Anda di halaman 1dari 66

DAFTAR ISI

Hal

Daftar Isi........................................................................................................
Kegiatan Belajar 8.......................................................................................... 1
Tujuan Umum................................................................................................ 1
Tujuan Khusus............................................................................................... 1
Pokok Pembahasan........................................................................................ 1
Uraian Materi................................................................................................. 2
I. Perubahan fisik pada post partum dini.................................................. 2
II. Manajemen post partum dini................................................................. 24
III. Aspek Emosim dan psikososial pada post partum dini......................... 28
IV. Kebutuhan penidikan kesehatan pada post partum............................... 47
Rangkuman.................................................................................................... 58
Evaluasi Formatif........................................................................................... 59
Daftar Pustaka................................................................................................ 63

i
KEGIATAN BELAJAR 8 PERUBAHA FISIK PADA POST PARTUM
DINI

TUJUAN PEMBELAJARAN UMUM

Setelah menyelesaikan kegiatan belajar 8 diharapkan mahasiswa dapat


memahami perubahan-perubahan fisik pada post partum dini, Manajemen post
partum dini,Aspek emosi dan psikososial pada post partum dini dan Kebutuhan
pendidikan kesehatan pada post partum dini.

TUJUAN PEMBELAJARAN KHUSUS

Setelah menyelesaikan kegiatan belajar 8 diharapkan mahasiswa dapat


memahami perubahan-perubahan fisik pada post partum dini, Manajemen post
partum dini,Aspek emosi dan psikososial pada post partum dini dan Kebutuhan
pendidikan kesehatan pada post partum dini

POKOK-POKOK MATERI

1. Perubahan fisik pada post partum dini


2. Manajemen post partum dini
3. Aspek emosi dan psikososial pada post partum dini
4. Kebutuhan pendidikan kesehatan pada post partum dini.

1
URAIAN MATERI PERUBAHAN FISIK PADA POST PARTUM DINI

I.PERUBAHAN FISIK PADA POST PARTUM DINI


A. Pengertian
Uterus adalah organ yang mengalami banyak perubahan besar karena telah
mengalami perubahan besar selama masa kehamilan dan persalinan. Pembesaran
uterus tidak akan terjadi secara terus menerus, sehingga adanya janin dalam uterus
tidak akan terlalu lama. Bila adanya janin tersebut melebihi waktu yang
seharusnya, maka akan terjadi kerusakan serabut otot jika tidak dikehendaki.
Proses katabolisme akan bermanfaat untuk mencegah terjadinya masalah tersebut.
Uterus mengalami involusi, yaitu proses kembalinya uterus ke keadaan
sebelum hamil setelah melahirkan, dimuli segera setelah plasenta lahir akibat
kontraksi otot-otot polos uterus. (Maternal, 493). Uterus kembali ke kondisi
sebelum hamil dengan berat sekitar 60 gram.

1) Proses involusi uterus


Pada akhir kala III persalinan, uterus berada di garis tengah, kira-kira 2 cm
dibawah umblicius dengan bagian fundus bersandar pada promontorium sakrialis.

2
Pada saat besar kira-kira sama dengan besar uterus sewaktu usia kehamilan 16
minggu dengan berat 1000 gram.
Peningkatan kadar esterogen dan progesteron bertanggung jawab untuk
pertumbuhan masif uterus selama masa hamil. Pertumbuhan uterus pada masa
prenatal tergantung pada hyperplasia, peningkatan jumlah sel-sel otot dan
hipertropi, yaitu pembesaran sel-sel yang sudah ada. Pada masa postpartum
penurunan kadar hormone ini menyebabkan terjadinya autolisis.
Kontraksi dan retraksi menyebabkan uterus berbentuk globuler, ukuran
mnyusut dengan cepat, hal ini di refleksikan dengan perubahan lokasi uterus, dari
abdomen kembali menjadi organ panggul.
Segera setelah plasenta lahir, tinggi fundus uteri (TFU) sekitar pertengahan
simfisis pubis dan umblikuss (sejajar pusat) . Setelah 24 jam tonus segmen bawah
uterus telah pulih kembali sehingga mendorong fundus keatas menjadi setinggi
umblikuss, hari ke 5 TFU setinggi 7 cm diatas simfisis atau setengah simfisis-
pusat, pada hari ke 10 tidak teraba lagi. Fundus turun 1-2 cm setiap 24 jam.
(maternal:493)
Proses involusi uterus adalah sebagai berikut :
a. Autolysis
1. Autolysis merupakan proses penghancuran diri sendiri yang terjadi
didalam otot uterine. Enzim proteolitik memendekan jaringan otot yang
telah sempat mengendur hingga 10 kali oanjangnya dari semula dan 5 kali
lebar dari semula selama kehamilan. Sitoplasma yang telah berlebih akan
tercerna sendiri sehingga tertinggal jaringan fibro elastic dalam jumlah
renic sebagai bukti kehamilan.

b. Atrofi jaringan
1. Jaringan yang berprofelasi dengan adanya esterogen dalam jumlah besar,
kemudian mengalami atrofi sebagai reaksi terhadap penghentian produksi
esterogen yang menyertai pelepasan plasenta. Selain perubahan atrofi pada
otot-otot uterus, lapisan desidua akan mengalami atrofi dan terlepas

