Anda di halaman 1dari 35

ASUHAN KEPERAWATAN

IBU NIFAS DENGAN MASALAH


BENDUNGAN ASI

OLEH :

NAMA : Nadiatul Fauziah


NIM : PO 530320219910
TINGKAT : II.A

KEMENTRIAN KESHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES KUPANG
PRODI D III KEPERAWATAN – ENDE
2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis haturkan kehadirat Tuhan yang maha Esa atas
berkat dan rahmatnya penulis dapat menyelesaikan Asuhan keperawatan Ibu Nifas
dengan Masalah Bendungan ASI . dalam penulisan ini penulis banyak mendapat
dukungan dari berbagai pihak oleh karena itu pada kesempatan ini penulis
mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Aris Wawomeo M. Kep. Ns, Sp, Kep. kom selaku kaprodi
keperawatan Ende yang telah memberikan izin kepada penulis untuk
melaksanakan praktek klinik Maternitas
2. Ibu Raimunda Woga, S.Kp..M.Kep selaku Koordinator mata kuliah yang
telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk melaksanakan praktek
klinik Maternitas
3. Ibu Ns. Fitria P. Sawa, S. Kep. Ns selaku dosen pembimbing yang telah
memberikan masukan dan bimbingan kepada penulis demi terselesainya
makalah ini
4. Teman- teman seperjuangan yang dengan caranya masing- masing telah
membantu penulis demi terselesaiya makalah ini

Akhirnya penulis ,menyadari bahwa penyusun lapora ini masih jauh dari kata
kesempurnaan sehingga krtik dan saran dari berbagai pihak penulis sangat
mengharpkan demi penyempurnaan makalah ini.

Ende 9- Agustus-2021

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Masa nifas (puerperium) dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir


ketika alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas
berlangsung selama kira-kira 6 minggu. Pada masa ini terjadi perubahan fisiologi
yaitu perubahan fisik, involusi uterus, pengeluaran lochia, laktasi atau
pengeluaran air susu ibu, perubahan sistem tubuh lainnya dan perubahan psikis
(Saifuddin, 2009).

Bendungan ASI merupakan bendungan yang terjadi akibat peningkatan aliran


vena dan limfe pada payudara dalam rangka mempersiapkan diri untuk laktasi
(menyusui). Hal ini bukan disebabkan overdistensi dari saluran sistem laktasi
(Saifuddin,2009).

Menurut penelitian terjadinya bendungan ASI di Indonesia terbanyak adalah


ibu-ibu pekerja, sebanyak 16% dari ibu yang menyusui Depkes RI (2012).
Dengan adanya kesibukan keluarga dan pekerjaan menurunkan tingkat perawatan
dan perhatian ibu dalam melakukan perawatan payudara sehingga akan cenderung
mengakibatkan terjadinya peningkatan angka kejadian bendungan ASI. Selain itu
juga penyebab bendungan ASI terjadi karena posisi menyusui yang tidak baik,
membatasi menyusui, membatasi waktu engan payudara, memberikan suplemen
susu formula untuk bayi, menggunakan pompa payudara tanpa indikasi sehingga
menyebabkan suplai berlebih, dan implant payudara (Kemenkes, 2003).

Survey demografi dan kesehatan indonesia (SDKI) tahun 2012-2013


menunjukkan bahwa 55% ibu menyusui mengalami payudara bengkak dan
mastitis, kemungkinan hal tersebut disebabkan karena kurangnya perawatan
payudara selama kehamilan (Depkes RI,2012). Sedangkan survey demografi dan
kesehatan Indonesia (SDKI) dari tahun 2011-2012 menunjukkan bahwa 55% ibu
menyusui mengalami mastitis dan puting susu lecet.

Dengan demikian penulis tertarik membahas tentang Makalah Bendungan ASI


pada Ibu Nifas. Mengingat besarnya dampak Bendungan ASI pada Ibu Nifas.
Maka peran saya sebagai mahasiswa keperawatan, untuk memberikan Asuhan
Keperawatan yang baik dan benar.

B. Tujuan
a. Tujuan Umum
Mahasiswa dapat melaksankan asuhan keperawatan pada ibu nifas
dengan masalah bendungan ASI
b. Tujuan Khusus
1. Mahasiswa mampu menjelaskan kosnep dasar pada ibu nifas
dengan masalah bendungan ASI
2. Mahasiswa mampu menjelaskan pengkajian pada ibu nifas dengan
masalah bendungan ASI
3. Mahasiswa mampu menentukan diagnosa keperawatan pada ibu
nifas dengan masalah bendungan ASI
4. Mahasiswa mampu melaksanakan intervensi keperawatan pada ibu
nifas dengan masalah bendungan ASI
5. Mahasiswa mampu melakukan implementasi keperawatan pada ibu
nifas dengan masalah bendungan ASI
6. Mahasiswa mampu menentukan evalusasi keperawatan pada ibu
nifas dengan masalah bendungan ASI

C. Metode Penulisan
Dalam penulisan laporan ini, penulis menggunakan metode :
1. Studi Kepustakaan
2. Observasi
3. Konsultasi
4. Wawancara
D. Sistematika Penulisan
Bab I : Pendahuluan, terdiri dari latar belakang, tujuan(umum,khusus),
metode, sistematika penulisan
Bab II : Tujuan Teoritis, terdiri dari konsep dasar penyakit dan ASKEP
Bab III : Tinjaun kasus, terdiri dari pengkajian, diagnosa, intervensi,
implementasi, dan evaluasi keperawatan
Bab IV : Penutup terdiri dari kesimpulan dan saran
BAB II
TINJAUAN TEORITIS

