OLEH :
Puji dan syukur penulis haturkan kehadirat Tuhan yang maha Esa atas
berkat dan rahmatnya penulis dapat menyelesaikan Asuhan keperawatan Ibu Nifas
dengan Masalah Bendungan ASI . dalam penulisan ini penulis banyak mendapat
dukungan dari berbagai pihak oleh karena itu pada kesempatan ini penulis
mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Aris Wawomeo M. Kep. Ns, Sp, Kep. kom selaku kaprodi
keperawatan Ende yang telah memberikan izin kepada penulis untuk
melaksanakan praktek klinik Maternitas
2. Ibu Raimunda Woga, S.Kp..M.Kep selaku Koordinator mata kuliah yang
telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk melaksanakan praktek
klinik Maternitas
3. Ibu Ns. Fitria P. Sawa, S. Kep. Ns selaku dosen pembimbing yang telah
memberikan masukan dan bimbingan kepada penulis demi terselesainya
makalah ini
4. Teman- teman seperjuangan yang dengan caranya masing- masing telah
membantu penulis demi terselesaiya makalah ini
Akhirnya penulis ,menyadari bahwa penyusun lapora ini masih jauh dari kata
kesempurnaan sehingga krtik dan saran dari berbagai pihak penulis sangat
mengharpkan demi penyempurnaan makalah ini.
Ende 9- Agustus-2021
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Tujuan
a. Tujuan Umum
Mahasiswa dapat melaksankan asuhan keperawatan pada ibu nifas
dengan masalah bendungan ASI
b. Tujuan Khusus
1. Mahasiswa mampu menjelaskan kosnep dasar pada ibu nifas
dengan masalah bendungan ASI
2. Mahasiswa mampu menjelaskan pengkajian pada ibu nifas dengan
masalah bendungan ASI
3. Mahasiswa mampu menentukan diagnosa keperawatan pada ibu
nifas dengan masalah bendungan ASI
4. Mahasiswa mampu melaksanakan intervensi keperawatan pada ibu
nifas dengan masalah bendungan ASI
5. Mahasiswa mampu melakukan implementasi keperawatan pada ibu
nifas dengan masalah bendungan ASI
6. Mahasiswa mampu menentukan evalusasi keperawatan pada ibu
nifas dengan masalah bendungan ASI
C. Metode Penulisan
Dalam penulisan laporan ini, penulis menggunakan metode :
1. Studi Kepustakaan
2. Observasi
3. Konsultasi
4. Wawancara
D. Sistematika Penulisan
Bab I : Pendahuluan, terdiri dari latar belakang, tujuan(umum,khusus),
metode, sistematika penulisan
Bab II : Tujuan Teoritis, terdiri dari konsep dasar penyakit dan ASKEP
Bab III : Tinjaun kasus, terdiri dari pengkajian, diagnosa, intervensi,
implementasi, dan evaluasi keperawatan
Bab IV : Penutup terdiri dari kesimpulan dan saran
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
3. Etiologi
Bendungan air susu dapat terjadi pada hari kedua atau ketiga
ketika payudara telah memproduksi air susu. Bendungan disebabkan
oleh pengeluaran air susu yang tidak lancar, karena tidak cukup sering
menyusui, produksi meningkat, terlambat menyusukan, hubungan
dengan bayi (bonding) kurang baik dan dapat pula karena adanya
pembatasan waktu menyusui (Sarwono,2009).
Pada bendungan ASI payudara yang terbendung membesar,
membengkak dan sangat nyeri. Payudara terlihat mengkilap dan puting
susu teregang menjadi rata. ASI tidak mengalir dengan mudah dan
bayi sulit menghisap ASI sampai bengkak berkurang.
Beberapa faktor yang dapat menyebabkan bendungan ASI,
yaitu :
1) Pengosongan mamae yang tidak sempurna (Dalam masa laktasi,
terjadi peningkatan produksi ASI pada ibu yang produksi ASI-nya
berlebihan. Apabila bayi sudah kenyang dan selesai menyusui dan
payudara tidak dikosongkan, maka masih terdapat sisa ASI di
dalam payudara. Sisa ASI tersebut jika tidak dikeluarkan dapat
menimbulkan bendungan ASI.
