki sikap negative sebanyak 3
orang dengan presentase 15,2% menglami bendungan ASI ringan, dan yang memiliki sikap
positive sebanyak 0 orang presentase 0% bendungan ASI berat, sedangkan yang memiliki sikap
negative sebanyak 10 orang dengan presentase 35.0% menglami bendungan ASI berat.

3. Faktor pekerjaan

Hasil penelitian ini didapatkan bahwa mayoritas responden sebanyak 20 responden


(58,8%). Menurut Bowden 2011 peranan ibu sebagai istri dan ibu dari aak – anaknya, ibu
mempunyai peranan untuk mengurus rumah tangga, sebagai pengasuh dan pendidik anak –
anaknya, pelindung sebagai salah satu kelompok dari peranan sosoalnya serta sebagai anggota
masyarakat dari lingkungannya, disamping itu ibu juga dapat berperan sebagai pencari nafkah
tambahan keluarganya. Menurut penelitian Rahmawati dkk 2014, ibu rumah tangga mempunyai
anyka waktu luang untuk berinteraksi dengan lingkungan sekitar mencari informasi baik dengan
tetangga, sahabat, atau dari saudara yang sudah melahirkan. Selain itu juga karena semakin
berkembangnya teknologi ibu yang tidak bekerja juga bias mendpakan informasi kesehatan baik
dengan mengakses internet, menonton televise, dan mendengarkan radio serta bias juga dengan
membaca buku, Koran, majalah, dll.

E. Tinjauan Umum wewenang ibu postpartum


1. UU PERMENKES NO 109 TAHUN 2019 Tentang Hak & Kewajiban Bidan Dalam
Pelayanan Post partum

Bidan dalam melaksanakan Praktik Kebidanan berhak:

Memperoleh pelindungan hukum selama melaksanakan tugas sesuai dengan


kompetensi, kode etik, standar profesi, standar pelayanan,standar prosedur operasional, dan
ketentuan Peraturan Perundang undangan;

a. memperoleh informasi yang benar, jelas, jujur, dan lengkap dari Klien dan/atau keluarganya;

b. menolak keinginan Klien atau pihak lain yang bertentangan dengan kode etik, standar profesi,
standar pelayanan, standar prosedur operasional, dan ketentuan Peraturan Perundang-undangan;
d. menerima imbalan jasa atas pelayanan Kebidanan yang telah diberikan

c. memperoleh fasilitas kerja; dan

d. mendapatkan kesempatan untuk mengembangkan profesi.

e. memberikan pelayanan Kebidanan sesuai dengan kompetensi, kode etik, standar profesi,
standar pelayanan, standar prosedur operasional, dan ketentuan Peraturan Perundang-undangan;

f. memberikan informasi yang benar, jelas, dan lengkap mengenai tindakan Kebidanan kepada
Klien dan/atau keluarganya sesuai kewenangannya

g. .memperoleh persetujuan dari Klien atau keluarganya atas tindakan yang akan diberikan;

h. merujuk klien yang tidak dapat ditangani ke tenaga medis atau Fasilitas Pelayanan Kesehatan

i. membuat dan menyimpan catatan dan dokumen mengenai pemeriksaan, Asuhan Kebidanan,
dan pelayanan kesehatan lain;

j. menjaga kerahasiaan kesehatan Klien; g. menghormati hak Klien;

k. melaksanakan tindakan pelimpahan wewenang dari tenaga kesehatan lain sesuai dengan
kompetensi Bidan;

l. melaksanakan penugasan khusus yang ditetapkan oleh Pemerintah Pusat;


m. meningkatkan mutu pelayanan Kebidanan; dan/atau k. meningkatkan pengetahuan dan/atau
keterampilannya melalui pendidikan dan/atau pelatihan.

2. Standar pelayanan kebidanan post partum

a. Standar 14: penanganan pada dua jam setelah persalinan

Bidan melakukan pemantauan ibu dan bayi terhadap terjadinya komplikasi paling sedikit
selama 2 jam setelah persalinan, serta melakukan tindakan yang diperlukan. Disamping itu,
bidan memberikan penjelasan tentang hal-hal yang mempercepat pulihnya kesehatan ibu, dan
membantu ibu memulai pemberian asi. Tujuannya adalah mempromosikan perawatan ibu dan
bayi yang bersih dan aman selama persalinan kala empat untuk memulihkan kesehatan ibu dan
bayi. Meningkatkan asuhan sayang ibu dan bayi. Memulai pemberian asi dalam waktu 1 jam
pertama setelah persalinan dan mendukung terjadinya ikatan bati antara ibu dan bayinya.

b. Standart 15 Pelayanan bagi ibu dan bayi pada masa nifas.