A. Konsep Dasar Teori


1. Pengertian
Pembendungan ASI menurut Pritchar (1999) adalah pembendungan air
susu karena penyempitan duktus lakteferi atau oleh kelenjar-kelenjar tidak
dikosongkan dengan sempurna atau karena kelainan pada puting susu (Buku
Obstetri Williams).
Keluhan ibu menurut Prawirohardjo (2005) adalah payudara bengkak,
keras, panas dan nyeri. Penanganan sebaiknya dilmulai selama hamil dengan
perawatan payudara untuk mencegah terjadinya kelainan. Bila terjadi juga, maka
berikan terapi simptomatis untuk sakitnya (analgetika), kosongkan payudara,
sebelum menyusui pengurutan dulu atau di pompa, sehingga sumbatan hilang.
Kalau perlu berikan stilbestrol atau lynoral tablet 3 sehari selama 2-3 hari untuk
membendung sementara produksi ASI.
Kepenuhan fisiologis menurut Rustam (1998) adalah sejak hari ketiga
sampai hari keenam setelah persalinan, ketika ASI secara normal dihasilkan,
payudara menjadi sangat penuh. Hal ini bersifat fisiologis dan dengan
penghisapan yang efektif dan pengeluaran ASI oleh bayi, rasa penuh tersebut
pulih dengan cepat. Namun, dapat berkembangan menjadi bendungan. Pada
bendungan, payudara terisi sangat penuh dengan ASI dan cairan jaringan. Aliran
vena limpatik tersumbat, aliran susu menjadi terhambat dan tekanan pada saluran
ASI dengan alveoli meningkat. Payudara menjadi bengkak, merah dan mengkilap.
Jadi dapat diambil kesimpulan perbedaan kepenuhan fisiologis maupun
bendungan ASI pada payudara adalah :
a. Paayudara yang penuh terasa panas, berat dan keras. Tidak terlihat
mengkilap. ASI biasanya mengalir dengan lancar dengan kadang-
kadang menetes keluar secara spontan
b. Payudara yang terbendung membesar dan sangat nyeri. Payudara
yang terbendung membesar, membengkak dan sangat nyeri.
Payudara terlihat mengkilap dan puting susu teregang menjadi rata.
ASI tidak mengalir dengan mudah dan bayi sulit menghisap ASI
sampai bengkak berkurang.
2. Anatomi Fisiologi
 Payudara atau mammae adalah struktur kulit yang di
modifikasi, berglandular pada anterior thorax. Pada
perempuan mengandung unsur untuk mensekresi susu untuk
makan bayi (Kumala,2008).
 Struktur Makroskopis
Struktur makroskopis menurut Veralls (2007), terdiri dari :
1. Canda axillaris
Canda axillaris adalah jaringan payudara yang meluas ke
axilla
2. Areola adalah daerah lingkaran yang terdiri dari kulit yang
longgar dan mengalami pigmentasi dan masing-masing
payudara bergaris tengah kira-kira 2,5 cm. Areola berwarna
merah muda pada wanita yang berkulot cerah, lebih gelap
daripada wanita yang berkulit coklat dan warna tersebut
menjadi lebih gelap pada waktu hamil. Di daerah areola ini
terletak kira-kira 20 glandula sebacea. Pada kehamilan
areola ini membesar dan disebut tuberculum montgomery.
3. Papilla mammae
Papilla mammae terletak paa pusat areola mammae setinggi
iga (costa) keempat. Papilla mammae merupakan suatu
tonjolan dengan panjang kira-kira 6 mm, tersusun atas
jaringan erektil berpigmen dan merupakan bangunan yang
sangat peka. Permukaan papilla mammae berlubang-lubang
berupa ostium papillare kecil-kecil yang merupakan maura
ductus lactifer.
 Struktur Mikroskopis
Payudara terutama tersusun atas jaringan kelenjar tetapi juga
mengandung sejumlah jaringan lemak dan ditutupi oleh kulit.
Jaringan kelenjar ini dibagi menjadi kira-kira 18 lobus yang
dipisahkan sempurna satu sama lain oleh kembaran-kembaran
jaringan fibrosa. Setiap lobus merupakan satu unit fungsional
dan tersusun atas bangun sebagai berikut (Veralls,2007).
1. Alveoli
Alveoli mengandung sel-sel yang menyekresi air susu.
Setiap alveolus dilapisi oleh sel-sel yang menyekresi air
susu, disebut acini yang yang mengekstrasi faktor-faktor
dari darah yang penting untuk membutuhkan air susu.
Disetiap keliling alveolus terdapat sel-sel mioepitel yang
kadang-kadang disebut sel keranjang. Apabila sel-sel ini
dirangsang oleh oksitosin akan berkontraksi sehingga
mengalirkan air susu ke dalam ductus lacifer.
2. Tubulus Lacifer
Tubulus lacifer merupakan saluran kecil yang berhubungan
dengan alveoli
3. Ductus Lacifer
Ductus lacifer adalah saluran sentral yang merupakan
muara beberapa tubulus lacifer
4. Ampulla
Ampulla adalah bagian dari ductus lacifer yang melebar
yang merupakan tempat penyimpangan air susu, ampulla
terletak di bawah areola.

 Proses produksi, sekresi dan pengeluaran ASI dinamakan


laktasi. Ketika bayi menghisap payudara, hormon oksitosin
membuat ASI mengalir dari dalam alveoli melalui saluran susu
(ducts milk) menuju reservoir susu yang berlokasi dibelakang
areola, lalu ke dalam mulut bayi. Pengaruh hormonal bekerja
mulai dari bulan ketiga kehamilan munculnya ASI dalam
sistem payudara (Saleha,2009).
Untuk memasyarakatan pemberian ASI sejak dini dengan
tujuan mencegah terjadinya engorgement diperlukan fakto-
faktor pendukung yang terus-menerus mengupayakan
keberhasilan menyusui, yang antara lain bergantung pada peran
yang dilakukan oleh peran petugas kesehatan, peran rumah
sakit dan pemerintah, peran fisik dan psikis ibu, faktor
keluarga, faktor masyarakat dan faktor bayi (Saleha,2009).
 Produksi Air Susu Ibu
Proklatin merupakan suatu hormon yang sekresi oleh glandula
pituitaria anterior, penting untuk produksi air susu ibu, tetapi
walaupun kadar hormon ini di dalam sirkulasi maternal
meningkat selama kehamilan, kerja hormon ini dihambat oleh
hormon plasenta, dengan lepas atau keluarnya plasenta pada
akhir proses persalinan, maka kadar estrogen dan progesteron
berangsur-angsur turun sampai tingkat pada dilepaskannya dan
diaktifkannya prolaktin (Verralls, 2007).
 Pengeluaran Air Susu
1) Refleks Produksi
Hisapan bayi pada payudara merangsang produksi hormon
proklatin yang akan menyebabkan sel-sel sekretori dan
alveoli untuk memproduksi susu yang akan disiapkan
dalam lumen pembendungan ASI yang terjadi dalam
alveolus akan menyebabkan adanya penekanan pada
pembuluh darah sehingga akan menyebabkan penurunan
prolaktin dalam darah sehingga sekresi ASI juga berkurang.
Untuk mengetahui banyaknya produksi ASI, beberapa
kriteria yang dapat digunakan sebagai patokan jumlah ASI
cukup atau tidak adalah ASI yang banyak merembes keluar
melalui puting, sebelum disusukan payudara terasa tegang,
jika ASI cukup setelah menyusui bayi akan tertidur/tenang
selama 3 sampai 4 jam dan bayi sering berkemih sekitar 8
kali sehari (Saleha,2009).
Produksi ASI yang rendah adalah akibat dari kurang
seringnya menyusui atau memerah payudara, bayi tidak
bisa menghisap secara efektif, dan kurangnya gizi ibu.
Sedangkan faktor-faktor yang mempengaruhi produksi ASI
antara lain adalah frekuensi pemberian susu, berat bayi saat
lahir, usia kehamilan saat melahhirkan, usia ibu dan paritas,
stress dan penyakit akut, merokok, mengomsumsi alkohol,
dan penggunaan pil kontrasepsi (Saleha,2009).
2) Refleks Down
Hisapan bayi pada payudara dapat merangsang produksi
hormon oktosin yang akan menyebabkan kontraksi sel yang
terdapat dalam lumen, masuk ke dalam sinus lacteal di
daerah areola. Reflek let down ini sangat sensitif terhadap
faktor kejiwaan ibu dn proses produksinya dapat terhambat
apabila ibu lelah, merasa malu atau tidak pasti. Produksi
ASI akan lancar apabila ibu merasa bangga dan yakin akan
kemampuannya menyusui. Faktor-faktor yang
meningkatkan reflek let down antara lain : melihat bayi,
mendengarkan suara bayi, mencium bayi dan memikirkan
untuk menyusui bayi (Saleha,2009).

