Anda di halaman 1dari 30

LAPORAN KOMPREHENSIF

ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU NIFAS NY A USIA 25 TAHUN


DENGAN BENDUNGAN ASI DI KLINIK EKA SRI WAHYUNI SST,M.Kes

Disusun untuk Memenuhi Tugas Praktik Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas

Oleh:
Nella Marita Br Bangun
NIM : P07524719018

PEMBIMBING INSTITUSI
Rumelia Lubina S. SST, M.Keb

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN


JURUSAN KEBIDANAN POLTEKKES
KEMENKES MEDAN
2019/2020

1
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
berkat rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan Laporan Komprehensif yang
berjudul “Asuhan Kebidanan pada ibu nifas Ny A usia 25 Tahun dengan Bendungan Asi di
Klinik Bidan Eka Sri Wahyuni SST, M.Kes ,Dalam kesempatan ini penulis menghanturkan
rasa hormat dan terima kasih yang sebesar – besarnya kepada dosen pengampu Rumelia
Lubina S. SST, M.Keb yang telah membimbing selama ini.
Penulis juga mengakui bahwa dalam proses penulisan laporan ini, masih jauh dari
kesempurnaan baik materi maupun cara penulisannya. Namun demikian penulis telah
berupaya dengan segala kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki.
Penulis dengan rendah hati dan dengan tangan terbuka menerima masukan kritik dan
saran yang membangun guna perbaikan dan penyempurnaan laporan ini dikemudian hari.
Akhirnya penulis berharap, laporan ini dapat bermanfaat bagi seluruh pembaca. Dan
dapat memberikan kontribusi yang positif serta bermakna dalam proses perkuliahan Praktik
Klinik Kebidanan. Amin.

Tim Penyusun

Nella Marita

2
DAFTAR ISI

Hal
Halaman Judul ..............................................................................................
Halaman Pengesahan .................................................................................... i
Kata Pengantar............................................................................................... ii
Daftar Isi........................................................................................................ iii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang................................................................................... 4
B. Tujuan................................................................................................. 5
C. Ruang Lingkup................................................................................... 6
D. Manfaat............................................................................................... 7

BAB II TINJAUAN TEORI ASUHAN KEBIDANAN


A. Kajian Masalah Kasus........................................................................ 9
B. Kajian Teori........................................................................................ 9

BAB III METODE PENELITIAN


A. Pengkajian ......................................................................................... 20
B. Analisis ............................................................................................. 25
C. Penatalaksanaan ................................................................................ 25

BAB IV PEMBAHASAN DAN ANALISA


A. Pembahasan........................................................................................ 28
B. Analisa............................................................................................... 29

BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ......................................................................................... 30
B. Saran.................................................................................................... 30

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 31


LAMPIRAN

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
ASI merupakan makanan terbaik untuk bayi yang mengandung sel darah putih,
protein dan zat kekebalan yang cocok untuk bayi. ASI membantu pertumbuhan dan
perkembangan anak secara optimal serta melindungi terhadap penyakit. Menurut World
Health Organization (WHO 2017)

Melihat manfaat yang besar tersebut, maka pemberian ASI sangat dinjurkan.
UNICEF menyatakan bahwa sebanyak 30.000 kematian bayi di Indonesia dan 10 juta
kematian balita di dunia pada tiap tahunnya, bisa di cegah dengan memberikan ASI
kepada bayi selama 6 bulan sejak tanggal kelahirannya, tanpa harus memberikan
makanan dan minuman tambahan kepada bayi dan ini akan menurunkan angka kematian
balita. Unicef jugamengatakan bahwa bayi yang mendapat ASI eksklusif 14 kali lebih
mungkinuntuk bertahan hidup 6 bulan pertama kehidupan dibandingkan bayi yangtidak
disusui.

Air Susu Ibu (ASI) adalah suatu emulsi lemak dalam larutan protein, laktosa dan
garam organik yang disekresi oleh kedua kelenjar payudara ibu dan merupakan makanan
terbaik untuk bayi (Bahiyatun, 2009).

Menurut data WHO (2016), data ASI di seluruh dunia hanya sekitar(36%) selama
periode 2007-2014, sedangkan data pemberian ASI di Indonesiasendiri mengalami
fluktuasi dari tahun ke tahun. Berdasarkan data dari PusatData dan Informasi
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, cakupanpemberian ASI tahun 2013 sebesar
(54,3%), tahun 2014 turun menjadi(52,3%) dan meningkat pada tahun 2015 menjadi
(55,7%) dan pada tahun2016 menurun menjaidi (54,0%).

Kandungan gizi dari ASI sangat khusus dan sempurna (Dewi, 2011; h. 19) ASI
eksklusif adalah pemberian ASI saja pada bayi sampai usia 6 bulan tanpa tambahan
cairan ataupun makanan lain seperti susu formula, jeruk, airteh dan airputih, serta tanpa
tambahan makanan padat seperti pisang, bubur susu, biskuit, bubur nasi, dan nasi tim.
Setelah 6 bulan baru mulai diberikan makanan pendamping ASI (MPASI). ASI dapat
diberikan sampai anak berusia 2 tahun atau lebih (Ambarwati, 2010; h. 30).

Pemberian air susu pada bayi usia 0-1 tahun mempunyai arti sangat penting terutama
menyangkut pemenuhan zat gizi dan zat lain pembentuk kekebalan tubuh terhadap
penyakit.pemberian ASI Eksklusif di usia 0-6 bulan di pandang sangat strategis,karena
pada kondisi tersebut kondisi bayi masih sangat labil dan rentan terhadap berbagai
penyakit

4
Menurut Word Health Organization (WHO), secara gobal pada tahun 2012 hanya
38% bayi di dunia yang mendapatkan ASI eksklusif hingga 6 bulan pertama seperti yang
dianjurkan (UNICEF, 2014).

Menurut Riset Kesehatan Dasar tahun 2013, cakupan pemberian ASI di Indonesia
hanya 30.2% Angka ini berada jauh dibawah target kementrian kesehatan yaitu cakupan
ASI eksklusif bagi bayi 0- 6 per 2014 sebesar 80%. (asipasti.info, 2014).