Bidan memberikan pelayanan selama masa nifas melalui kunjungan rumah pada hari
ketiga, minggu kedua, dan minggu ke enam setelah persalinan untuk membantu proses
pemulihan ibu dan bayi melalui penanganan tali pusat yang benar, penemuan dini, penanganan,
atau perujukan komplikasi yang mungkin terjadi pada masa nifas, serta memberikan penjelasan
tentang kesehatan. secara umum, kebersihan perorangan, makanan bergizi, perawatan bayi baru
lahir, pemberian ASI, Imunisasi dan Disamping standart untuk pelayanan kebidanan dasar
(antenatal, persalinan, dan nifas), berikut merupakan standart penanganan obstetric-neonatus
yang harus dikuasai bidan untuk menyelamatkan jiwa ibu dan bayi .

c. Standart 21 Penanganan perdarahan post primer partum

Bidan mampu mengenali perdarahan yang berlebihan dalam 24 jam pertama setelah
persalinan (perdarahan pascapersalinan melakukan mengendalikan perdarahan pertolongan

d. Standar 22 partum sekunder primer dan segera pertama untuk Penanganan perdarahan post
Bidan mampu mengenali secara tepat dan dini tanda serta gejala perdarahan post partum
sekunder, dan melakukan pertolongan pertama untuk menyelamatkan jiwa ibu dan merujuknya

e. Standar 23: Penanganan sepsis puerpuralis

Bidan mampu mengenali secara tepat tanda dan gejala sepsis puerpuralis, serta
melakukan. pertolongan pertama atau Merujuknya Terakhir kesimpulan dari penulis adalah
profesi bidanengukuran

F. Kerangka Konsep

Variabel

Variable Independent Variabel Dependent

- Pengetahuan
- Perilaku
Bendungan ASI
- Sikap

G. Data Operasional

Variabel Defenisi operasional Instrument Hasil Ukur Skala


Pendidikan
Independent Pengetahuan ibu adalah Quesioner a. Sesuai Ordinal
(pengetahuan fakta kebenaran atau rekomrnsdi
ibu, perilaku, informasi yang 1. Tingkat
dan sikap) diperoleh melalui pengetahuan
pengalaman atau tinggi
pembelajaran, 2. Tingkat
pengetahuan adalah pengetahuan
informasi yang sedang
diketahui atau disadari 3. Tingkat
oleh ibu itu sendiri. pengetahuan
Perilaku adalah rendah
tindakan yang dibuat
oleh individu,
organisme, sistem, atau
identitas buatan dalam
hubungan dengan
dirinya sendiri atau
lingkungannya, yang
mencakup sistem atau
organisme lain
disekitarnya serta
lingkingan fisik.
Sikap adalah evaluasi,
perasaan, dan
cenderung seseorang
yang relative konsisten
terhadap suatu objek
atau gagasan yang
terdiri dari aspek
keyakinan dan evaluasi
atribut.
Dependent Bendungan ASI adalah Quesioner Ordinal
(Bendungan Air susu ibu yang tidak
ASI) segera keluar karena
penyumbatan pada
aliran limfe atau vena
sehingga menjadi
terhambat dan tertekan
kesaluran air susu ibu
sehingga terjadi
peningkatan aliran
vena dan limfe yang
menyebabkan payudara
bengkak.

H. Hipotesis

Ada hubungan antara perawatan payudara dengan kelancaran ASI ( ibu menyusui )
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah kuantitatif menggunakan analisi kolerasi yaitu bertujuan untuk
mengetahui faktor yang mempengaruhi dengan kejadian bendungan ASI pada ibu postpartum
diwilayah kerja Puskesmas Watampone.

Rancangan penelitian ini dilakukan, yaitu suatu pemelitian yang dilakukan untuk
mempelajari dinamika kolerasi antara data variable independent dengan variable dependent
dengan cara pendekatan observasi atau pengumpulan data sekaligus pada suatu saat, dan setiap
subjek penelitian hanya dilakukan observasi sekali. Hal ini bukan berarti bahwa semua objek
penelitian diamati dalam waktu yang bersamaan (Notoadjo, 2012).

Untuk mengahaui Ada hubungan antara perawatan payudara dengan kelancaran ASI ( ibu
menyusui ).