3
dengan meninggalkan lapisan basal yang akan beregenerasi menjadi
endometrium yang baru.

c. Efek oksitosin ( kontraksi)


1. Intensitas kontraksi uterus meningkat secara bermakna segera setelah bayi
lahir, diduga terjadi sebagai respon terhadap penurunan volume
intrauterine yang sangat besar. Hormon oksitosin yang dilepas dari
kelenjar hipofisis memperkuat dan mengatur kontraksi uterus,
mengompresi pembuluh darah dan membantu proses hemostatis.
2. Kontraksi dan retraksi otot uterus akan mengurangi suplai darah ke uterus.
Proses ini akan membantu mengurangi bekas luka tempat implantasi
plasenta serta mengurangi perdarahan. Luka bekas perlekatan plasenta
memerlukan waktu 8 minggu untuk sembuh total.
3. Selama 1 sampai 2 jam pertama postpartum intensitas kontraksi uterus bisa
berkurang dan menjadi teratur. Karena itu penting sekali menjaga dan
mempertahankan kontraksi uterus pada masa ini. Suntikan oksitosin
biasanya diberikan secara intravena atau intramuskular segera setelah
kepala bayi lahir. Pemberian ASI segera setelah bayi lahir akan
merangsang pelepasan oksitosin karena isapan bayi pada payudara.

2) Bagian bekas implantasi plasenta


Menurut Sulaiman S pada tahun 1983 pada permulaan masa nifas
bekas plasenta mengandung banyak pembuluh darah besar yang
tersumbat oleh trombus. Luka bekas implantasi plasenta tidka
meningglkan parut karena dilepaskan dari dasarnya dengan
pertumbuhan endometrium baru dibawah permukan luka.
Endometrium ini tumbuh dari pinggir luka dan juga sisa-sisankelenjar
pada dasar luka. Beberapa hari setelah persalinan ostium eksternum dapat
dilalui oleh 2 jari, pada akhir minggu pertama dapat dilalui oleh 1 jari saja.
Karena hiperplasi ini dan karena retraksi dari cervix jadi sembuh. Vagina

4
yang sangat diregang waktu persalinan, lambat laun mencapai ukuran yang
nirmal. Pada minggu ke 3 post partum ruggae mulai tampak kembali.
Menurut cunninghams, rasa sakit yang disebut after pains (meriang
atau mules-mules) disebabkan oleh kontaksi rahim biasanya berlangsung 3-
4 hari pasca persalinan.
Yang terjadi ditempat implantasi plasenta adalah :
1. Bekas implantasi plasenta segera setelah plasenta lahir seluas 12 x 5
cm, permukaan kasar, dimana pembuluh darah besar bermuara.
2. Pada pembuluh darah terjadi pembentukan trombosis disamping
pembuluh darah tertutup karena kontraksi otot rahim.
3. Bekas luka implantasi dengan cepat mengecil, pada minggu ke-2
sebesar 6-8 cm dan pada akhir masa nifas sebesar 2 cm.
4. Lapisan endometrium dilepaskan dalam bentuk jaringan nekrosis
bersama dengan lochea.
5. Luka bekas implantasi plasenta akan sembuh karena pertumbuhan
endometrium yang berasak dari tepi lapisan basalis endometrium.
6. Luka sembuh sempurna pad 6-8 minggu postpartum

3) Perubahan-perubahan normal pada uterus selama postpartum


Waktu TFU Bobot Diameter Palpasi
uterus uterus serviks
Pada akhir Setinggi 900-1000 12,5 cm Lembut/lunak
persalianan pusat gram
Akhir ½ pusat 450-500 7,5 cm 2 cm
minggu ke-1 sympisis gram
Akhir Tidak 200 gram 5,0 cm 1 cm
minggu ke-2 teraba
Akhir Normal 60 gram 2,5 cm Menyempit
minggu ke-6

5
Involusi uteri dari luar dapat diamati yaitu dengan memeriksa fundus uteri
dengan cara :
a. Segera setelah persalinan, TFU 2 cm dibawah pusat, 12 jam kemudian
kembali 1 cm diatas pusat dan menurun kira-kira 1 cm setiap hari.
b. Pada hari kedua setelah persalinan TFU 1 cm dibawah pusat. Pada hari ke
3-4 TFU 2 cm dibawah pusat. Pada hari ke 5-7 TFU setengah pusat
sympisis. Pada hari ke 10 TFU tidk teraba.
c. Bila uterus tidak mengalami atau terjadi kegagalan dalam proses involusi
disebut dengan subinvolusio. Subinvolusio dapat disebabkan oleh infeksi
dan tertinggalnya sisa plasenta/ perdarahan lanjut (postpartum
haemorrhage).
4) Lochea
Lokia dalah ekskresi cairan rahim selama masa nifas. lochea
mengandung darah dan sisa jaringan desidua yang nekrotik dari dalam
uterus. Loche mempunyai reaksi basa/alkalis yang dapat membuat
organisme berkembang lebih cepat dari pada kondisi asam yang ada pada
vagina normal. Lokia mempunyai bau yang anyir (amis) meskipun tidak
terlalu menyengat dan volumenya berbeda-beda pada setiap wanit. Lokia
yang berbau tidak sedap menandakan adanya infeksi. Lokia mengalami
perubahan karena proses involusi.