Pada permulaan nifas, apabila bayi belum menyusui dengan baik, atau kemudian
apabila kelenjar tidak dikosongkan dengan sempurna terjadi bendungan asi (Sulistyawati,
2009).
Bendungan Air Susu adalah terjadinya pembengkakan pada payudara karena
peningkatan aliran vena dan limfe sehingga menyebabkan bendungan ASI dan rasa nyeri
disertai kenaikan suhu badan (Rukiyah, 2010).

Bendungan air susu dapat terjadi pada hari ke- 2 atau ke-3 ketika payudara telah
memproduksi air susu. Bendungan disebabkan oleh pengeluaran air susu yang tidak
lancar, karena bayi tidak cukup untuk menyusui, produksi meningkat, terlambat
menyusukan, hubungan dengan bayi(bounding) kurang baik, dan dapat pula karena
adanya pembantasan waktu menyusu. Gejala bendungan air susu adalah terjadinya
pembengkakan pada payudara bilateral dan secara palpasi teraba keras, kadang terasa
nyeri serta seringkali disertai peningkatan suhu badan ibu, tetapi tidak ada tanda-tanda
kemerahan dan demam.(Prawirohardjo, 2010)

Masalah Bendungan ASI jika tidak ditangani dapat berpotensi terjadinya mastitis
(Rukiyah, 2010).
Berdasarkan hasil Pengamatan selama dinas di Klinik Bidan Eka sri Wahyuni
SST, M.Kes, ditemukan Ibu nifas Ny A usia 25 tahun yang mengalami Bendungan Asi.
Berdasarkan latar belakang di atas maka penulis tertarik untuk mengambil judul
mengenai “Asuhan Kebidanan Ibu Nifas Ny. A umur 25 tahun P 1A0 dengan Bendungan
ASI.

B. Tujuan
B.1 Tujuan Umum
Memberikan asuhan kebidanan komprehensif pada Ny A usia 25 Tahun dengan
Bendungan ASi di Klinik Bidan Eka sri Wahyuni”, melalui pendekatan manajemen
kebidanan dan di dokumentasikan dalam bentuk SOAP.
B.2 Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui penyebab dari Bendungan Asi pada Ny A usia 25 Tahun di Klinik
Bidan Eka Sri Wahyuni.

5
2. Untuk mengetahui asuhan kebidanan pada pada Ny A Usia 25 Tahun Dengan
Bendungan Asi ”. dengan manajemen kebidanan dan pendokumentasian SOAP.

C. Ruang Lingkup
1. Lokasi dan Waktu :
Lokasi yang dilakukan oleh penulis dalam pembuatan Laporan Komprehensif ini
adalah di Klinik Bida Eka sri Wahyuni, sedangkan waktu dan penyusunan Laporan
Komprehensif tanggal 28 Januari 2020.
2. Subjek Laporan Kasus :
Subjek yang diambil untuk penyusun Laporan Komprehensif ini ibu nifas Ny A
dengan Bendungan ASi .
3. Teknik/Cara Pengumpulan Data :
Penulis menggunakan teknik pengumpulan data dengan cara tekhnik wawancara dan
observasi
a. Wawancara
Teknik ini dilakukan melalui auto anamnesis dan allow anamnesis dengan pasien,
keluarga dan kesehatan lainnya dilibatkan untuk memperoleh data yang
berhubungan dengan permasalahan pasien yang akan dijadikan sebagai bahan
laporan,sehingga diperoleh data yang akurat. Wawancara dalam laporan ini yaitu
melakukan anamnesa pada pasien.
b. Observasi
Melaksanakan observasi langsung pada ibu Nifas Ny A dengan cara memeriksa
fisik
c. Studi Kepustakaan
Membaca dan mempelajari buku-buku sumber, makalah ataupun jurnal yang
dapat dijadikan dasar teoritis yang berhubungan dengan kasus yang diambil. Studi
kepustakaan dalam laporan ini diambil dari buku-buku sumber dan jurnal.

6
D. Manfaat
1. Bagi Tenaga Kesehatan
Hasil laporan kompherensif ini dapat digunakan untuk menambah
pengetahuan dan bahan masukan bagi lahan praktik agar lebih meningkatkan
pelayanan kesehatan kepada pasien.

2. Bagi Institusi Pendidikan


Hasil laporan komprehensif ini dapat digunakan sebagai bahan kepustakaan
untuk menambah pengetahuan khususnya untuk program study Profesi Kebidanan
Poltekkes Kemenkes Medan.

3. Bagi Mahasiswa Profesi


Hasil laporan komprehensif ini untuk menambah wawasan dan bertanggung
jawab dalam mengambil kasus, tindakan, memberikan pelajaran tersendiri dalam
mengasah kemandirian ketika menyikapi pasien, mampu belajar menyakini seseorang
ketika memberi penjelasan yang berkaitan dengan asuhan kebidanan pada Ibu Nifas.