3. Etiologi
Bendungan air susu dapat terjadi pada hari kedua atau ketiga
ketika payudara telah memproduksi air susu. Bendungan disebabkan
oleh pengeluaran air susu yang tidak lancar, karena tidak cukup sering
menyusui, produksi meningkat, terlambat menyusukan, hubungan
dengan bayi (bonding) kurang baik dan dapat pula karena adanya
pembatasan waktu menyusui (Sarwono,2009).
Pada bendungan ASI payudara yang terbendung membesar,
membengkak dan sangat nyeri. Payudara terlihat mengkilap dan puting
susu teregang menjadi rata. ASI tidak mengalir dengan mudah dan
bayi sulit menghisap ASI sampai bengkak berkurang.
Beberapa faktor yang dapat menyebabkan bendungan ASI,
yaitu :
1) Pengosongan mamae yang tidak sempurna (Dalam masa laktasi,
terjadi peningkatan produksi ASI pada ibu yang produksi ASI-nya
berlebihan. Apabila bayi sudah kenyang dan selesai menyusui dan
payudara tidak dikosongkan, maka masih terdapat sisa ASI di
dalam payudara. Sisa ASI tersebut jika tidak dikeluarkan dapat
menimbulkan bendungan ASI.
2) Faktor hisapan bayi yang tidak aktif (pada masa laktasi, bila ibu
tidak menyusukan bayinya sesering mungkin atau jika bayi tidak
aktif mengisap, maka akan menimbulkan bendungan ASI
3) Faktor posisi menyusui bayi yang tidak benar (teknik yang salah
dalam menyusui dapat mengakibatkan puting susu menjadi lecet
dan menimbulkan rasa nyeri pada saat bayi menyusui. Akibatnya
ibu tidak mau menyusui bayinya dan terjadi bendungan ASI
4) Puting susu terbenam puting susu yang terbenam akan menyulitkan
bayi dalam menyusui. Karena tidak dapat menghisap puting dana
areola, bayi tidak mau menyusui dan akibatnya terjadi bendungan
ASI.
5) Puting susu terlalu panjang , puting susu yang panjang
menimbulkan kesulitan pada saat bayi menyusui karena bayi tidak
dapat menghisap areola dan merangsang sinus laktiferus untuk
mengeluarkan ASI. Akibatnya ASI tertahan dan menimbulkan
bendungan ASI.

4. Pathofisiologi + Pathway

Sesudah bayi lahir dan plasenta, kadar estrogen dan progesteron


turun dalam 2-3 hari. Dengan ini faktor dari hipotalamus yang
menghalangi proklatin waktu hamil dan sangat di pengaruhi oleh
estrogen tidak dikeluarkan lagi dan terjadi sekresi prolaktin oleh
hipofisis.
Hormon ini menyebabkan alveoulus-alveolus kelenjar mammae
terisi dengan air susu, tetapi untuk mengeluarkan dibutuhkan refleks
yang menyebabkan kontraksi sel-sel mioepitel yang mengelilingi
alveolus dan duktus kecil kelenjar-kelenjar tersebut.
Refleks ini timbul bayi menyusui. Apabila bayi tidak menyusui dengan
baik, atau jika tidak dikosongkan dengan sempurna, maka terjadi
bendungan air susu.
Gejala yang biasa terjadi pada bendungan ASI antara lain payudara
penuh terasa panas, berat dan keras, terlihat mengkilap meski tidak
kemerahan. ASI biasanya mengalir tidak lancar, namun ada pula
payudara yang terbendung membesar, membengkak dan sangat nyeri,
puting susu teregang menjadi rata.
ASI tidak mengalir dengan mudah dan bayi sulit mengenyut untuk
menghisap ASI. Ibu kadang-kadang menjadi demam, tapi biasanya
akan hilang dalam 24 jam (Wiknjosastro,2005)
Pathway

Statis ASI Fisura pada


puting

Jaringan mammae
Menjadi tegang

Lubang duktus laktiferus Terbukanya


port de entry
Lebih terbuka

Bakteri masuk

BENDUNGAN ASI

Ketegangan Laktasi Proses


infeksi
Pada jaringan mammae Terganggu Bakteri

Penekanan Reaksi
imun Menyusui
ukuran Reseprtor Tidak Efektif
mammae Nyeri
membesar
Muncul Pus Resiko Infeksi

Nyeri Akut Defisit


Penegtahuan

Gangguan Citra
Tubuh
5. Manifestasi Klinik
Ansietas
- Bedakan antara payudara dengan bendungan ASI dengan payudara
bengkak pada payudara bengkak :
a. Payudara edema
b. Sakit
c. Puting susu kencang
d. Kulit mengkilap merah
e. ASI tidak keluar
f. Badan menjadi demam setelah 24 jam (Vivian nanny,2011)
- Pada payudara dengan bendungan ASI :
a. Payudara terlihat bengkak
b. Payudara terasa panas
c. Payudara terasa keras
d. Terdapat nyeri tekan pada payudara (Prawirohardjo,2005)

6. Pemeriksaan Diagnostik
a. USG payudara : untuk mendeteksi dan memeriksa benjolan atau
tumor pada payudara
b. Mammografi : untuk mendeteksi tanda-tanda kanker payudara
yang dapat disebabkan oleh infeksi payudara
c. Biopsi payudara : yaitu pemeriksaan laboraturium terhadap sampel
jaringan payudara untuk mendeteksi kemungkinan adanya sel
kanker
d. MRI : untuk mendapatkan gambaran kondisi payudara secara lebih
detail dan mendeteksi tumor atau tanda kanker payudara

7. Komplikasi
a. Payudara bengkak (Engorgement)
Payudara terasa lebih penuh/tegang dan nyeri sekitar hari ketiga
atau keempat sesudah melahirkan akibat statis di vena dan
pembuluh limfe, tanda bahwa ASI mulai banyak di sekresi. Sering
terjadi pada payudara yang elastisitasnya kurang. Bila tidak
dikeluarkan, ASI menumpuk pada payudara sehingga aerola
mammae menjadi lebih menonjol, putting lebih datar dan sukar
diisap bayi. Kulit payudara nampak lebih merah mengkilat, ibu
demam dan payudara terasa nyeri sekali.
b. Saluran ASI terseumbat (Obstruktive Duct)
Terjadi sumbatan pada satu atau lebih saluran air susu yang dapat
disebabkan tekanan jari waktu menyusui. Pemakaian BH terlalu
ketat, maupun komplikasi payudara bengkak yang berlanjut
sehingga ASI dalam saluran air susu tidaks segera dikeluarkan dan
menjadi sumbatan
c. Radang Payudara (Mastitis)
Timbul reaksi sistemik seperti demam, terjadi 1-3 minggu setelah
persalinan sebagai komplikasi sumbatan saluran air susu, biasanya
diawali dengan puting susu lecet/luka. Gejala yang biasa diamati
kulit merah, payudara lebih keras, serta nyeri dan berbenjolpbenjol.
d. Abses Payudara
Terjadi sebagai komplikasi mastitis akibat meluasnya peradangan.
Sakit ibu tampak lebih parah, payudara lebih merah mengkilat,
benjolan tidak sekeras mastitis, tapi lebih penuh atau bengkak
berisi cairan.