6
Pengeluaran lokia dapat dibagi berdasarkan waktu dan warnanya,
seperti pada tabel berikut :
Lokia Waktu Warna Ciri-ciri
Rubra 1-3 hari Merah Terdiri dari
(kruenta) kehitaman darah segar,
jaringan sisa-sisa
plasenta, dinding
rahim, lemak
bayi, lanugo
(rambut bayi)
dan sisa
meconium
Sanginolenta 4-7 hari Merah Sisa darah
kecoklatan dan bercampur
berlendir lender
Serarosa 7-14 hari Kuning Lebih sedikit
kecoklatan darah dan lebih
banyak serum,
juga terdiri dari
leukosit dan
robekan/ laserasi
plasenta
Alba >14 hari Putih Mengandung
berlangsung 2-6 leukosit, sel
postpartum desidua dan sel
epitel, selaput
lendir serviks
dan serabut
jaringan yang
mati
Lochia Terjadi infeksi
purulenta keluar cairan

7
seperti nanah
berbau busuk
Lochiastasis Lochia tidak
lancar keluarnya

Lochia nubra yang menetap pada awal priode postpartu menunjukan


adanya perdarahan postpartum sekunder yang mungkin disebabkan
tinggalnya sisa/ selaput plasenta. Loche serosa atau alba yang berlanjut bisa
menandakan adanya endometris, terutama jika disertai demam, rasa sakit atau
nyeri tekan pada abdomen. Bila terjadi infeksi, keluar cairan nanah berbau
busuk yang disebut lochea purulenta. Pengeluaran lochea yang tidak lancar
disebut dengan loche statis.

A.Cerviks
Segera setelah post partum bentuk servik agak menganga seperti corong.
Bentuk ini disebabkan oleh korpus uteri yang dapat mengadakan kontraksi,
sedangkan serviks uteri tidak dapat berkontraksi, terbentuk semacam cincin.
Serviks mengalami involusi bersama-sama uterus. Setelah persalinan, ostium
eksterna dapat dimasuki oleh 2 hingga 3 jari tangan, setelah 6 minggu
persalinan serviks menutup. Warna serviks merah kehitam-hitaman karena
penuh dengan pembuluh darah. Konsistensinya lunak, kadang-kadang
terdapat laserasi/perlukaan kecil. Karena robekan kecil yang terjadi selama
dilatasi, serviks tidak pernah kembali pada keadaan sebelum hamil.
Bentuknya seperti corong yang disebabkan oleh korpus uteri yang
mengadakan kontraksi, sedangkan serviks tidak berkontraksi sehingga pada
perbatasan antara korpus uteri dan serviks terbentuk cincin. Muara serviks
yang berdilatasi 10 cm pada waktu persalinan, menutup secara bertahap.
Setelah bayi lahir, tangan masih bisa masuk rongga rahim, setelah 2 jam bisa
dimasuki 2-3 jari, pada minggu ke 6 serviks menutup.

B.Vulva dan vagina

8
Vulva dan vagina mengalami penekanan dan peregangan yang sangat
besar selama proses melahirkan bayi, dan dalam beberapa hari pertama
sesudah proses tersebut, kedua organ ini tetap berada dalam keadaan kendur.
Setelah 3 minggu vulva dan vagina kembali pada keadaan tidak hamil dan
rugea dalam vagina secara berangsur-angsur akan muncul kembali, sementra
labia menjadi lebih menonjol. Segera setlah melahirkan, perineum menjadi
kendur karna sebelumnya teregang oleh tekanan kepala bayi yang bergerak
maju. Pada post natal hari ke 5, perineum sudah mendapatkan kembali
sebagian besar tonusnya sekalipun tetap lebih kendur daripada keadaan
sebelum melahirkan. Ukuran vagina akan selalu lebih besar dibandingkan
keadaan saat sebelum persalinan pertama. Meskipun demikian, latihan otot
perineum dapat mengembalikan tonus tersebut dan dapat mengencangkan
vagina hingga tingkat tertentu. Hal ini dapat dilakukan pada akhir puerperium
dengan latihan harian.

C.Perineum
Jalan lahir mengalami penekanan serta pereganan yang sangat besar
selama proses melahirkan bayi, sehingga menyebabkan mengendurnya organ
ini bahkan robekan yang memerlukan penjahitan, namun akan pulh setelah 2-
3 pekan (tergantung elastis tidak atau seberapa sering melahirkan), walaupun
tetap lebih kendur dibanding sebelum melahirkan. Jaga kebersihan daerah
kewanitaan agar tidak timbul infeksi (tanda infeksi jalan lahir bau busuk, rasa
perih, panas, merah, dan terdapat nanah). Segera setelah melahirkan perineum
menjadi kendur karena sebelumnya teregang oleh tekanan kepala bayi
bergerak maju. Pada post natal hri ke 5, perineum sudah mendapatkan
kembali sebagian besar tonusnya sekalipun tetap lebih kendur dari pada
keadaan sebelum melahirkan.