7
BAB II
TINJAUAN TEORI ASUHAN KEBIDANAN

A. Konsep Bendungan Asi


1. Defenisi Bendungan Air Susu

Bendungan air susu ibu adalah pembengkakan pada payudara karena peningkatan aliran
vena dan limfe sehingga menyebabkan rasa nyeri disertai kenaikan suhu badan. Bendungan
ASI dapat terjadi karena adanya penyempitan duktus laktiferus pada payudara ibu dan dapat
terjadi bila ibu memiliki kelainan puting susu misalnya puting susu datar, terbenam dan
cekung. Kejadian ini biasanya disebabkan karena air susu yang terkumpul tidak segera
dikeluarkan sehingga menjadi sumbatan. Gejala yang sering muncul pada saat terjadi
bendungan ASI antara lain payudara bengkak, payudara terasa panas dan keras, payudara
terasa nyeri saat ditekan, payudara berwarna kemerahan dan suhu tubuh ibu sampai 38oC.
Apabila kejadian ini berkelanjutan dapat mengakibatkan terjadinya mastitis dan abses
payudara. Bendungan ASI tersebut dapat dicegah dengan perawatan payudara dan frekuensi
menyusui yang sering (Rukiyah, 2010)
Sesudah bayi dan plasenta lahir, kadar estrogen dan progestron turun dalam 2-3 hari.
Dengan ini faktor dari hipotalamus yang menghalangi keluarnya prolaktin waktu hamil, dan
sangat dipengaruhi oleh estrogen, tidak dikeluarkan lagi, dan terjadi sekresi prolaktin oleh
hypopisis. Hormon ini menyebabkan alveolus-alveolus kelenjar mamma terisi dengan air
susu, tetapi untuk mangeluarkannya dibutuhkan reflex yang menyebabkan kontraksi sel-sel
mioepitelial yang mengelilingi alveolus dan duktus kecil kelenjar-kelenjar tersebut. Pada
permulaan nifas apabila bayi belum mampu menyusui dengan baik, atau kemudian apabila
terjadi kelenjar-kelenjar tidak dikosongkan dengan sempurna, terjadi pembendungan air susu
(Rukiyah, 2010).
Bendungan air susu dapat terjadi pada hari ke-2 atau ke-3 ketika payudara telah
memproduksi air susu. Bendungan disebabkan oleh pengeluaran air susu yang tidak lancar,
karena bayi tidak cukup sering menyusui, produksi meningkat, terlamat menyusukan
hubungan dengan bayi yang kurang baik, dan dapat pula terjadi akibat pembatasan waktu
menyusui. (Prawirohardjo, 2010).

8
2.Anatomi Payudara
Payudara (mammae, susu) adalah kelenjar yang terletak dibawah kulit,diatas otot dada,
dan fungsinya memproduksi susu untuk nutrisi bayi. Manusia mempunyai sepasang kelenjar
payudara, dengan berat kira-kira 200 gram, yang kiri umumnya lebih besar dari yang kanan.
Pada waktu hamil, payudara membesar mencapai600 gram dan pada waktu menyusui bisa
mencapai 800 gram (Maryunani, 2015).
Payudara disebut pula galndula mamalia yang ada baik pada wanita maupun pria. Pada
pria secara normal tidak berkembang kecuali jika dirangsang oleh hormon. Pada wanita tetap
berkembang setiap pubertas sedangkan hamil dan berkembang terutama berkembang pada
saat menyusui (Saridan Rimandini, 2014).
Ukuran payudara berbeda untuk setiap individu, juga bergantung pada stadium
perkembangan dan umur. Tidak jarang salah satu payudara ukurannya agak lebih besar
daripada payudara yang lain (Sari dan Rimandini, 2014).

3.Bagian Utama Payudara


Menurut Maryunani (2015), Ada tiga bagian utama payuadara yaitu :
a. Korpus (badan) yaitu bagian yang membesar.
b. Areola yaitu bagian yang menghitam di tengah. Bagian ini terdiri dari kulit yang longgar
dan mengalami pigmentasi dan masing-masing payudara bergaris tengah kira-kira 2,5 cm.
Areolaini berwarna merah muda pada wanita pada wanita yang berkulit cerah, lebih gelap
pada wanita yang berkulit coklat dan warna tersebut menjadi lebih gelap pada waktu hamil.
Didaerah areolaini terletak kira-kira glandula sebecea. Pada kehamilan areola ini membesar
dan disebut tuberculum montgomery.
c. Papilla, atau puting, yaitu bagian yang menonjol di puncak payudara, dengan panjang kira-
kira 6 mm, tersusun atas jaringan erektil berpigmen dan merupakan bangunan yang sangat
peka. Permukaan papila mamae berlubang-lubang berupa ostium papilarekecil-kecil yang
merupakan muara ductuslactifer ini dilapisi oleh epitel. Bentuk puting ada empat
yaitu:normal, pendek/datar,panjang dan terbenam (inverted).

9
4. Proses Laktasi dan Menyusui
Laktasi atau menyusui mempunyai dua pengertian, yaitu produksi dan pengeluara ASI.
Payudara mulai dibentuk sejak embrio berumur 18-19 minggu, dan baru selesai ketika mulai
menstruasi dengan terbentuknya hormon estrogendan progesteron yang berfungsi maturasi
alveoli, sedangkan hormon prolaktin adalah hormon yang yang berfungsi untuk memproduksi
ASI. Selama masa kehamilan hormon ptolaktin dari placenta meningkat, tetapi ASI biasanya
belum keluar karena masih dihambat oleh kadar estrogen yang tinggi (Maryunani, 2015).
Pada hari kedua atau ketiga pasca persalinan kadar estrogen dan progesterone turun
drastis, sehingga pengaruh hormon prolaktin lebih dominan pada saat inilah terjadi sekresi
ASI. Dengan menyusukan lebih dini, terjadi perangsangan puting susu, terbentuklah prolaktin
dan hipofisis, sehingga sekresi ASI lebih lancar (Maryunani, 2015).
Dua refleks penting dalam proses laktasi, yaitu:
a. Reflek Prolaktin Dalam puting susu terdapat banyak ujung syaraf sensoris, bila ini
dirangsang timbul impuls yang menuju hipotalamusselanjutnya ke kelenjar hipofisis
bagian depan sehingga kelenjar ini mengeluarkan hormon prolaktin, hormon inilah
yang berperan dalam produksi ASI.
b. Reflekaliran (let down refkes) Rangsangan puting susu tidak hanya diteruskan sampai
ke kelenjar hipofisis depan, tetapi juga ke kelenjar hipofisis bagian belakang yang
mengeluarkan hormon oksitosin, hormon ini berfungsi memacu kontraksi otot polos
yang ada di dinding alveolus dan dinding saluran, sehingga ASI dipompa keluar.
Makin sering menyusui pengosongan alveolus dan saluran makin baik sehingga
kemungkinan terjadinya bendungan air susu makin kecil.