8. Pengobatan dan Perawatan


 Upaya pengobatan untuk bendungan ASI adalah :
1. Kompres hangat payudara agar menjadi lembek
2. Keluarkan sedikit ASI sehingga puting lebih mudah ditangkap
dan dihisap oleh bayi
3. Sesudah bayi kenyang keluarkan sisa ASI
4. Untuk mengurangi rasa sakit pada payudara, berikan kompres
hangat
5. Untuk mengurangi statis di vena dan pembuluh getah bening
lakukan pengurutan (masase). Payudara yang dimulai dari putin
ke arah korpus (Sastrawinata,2004). Sebaiknya selama hamil
atau dua bulan terakhir dilakukan masase atau perawatan puting
susu dan aerola mamae untuk mencegah terjadinya puting susu
kering dan mudah mencegah terjadinya payudara
bengkak
 Upaya perawatan untuk bendungan ASI adalah :
1. Menyusui dini, susui bayi sesegera mungkin (setelah 30 menit)
setelah melahirkan
2. Susui bayi tanpa jadwal atau ondemand
3. Keluarkan ASI dengan tangan atau pompa, bila produksi
melebihi kebutuhan bayi
4. Perawatan payudara pasca persalinan
B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan

I. Pengkajian

A. Identitas klien : pegumpulan data pasien dan kelurga di lakukan dengan cara
anamnesa, pemeriksaan fisik dan melalui pemeriksaan penunjang.
B. Riwayat kesehatan
1. Keluahan utama : ibu dengan post partum akan sering mengeluh
nyerih pada area jahitan perinium, pendarahan, sakit perut, takut
untuk bergerak.
2. Riwayat kehamilan : umur kehamilan serta riwayat penyakit
menyertai.
3. Riwayat persalinan : tempat persalinan, normal atau terdapat
komplikasi, kedaan bayi, keadaan ibu.
4. Riwayat nifas yang lalu: penegluaran ASI lancar atau tidak, berat
badan bayi, riwayat menggunakan KB atau tidak.
C. Pemeriksaan fisik
- Keadaan umum
 Tanda-tanda vital :
 Tekanan darah : normal yaitu kurang dari 14o/90 mmHg.
Tekanan darah tersebut biasanya meningkat dari pra
persalinan pada 1-3 hari post partum. Setelah pesalinan
sebagian besar wanita mengalami peningkatan tekanan
darah sementara waktu. Bila tekanan darah rendah
menunjukan adanya perdarahan post partum dan jika
sebaliknya merupakan kemungkinan adanya pre-eklampsi
yang bisa timbul pada masa nifas.
 Suhu : suhu tubuh normal yaitu 36.5-37,5. Pada hari ke
empat setelah persalinan suhu ibu bisa naik sedikit
kemungkinan disebabkan dari aktifitas panyudara. Bila
kenaikan mencapai lebih dari 38 pada hari ke dua harus di
waspadai adanya infeksi atau sepsis nifas.
 Nadi : nadi normal pada ibu nifas yaitu 60-100. Denyut
nadi ibu akan melambat sampai sekitar 60x/menit yakni
pada waktu habis persalinan karena ibu dalam keadaan
istrahat penuh.
 Pernapasan : pada umunya respirasi lambat atau bahkan
normal karena ibu dalam keadaan pemulihan atau dalam
kondisi istrahat.
 Pemeriksaan Head To Toe
 Kepala dan Rambut : melihat kebersihan rambut, warna, dan
kerontokan rambut, serta kebersihan kulir kepala, adnaya nyeri
tekan atau tidak.
 Wajah : adanya edema atau tidak, kaji adanya flek hitam.
 Mata : konjungtiva yang anemis menunjukan adanya anemia
karena perdarahan saat persalinan, sklera iterik atau tidak.
 Hidung : kaji dan tanyakan pada ibu apakah ibu mengalami
pilek atau sinusitis, adanya pernapsan cuping hidung atau
tidak.
 Mulut dan gigi : tanyakan pada ibu apakah ibu mengalami
stomatitis atau gigi yang berlubang,lihat kebersihan lidah ibu.
 Leher : kaji adanya pembesaran kelenjar limfe dan
pembesaran kelenjar tyroid
 Telingah : kaji apakah ibu mengalami peradangan atau imfeksi
pada telingah.
 Pemeriksaan thorak: kaji warna kulit adanya kemerahan di
area panyudara dapat menunjukan adanya peradangan, kaji
ukuran dan bentuk panyudarah simetris atau tidak, kaji kondisi
permukaan yang tidak merata seperti adanya depresi, retraksi,
atau adanya luka pada kulit panyudara peluh di pikirkan
kemungkinan adnaya tumor, apakah adanya nyeri tekan guna
menentukan status laktasi.
 Pemeriksaan abdomen : kajia danya striae dan linea alba, kaji
kedaan abdomen apakah lembek atau keras. Fundus uterinya
segerah setelah persalinan TFU 2 cm di bawah pusat,12 jam
kemudian kembali 1cm di atas pusat dan menurun kira-kira 1
cm setiap hari. Kontraksi lemah atau perut teraba lunak
menunjukan kontraksi uterus kurang maksimal sehingga
memungkinkan terjadinya pendarahan.
 Pemeriksaan genetelia : observasi pengeluaran lokhea,
observasi penjahitan lacerasi atau luka episotomy, kaji adanya
pembengkakan, kajia dnaya luka, kajia adanya hemoroid, kaji
kebersihan daerah perinium, kebersihan perinium dapat
menunjang penyembuhan luka.
 Ekstermitas atas dan bawah : inspeksi apakah ibu mengalmi
varises atau tidak, adanya edema atau tidak, adanya edema
tanda hormon positif menunjukan adanya tromboflebilitis
sehingga dapat menghambat sirkulasi ke organ distal. Kaji
pergerakan ibu.
D. Data Psikologis
1. Empati sensitivitas terhadap isyarat bayi :
2. Respon ibu ketika bayi menangis :
3. Konsep diri
a. Kepuasan ibu terhadap kelahiran :
b. Penerimaan diri ibu :
c. Harga diri :
1) Perubahan apa yang ibu rasakan setelah mengalami persalinan :
2) Apakah ada hal yang dipikirkan saat ini :
3) Kesesuaian antara harapan dan kenyataan :
4) Sikap ibu terhadap persalinan dan merawat bayi :
4. Pengalaman melahirkan : Bagaimana perseps ibu terhadap pengalaman
melahirkan
5. Kecemasan
a. Apa respon ibu jika bayi sakit :
b. Perilaku ibu saat bayi sakit :
6. Depresi
a. Apakah ibu tampak diam dan menarik diri :
b. Apakah ibu tampak menangis :
7. Konflik Peran
a. Apakah ibu menerima peran sebagai ibu :
b. Bagaimana dengan pekerjaan ibu :
c. Bagaimana menjalankan tugas sebagai istri :

8. Dukungan sosial (suami dan keluarga)


9. Bonding attachment : score gray
10. Adaptasi psikologi ibu post partum (taking in/taking hold/letting go)
E. Pemenuhan Kebutuhan Dasar
a. Nutrisi
b. Eliminasi
c. Oksigenasi
d. Aktivitas dan istirahat
e. Pola tidur
f. Seksualitas

F. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang atau pemeriksaan diagnostik adalah
pemeriksaan yang dilakukan tenaga medis untuk menentukan
diagnosis penyakit pada pasien serta tingkat keparahannya.

G. Terapi
Terapi adalah usaha untuk memulihkan kesehatan orang yang sedang
sakit, pengobatan penyakit dan perawatan penyakit. Dalam bidang medis
kata terapi sinonim dengan kata pengobatan.
H. Tabulasi Data

Data yang diperoleh pada ibu nifas dengan bendungan ASI : Klien
mengatakan area payudaranya membesar, melihat dan menyentuh bagian
tubuhnya, bagian payudara terasa nyeri dan lecet, meringis kesakitan, ASI
nya tidak keluar dan payudaranya bengkak, ASI nya tidak menetes, bayi
menghisap tidak terus menerus, kurang mengerti cara perawatan bendungan
ASI, menunjukkan persepsi yang keliru, merasa khawatir ASI tidak dapat
dikeluarkan, gelisah, tegang, payudaranya keras, panas, bengkak, berat dan
besar, cemas dan gelisah.