D.Rahim

9
Setelah melahirkan rahim akan berkontraksi (gerakan meremas) untuk
mendapatkan dinding rahim sehingga tidak terjadi perdarahan, kontraksi
inilah yang menimbulkan rasa mulas pada perut ibu. Berangsur-angsur rahim
akan mengecil seperti sebelum hamil, sesaat setelah melahirkan normalnya
rahim teraba keras setinggi 2 jari dibawah pusat, 2 pekan setelah melahirkan
rahim sudah tak teraba, 6 pekan akan pulih seperti semula. Akan tetapi
biasanya perut ibu masih terlihat buncit dan bergaris-garis putih atau coklat
berkelok, hal ini dikarenakan peregangan kulit perut yang berlebihan selama
hamil, sehingga perlu waktu untuk memulihkannya, senam nifas akan sangat
membantu mengencangkan kembali otot perut.

B. PERUBAHAN SISTEM PERNAPASAN


Frekuensi pernafasan normal pada orang dewasa adlah 16-24 kali per
menit. Pada ibu post partum umumnha pernafasan lambat atau normal. Hal in
dikarenakan ibu dalam keadaan pemulihan atau dalam kondisi istirahat.
Keadaan pernafasan selalu berhubungan dengan keadaan suhu tubuh dan
denyut nadi. Bila suhu dan denyut nadi tidak normal, pernapasan juga akan
mengikutinya, kecuali apabila ada gangguan khusus pada saluran nafas. Bila
pernafasan pada masa post partum menjadi lebih cepat, kemungkinan ada
tanda-tanda syok.

10
C.PERUBAHAN SISTEM PENCERNAAN
Perubahan kadar hormon dan dan gerak tubuh yng kurang menyebabkan
menururnnya fungsi usus, sehingga ibu merasa tidak ingin atau sulit BAB (Buang
Air Besar). Terkadang muncul wasir atau ambein pada ibu setelah melahirkan, ini
kemungkinan karena kesalahan cara mengejan saat bersalin juga karna sembelit
berkepanjangan sebelum dan setelah melahirkan. Dengan memperbanyak asupan
serat (buah-sayur) dan senam nifas akan mangi bahkan menghilangkan keluhan
ambeien ini.
Kerapkali diperlukan waktu 3-4 hari sebelum faal usus kembali normal.
Meskipun kadar progesteron menurun setelah melahirkan, namun asupan
makanan juga mengalami penurunan selama satu atau dua hari, gerak tubuh
berkurang dan usus bagian bawah sering kosong jika sebelum melahirkan
diberikan enema. Rasa sakit di daerah perineum dapat menghalangi keinginan
untuk BAB.
Beberapa hal yang berkaitan dengan perubahan pada sistem pencernaan,
antara lain :

11
a. Nafsu makan
Pasca melahirkan, biasanya ibu merasa lapar sehingga diperbolehkan
untuk mengkonsumsi makanan. Pemulihan nafsu makan diperlukan waktu
3-4 hari sebelum faal usus kembali normal. Meskipun kadar progesteron
menurun setelah melahirkan, asupan makanan juga mengalami penurunan
selama satu atau dua hari.
b. Motilitas
Secara khas, penurunan tonus dan motilitas otot traktus cerna menetap
selama waktu yang singkat setelah bayi lahir. Kelebihan analgesia dan
anastesia bisa memperlambat pengembalian tonus dan motilitas ke keadaan
normal.
c. Pengosongan usus
Pasca melahirkan, ibu sering mengalami konstipasi. Hal ini disebabkan
tonus otot usus menurun selama proses persalinan dan awal masa
pascapartum, diare sebelum persalinan, enema sebelum melahirkan, kurang
makan, dehidrasi, hemoroid ataupun laserasi jalan lahir. Sistem pencernaan
pada masa nifas membutuhkan waktu untuk kembali normal.

Supaya buang air besar kembali teratur dapat diberikan


diet/makanan yang mengandung serat dan pemberian cairan yang cukup.
Bila usaha ini tidak berhasil dalam waktu 2 atau 3 hari dapat ditolong
dengan pemberian huknah atau gliserin spuit atau diberikan obat laksan
yang lain.

12
D.PERUBAHAN SISTEM PERKEMIHAN
Hari pertama biasanya ibu mengalami kesulitan buang air kecil,
selainkhawatir nyeri jahitan juga karena penyempitan saluran kencing akibat
penekanan kepala bayi saat proses melahirkan. Namun usahakan tetap kencing
secara teratur, buang rasa takut dan khawatir, karna kandung kencing yang terlalu
penuh dapat menghambat kontraksi rahim yang berakibat terjadi perdarahan.
Buang air kecil sering sulit selama 24 jam pertama. Kemungkinan terdapat
spasine sfingter dan edema leher buli-buli sesudah bagian ini mengalami kompresi
antara kepala janin dan tulang pubis selama persalinan dalam jumlah yang bessar
akan dihasilkan dalam waktu 12-36 jam sesudah melahirkan. Setelah plasenta
dilahirkan, kadar hormon esterogen yang bersifat menahan air akan mengalami
penurunan yang mencolok. Keadaan ini menyebabkan diuresis. Ureter yang
berdilatasi akan kembali normal dalam tempo 6 minggu.
Perubahan pada masa hamil (kadar steroid yang tinggi) turut menyebabkan
peningkatan fungsi ginjal, sedangkan kadar steroid setelah wanita melahirkan
sebagian menjelaskan sebab penurunan fungsi ginjal selama masa pasca partum.
Fungsi ginjal kembali normal dalam waktu satu bulan setelah wanita melahirkan.
Diperlukan kira-kira 2-8 minggu supaya hipotonia pada kehamlan dan dilatasi
ureter serta pelvis ginjal kembali ke keadaan sebelum hamil