Tiga refleks reflex penting dalam mekanisme hisapan bayi, yaitu:


a. ReflekMenangkap (Rooting Reflex) Refleks ini timbul bila bayi tersentuh pipinya,
bayi akan menoleh ke arah sentuhan, bila bayi bibirnya dirangsang dengan papilla
mammae, maka bati akan membuka mulutnya dan berusaha untuk menangkap puting
susu.
b. Reflek Menghisap(Sucking Reflex)Refleks ini timbul apabila langit-langit mulut bayi
tersentuh, biasanya oleh puting. Supaya puting mencapai bagian belakang palatum,
maka sebagian besar areola harus tertangkap mulut bayi.
c. Refleks menelan (Swallowing Reflex) Bila mulut bayi sudah terisi ASI, ia akan
menelannya

10
5. Faktor-faktor penyebab Bendungan ASI

a. Pengosongan mamae yang tidak sempurna (dalam masa laktasi, terjadi peningkatan
produksi ASI pada ibu yang produksi ASI-nya berlebihan, apabila bayi sudah
kenyang dan selesai menyusui, dan payudara tidak dikosongkan, maka masih terdapat
sisa ASI didalam payudara. Sisa ASI tersebut jika tidak dikeluarkan dapat
menimbulkan bendungan ASI).

b. Faktor hisap bayi yang tidak aktif (Pada masa laktasi, bila ibu tidak menyusukan
bayinya sesering mungkin atau jika bayi tidak aktif menghisap, maka akan
menimbulkan bendungan ASI).

c. Faktor posisi menyusui bayi yang tidak benar


(Teknik yang salah dalam menyusui dapat mengakibatkan puting susu menjadi lecet
dan menimbulkan rasa nyeri pada saat bayi menyusu. Akibatnya ibu tidak mau
menyusui bayinya dan terjadi bendungan ASI).

d. Puting susu terbenam ( Puting susu terbenam akan menyulitkan bayi dalam menyusu.
Karena bayi tidak dapat menghisap puting dan areola, bayi tidak mau menyusu dan
akibatnya terjadi bendungan ASI).

e. Puting susu terlalu panjang (Puting susu yang panjang menimbulkan kesulitan pada
saat bayi menyusu karena bayi tidak dapat menghisap areola dan merangsang sinus
laktiferus untuk megeluarkan ASI. Akibatnya ASI tertahan dan menimbulkan
bendungan ASI (Rukiyah, 2010).

6. Tanda dan gejala bendungan ASI


Tanda dan gejala bendungan ASI antara lain dengan ditandainya dengan:
a. mamae panas serta keras pada perabaan dan nyeri,
b. puting susu bisa mendatar sehingga bayi sulit menyusui,
c. pengeluaran susu kadang terhalang oleh duktus laktiferi yang menyempit,
d. payudara bengkak, keras, panas, Nyeri bila ditekan, warnanya kemerahan, suhu tubuh
mencapai 380 (Rukiyah, 2010).

Gejala bendungan ASI adalah terjadinya pembengkakan payudara bilateral dan secara
palpasi teraba keras, kadang terasa nyeri serta seringkali disertai peningkatan suhu badan
ibu, tetapi tidak terdapat tanda kemerahan dan demam (Prawiroharjo, 2008)

11
7. Dampak bendungan ASI
yaitu statis pada pembuluh limfe akan mengakibatkan tekananan traduktal yang akan
mempengaruhi berbagai segmen pada payudara, sehingga tekanan seluruh payudara
meningkat, akibatnya payudara sering terasa  penuh, tegang, dan nyeri (WHO), walaupun
tidak disertai dengan demam. Terlihat kadang payudara lebih lebar sehingga sukar dihisap
oleh bayi. Bendungan ASI yang tidak disusukan secara adekuat akhinya terjadi mastitis.

8. Penanganan Bendungan ASI

a. Penanganan yang dilakukan yang paling penting adalah dengan mencegah terjadinya
payudara bengkak, susukan bayi segera setelah lahir, susukan bayi tanpa jadwal,
keluarkan sedikit ASI sebelum menyusui agar payudara lebih lembek, keluarkan ASI
dengan tangan atau pompa bila produksi melebihi kebutuhan ASI.

b. Laksanakan perawatan payudara setelah melahirkan, untuk mengurangi rasa sakit pada
payudara berikan kompres dingin dan hangat denga n handuk secara bergantian kiri dan
kanan, untuk memudahkan bayi menghisap atau menangkap putting susu berikan
kompres sebelum menyusui, untuk mengurangi bendungan di vena dan pembuluh getah
bening dalam payudara lakukan pengerutan yang dimulai dari putting kearah korpus
mamae, ibu harus rileks, pijat leher dan punggung belakang.
Perawatan payudara, payudara merupakan sumber yang akan menjadi makanan utama
bagi anak. Karena itu jauh sebelumnya harus memakai BH yang sesuai dengan
pembesaran payudara yang sifatnya menyokong payudara dari bawah suspension bukan
menekan dari depan (Rukiyah, 2010).

Kompres air hangat berguna untuk melancarkan aliran darah ke payudara dan
kompres air dingin agar kekejangan pembuluh darah vena berkurang disamping untuk
mengurangi rasa nyeri ( Suherni, 2008).

Alat-alat yang diperlukan untuk perawatan payudara adalah baskom berisi air hangat ,
wash lap , handuk , minuman hangat , sampiran dan status pasien / kertas dan alat tulis.

Cara kerja dalam perawatan payudara adalah :


a. Mencuci tangan
b. Mempersilahkan untuk duduk dengan tenang, jika memungkinkan dengan diikitu oleh
suami yang memberikan dukungan.
c. Ibu dipersilahkan untuk menggendong bayinya agar terjadi kontak kulit antara ibu dan
bayinya. Ibu dapat menaruh bayi di pangkuannya namun jika tidak memungkinkan ia
cukup melihat dari dekat.
d. Ibu dipersilahkan untuk minum air hangat.