2) Faktor hisapan bayi yang tidak aktif (pada masa laktasi, bila ibu
tidak menyusukan bayinya sesering mungkin atau jika bayi tidak
aktif mengisap, maka akan menimbulkan bendungan ASI
3) Faktor posisi menyusui bayi yang tidak benar (teknik yang salah
dalam menyusui dapat mengakibatkan puting susu menjadi lecet
dan menimbulkan rasa nyeri pada saat bayi menyusui. Akibatnya
ibu tidak mau menyusui bayinya dan terjadi bendungan ASI
4) Puting susu terbenam puting susu yang terbenam akan menyulitkan
bayi dalam menyusui. Karena tidak dapat menghisap puting dana
areola, bayi tidak mau menyusui dan akibatnya terjadi bendungan
ASI.
5) Puting susu terlalu panjang , puting susu yang panjang
menimbulkan kesulitan pada saat bayi menyusui karena bayi tidak
dapat menghisap areola dan merangsang sinus laktiferus untuk
mengeluarkan ASI. Akibatnya ASI tertahan dan menimbulkan
bendungan ASI.
4. Pathofisiologi + Pathway
Jaringan mammae
Menjadi tegang
Bakteri masuk
BENDUNGAN ASI
Penekanan Reaksi
imun Menyusui
ukuran Reseprtor Tidak Efektif
mammae Nyeri
membesar
Muncul Pus Resiko Infeksi
Gangguan Citra
Tubuh
5. Manifestasi Klinik
Ansietas
- Bedakan antara payudara dengan bendungan ASI dengan payudara
bengkak pada payudara bengkak :
a. Payudara edema
b. Sakit
c. Puting susu kencang
d. Kulit mengkilap merah
e. ASI tidak keluar
f. Badan menjadi demam setelah 24 jam (Vivian nanny,2011)
- Pada payudara dengan bendungan ASI :
a. Payudara terlihat bengkak
b. Payudara terasa panas
c. Payudara terasa keras
d. Terdapat nyeri tekan pada payudara (Prawirohardjo,2005)
6. Pemeriksaan Diagnostik
a. USG payudara : untuk mendeteksi dan memeriksa benjolan atau
tumor pada payudara
b. Mammografi : untuk mendeteksi tanda-tanda kanker payudara
yang dapat disebabkan oleh infeksi payudara
c. Biopsi payudara : yaitu pemeriksaan laboraturium terhadap sampel
jaringan payudara untuk mendeteksi kemungkinan adanya sel
kanker
d. MRI : untuk mendapatkan gambaran kondisi payudara secara lebih
detail dan mendeteksi tumor atau tanda kanker payudara
7. Komplikasi
a. Payudara bengkak (Engorgement)
Payudara terasa lebih penuh/tegang dan nyeri sekitar hari ketiga
atau keempat sesudah melahirkan akibat statis di vena dan
pembuluh limfe, tanda bahwa ASI mulai banyak di sekresi. Sering
terjadi pada payudara yang elastisitasnya kurang. Bila tidak
dikeluarkan, ASI menumpuk pada payudara sehingga aerola
mammae menjadi lebih menonjol, putting lebih datar dan sukar
diisap bayi. Kulit payudara nampak lebih merah mengkilat, ibu
demam dan payudara terasa nyeri sekali.
b. Saluran ASI terseumbat (Obstruktive Duct)
Terjadi sumbatan pada satu atau lebih saluran air susu yang dapat
disebabkan tekanan jari waktu menyusui. Pemakaian BH terlalu
ketat, maupun komplikasi payudara bengkak yang berlanjut
sehingga ASI dalam saluran air susu tidaks segera dikeluarkan dan
menjadi sumbatan
c. Radang Payudara (Mastitis)
Timbul reaksi sistemik seperti demam, terjadi 1-3 minggu setelah
persalinan sebagai komplikasi sumbatan saluran air susu, biasanya
diawali dengan puting susu lecet/luka. Gejala yang biasa diamati
kulit merah, payudara lebih keras, serta nyeri dan berbenjolpbenjol.
d. Abses Payudara
Terjadi sebagai komplikasi mastitis akibat meluasnya peradangan.