I. Klasifikasi Data
DS : Klien mengatakan area payudaranya membesar, bagian payudaranya
terasa nyeri dan lecet, cemas ASI nya tidak keluar dan payudaranya
bengkak, kurang mengerti cara perawatan bendungan ASI, merasa
khawatir ASI tidak dapat dikeluarkan, payudaranya keras,panas,
bengkak, berat dan besar

DO : Klien tampak melihat dan menyentuh bagian tubuhnya, meringis


kesakitan, ASI nya tidak menetes, bayi menghisap tidak terus menerus,
menunjukkan persepsi yang keliru, cemas, gelisah

J. Analisa Data

Data Masalah Keperawatan Etiologi


DS : Klien mengatakan Gangguan citra tubuh Perubahan fungsi tubuh
area payudaranya
membesar
DO : Klien tampak
melihat dan menyentuh
bagian tubuhnya
DO : Klien mengatakan Nyeri akut Gangguan pencedera fisik
bagian payudaranya
terasa nyeri dan lecet
DS : Klien tampak
meringis kesakitan
DS : Klien mengatakan Menyusui tidak efektif Payudara bengkak
ASI nya tidak keluar dan
payudaranya bengkak
DO : Klien tampak ASI
nya tidak menetes, bayi
menghisap tidak terus
menerus
DS : Klien mengatakan Defisit pengetahuan Kurang terpapar
kurang mengerti cara informasi
perawatan bendungan
ASI
DO : Klien tampak
menunjukkan persepsi
yang keliru
DS : Klien mengatakan Ansietas Krisis situasional
merasa khawatir ASI
tidak dapat dikeluarkan
DO : Klien tampak
gelisah, tegang
DS : Klien mengatakan Resiko infeksi imununosupresi
payudaranya keras,
panas, bengkak, berat
dan besar
DO : Klien tampak
cemas, gelisah

K. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan fungsi tubuh
2. Nyeri akut berhubungan dengan gangguan pencedera fisik
3. Menyusui tidak efektif berhubungan dengan payudara bengkak
4. Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar informas
5. Ansietas berhubungan dengan krisis situasional
6. Resiko infeksi berhubungan dengan imununosupresi

L. Intervensi Keperawatan
1. Diagnosa : Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan fungsi
tubuh
Intervensi :
 Berikan penguatan yang positif untuk melaksanakan tanggung
jawab sebagai ibu
Rasional : berikan motivasi agar melaksanakan tugasnya
sebagai ibu dengan baik
 Jelaskan tindakan terapeutik untuk mengatasi masalah atau
gangguan fisik yang dialami
Rasional : membantu mengatasi masalah perubahan fisik yang
dialami
 Ajarkan cara mengidentifikasi kesulitan yang dialami
Rasional : membantu memberikan solusi masalah perubahan
fisik yang dialami
 Anjurkan mengungkapkan gambaran diri terhadap citra tubuh
Rasional : untuk meningkatkan kepercayaan diri

2. Nyeri akut berhubungan dengan gangguan pencedera fisik


Intervensi :
 Kaji karakteristik nyeri
Rasional : menentukan skala nyeri dan tempat nyeri
 Kaji faktor yang mempengaruhi reaksi klien terhadap nyeri
Rasional : sebagai salah satu dasar untuk memberikan tindakan
atau asuhan keperawatan sesuai
 Berikan posisi yang nyaman tidak bising, terang dan tenang
Rasional : membantu klien rileks dan mengurangi nyeri
 Kolaborasi pemberian analgetik
Rasional : menekan atau mengurangi nyeri

3. Menyusui tidak efektif berhubungan dengan payudara bengkak


Intervensi :
 Monitor tanda-tanda vital
Rasional : mengetahui tekanan darah,suhu, nadi dan pernafasan
 Berikan konseling menyusui
Rasional : agar mendapatkan informasi pentingnya menyusui
 Jelaskan manfaat menyusui bagi bayi dan ibu
Rasional : untuk terpenuhinya tingkat kesehatan dan status gizi
 Ajarkan 4 posisi menyusui dan perlekatan dengan benar
Rasional : mengetahui cara yang benar untuk menyusui
 dukung ibu meningkatkan kepercayaan diri dalam menyusui
rasional : memberikan support agar percaya diri untuk
menyusui

4. Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar informasi


Intervensi :
 Berikan pendidikan kesehatan perawatan bendungan ASI
Rasional : memberi informasi perawatan bendungan ASI
 Berikan kesempatan untuk menjelaskan kembali tentang
perawatan bendungan ASI
Rasional : agar klien memahami tentang perawatan bendungan
ASI
 Ajarkan perilaku hidup bersih dan sehat
Rasional : untuk melakukan gaya hidup yang lebih sehat
kesehatan
 Anjurkan tetap memberikan ASI saat bayi sakit
Rasional : agar nutrisi bayi tetap terpenuhi
5. Ansietas berhubungan dengan krisis situasional
Intervensi :
 Berikan penguatan kepada klien agar jangan terlalu khawatir
Rasional : agar klien merasa lebih tenang tidak terlalu khawatir
 Anjurkan klien mengekpresikan perasaan
Rasional : membantu mengidentifikasi perasaan yang dialami
klien
 Motivasi mengidentifikasi situasi memicu kecemasan
Rasional : membantu menghilangkan kecemasan yang
dipikirkan klien
 Jelaskan bahaya atau resiko yang terjadi akibat keyakinan
negatif
Rasional : bisa menimbulkan masalah yang tidak terduga jadi
harus diberi pemahaman yang postif
6. Resiko infeksi berhubungan dengan imununosupresi
Rasional :
 Identifikasi kemampuan ibu merawat bayi
Rasional : agar bayi mendapatkan kenyamanan saat dirawat
ibunya
 Berikan kenyamanan pada ibu
Rasional : membantu memberikan suasana yang nyaman bagi
klien
 Berikan makanan tinggi kalori dan tinggi protein
Rasional : mendapatkan gizi yang sehat untuk pencegahan
infeksi
 Anjurkan klien mencuci tangan sebelum makan dan memegang
payudara saat menyusui
Rasional : untuk menghindari infeksi yang terjadi
BAB III
TINJAUAN KASUS
I. Pengkajian

A. Identitas Klien
Nama : Ny. J.F
Umur : 29 Tahun
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Alamat : Jalan Kelimutu, RT 004 RW 008, Kel.
kelimutu, Kec. Ende tengah
Tanggal Partus : 05 Agustus 2021
Jenis Partus : Spontan
B. Identitas Penanggung Jawab
Nama : Tn. A.P
Umur : 31 Tahun
Agama : Islam
Alamat : Jalan kelimutu, RT 004 RW 008, Kel.
Kelimutu, Kec. Ende tengah
Hubungan dengan klien : Suami
C. Riwayat Kesehatan
1. Keluhan utama
Klien mengatakan bagian payudaranya terasa nyeri dan lecet,
ASI tidak keluar dan payudaranya bengkak, payudaranya
panas, keras, bengkak dan besar
2. Riwayat kesehatan sekarang
Klien mengatakan nyeri sekitar payudara, ASI tidak keluar,
payudaranya bengkak
3. Riwayat kesehatan dahulu
Klien mengatakan pernah hamil dan melahirkan anak
pertamanya dengan persalinan normal spontan dengan berat
badan 3400 gram dan bayi dalam keadaan sehat dan klien
sebelumnya tidak pernah mengalami abortus
D. Riwayat Obstetri