12
e. Menghangatkan payudara ibu dengan menggunakan kompres hangat, usapan air
hangat , atau mandi dengan air hangat.
f. Memberikan rangsangan kepada payudara ibu dengan cara menarik atau memutar-
mutar puting susu dengan jari.
g. Pijat dan elus payudara ibu dengan perlahan.
Masase payudara dan ASI diperas dengan tangan sebelum menyusui.
h. Kompres dengan air dingin untuk mengurangi statis pembuluh darah vena dan
mengurangi rasa nyeri. Dapat dilakukan selang seling dengan air panas untuk
melancarkan aliran darah pada payudara.
i. Menyusui lebih sering dan lebih lama pada payudara yang bengkak untuk
melancarkan ASI dan menurunkan tegangan pada payudara.
j. Pijat bagian punggung ibu untuk merangsang refleks oksitosin dengan cara:
1. Ibu membungkuk ke depan, serta duduk dan bersandar pada meja dengan lengan
terlipat dan kepala diletakkan di atas tangannya. Payudara dibiarkan mengantung
dan terlepas dari kain penutupnya.
2. Usap bagian punggung ibu kemudian beri tekanan memutar dengan ibu jari
mengarah kebagian bawah sepanjang tulang belakang yang dimulai dari leher
dan punggung, kemudian kearah bawah selama 3 menit.
k. Pijat aerola mamae untuk mengetahui bagaimana pengeluaran ASI
l. Pakai BH yang menopang payudara
m. Cucitangan(Sulistyawati,2009

13
14
Teknik menyusui yang benar
a Cuci tangan yang bersih dengan sabun,keluarkan sedikit asi dan oleskan ke sekitar
puting,dengan posisi duduk atau berbaring santai
b Ibu harus mencari posisi yang nyaman, biasanya duduk tegak di tempat tidur dan ibu
harus merasa rileks dan santai
c Lengan ibu menopang kepala leher dan seluruh badan bayi muka bayi menghadap ke
payudara ibu hidung bayi di depan puting susu ibu posisi bayi harus sedemikian rupa
sehingga perut bayi menghadap ke perut ibu bayi seharusnya berbaring dengan
seluruh tubuhnya menghadap ibu kepala harus sejajar dengan perutnya.
d Mendekatkan bayi ke tubuhnya dan mengamati bayi yang siap untuk menyusu:
membuka mulut, bergerak mencari dan menoleh bayi harus berada dekar dengan
payudara ibu.
e Ibu menyentuh puting susunya ke bibir bayi, menunggu hingga mulut bayi terbuka
lebar kemudian mengarahkan puting susu ibu hingga bibir bayi dapat menangkap
puting susu ibu, ibu memegang payudara dengan satu tangan dengan cara meletakkan
keempat jari di bawah payudara dan ibu jari di atas payudara ibu jari dan telunjuk
harus membentuk huruf “C” dan ibu jari ibu tidak boleh terlalu dekat dengan aerola
f Pastikan bahwa sebagian besar aerola masuk ke dalam mulut bayi semua, dagu rapat
ke payudara dan hidungnya menyentuh bagian atau payudara dan bibir bawah bayi
melengkung kearah luar
g Bayi diletakan menghadap ibu dengan posisi sanggah seluruh tubuh bayi jangan
hanya leher dah bahunya saja
h Jika bayi sudah selesai menyusu, ibu harus mengeluarkan puting dari mulut bayi
dengan cara memasukan jari kelingking ibu di antara mulut dan payudara
i Menyendawakan bayi dengan menyandarkan bayi di pundak atau menelungkupkan
bayi melintang di pangkuan ibu kemudian menepuk-nepuk punggung bayi.
(Dewi, 2011)
j bagian atau payudara dan bibir bawah bayi melengkung kearah luar
k Bayi diletakan menghadap ibu dengan posisi sanggah seluruh tubuh bayi jangan
hanya leher dah bahunya saja
l Jika bayi sudah selesai menyusu, ibu harus mengeluarkan puting dari mulut bayi
dengan cara memasukan jari kelingking ibu di antara mulut dan payudara

15
m Menyendawakan bayi dengan menyandarkan bayi di pundak atau menelungkupkan
bayi melintang di pangkuan ibu kemudian menepuk-nepuk punggung bayi. (Dewi,
2011)

16
9. Penatalaksanaan Bendungan ASI
1. Menganjurkan ibu untuk menyusui bayinya sesering mungkin minimal setiap 2 jam
sekali
2. Menganjurkan ibu untuk menyusui bayinya secara on deman dikedua payudaranya
secara bergantian.
3. Mengajarkan dan menyontohkan pada ibu tentang cara perawatan payudara untuk
mengatasi bendungan ASI
a. Mencuci tangan
b. Mempersilahkan untuk duduk dengan tenang,jika memungkinkan dengan diikitu
oleh suami yang memberikan dukungan.
c. Ibu dipersilahkan untuk menggendong bayinya agar terjadi kontak kulit antara ibu
dan bayinya. Ibu dapat menaruh bayi di pangkuannya namun jikatidak
memungkinkan ia cukup melihat dari dekat.
d. Masase payudara dan ASI diperas dengan tangan sebelum menyusui
e. Kompres dengan air dingin untuk mengurangi statis pembuluh

i. darah vena dan mengurangi rasa nyeri. Dapat dilakukan selang seling dengan air
panas untuk melancarkan aliran darah pada payudara.
f. Menyusui lebih sering dan lebih lama pada payudara yang bengkak untuk
melancarkan ASI dan menurunkan tegangan pada payudara.

4. Anjurkan ibu mengonsumsi tablet Fe dosis 1x1 sehari sebanyak 40 tablet Selama nifas
5. menganjurkan mengompres payudara dengan air hangat 3 kali sehari selama 3 hari
6. menganjurkan untuk mengeluarkan ASI nya jika telah selesai menyusui payudara masih

tersa penuh.
7. Memberitahu pada ibu tentang ASI Eksklusif
8. Menganjurkan ibu untuk teknik menyusui yang benar :
a. Cuci tangan yang bersih dengan sabun,keluarkan sedikit asi dan oleskan kesekitar
puting,dengan posisi duduk atau berbaring santai

b. Ibu harus mencari posisi yang nyaman, biasanya duduk tegak di tempat tidur dan ibu
harus merasa rileks dan santai

c. Lengan ibu menopang kepala leher dan seluruh badan bayi muka bayi menghadap ke
payudara ibu hidung bayi di depan puting susu ibu posisi bayi harus sedemikian rupa
sehingga perut bayi menghadap ke perut ibu bayi seharusnya berbaring dengan
seluruh tubuhnya menghadap ibu kepala harus sejajar dengan perutnya.Mendekatkan
bayi ke tubuhnya dan mengamati bayi yang siap untuk menyusu: membuka mulut,
bergerak mencari dan menoleh bayi harus berada dekar dengan payudara ibu