B. Lokasi dan Waktu penelitian


1. Lokasi penelitian

Penelitian ini dilakukan di UPT Puskesmas Watampone Kecematan Tanete Riattang


Barat Kabupaten Bone

2. Waktu penelitian

Waktu penelitian dimulai dari 17 Oktober 2021 – 18 Desember 2021

3. Populasi dan sampel penelitian


a. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu postpartum yang terdaftar di UPT Puskesmas
Watampone yang ada diperiode pada bulan Oktober hinga Desember
b. Sampel

Sampel penelitian ini adalah 4 ibu postpartum yang dating melakukan pemeriksaan nifas di
UPT Puskesmas Watampone, Kecematan Tanete Riattang Barat, Kabupaten Bone

C. Teknik pengumpulan data

Pengumpulan data dilakukan dengan cara berikut :

1. Data primer

Data primer digunakan untuk mengkaji data observasi yang meliputi data survey dari hasil
kuesioner yang dibagikan kepada ibu postpartum

2. Data sekunder

Data sekunder digunakan untuk mengkaji data umum yang diambil dari puskesmas dan
responden.

D. Alat ukur / instrument dan bahan penelitian

Instrumen penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah dengan membagikan
Quesioner. Metode ini dilakukan dengan catra manegambil data dari responden sendiri sesaui
dengan kriteria yang meliputi, tingkat penegtahuan tinggi, tingkat pengetahuan sedang, dan
tingkat pengetahuan rendah.

E. Pengolahan dan Analisa Data


1. Pengolahan Data

Pengolahan data dilakukan dengan mengikuti langkah-langkah sebagai berikut:

a. Editing, adalah kegiatan memeriksa kembali kebenaran data yang diperoleh atau
dikumpulkan. Pengumpulan data merupakan tahapan dalam penelitian yang nantinya
akan dilakukan Editing.
b. Coding, adalah suatu kegiatan pemberian kode berupa angka terhadap data yang terdiri
atas beberapa kategori. Dalam mengelolah data, penggunaan kode sangat penting bila
mengelolah atau mengenalisis menggunakan komputer. Dalam pemberian kode dibuat
berdasarkan daftar kode, artinya dalam satu buku (code book) untuk memudahkan
Kembali melihat lokasi dan arti suatu kode dari suatu variabel.
c. Processing (data entry), adalah suatu kegiatan memasukkan data yang telah dikumpulkan
dalam master tabel atau dalam data base komputer, kemudian membuat distribusi
frekuensi sederhana atau dengan membuat tabel kontigensi.
d. Tabulating, adalah membuat tabel-tabel yang berisikan data yang sudah diberikan kode
masing-masing sesuai dengan analisis yang dibutuhkan. Untuk melakukan tabulasi ini
dibutuhkan ketelitian agar tidak terjadi kesalahan terkhusus dalam tabulasi silang
(Hidayat, 2014).
2. Analisa Data
a. Univariat

Analisa univariat digunakan untuk melihat distribusi frekuensi variabel dependent dan
variabel independent. Variabel independent yaitu Penetahuan Ibu sedangkan ariale dependent
yaitu Makanana yang mngandung ASI Booster

b. Analisa Bivariat

Analisa bivariat digunakan untuk menguji ada atau tidaknya pengaruh antara variable
independen dan dependen.Pada penelitian ini peneliti menggunakan uji Chi Square . Dimana Uji
Chi Squere merupakan pengujian hipotesis yang bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat
perbedaan dan Hubungan antara dua buah kelompok sampel yang dikelompokkan menurut
kategori atau klasifikasi tertentu.