No UMUR L/P H/M BBL CARA PENOLON NIFAS


LAHIR G LALU

1. 38 P Pertama 3400 Spontan Bidan Laktasi


minggu gram
E. Riwayat Kehamilan Sekarang
1. Gangguan pada hamil muda : Klien mengatakan sering mual
muntah pada kehamilan trimester 1, nafsu makan bertambah
dan sering ngidam
2. Tempat memeriksakan kehamilan : Puskesmas
3. Obat yang diberikan : Vitamin 6 dan Anthistamin
4. Nutrisi selama hamil : Klien mengatakan sering makan-
makanan yang mengandung protein seperti telur, sayur-sayuran
hijau, dan karbohidrat
F. Riwayat Persalinan
1. Jenis persalinan : Spontan
2. Lama persalinan : 5 jam
3. Jumlah perdarahan : 400 cc
4. Keadaan umum : baik
G. Riwayat Kontrasepsi
1. Jadi akseptor atau tidak : Klien mengatakan menggunakan alat
kontrasepsi
2. Jenis kontrasepsi : IUD
3. Lama : 1 Tahun
4. Keluhan selama menjadi akseptor : Klien mengatakan adanya
garis-garis pada area perut atau linea
H. Data Psikologis
1. Empati sensitivitas terhadap isyarat bayi : Klien mengatakan
jika bayinya banyak bergerak dan merasa tidak nyaman klien
mengecek apakah bayinya BAK atau BAB dan lain sebagainya
2. Respon ibu ketika bayi menangis : Klien mengatakan jika
bayinya menangis klien cepat-cepat memberikan ASI atau
menggantikan popok bila BAK atau BAB
3. Konsep diri
a. Kepuasan ibu terhadap kelahiran : Klien mengatakan legah
dan bisa melahirkan bayinya secara normal tanpa harus di
operasi dan bersyukur bayinya lahir dengan sehat
b. Penerimaan diri ibu : Klien mengatakan siap menjadi ibu
yang baik untuk keduanya anaknya
c. Harga diri : Klien mengatakan adanya perubahan bentuk
dari badannya setelah melahirkan perutnya kembali normal,
klien tidak memikirkan hal-hal yang negatif tentang
perubahan bentuk badannya, klien berharap badannya
kembali normal jika bisa
 Perubahan apa yang ibu rasakan setelah mengalami persalinan : Klien
mengatakan badannya terasa sangat gemuk, dan payudaranya membesar
 Apakah ada hal yang dipikirkan saat ini : Klien bisa memberikan ASI
secara ekslusif kepada bayinya
 Kesesuaian antara harapan dan kenyataan : Klien mengatakan ASI nya
segera keluar dan kenyataannya ASI belum keluar
 Sikap ibu terhadap persalinan dan merawat bayi : Klien mengatakan
sangat senang bayinya lahir dan merawat bayinya dengan penuh kasih
sayang
4. Pengalaman melahirkan : Klien mengatakan tidak terlalu kaget
pada saat persalinan pertama, karna ini kali kedua klien
melakukan persalinan normal
5. Kecemasan
 Apa respon ibu jika bayi sakit : Klien mengatakan sangat
sedih jika buah hatinya sakit
 Perilaku ibu saat bayi sakit : Klien mengatakan akan
membawanya berobat ke puskesmas agar bayinya sembuh
6. Depresi
 Apakah ibu tampak diam dan menarik diri : Klien tidak
pernah mengalami perasaan seperti diam dan menarik diri
 Apakah ibu tampak menangis : Klien tampak cemas karena
ASI nya belum keluar
7. Konflik Peran
 Apakah ibu menerima peran sebagai ibu : Klien
mengatakan sangat terima peran menjadi ibu, karena klien
sangat suka terhadap anak kecil
 Bagaimana dengan pekerjaan ibu : Klien mengatakan
suaminya yang menafkahi dan klien sebagai ibu rumah
tangga
 Bagaimana menjalankan tugas sebagai istri : Klien
mengatakan slalu membuat suaminya senang dan tidak
membiarkan suaminya merasa stress dirumah maupun
diluar
8. Dukungan sosial (suami dan keluarga) : Klien mengatakan
suami dan keluarganya sangat senang saat klien melahirkan
anak kedua dan keluarga mendapatkan anggota baru di
keluarga besar mereka
I. Pemenuhan Kebutuhan Dasar
a. Nutrisi : Klien mengatakan makan dengan porsi sedang dan
sering dan dengan pola makan teratur dengan menu
nasi,sayur,lauk
b. Eliminasi : Klien mengatakan BAB 1 kali sehari, dan BAK
kurang dari 8 kali sehari
c. Oksigenasi : Klien mengatakan tidak pernah mengalami sesak
napas
d. Aktivitas dan istirahat : Klien mengatakan aktivitasnya sedikit
berkurang karna masih merasakan nyeri daerah jahitan
episiotomi
e. Pola tidur : Klien mengatakan pola tidurnya berubah karena
harus mengusur anaknya dan sering bangun di malam hari
karna harus menyusui dan menggantikan popok bayi
f. Seksualitas : Klien mengatakan belum mau melakukan
aktivitas seksualitas karena masih dalam proses penyembuhan
luka dan pemulihan dirinya

J. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan umum : Composmentis
TD : 120/80 mmHg
Suhu : 36,5° C
Nadi : 85x/mnt
RR : 20x/mnt
2. Kepala : Bentuk kepala meshchepal, bersih, tidak ada
bekas luka, tidak adanya nyeri tekan

3. Rambut : Warna hitam, lurus dan tidak rontok


4. Mata : Penglihatan normal, puil isokor, konjungtiva
tidak anemis, sklera tidak ikterik
5. Hidung : Tidak terdapat mukus, tidak ada pernafasan
cuping hidung
6. Mulut dan Gigi : Mukosa bibir lembab, tidak ada stomatitis, gigi
lengkap dan bersih
7. Telinga : Pendengaran baik, bersih, tidak menggunakan
alat bantu
8. Leher : Tidak adanya benjolan, tidak ada pemebesaran
kelenjar limfe dan tiroid
9. Thoraks : Tidak ada retraksi dinding dada, bunyi sonor,
pernafasan vesikuler, tidak ada suara napas tamabahan
10. Dada/mammae : Bnetuk simetris, tidak ada pembengkakan, tidak
ada nyeri tekan, puting susu tidak menonjol, ASI belum keluar
11. Abdomen : Tidak terdapat bekas luka SC, involusi uteri 2 jari
di bawah pusat, bising usus normal, tidak adanya nyeri tekan dan
tidak adanya massa, bising usus normal 18x/mnt
12. Genetalia
a. Vagina : Tidak terpasang DC, integritas kulit baik, tiak ada
edema, tidak ada hematoma, lokhea rubra kurang lebih 40 cc
b. Perineum : Adanya luka jahitan episiotomi
Tanda REEDA
Redness (kemerahan) : tidak ada kemerahan
Edema (bengkak) : tidak terjadi bengkak
Echimosis (memar) : tidak ada memar atau kebiruan
Drainage (rembesar) : tidak rembes
Approximatly (jahitan tidak menyatuh) : -
13. Ekstremitas : Tidak adanya edema pada ektremitas atas dan
bawah, pergerakan ekstremitas tidak mengalami gangguan, tidak
ada varises pada kaki
II. Analisa Data

Data Masalah Keperawatan Etiologi


DS : Klien mengatakan Nyeri akut Agen pencedera fisik
bagian payudaranya
terasa nyeri dan lecet
DO : Klien tampak
meringis kesakitan
DS : Klien mengatakan Menyusui tidak efektif Payudara bengkak
ASI nya tidak keluar dan
payudaranya bengkak

DO : Klien tampak ASI


nya tidak menetes,
bayinya menghisap tidak
terus-menerus
DS : Klien mengatakan Resiko infeksi Imununosupresi
payudaranya keras,
panas, bengkak, berat
dan besar
DO : Klien tampak
cemas dan gelisah