17
d. Ibu menyentuh puting susunya ke bibir bayi, menunggu hingga mulut bayi terbuka
lebar kemudian mengarahkan puting susu ibu hingga bibir bayi dapat menangkap
puting susu ibu, ibu memegang payudara dengan satu tangan dengan cara meletakkan
keempat jari di bawah payudara dan ibu jari di atas payudara ibu

i. jari dan telunjuk harus membentuk huruf “C” dan ibu jari ibu tidak boleh terlalu dekat
dengan areola

e. Pastikan bahwa sebagian besar aerola masuk ke dalam mulut bayi semua, dagu rapat
ke payudara dan hidungnya menyentuh bagian atau payudara dan bibir bawah bayi
melengkung kearah luar

18
BAB III

TINJAUAN KASUS
A. PENGKAJIAN
Tanggal Pengkajian : 22 Januari 2020
Pukul : 11. 00 WIB
Tempat Pengkajian : Klinik Bidan Eka Sri Wahyuni SST M.Kes

DATA SUBJECTIVE
1. Identitas
Nama Istri : Ny A Nama Suami : Tn B
Umur : 25 th Umur : 31 th
Suku : Batak Suku/Bangsa : Batak
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Swasta Pekerjaan : Swasta
Alamat : jln asrma II medan Alamat : jln asrma II medan

2. Keluhan Utama
Ibu mengatakan bahwa dia merasakan badanya panas dan merasakan payudaranya terasa
nyeri, keras,bengkak dan panas.

3. Riwayat Kehamilan
1) Trimester I : ANC 2x di Bidan
Keluhan : Mual dan muntah
Therapy : Banyak Istirahat
2) Trimester II : ANC 3x di Bidan
Keluhan : Tidak ada keluhan
Therapy : Fe, Asam Folat dan Vitamin C
3) Trimester III : ANC 4x di Bidan
Keluhan : Tidak Ada Keluhan
Therapy : Fe, Asam Folat dan Vitamin C
Imunisasi : TT1 pada usia kehamilan 4 bulan
TT2 pada usia kehamilan 5 bulan

19
4. Riwayat Persalinan
Melahirkan tanggal 20 januari 2020 pukul 22.06 WIB
Kala I : 10 jam
Kala II : 1 Jam
Kala III : 10 menit
Kala IV : 2 jam
Jenis kelamin bayi : Perempuan
Berat badan bayi : 3000 gram
Panjang badan bayi : 43 cm
Apgar score : 9/10
Cacat bawaaan : Tidak ada cacat bawaan
Jenis persalinan : Spontan pervaginam
Plasenta : Lengkap
5. Riwayat Kesehatan Sekarang
Ibu sudah dapat duduk di tempat tidurnya
6. Pola kebutuhan sehari-hari
a.    Nutrisi
Selama hamil          : Makan 3 kali sehari dan minum 7-8    gelas/hari
Selama nifas           : Makan 3 kali sehari dan minum 7-8 gelas/hari 
b.    Pola Eliminasi
Selama hamil             : Ibu BAB 1 x sehari, BAK 6-7 x sehari
Selama nifas              : Ibu BAB 1 x sehari, BAK 5-6 x sehari
c.    Pola Istirahat
Selama hamil             : Ibu tidur siang 2 jam, malam 6-7 jam
Selama nifas              : Ibu tidur siang 2 jam, malam 6 jam
d.    Personal Hygiene
Selam hamil              :  Ibu mengatakan mandi 2x/hari, sikat gigi 2-3x
/hari, keramas 1x/hari, menggati pakian 2x/hari,
dan mengganti celana dalam 2-3 x/hari atau jika
terasa lembab.           
Selama nifas             : Ibu mengatakan mandi 2x/hari, sikat gigi 2-3 x
/hari, keramas 1x/hari, menggati pakian 2x/hari,
dan mengganti celana dalam 2-3 x/hari atau jika

20
terasa lembab.
e.   Pola Seksual
Selama hamil            :  Ibu mengatakan 2 kali melakukan   
hubungan sexual dalam seminggu.
Selama nifas             : Ibu mengatakan belum pernah melakukan   
hubungan sexual selama nifas
7. Riwayat Psikososial
a.  Status Perkawinan     : Syah, lamanya 1 tahun
b.  Status emosional        : Baik
8. Riwayat spiritual
Selama hamil               :  Tidak ada kepercayaan yang dianut selama hamil
Selama nifas             :  Ada kepercayaan dalam keluarga tidak
diperbolehkan makan ikan, telur, selama nifas
B. DATA OBJECTIVE
1. Pemeriksaan Umum
Tanda-Tanda Vital
TD : 110/70 mmHg
Nadi : 76 x/menit
Pernafasan : 20 x/menit
Suhu : 38,50C
2. Involusi TFU 3 jari dibawah pusat
3. Pengeluaran lochea rubra
4. Kontraksi : Baik
5. Kondisi Bayi : Baik
3. Pemeriksaan Fisik
Kepala :
Warna rambut                                 : Hitam
Ketombe                                        : Tidak Ada
Benjolan                                        : Tidak Ada

Wajah :
Hiperpigmentasi                               : Tidak Ada
Pucat                                                : Tidak Ada
Edema                                               : Tidak Ada

21
Mata :
     Simetris                                               : Kanan Dan Kiri
     Kelopak mata                                      : Tidak Odema
     Konjungtiva                                        : Merah Muda
     Skelera                                               : Putih

Hidung :
     Simetris                                               : Kanan Dan Kiri
     Polip                                                    : Tidak Ada
     Kebersihan                                          : Bersih

Mulut :
     Warna bibir                                         : Merah Muda
     Pecah-pecah                                        : Tidak Ada
     Sariawan                                             : Tidak Ada
     Gusi berdarah                                     : Tidak Ada
     Gigi                                                     : Tidak ada karies

Telinga :
     Simetris                                               : Kanan Dan Kiri
     Gangguan pendengaran                      : Tidak Ada

Leher :
     Simetris                                               : Kanan Dan Kiri
     Pembesaran kelenjar tiroid                 : Tidak Ada Pembesaran
     Pembesaran vena jugularis                 : Tidak Ada Pembesaran
Ketiak, pembesaran kelenjar limfe      : Tidak Ada Pembesaran