13
(cunningham,dkk:1993). Pada sebagian kecil wanita, dilaktasi traktus urinarius
bisa menetap selama 3 bulan.
Komponen Urine
Glikosuria ginjal diinduksikan oleh kehamilan menghilang. Laktosuria
positif pada ibu menyusui merupakan hal yang normal. BUN (Blood Urea
Nitrogen), yang meningkat selama pasca partum merupakan akibat otolisis uterus
yang berinvolusi. Pemecahan kelebihan protein didalam sel otot uterus juga
menyebabkan protein urin ringan (+1) selama satu sampai dua hari setelah wanita
melahirkan. Hal ini terjadi pada sekitar 50% wanita. Asetonuria bisa terjadi pada
wanita yang tidak mengalami komplikasi persalinan atau setelah suatu persalinan
yang lama dan disertai dehidrasi.

Diuresis Postpartum
Dalam 12 jam pasca melahirkan, ibu mulai membuang kelebihan cairan
yang tertimbun di jaringan selama ia hamil. Salah satu mekanisme untuk
mengurangi cairan yang teretensi selama masa hamil ialah diaforesis luas,
terutama pada malam hari, selama 2-3 hari pertama setelah melahirkan. Diuresis
pascapartum, yang disebabkan oleh penurunan kadar esterogen, hilangnya
peningkatan tekanan vena pada tingkat bawah, dan hilangnya peningkatan volume
darah akibat kehamilan, merupakan mekanisme tubuh untuk mengatasi kelebihan
cairan. Kehilangan cairan melalui keringat dan peningkatan jumlah urin
menyebabkan penurunan berat badan sekitar 2,5 kg selama masa pasca partum.
Pengeluaran kelebihan cairan yang tertimbun selama hamil kadang-kadang
disebut kebalikan metabolisme air pada masa hamil (reversal of the water
metabolisme of pregnancy).

Uretra dan Kandung Kemih


Trauma bila terjadi pada uretra dan kandung kemig selama proses
melahirkan, yakni sewaktu bayi melewati jalan lahir. Dinding kandung kemih
dapat mengalami hiperemesis dan edema, seringkali disertai di daerah-daerah
kecil hemoragi. Kandung kemih yang oedema, terisi penuh dan hipotonik dapat

14
mengakibatkan overdistensi, pengosongan yang tak sempurna dan urine residual
kecuali jika dilakukan auhan untuk mendorong terjadinya pengosongan kandung
kemih bahkan saat tidak merasa untuk berkemih.
Kombinasi trauma akibat kelahiran, peningkatan kapasitas kandung kemih
setelah bayi lahir, dan efek konduksi anastesi menyebabkan keingnan untuk
berkemih menurun. Selain itu rasa nyeri pada panggul yang timbul akibat
dorongan saat melahirkan, laserasi vagina, atau episiotomi menurunkan atau
merubah refleks berkemih. Penurunan berkemih, seiring diuresis pasca partum,
bisa menyebabkan distensi kandung kemih. Distensi kandung kemih yang muncul
segera setelah wanita melahirkan dapat menyebabkan perdarahan berlebh arna
keadaan ini bisa menghambat uterus berkontraksi dengan baik. Pada masa pasca
partum tahap lanjut, distensi yang berlebih ini dapat menyebabkan kandung kemih
lebih peka terhadap infeksi sehingga mengganggu proses berkemih normal
(Cunningham,dkk, 1993).

E.PERUBAHAN SISTEM MUSCULOSKETAL


Adaptasi system muskuluskeletal ibu yang terjadi mencakup hal-hal yang
dapat membantu relaksasi dan hipermobilitas sendi dan perubahan pusat berat ibu
akibat pembesaran uterus. Stabilisasi sendi lengkap akan terjadi pada minggu ke-6
sampai ke-8 setelah wanita melahirkan.
Striae pada abdomen tidak dapat menghilang sempurna tapi berubah
menjadi halus/ samar, garis putih keperakan. Dinding abdomen menjadi lembek
setelah persalinan karena teregang selama kehamilan. Semau ibu puerperium
mempunyai tingkatan diastasis yang mana terjadi pemisahan muskulus rektus
abdominus.
Beratnya diastasis tergantung pada factor-faktor penting termasuk keadaan
umum ibu, tonus otot, aktivitas/ pergerakan yang tepat, paritas, jarak kehamilan,
kejadian/ kehamilan denagn overdistensi. Faktor-faktor tersebut menentukan lama
waktu yang diperlukan untuk mendapatkan kembali tonus otot.
Seperti dengan semua sistem tubuh lainnya, sistem muskuloskeletal
mengalami perubahan selama periode postpartum. Relaxin adalah hormon yang