F. Etika Penelitian

1. Nonmaleficience
Peneliti memiliki kewajiban untuk menghindari, mencegah, dan meminimalkan
bahaya yang ditimbulkan apabila subjek penelitian adalah manusia (polit & beck,2012).
2. Beneficience
Peneliti meminimalkan kerugian dan memaksimalkan keuntungannya. Penelitian
dengan subjek manusia diharuskan memperoleh manfaat bagi peserta (Polit &
Beck,2012).
3. Autonomy
Partisipan penelitian ini memiliki hak dalam mengungkapkan secara penuh untuk
mengajukan pertanyaan, menolak, dan mengakhiri partisipannya (Polit & Beck, 2012).
4. Anonymity
Peneliti harus memastikan tidak mengganggu privasi partisipan, hal ini sangat
diperlukan agar privasi tetap terus terjaga. Partisipan memiliki hak bahwa segala
informasi dan data mereka akan di simpan sebagai rahasia pribadi (Polit & Beck, 2012).1.
5. JusticeD
Prinsip memberi keadulan dan kesetaraan dalam penelitian, dengan memberikan
pelakuan yang sama kepada semua partisipan (Polit & Beck, 2012).
6. Informend Consent
Sebelum penelitian dilakukan, informasi dijelaskan secara lengkap tentang
penelitian yang akan di lakukan dan memberikan kebebasan untuk berpartisipasi atau
menolak menjadi partisipan. Setelah partisipan bersedia untuk dijadikan subjek
penelitian, maka diminta untuk menandatangani informed consent. (Polit & Beck, 2012).
7. Veracity
Kejujuran merupakan suatu dasar penelitian yang harus dimiliki peneliti untuk
kemajuan ilmu pengetahuan, sehingga dapat diterima dan tidak diragukan validitasnya
(Polit & Beck, 2012).
8. Confidentiality
Prinsip memberikan jaminan keberhasilan hasil penelitian, baik informasi maupun
masalah-masalah (Polit & Beck, 2012)
DAFTAR PUSTAKA

Dinas Kesehatan 2014. Profil Kesehatan Kota Palembang. 1-210.

Gustirini, R. 2018. Hubungan Antara Berat Badan Lahir Bayi Dengan Waktu Terjadinya
Lactogenesis II Pada Ibu Postpartum. Masker Medika, 6, 472-479.

Gustirini, R. & Anggraini, I. A. 2020. Combination Of Breast Care And Oxytocin Massage Of
Breastfeeding Midwifery Care Journal, Vol. 2 No.1, Januari 2021, e-ISSN 2715-5978 (online)
I13 Mothers In Infant Weight Gain. Jurnal Kesehatan Prima, 14, 24-30.

Impartina, A. 2017. Hubungan Pengetahuan Ibu Nifas Tentang Teknik Menyusui Dengan
Kejadian Bendungan ASI. Medisains, 15, 156-160.

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. 2013. Profil Kesehatan Indonesia. Kemenkes 2012.
Survey Dasar Kesehatan Indonesia.

Lamberti, L. M., Walker, C. L. F.,

Noiman, A., Victora, C. & Black, R. E. 2011. Breastfeeding and the risk for diarrhea morbidity
and mortality. BMC public health, 11, S15.

Murniati, R. & Kusumawati, E. 2013. hubungan pengetahuan ibu nifas tentang bendungan ASI
dengan praktik pencegahan bendungan ASI (breast care) di RB Nur Hikmah Kwaron Gubug.
Jurnal Kebidanan,

Rosita, E. 2017. Hubungan Perawatan Payudara Pada Ibu Nifas Dengan Bendungan ASI (Studi
Di Desa Jolotundo dan Desa Kupang Kecamatan Jetis Kabupaten Mojokerto). Jurnal
Kebidanan,

Rutiani, C. E. A. & Fitriana, L. A. 2017. Gambaran bendungan ASI pada ibu nifas dengan seksio
sesarea berdasarkan karakteristik di rumah sakit Sariningsih Bandung. Jurnal Pendidikan
Keperawatan Indonesia, 2, 146-155.

Suprayitno, E., Pratiwi, I. G. D. & Yasin, Z. 2018. Gambaran Penyebab Terjadinya


Pembengkakan Payudara Pada Ibu Menyusui Di Polindes Desa Meddelen Kecamatan Lenteng.
Wiraraja Medika, 8, 13-18.
Taqiyah, Y., Sunarti, S. & Rais, N. F. 2019. Pengaruh perawatan payudara terhadap bendungan
asi pada ibu post partum di Rsia Khadijah I Makassar. Journal of Islamic Nursing, 4, 12-16.

Wulan, S. & Gurusinga, R. 2017. Pengaruh Perawatan Payudara (Breast Care) terhadap
Volume ASI pada Ibu Post Partum (Nifas) di RSUD Deli Serdang Sumut Tahun 2012. Jurnal
Kebidanan Harapan Ibu Pekalongan, 1, 21-24.

Wulandari, F. T., Aminin, F. & Dewi, U. 2016. Pengaruh pijat oksitosin terhadap pengeluaran
kolostrum pada ibu post partum di Rumah Sakit Umum Daerah Provinsi Kepulauan Riau. Jurnal
Kesehatan, 5.

Anda mungkin juga menyukai