Dada :
     Retraksi                                               : Tidak Ada
     Bunyi mengi dan ronchi                      : Tidak Ada

22
Payudara :
Simertris                                 : Tidak simetris kanan dan kiri
Pembesaran                           : Ada dikanan, bagian kanan
lebih besar dari bagian kiri
Putting susu                          : Menonjol dikiri, dikanan terbenam
sedikit
     Hiperpigmentasi areola mamae           : Ada Pada Sekitar Aerola
     Benjolan                                              : Tidak Ada
     Konsisitensi                                          : Keras
Perabaan : Nyeri
     Pengeluaran                                         : Colostrum
Punggung dan pinggang                      : Tidak Lordosis
     Simetris                                               : Kanan Dan Kiri
     Nyeri ketuk                                         : Tidak ada

Abdomen:
     Pembesaran                                         : Tidak Ada
     Konsistensi                                          : keras Saat  Kontraksi
     Kandung kemih                                  : Kosong
     Uterus                                                 : 3  jari di bawah pusat

Anogenital:
     Vulva                                                  : Normal
     Perineum                                             : Tidak ada Luka Jahitan
     Pengeluaran pervaginam                      : Lokea Rubra
Anus                                                    : Tidak Ada Hemoroid

Ektremitas bawah:
                 Oedema                                  : Tidak Ada
                 Kemerahan                             : Tidak Ada
                 Varices                                   : Tidak ada
Reflex patella                                       : (+) Kanan Dan Kiri

23
Pemeriksaan Penunjang : Tidak dilakukan

B. Analisa
Ibu Nifas Ny A dengan Bendungan ASI.

C. Penatalaksanaan
a.Memberitahu ibu tentang hasil pemeriksaan bahwa kondisi ibu saat ini dengan bendungan
ASI setelah post partum hari kedua dan setelah dilakukan pemeriksaan fisik ibu mengalami
payudara teraba bengkak, ibu merasakan nyeri dan panas pada bagian payudara dan demam
yang cukup tinggi.
Tanda-Tanda Vital
TD : 100/70 mmHg
Nadi : 76 x/menit
Pernafasan : 20 x/menit
Suhu : 38,50C
1. Involusi TFU 3 jari dibawah pusat
2. Pengeluaran lochea rubra
3. Kontraksi : Baik
4. Kondisi Bayi : Baik

24
C. Menganjurkan ibu untuk melaukan pijat areola, pijat putting dan pompa asi dengan cara

a. Pijat putting

Sebelum mulai menyusui, coba perlahan pijat puting susu pelan-pelan agar
mengarah keluar. pijat di bagian lingkar puting . Gunakan dua jari, yaitu telunjuk dan
jempol selama beberapa saat. Jangan terlalu lama memijat puting, luangkan waktu
selama 1 menit saja sebelum memulai menyusui bayi.

b. Pijat areola

Beberapa ahli menyarankan para ibu menyusui untuk menekan dan mengarahkan
bagian areola payudara ke mulut bayi. Dengan dua jari, Anda bisa coba untuk menekan
bagian areola terlebih dahulu, lalu busungkan dada. Ini  akan membantu agar puting bisa
keluar menonjol.

c. Pompa ASI

Memompa ASI dapat membantu dalam keluar puting susuk yang masuk ke dalam.
Ini juga bisa membuat perlekatan (latching atau masuknya puting ke mulut bayi) jadi
lebih mudah.

D. Menganjurkan ibu untuk menyusui bayinya sesering mungkin minimal setiap 2


E. jam sekali
F. Menganjurkan ibu untuk menyusui bayinya secara on deman dikedua payudaranya
secara bergantian.
G. Mengajarkan dan menyontohkan pada ibu tentang cara perawatan payudara
/Bendungan asi
a. Mencuci tangan
b. Mempersilahkan untuk duduk dengan tenang,jika memungkinkan dengan diikitu
oleh suami yang memberikan dukungan.
c. Ibu dipersilahkan untuk menggendong bayinya agar terjadi kontak kulit antara ibu
dan bayinya. Ibu dapat menaruh bayi di pangkuannya namun jikatidak
memungkinkan ia cukup melihat dari dekat.
d. Masase payudara dan ASI diperas dengan tangan sebelum menyusui
e. Kompres dengan air dingin untuk mengurangi statis pembuluh darah vena dan
mengurangi rasa nyeri. Dapat dilakukan selang seling dengan air panas untuk
melancarkan aliran darah pada payudara.
f. Menyusui lebih sering dan lebih lama pada payudara yang bengkak untuk
melancarkan ASI dan menurunkan tegangan pada payudara.

25
H. Anjurkan ibu mengonsumsi tablet Fe dosis 1x1 sehari sebanyak 40 tablet Selama nifas
I. menganjurkan mengompres payudara dengan air hangat 3 kali sehari selama 3 hari
J. menganjurkan untuk mengeluarkan ASI nya jika telah selesai menyusui payudara

masih tersa penuh.


K. Memberitahu pada ibu tentang ASI Eksklusif
L. Menganjurkan ibu untuk teknik menyusui yang benar :
a. Cuci tangan yang bersih dengan sabun,keluarkan sedikit asi dan oleskan kesekitar
puting,dengan posisi duduk atau berbaring santai

b. Ibu harus mencari posisi yang nyaman, biasanya duduk tegak di tempat tidur dan ibu
harus merasa rileks dan santai

c. Lengan ibu menopang kepala leher dan seluruh badan bayi muka bayi menghadap ke
payudara ibu hidung bayi di depan puting susu ibu posisi bayi harus sedemikian rupa
sehingga perut bayi menghadap ke perut ibu bayi seharusnya berbaring dengan
seluruh tubuhnya menghadap ibu kepala harus sejajar dengan perutnya.Mendekatkan
bayi ke tubuhnya dan mengamati bayi yang siap untuk menyusu: membuka mulut,
bergerak mencari dan menoleh bayi harus berada dekar dengan payudara ibu

d. Ibu menyentuh puting susunya ke bibir bayi, menunggu hingga mulut bayi terbuka
lebar kemudian mengarahkan puting susu ibu hingga bibir bayi dapat menangkap
puting susu ibu, ibu memegang payudara dengan satu tangan dengan cara meletakkan
keempat jari di bawah payudara dan ibu jari di atas payudara ibu

e. jari dan telunjuk harus membentuk huruf “C” dan ibu jari ibu tidak boleh terlalu dekat
dengan areola

f. Pastikan bahwa sebagian besar aerola masuk ke dalam mulut bayi semua, dagu rapat
ke payudara dan hidungnya menyentuh bagian atau payudara dan bibir bawah bayi
melengkung kearah luar