15
bertanggung jawab untuk relaksasi dari ligamen dan sendi panggul selama
kehamilan. Setelah melahirkan, tingkat relaksin mereda dan ligamen panggul dan
sendi kembali ke pra-hamil negara mereka. Namun, sendi kaki tetap diubah dan
banyak klien melihat peningkatan permanen dalam ukuran sepatu (Crum, dikutip
dalam Lowdermilk & Perry, 2006).
Dinding perut yang melemah dan nada otot perut berkurang setelah
kehamilan.. Beberapa klien memiliki pemisahan antara otot dinding perut, disebut
diastasis recti. Pemisahan ini sering dapat diperbaiki dengan latihan perut tertentu
yang dilakukan selama periode postpartum. Klien harus diinstruksikan untuk
memulai latihan perut kapan menyusul pengiriman vagina dan setelah nyeri tekan
abdomen menyelesaikan setelah operasi caesar (Cunningham et al., 2005). Klien
juga harus diinstruksikan untuk menghindari kelelahan selama beberapa minggu
pertama setelah melahirkan.
Tingkat nyeri muskuloskeletal pada populasi remaja dan dewasa diperiksa,
dengan fokus pada tiga gangguan nyeri sering dilaporkan: nyeri bahu, nyeri
punggung dan fibromyalgia rendah / nyeri kronis yang meluas. Nyeri umumnya
dilaporkan antara populasi orang dewasa, dengan hampir seperlima luas pelaporan
nyeri, nyeri bahu salah satu ketiga, dan sampai satu setengah melaporkan nyeri
punggung rendah dalam periode 1 bulan. Prevalensi nyeri bervariasi dalam sub
kelompok populasi tertentu, kelompok faktor (termasuk status sosial ekonomi,
etnis dan ras) dan faktor individu (merokok, diet, dan status psikologis) semua
terkait dengan pelaporan nyeri muskuloskeletal.
Nyeri panggul kronis pada wanita memiliki penyebab multifaktorial, tetapi
disfungsi muskuloskeletal panggul tidak secara rutin dievaluasi sebagai penyebab
oleh ginekolog.
Beberapa gejala musculoskeletal yang dapat terjadi pada periode
pascapartum, diantaranya adalah:
1. Nyeri Punggung
Nyeri punggung adalah gejala pascapartum jangka panjang yang sering
terjadi. Mekanisme yang menghasilkan nyeri punggung yang dihipotesis oleh
beberapa ahli peneliti adalah ketegangan postural pada system

16
musculoskeletal akibat posisi pada saat persalinan. Nyeri punggung umumnya
tidak berat.
2. Sakit Kepala
Sakit pada leher dan nyeri pada bahu sakit kepala jangka pendek yang timbul
setelah persalinan terjadi selama minggu pertama pascapartum dan
mengalami migren dalam tiga bulan setelah melahirkan yang berlangsung
selama enam minggu. Sakit kepala pascapartum sangat menyakitkan, timbul
beberapa kali dalam satu minggu dan memengaruhi aktivitas. Sakit kepala
akibat fungsi postdural pada wanita yang mendapat anastesi epidural atau
spinal harus dimonitor. Sakit pada leher dan nyeri bahu jangka panjang telah
dilaporkan timbul setelah pemberian anastesi umum.
Perubahan – Perubahan Fisiologi yang terjadi pada Sistem Muskulus
Skeletal dan Sistem Syaraf pada Ibu Nifas
a. Sakit Kepala
Rasionalnya karena akibat putusnya serat-serat elastik kulit dan distensi yang
berlangsung lama akibat besarnya uterus selama kehamilan. Saat kehamilan
juga terjadi peregangan dinding perut dan kehilangan tonus otot selama
trimesteer 3, otot rektus abdominis tekanannya rendah menyebabkan isi
menonjol di garis tengah tubuh, umbilikalis lebih datar atau menonjol.
Setelah melahirkan tonus otot kembali tetapi pemisahan otot rektus abdominis
(diastasis rektiabdominis) menetap. Setelah melahirkan normalnya diastasis
rekti sekitar 5 cm dan akan menjadi 2 cm sekitar selama 6-8 minggu.
Kebutuhannya antara lain:
a. Pada saat hamil, ibu melakukan senam hamil secara rutin
b. Pada saat persalinan ibu harus mengedan dengan baik
c. Senam nifas
d. Melakukan kegel exercise
e. Fiksasi(memakai stagen)
f. Ibu mengkonsumsi nurtisi yang baik(TKTP) misalnya: umbi,jagung,
kentang,padi-padian, dan lain-lain.

17
g. Jiterjadi diastasis rekti lakukan lah pemeriksaan rektus abdominis untuk
mengkaji lebar cela antara otot rektus babdominis.