III. Diagnosa Keperawatan


1. Nyeri akut berhubungan agen pencedera fisik ditandai dengan :
DS : Klien mengatakan bagian payudaranya terasa nyeri dan
lecet
DO : Klien tampak meringis kesakitan TD: 120/80 mmHg, S:
36,5° C, N: 85x/mnt, RR: 20x/mnt
2. Menyusui tidak efektif berhubungan dengan payudara bengkak
ditandai dengan :
DS : Klien mengatakan ASI nya tidak keluar dan payudaranya
bengkak
DO : Klien tampak ASI nya tidak menetes, bayinya menghisap
tidak terus-menerus TD: 120/80 mmHg, S: 36,5° C, N:
85x/mnt, RR: 20x/mnt
3. Resiko infeksi berhubungan dengan imununosupresi ditandai
dengan :
DS : Klien mengatakan payudaranya keras, panas, bengkak,
berat dan besar
DO : Klien tampak cemas dan gelisah TD : 120/80 mmHg, S:
36,5° C, N: 85x/mnt, RR: 20x/mnt

IV. Intervensi Keperawatan

No Diagnosa Keperawatan Intervensi Keperawatan Rasional


1. Nyeri aku berhubungan 1. Kaji karakteristik 1. menentukan skala nyeri
dengan agen pencedera nyeri dan tempat nyeri
fisik ditandai dengan : 2. Kaji faktor yang 2. sebagai salah satu dasar
DS : Klien mengatakan mempengaruhi untuk memberikan
bagian payudaranya reaksi klien terhadap tindakan atau asuhan
terasa nyeri dan lecet nyeri keperawatan sesuai
DO : Klien tampak 3. Berikan posisi yang 3. membantu klien rileks dan
meringis kesakitan TD: nyaman tidak bising, mengurangi nyeri
120/80 mmHg, S: 36,5° terang dan tenang 4. menekan atau mengurangi
C, N: 85x/mnt, RR: 4. Kolaborasi nyeri
20x/mnt pemberian analgetik

2. Menyusui tidak efektif 1. Monitor tanda-tanda 1. mengetahui tekanan


berhubungan dengan vital darah,suhu, nadi dan
payudara bengkak pernafasan
ditandai dengan : 2. Berikan konseling 2. agar mendapatkan
DS : Klien mengatakan menyusui informasi pentingnya
ASI nya tidak keluar dan 3. Jelaskan manfaat menyusui
payudaranya bengkak menyusui bagi bayi 3. untuk terpenuhinya tingkat
DO : Klien tampak ASI dan ibu kesehatan dan status gizi
nya tidak menetes, bayi 4. mengetahui cara yang
menghisap tidak terus- 4. Ajarkan 4 posisi benar untuk menyusui
menerus TD: 120/80 menyusui dan 5. memberikan support agar
mmHg, S: 36,5° C, N: perlekatan dengan percaya diri untuk
85x/mnt, RR: 20x/mnt benar menyusui
5. dukung ibu
meningkatkan
kepercayaan diri
dalam menyusui

3. Resiko infeksi 1 Identifikasi 1. agar bayi mendapatkan


berhubungan dengan kemampuan ibu kenyamanan saat dirawat
imununosupresi ditandai merawat bayi ibunya
dengan : 2. Berikan kenyamanan 2. membantu memberikan
DS : Klien mengatakan pada ibu suasana yang nyaman bagi
payudaranya 3. Berikan makanan klien
keras,paans,bengkak, tinggi kalori dan 3. mendapatkan gizi yang
berat dan besar tinggi protein sehat untuk pencegahan
DO : Klien tampak 4. Anjurkan klien infeksi
cemas dan gelisah TD: mencuci tangan 4. untuk menghindari infeksi
120/80x/mnt, S: 36,5° C, sebelum makan dan yang terjadi
N: 85x/mnt, RR: memegang payudara
20x/mnt saat menyusui

V. Implementasi Keperawatan
H-1

Diagnosa Hari/Tan Jam Implementasi Evaluasi


ggal
Nyeri akut 06 08.00 1. Mengkaji karakteristik S : Klien mengatakan skala
berhubungan Agustus nyeri nyeri yang dirasakan 6 klien
dengan agen 2021 08.30 merasakan nyeri ketika
pencedera fisik bergerak
2. Mengkaji faktor yang
08.45 mempengaruhi reaksi O : Klien tampak menahan
nyeri dan meringis kesakitan
klien terhadap nyeri

09.00 3. Memberikan posisi A : Masalah nyeri akut


yang nyaman tidak berhubugan dengan agen
bising, terang dan pencedera fisik belum teratasi
tenang
P : Lanjutkan intervensi 1-4
4. Mengkolaborasi
pemberian analgetik

Menyusui 06 09.15 1. Memonitor tanda- S : Klien mengatakan sudah


tidak efektif Agustus tanda vital sedikit mengerti tentang
berhubungan 2021 konseling menyusui, manfaat
payudara 09.25 2. Memberikan menyusui, posisi menyusui,
bengkak konseling menyusui ASI belum keluar
10.00 O : Klien tampak kaku dan
3. Menjelaskan manfaat belum terlalu memahami
menyusui bagi bayi TD : 120/80 mmHg, S: 36,2°
dan ibu C, N: 82x/mnt, RR : 20x/mnt
10.15
4. Mengajarkan 4 posisi A : Masalah menyusui tidak
menyusui dan efektif berhubungan dengan
perlekatan dengan payudara bengkak belum
10.25 benar teratasi
5. Mendukung ibu
meningkatkan
kepercayaan diri
dalam menyusui P : Lanjutkan intervensi 1-5

Resiko infeksi 06 11.00 1. Mengidentifikasi S : Klien mengatakan sedikit


berhubungan Agustus kemampuan ibu memahami merawat bayi,
dengan 2021 merawat bayi mencuci tangan sebelum
imununosupres 11.20 makan dan saat memegang
i 2. Memberikan payudara
kenyamanan pada ibu

O : Klien tampak sedikit


11.45 3. Memberikan makanan mengerti dan merasa nyaman
tinggi kalori dan
tinggi protein
12.00 A : Masalah resiko infeksi
4. Menganjurkan klien berhubungan dengan
mencuci tangan imununosupresi belum
sebelum makan dan teratasi
memegang payudara
saat menyusui P : Lanjutkan intervensi 1-4
Implementasi
H-2
Diagnosa Hari/Tan Jam Implementasi Evaluasi
ggal
Nyeri akut 07 08.00 1. Mengkaji karakteristik S : Klien mengatakan skala
berhubungan Agustus nyeri nyeri yang dirasakan 4, klien
dengan agen 2021 08.30 masih merasakan nyeri ketika
pencedera fisik bergerak.
2. Mengkaji faktor yang
08.45 mempengaruhi reaksi O : Klien tampak masih
klien terhadap nyeri menahan nyeri dan meringis
kesakitan
3. Memberikan posisi
09.00 yang nyaman tidak A : Masalah nyeri akut
bising, terang dan berhubugan dengan agen
tenang pencedera fisik sebagian
teratasi

4. Mengkolaborasi
pemberian analgetik P : Lanjutkan intervensi 1-4

Menyusui 07 09.15 1. Memonitor tanda- S : Klien mengatakan sudah


tidak efektif Agustus tanda vital mengerti tentang konseling
berhubungan 2021 menyusui, manfaat menyusui,
payudara 09.25 2. Memberikan posisi menyusui, ASI sudah
bengkak konseling menyusui mulai keluar