26
g. Bayi diletakan menghadap ibu dengan posisi sanggah seluruh tubuh bayi jangan
hanya leher dah bahunya saja

h. Jika bayi sudah selesai menyusu, ibu harus mengeluarkan puting dari mulut bayi
dengan cara memasukan jari kelingking ibu di antara mulut dan payudara

i. Menyendawakan bayi dengan menyandarkan bayi di pundak atau menelungkupkan


bayi melintang di pangkuan ibu kemudian menepuk-nepuk punggung bayi

27
BAB IV
PEMBAHASAN DAN ANALISA

A. PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil Pengkajian data subjektif dan objektif Ibu Nifas pada Ny A pada
tanggal 22 Januari 2020 dengan bendungan ASI Masa nifas (puerperium) adalah dimulai
setelah plasenta lahir dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan
sebelum hamil. masa nifas berlangsung kira-kira 6 minggu, akan tetapi, seluruh alat genital
baru pulih kembali seperti keadaan sebelum hamil dalam waktu 3 bulan (Prawirohardjo,
2009; Saifuddin, 2002).
Masa nifas adalah masa segera setelah kelahiran sampai 6 minggu. selama masa ini,
fisiologi saluran reproduktif kembali pada keadaan yang normal (Cunningham, 2007).
Kontraksi uterus ibu baik, tinggi fundus uteri 2 jari bawah pusat, perdarahan pervaginam
lochea rubra. Tidak ada tanda tanda infeksi, tidak ada tanda bahaya pasca persalinan dan ibu
sudah dapat duduk namun masih merasa nyeri di bagian genitalia, payudara terasa nyeri dan
panas, bengkak, teraba keras.

Bendungan Air Susu adalah terjadinya pembengkakan pada payudara karena peningkatan
aliran vena dan limfe sehingga menyebabkan bendungan ASI dan rasa nyeri disertai kenaikan
suhu badan (Rukiyah, 201). Seperti yang dikatakan dalam teori bahwa setelah yang dilakukan
pemeriksaan ibu nifas Ny A mengalami Bendungan Asi Dengan ditandai kenaikan suhu
badan .Berdasarkan hasil dari pemeriksaan fisik Ny A Mengalami kenaikan suhu badan dan
merasakan nyeri dan panas, keras pada payudaranya hal tersebut sesuai dengan teori
(Rukiyah, 2010).
Dari kasus di atas Ny A mengatakan bayi jarang menyusu. Menurut teori bendungan
Asi Terjadi karena faktor Pengosongan mamae yang tidak sempurna, factor hisap bayi yang
tidak aktif, faktor menyusui yang tidak benar, puting susu terbenam, puting susu terlalu
panjang
(Rukiyah 2010).
 
Menurut asumsi penulis Faktor penyebab dari Bendungan Asi terjadi karena faktor
Pengosongan mamae yang tidak sempurna, factor hisap bayi yang tidak aktif, faktor
menyusui yang tidak benar, puting susu terbenam, puting susu terlalu panjang.  
 

28
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Kesimpulan dari kasus Ibu Nifas Ny A Usia 25 Tahun Dengan Bendungan Asi Di Klinik
Bidan Eka Sri wahyuni SST M.Kes
1. Ibi Nifas Ny A Mengalami Bendungan Asi Terjadi karena Faktor penyebab dari faktor
Pengosongan mamae yang tidak sempurna, factor hisap bayi yang tidak aktif, faktor
menyusui yang tikak benar, pusing susu terbenam, pusing susu terlalu panjang.Oleh
sebab itu masih perlu disampaikan informasi lebih dalam dan merata kepada ibu
mengenai pencegahan dan penanganan Bendungan Asi yang baik dan benar.

B. Saran
Saran yang dapat disampaikan dari penulis yaitu
1. Megingatkan kembali pada pegawai Bidan Eka Sri Wahyuni agar memberikan
penkes dengan penyuluhan dalam pencegahan dan penanganan Bendungan Asi.
2. Diharapkan kepada teman-teman untuk melakukan pengkajian dengan baik dan
benar salah satunya yaitu menyarankan untuk melakukan pemeriksaan
Bendungan asi dengan baik dan benar.

29
DAFTAR PUSTAKA

Bayiyatun,(2009). Buku ajar Asuhan Kebidanan Nifas Normal. Jakarta: EGC

Dapertemen Kesehatan Republik Indonesia 2014.

Dewi, Vivian Nanny Lia., & Sunarsih, Tri.2011. Asuhan Kebidanan pada Ibu
Jakarta : Salemba Medika

Jannah, Nurul. 2011. Asuhan Kebidanan Ibu Nifas. Jogjakarta: Ar-Ruzz. Media

Manuaba, Ida Bagus Gde. 2010. Ilmu Kebidanan, penyakit kandungan dan
keluarga berencana untuk Pendidikan Bidan. Jakarta: EGC.

Maryunani, anik. 2009. Asuhan Pada Ibu Dalam Masa Nifas (POSTPARTUM).
Jakarta: CV. Trans Info Media

Prawirohardjo, Sarwono. 2010. Ilmu Kebidanan. Jakarta: PT.Bina Putaka

Prawirohardjo,Sarwono.(2010).Buku Ilmu Kebidanan.Jakarta : Bina Pustaka


Sarwono Prawirohardjo.

Rukiyah,A. Yeyeh. (2010) Asuhan Neonatus Bayi dan Balita. Jakarta Trans Info
Media

Riset Kesehatan Dasar tahun 2013. Buku Asi Eksklisif. Jakarta

WHO 2017.Buku Asi Eksklusif.Jakarta Word Health Organization.

http://yuniochyrosiati.blogspot.com

30

Anda mungkin juga menyukai