1) Ligamentum rotundum menjadi kendur (batasan normal 6 minggu)


Rasionalnya letaknya terdapat pada bagian atas lateral dari uterus, kaudal
dari insertietua, kedua ligament ini melalui kanalis inguinalis ke bagian
kranial labia mayor. Terdiri dari jaringan otot polos (identik dengan
miometrium) dan jaringan ikat dan menahan uterus dalam antefleksi. Pada
waktu kehamilan mengalami hypertrophie, sehingga dapat diraba dengan
pemeriksaan luar. Setelah lahir ligamen-ligamen, diafragma pelvis dan fasia
yang meregang sewaktu kehamilan dan partus berangsur-angsur menciut
kembali. Tidak jarang ligamentum rotundum menjadi kendur akibat letak
uterus menjadi retrofleksi, yaitu pembengkokan organ sehingga ujung atasnya
berputar ke arah belakang. Masalahnya yang ditimbulkan : perut
menggantung.
2) Jaringan penopang dasar panggul (Trimium) kendur (normalnya 6-8 minggu).
Hal ini terjadi karena jaringan penopang dasar panggul yang terobek atau
teregang saat ibu melahirkan.
Kebutuhannya ialah:
a. Pada saat hamil, ibu melakukan senam hamil secara rutin
b. Pada saat persalinan ibu harus mengedan dengan baik
c. Senam nifas
d. Latihan otot panggul dengan cara kontraksi otot dasar panggul seperti pada
saat mengeluarkan napas
e. Ibu mengkonsumsi nutrisi yang baik (TKTP)

3) Sendi tulang pada pinggang menjadi lentur (batas normal 6-8 minggu)
Hal ini terjadi dikarenakan saat adanya lordosis yang berat pada saat hamil
dan fleksi anterior leher serta merosotnya lingkar bahu yang menyebabkan
traksi pada nervus ulnaris dan medianus.
Kebutuhannya ialah:

18
a. Pada waktu hamil ibu dianjurkan untuk latihan senaam hamil
b. Ibu dianjurkan untuk mobilisasi seperti senam nifas
c. Mengkonsumsi nutrisi yang cukup (TKTP)

4) Rongga panggul yang melebar selama kehamilan mulai berkurang


(normalnya 6-8 minggu)
Ini terjadi karena saat kehamilan mobilitas  sendi sakro iliaka, sakro koksigis
dan sendi pubis bertambah karena jaringan ikat pada sendi panggulnya mulai
melunak, sehingga rongga panggul menjadi lebih lebar. Namun, saat 
persalinan dan sesudah persalinan hormon estrogen dan progesteron dan
relaksin menurun sehingga menyebabkan pelebaran rongga panggul
berkurang. Kebutuhannya ialah:
a. Pada waktu hamil ibu dianjurkan untuk latihan senam hamil
b. Kegel exercise
c. Ibu dianjurkan melakukan senam nifas
d. Ibu mengkonsumsi nutrisi yang baik(TKTP)

5) Bertambahnya tingkat mobilitas dan kelenturan sendi (normalnya 8 minggu)


Ini terjadi pada 6-8 minggu pasca persalian.Hal ini terjadi karena perubahan
hormon estrogen, progesteron dan relaksin selama kehamilan sehingga
mengurangi kepadatan jaringan penghubung, kartilago, dan ligamen  serta
jumlah cairan sinovial. Stabilisasi
Kebutuhannya ialah:
a. Pada waktu hamil ibu dianjurkan untuk latihan senam hamil
b. Kegel exercise
c. Ibu dianjurkan melakukan senam nifas
d. Ibu mengkonsumsi nutrisi yang baik(TKTP)

6) Otot-otot ekstrimitas menjadi lebih kaku (normalnya 6-8 bulan)


Kebutuhan kalsium pada saat hamil bertambah dikarenakan terjadi
pembentukan tulang bagi janin, jika ibu tidak memenuhi kebutuhan

19
kalsiumnya, maka kalsium ibu akan berkurang karena digunakan janin.
Akibatnya akan timbul kram dan kesemutan pada kaki dan akhirnya
berdampak pada osteoporosis.
Kebutuhannya ialah:
a. Selama hamil ibu dianjurkan untuk mengatur posisi sebaik mungkin
saat       beraktifitas maupun saat istirahat.
b. Saat persalinan ibu mengambil posisi bersalin yang senyaman
mungkin      dan mengedan dengan baik
c. Senam nifas
d. Latihan mengatur posisi tubuh agar kembali keposisi semula
e. Mengkonsumsi makanan yang ber nutrisi dan mengandung kalsium
f. Ibu mengkonsumsi nutrisi yang baik (TKTP)

F.PERUBAHAN ENDOKRIN
Setelah melahirkan, sistem endokrin kembali kepada kondisi seperti sebelum
hamil. Hormon kehamilan mulai menurun segera setelah plasenta keluar.
Turunnya estrogen dan progesteron menyebabkan peningkatan prolaktin dan
menstimulasi air susu. Perubahan fisioligis yang terjadi pada wanita setelah
melahirkan melibatkan perubahan yang progresif atau pembentukan jaringan-
jaringan baru. Selama proses kehamilan dan persalinan terdapat perubahan pada
sistem endokrin, terutama pada hormon-hormon yang berperan dalam proses
tersebut.
Hormon yang berperan dalam sistem endokrin sebagai   berikut :
a. Oksitosin
Oksitosin disekresikan dari kelenjar otak bagian belakang. Selama tahap
kala III persalinan, hormon oksitosin berperan dalam pelepasan plasenta dan
mempertahankan kontraksi, sehingga mencegah pendarahan. Isapan bayi
dapat merangsang produksi ASI dan sekresi oksitosin yang dapat membantu
uterus kembali kebentuk normal.
b. Prolaktin