Sakit ibu tampak lebih parah, payudara lebih merah mengkilat,
benjolan tidak sekeras mastitis, tapi lebih penuh atau bengkak
berisi cairan.
I. Pengkajian
A. Identitas klien : pegumpulan data pasien dan kelurga di lakukan dengan cara
anamnesa, pemeriksaan fisik dan melalui pemeriksaan penunjang.
B. Riwayat kesehatan
1. Keluahan utama : ibu dengan post partum akan sering mengeluh
nyerih pada area jahitan perinium, pendarahan, sakit perut, takut
untuk bergerak.
2. Riwayat kehamilan : umur kehamilan serta riwayat penyakit
menyertai.
3. Riwayat persalinan : tempat persalinan, normal atau terdapat
komplikasi, kedaan bayi, keadaan ibu.
4. Riwayat nifas yang lalu: penegluaran ASI lancar atau tidak, berat
badan bayi, riwayat menggunakan KB atau tidak.
C. Pemeriksaan fisik
- Keadaan umum
Tanda-tanda vital :
Tekanan darah : normal yaitu kurang dari 14o/90 mmHg.
Tekanan darah tersebut biasanya meningkat dari pra
persalinan pada 1-3 hari post partum. Setelah pesalinan
sebagian besar wanita mengalami peningkatan tekanan
darah sementara waktu. Bila tekanan darah rendah
menunjukan adanya perdarahan post partum dan jika
sebaliknya merupakan kemungkinan adanya pre-eklampsi
yang bisa timbul pada masa nifas.
Suhu : suhu tubuh normal yaitu 36.5-37,5. Pada hari ke
empat setelah persalinan suhu ibu bisa naik sedikit
kemungkinan disebabkan dari aktifitas panyudara. Bila
kenaikan mencapai lebih dari 38 pada hari ke dua harus di
waspadai adanya infeksi atau sepsis nifas.
Nadi : nadi normal pada ibu nifas yaitu 60-100. Denyut
nadi ibu akan melambat sampai sekitar 60x/menit yakni
pada waktu habis persalinan karena ibu dalam keadaan
istrahat penuh.
Pernapasan : pada umunya respirasi lambat atau bahkan
normal karena ibu dalam keadaan pemulihan atau dalam
kondisi istrahat.
Pemeriksaan Head To Toe
Kepala dan Rambut : melihat kebersihan rambut, warna, dan
kerontokan rambut, serta kebersihan kulir kepala, adnaya nyeri
tekan atau tidak.
Wajah : adanya edema atau tidak, kaji adanya flek hitam.
Mata : konjungtiva yang anemis menunjukan adanya anemia
karena perdarahan saat persalinan, sklera iterik atau tidak.
Hidung : kaji dan tanyakan pada ibu apakah ibu mengalami
pilek atau sinusitis, adanya pernapsan cuping hidung atau
tidak.
Mulut dan gigi : tanyakan pada ibu apakah ibu mengalami
stomatitis atau gigi yang berlubang,lihat kebersihan lidah ibu.
Leher : kaji adanya pembesaran kelenjar limfe dan
pembesaran kelenjar tyroid
Telingah : kaji apakah ibu mengalami peradangan atau imfeksi
pada telingah.
Pemeriksaan thorak: kaji warna kulit adanya kemerahan di
area panyudara dapat menunjukan adanya peradangan, kaji
ukuran dan bentuk panyudarah simetris atau tidak, kaji kondisi
permukaan yang tidak merata seperti adanya depresi, retraksi,
atau adanya luka pada kulit panyudara peluh di pikirkan
kemungkinan adnaya tumor, apakah adanya nyeri tekan guna
menentukan status laktasi.
Pemeriksaan abdomen : kajia danya striae dan linea alba, kaji
kedaan abdomen apakah lembek atau keras. Fundus uterinya
segerah setelah persalinan TFU 2 cm di bawah pusat,12 jam
kemudian kembali 1cm di atas pusat dan menurun kira-kira 1
cm setiap hari. Kontraksi lemah atau perut teraba lunak
menunjukan kontraksi uterus kurang maksimal sehingga
memungkinkan terjadinya pendarahan.