10.00 O : Klien tampak kaku dan


3. Menjelaskan manfaat belum terlalu memahami
menyusui bagi bayi TD : 120/80 mmHg, S: 36,4
dan ibu ° C, N: 85x/mnt, RR :
10.15 20x/mnt
4. Mengajarkan 4 posisi
menyusui dan A : Masalah menyusui tidak
perlekatan dengan efektif berhubungan dengan
10.25 benar payudara bengkak sebagian
5. Mendukung ibu teratasi
meningkatkan
kepercayaan diri
dalam menyusui
P : Lanjutkan intervensi 1-5
Resiko infeksi 07 11.00 1. Mengidentifikasi S : Klien mengatakan sudah
berhubungan Agustus kemampuan ibu memahami merawat bayi,
dengan 2021 merawat bayi mencuci tangan sebelum
imununosupres 11.20 makan dan saat memegang
i 2. Memberikan payudara
kenyamanan pada ibu
O : Klien tampak sudah
mengerti dan merasa nyaman
11.45 3. Memberikan makanan
tinggi kalori dan A : Masalah reskiko infeksi
tinggi protein berhubungan dengan
12.00 imununosupresi sebagian
4. Menganjurkan klien teratasi
mencuci tangan
sebelum makan dan P : Lanjutkan intervensi 1-4
memegang payudara
saat menyusui
VI. Evaluasi Keperawatan

Hari/Tanggal Diagnosa jam Evaluasi


08 Agustus Nyeri akut berhubungan 09.00 S : Klien mengatakn nyeri yang dirasakan
2021 dengan agen pencedera sudah berkurang skala nyeri 2, klien masih
fisik merasakan nyeri ketika bergerak, klien
nyaman dengan posisi apapun

O : Klien tampak segar, nyaman dengan


posisi apapun

A : Masalah nyeri akut berhubungan dengan


agen pencedera fisik sebagian teratasi

P : Lanjutkan intervensi 1-4

I:
1. Mengkaji karakteristik nyeri

2. Mengkaji faktor yang mempengaruhi


reaksi klien terhadap nyeri
3. Memberikan posisi yang nyaman
tidak bising, terang dan tenang
4. Mengkolaborasi pemberian analgetik
E : Klien mengatakan nyeri sudah berkurang
dan dirasakan sesekali klien merasa nyaman
dengan posisi apapun, TD : 120/80 mmHg, S:
36,8° C, N: 85x/mnt, RR: 20x/mnt

08 Agustus Menyusui tidak efektif 09.59 S : Klien mengatakan sudah bisa melakukan
2021 berhubungan dengan sendiri tentang posisi perlekatan menyusui
payudara bengkak dengan benar dan memahami apa yang di
ajarkan

O : Klien ASI nya sudah keluar mampu


melakukan cara posisi perlekatan menyusui
dengan benar TD : 120/80 mmHg, S: 36,8° C,
N: 85x/mnt, RR: 20x/mnt

A : Masalah menyusui tidak efektif


berhubungan dengan payudara bengkak
sebagian teratasi

P : Lanjutkan intervensi 1-5


I:
1. Memonitor tanda-tanda vital
2. Memberikan konseling menyusui
3. Menjelaskan manfaat menyusui bagi
bayi dan ibu
4. Mengajarkan 4 posisi menyusui dan
perlekatan dengan benar
5. Mendukung ibu meningkatkan
kepercayaan diri dalam menyusui

E : Klien melakukan sendiri tentang posisi


perlekatan menyusui dengan benar, ASI
sudah keluar, TD : 120/80 mmHg, S: 36,8° C,
N: 85x/mnt, RR: 20x/mnt

08 Agustus Resiko infeksi 10.10 S : Klien mengatakan sudah memahami


2021 berhubungan dengan merawat bayi sendiri dan mencuci tangan
imununosupresi sebelum makan dan saat memegang payudara

O : Tidak ada tanda-tanda peradangan

A : Masalah resiko infeksi berhubungan


imununosupresi sebagian teratasi

P : Lanjutkan Intervensi 1-4

I:

1. Mengidentifikasi kemampuan ibu


merawat bayi
2. Memberikan kenyamanan pada ibu
3. Memberikan makanan tinggi kalori
dan tinggi protein
4. Menganjurkan klien mencuci tangan
sebelum makan dan memegang
payudara saat menyusui

E : Klien mampu merawat bayi sendiri dan


mencuci tangan sebelum makan dan saat
memegang payudara, Tidak ada tanda-tanda
peradangan TD : 120/80 mmHg, S: 36,8° C,
N: 85x/mnt, RR: 20x/mnt
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Masa nifas (puerperium) dimulai setelah kelahiran plasenta dan
berakhir ketika alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil.
Masa nifas berlangsung selama kira-kira 6 minggu. Pada masa ini terjadi
perubahan fisiologi yaitu perubahan fisik, involusi uterus, pengeluaran
lochia, laktasi atau pengeluaran air susu ibu, perubahan sistem tubuh lainnya
dan perubahan psikis (Saifuddin, 2009).
Bendungan ASI merupakan bendungan yang terjadi akibat
peningkatan aliran vena dan limfe pada payudara dalam rangka
mempersiapkan diri untuk laktasi (menyusui). Hal ini bukan disebabkan
overdistensi dari saluran sistem laktasi (Saifuddin,2009).
Menurut penelitian terjadinya bendungan ASI di Indonesia terbanyak
adalah ibu-ibu pekerja, sebanyak 16% dari ibu yang menyusui Depkes RI
(2012). Dengan adanya kesibukan keluarga dan pekerjaan menurunkan
tingkat perawatan dan perhatian ibu dalam melakukan perawatan payudara
sehingga akan cenderung mengakibatkan terjadinya peningkatan angka
kejadian bendungan ASI. Selain itu juga penyebab bendungan ASI terjadi
karena posisi menyusui yang tidak baik, membatasi menyusui, membatasi
waktu engan payudara, memberikan suplemen susu formula untuk bayi,
menggunakan pompa payudara tanpa indikasi sehingga menyebabkan suplai
berlebih, dan implant payudara (Kemenkes, 2003).
B. Saran
1. Bagi Masyarakat
Penulis berharap agar masyarakat atau klien dapat memahami penyakit
dan melakukan hidup sehat
2. Bagi Puskesmas
Dalam memberikan pelayanan kesehatan terhadap ibu nifas dengan
masalah bendungan ASI hendaknya Tetap meningkatkan dan
mempertahankan kesehatan yang baik.
DAFTAR PUSTAKA

PPNI. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Edisi 1 cetakan I : Desember


2016 cetakan II : Januari 2017 : Penerbit dewan pengurus pusat persatuan
perawat nasional indonesia

PPNI. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Edisi 1 cetakan I : Maret 2018


cetakan II : september 2018 : penerbit dewan pengurus pusat persatuan
perawat nasional indonesia

Prawirohardjo, sarwono. 2005. Ilmu kebidanan jakarta. Yayasan Bina Pustaka


Sarwono Prawirohardjo
Abdul Bari Saifuddin (2002). Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan
Maternitas Dan Neonatal. Jakarta : Yayasan Bina Sarwono Prawirohardjo
Doenges, E. Marilynn. (2001). Rencana Perawatan Maternal/Bayi: Pedoman
Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatann Klien. Jakarta : EGC
Ambarwati Retna, Eny, Diah Wulandari. 2010. Asuhan Kebidanan Nifas. Cetakan
ke-v. Jogjakarta:Nuha Medika.
Masriroh, Siti. 2013. Keperawataan Obstertri dan Ginekologi. Yogyakarta :
Imperium

Anda mungkin juga menyukai