Pemeriksaan genetelia : observasi pengeluaran lokhea,
observasi penjahitan lacerasi atau luka episotomy, kaji adanya
pembengkakan, kajia dnaya luka, kajia adanya hemoroid, kaji
kebersihan daerah perinium, kebersihan perinium dapat
menunjang penyembuhan luka.
Ekstermitas atas dan bawah : inspeksi apakah ibu mengalmi
varises atau tidak, adanya edema atau tidak, adanya edema
tanda hormon positif menunjukan adanya tromboflebilitis
sehingga dapat menghambat sirkulasi ke organ distal. Kaji
pergerakan ibu.
D. Data Psikologis
1. Empati sensitivitas terhadap isyarat bayi :
2. Respon ibu ketika bayi menangis :
3. Konsep diri
a. Kepuasan ibu terhadap kelahiran :
b. Penerimaan diri ibu :
c. Harga diri :
1) Perubahan apa yang ibu rasakan setelah mengalami persalinan :
2) Apakah ada hal yang dipikirkan saat ini :
3) Kesesuaian antara harapan dan kenyataan :
4) Sikap ibu terhadap persalinan dan merawat bayi :
4. Pengalaman melahirkan : Bagaimana perseps ibu terhadap pengalaman
melahirkan
5. Kecemasan
a. Apa respon ibu jika bayi sakit :
b. Perilaku ibu saat bayi sakit :
6. Depresi
a. Apakah ibu tampak diam dan menarik diri :
b. Apakah ibu tampak menangis :
7. Konflik Peran
a. Apakah ibu menerima peran sebagai ibu :
b. Bagaimana dengan pekerjaan ibu :
c. Bagaimana menjalankan tugas sebagai istri :
F. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang atau pemeriksaan diagnostik adalah
pemeriksaan yang dilakukan tenaga medis untuk menentukan
diagnosis penyakit pada pasien serta tingkat keparahannya.
G. Terapi
Terapi adalah usaha untuk memulihkan kesehatan orang yang sedang
sakit, pengobatan penyakit dan perawatan penyakit. Dalam bidang medis
kata terapi sinonim dengan kata pengobatan.
H. Tabulasi Data
Data yang diperoleh pada ibu nifas dengan bendungan ASI : Klien
mengatakan area payudaranya membesar, melihat dan menyentuh bagian
tubuhnya, bagian payudara terasa nyeri dan lecet, meringis kesakitan, ASI
nya tidak keluar dan payudaranya bengkak, ASI nya tidak menetes, bayi
menghisap tidak terus menerus, kurang mengerti cara perawatan bendungan
ASI, menunjukkan persepsi yang keliru, merasa khawatir ASI tidak dapat
dikeluarkan, gelisah, tegang, payudaranya keras, panas, bengkak, berat dan
besar, cemas dan gelisah.
I. Klasifikasi Data
DS : Klien mengatakan area payudaranya membesar, bagian payudaranya
terasa nyeri dan lecet, cemas ASI nya tidak keluar dan payudaranya
bengkak, kurang mengerti cara perawatan bendungan ASI, merasa
khawatir ASI tidak dapat dikeluarkan, payudaranya keras,panas,
bengkak, berat dan besar
J. Analisa Data
K. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan fungsi tubuh
2. Nyeri akut berhubungan dengan gangguan pencedera fisik
3. Menyusui tidak efektif berhubungan dengan payudara bengkak
4. Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar informas
5. Ansietas berhubungan dengan krisis situasional
6. Resiko infeksi berhubungan dengan imununosupresi
L. Intervensi Keperawatan
1. Diagnosa : Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan fungsi
tubuh
Intervensi :
Berikan penguatan yang positif untuk melaksanakan tanggung
jawab sebagai ibu
Rasional : berikan motivasi agar melaksanakan tugasnya
sebagai ibu dengan baik
Jelaskan tindakan terapeutik untuk mengatasi masalah atau
gangguan fisik yang dialami
Rasional : membantu mengatasi masalah perubahan fisik yang
dialami
Ajarkan cara mengidentifikasi kesulitan yang dialami
Rasional : membantu memberikan solusi masalah perubahan
fisik yang dialami
Anjurkan mengungkapkan gambaran diri terhadap citra tubuh
Rasional : untuk meningkatkan kepercayaan diri
A. Identitas Klien
Nama : Ny. J.F
Umur : 29 Tahun
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Alamat : Jalan Kelimutu, RT 004 RW 008, Kel.
kelimutu, Kec. Ende tengah
Tanggal Partus : 05 Agustus 2021
Jenis Partus : Spontan
B. Identitas Penanggung Jawab
Nama : Tn. A.P
Umur : 31 Tahun
Agama : Islam
Alamat : Jalan kelimutu, RT 004 RW 008, Kel.
Kelimutu, Kec. Ende tengah
Hubungan dengan klien : Suami
C. Riwayat Kesehatan
1. Keluhan utama
Klien mengatakan bagian payudaranya terasa nyeri dan lecet,
ASI tidak keluar dan payudaranya bengkak, payudaranya
panas, keras, bengkak dan besar
2. Riwayat kesehatan sekarang
Klien mengatakan nyeri sekitar payudara, ASI tidak keluar,
payudaranya bengkak
3. Riwayat kesehatan dahulu
Klien mengatakan pernah hamil dan melahirkan anak
pertamanya dengan persalinan normal spontan dengan berat
badan 3400 gram dan bayi dalam keadaan sehat dan klien
sebelumnya tidak pernah mengalami abortus
D. Riwayat Obstetri
J. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan umum : Composmentis
TD : 120/80 mmHg
Suhu : 36,5° C
Nadi : 85x/mnt
RR : 20x/mnt
2. Kepala : Bentuk kepala meshchepal, bersih, tidak ada
bekas luka, tidak adanya nyeri tekan
V. Implementasi Keperawatan
H-1
4. Mengkolaborasi
pemberian analgetik P : Lanjutkan intervensi 1-4
I:
1. Mengkaji karakteristik nyeri
08 Agustus Menyusui tidak efektif 09.59 S : Klien mengatakan sudah bisa melakukan
2021 berhubungan dengan sendiri tentang posisi perlekatan menyusui
payudara bengkak dengan benar dan memahami apa yang di
ajarkan
I:
A. Kesimpulan
Masa nifas (puerperium) dimulai setelah kelahiran plasenta dan
berakhir ketika alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil.
Masa nifas berlangsung selama kira-kira 6 minggu. Pada masa ini terjadi
perubahan fisiologi yaitu perubahan fisik, involusi uterus, pengeluaran
lochia, laktasi atau pengeluaran air susu ibu, perubahan sistem tubuh lainnya
dan perubahan psikis (Saifuddin, 2009).
Bendungan ASI merupakan bendungan yang terjadi akibat
peningkatan aliran vena dan limfe pada payudara dalam rangka
mempersiapkan diri untuk laktasi (menyusui). Hal ini bukan disebabkan
overdistensi dari saluran sistem laktasi (Saifuddin,2009).
Menurut penelitian terjadinya bendungan ASI di Indonesia terbanyak
adalah ibu-ibu pekerja, sebanyak 16% dari ibu yang menyusui Depkes RI
(2012). Dengan adanya kesibukan keluarga dan pekerjaan menurunkan
tingkat perawatan dan perhatian ibu dalam melakukan perawatan payudara
sehingga akan cenderung mengakibatkan terjadinya peningkatan angka
kejadian bendungan ASI. Selain itu juga penyebab bendungan ASI terjadi
karena posisi menyusui yang tidak baik, membatasi menyusui, membatasi
waktu engan payudara, memberikan suplemen susu formula untuk bayi,
menggunakan pompa payudara tanpa indikasi sehingga menyebabkan suplai
berlebih, dan implant payudara (Kemenkes, 2003).
B. Saran
1. Bagi Masyarakat
Penulis berharap agar masyarakat atau klien dapat memahami penyakit
dan melakukan hidup sehat
2. Bagi Puskesmas
Dalam memberikan pelayanan kesehatan terhadap ibu nifas dengan
masalah bendungan ASI hendaknya Tetap meningkatkan dan
mempertahankan kesehatan yang baik.
DAFTAR PUSTAKA