20
Menurunnya kadar estrogen menimbulkan terangsangnya kelenjar pituitari
bagian belakang untuk mengeluarkan prolaktin. Hormon ini berperan dalam
pembesaran payudara untuk merangsang produksi susu. Pada wanita yang
menyusui bayinya, kadar prolaktin tetap tinggi dan pada permulaan ada
rangsangan folikel dalam ovarium yang ditekan. Pada wanita yang tidak
menyusui tingkat sirkulasi prolaktin menurun dalam 14 sampai 21 hari
setelah persalinan, sehingga merangsang kelenjar bawah depan otak yang
mengontrol ovarium kearah permulan pola produksi estrogen dan progesteron
yang normal, pertumbuhan folikel ovulasi dan menstruasi.
c. Estrogen dan progesteron
Selama hamil volume darah normal meningkat walaupun mekanismenya
secara penuh belum dimengerti. Diperkirakan bahwa tingkat estrogen yang
tinggi memperbesar hormon antidiuretik yang meningkatkan volume darah.
Disamping itu, progesteron mempengaruhi otot halus yang mengurangi
perangsangan dan peningkatan pembuluh darah yang sangat mempengaruhi
saluran kemih, ginjal, usus, dinding vena, dasar panggul, perineum dan vulva,
serta vagina.
d. Hormon plasenta
Hormon plasenta menurun dengan cepat setelah persalinan. Human
chorionic gonadotropin (HCG) menurun dengan cepat dan menetap sampai
10% dalam 3 jam hingga hari ke 7 postpartum dan sebagai omset pemenuhan
mammae pada hari ke 3 postpatum. Penurunan hormone human plecenta
lactogen (Hpl), estrogen dan kortiosol, serta placenta enzyme insulinasi
membalik efek diabetogenik kehamilan, sehingga kadar gula darah menurun
secara yang bermakna pada masa puerperium. Kadar estrogen dan progesterone
menurun secara mencolok setelah plasenta keluar, kadar terendahnya di capai
kira-kira satu minggu pacapartum. Penurunan kadar ekstrogen berkaitan
dengan pembekakan payudara dan dieresis ekstraseluler berlebih yang
terakumulasi selama masa hamil. Pada wanita yang tidak melahirkan tidak
menyusui kadar ekstrogen mulai meningkat pada minggu ke 2 setelah

21
melahirkan dan lebih tinggi dari pada wanita yang menyusui pada postpartum
hari ke 17.
e. Hormon hipofisis dan fungsi ovarium
Waktu mulainya ovulasi dan menstruasi pada wanita menyusui dan tidak
menyusui berbeda. Kadar proklatin serum yang tinggi pada wanita menyusui
berperan dalam menekan ovulasi karena kadar hormone FSH
terbukti sama pada wanita menyusui dan tidak menyusui, di simpulkan ovarium
tidak berespon terhadap stimulasi FSH ketika kadar prolaktin meningkat. Kadar
prolaktin meningkat secara pogresif sepanjang masa hamil. Pada wanita
menyusui kadar prolaktin tetap meningkat sampai minggu ke 6 setelah
melahirkan. Kadar prolaktin serum dipengaruhi oleh kekerapan menyusui, lama
setiap kali menyusui dan banyak makanan tambahan yang diberikan. Untuk
wanita yang menyusui dan tidak menyusui akan mempengaruhi lamanya ia
mendapatkan menstruasi.
Sering kali menstruasi pertama itu bersifat anovulasi yang dikarenakan
rendahnya kadar estrogen dan progesteron. Di antara wanita laktasi sekitar 15 %
memperoleh menstruasi selama 6 minggu dan 45% setelah 12 minggu dan 90%
setelah 24 minggu. Untuk wanita laktasi 80% menstruasi pertama anovulasi dan
untuk wanita yang tidak laktasi 50% siklus pertama anovulasi.

G.PERUBAHAN SISTEM KARDIOVASKULER


Setelah terjadi dieresis yang mencolak akibat penurunan kadar estrogen,
volume darah kembali kepada keadaan tidak hamil. Jumlah sel darah merah dan
hemoglobin kembali normal pada hari ke-5.Meskipun kadar estrogen mengalami
penurunan yang sangat besar pada saat nifas, namun kadarnya masih tetap lebih
tinggi daripada normal. Plasma darah tidak begitu mengandung cairan dan dengan
demikian daya koagolasimeningkat. Pembekuan darah harus dicegah dengan
penanganan yang cermat dan penekanan pada ambulasi dini.
Selama kehamilan volumedarah normal digunakan untuk menampung aliran
darah yang meningkat, yang diperlukan oleh pelasentadan pembuluh darah uterin.
Penarikan kembali esterogen menyebabkan diuresisterjadi, yang secara cepat

22
mengurangi polume pelasma kembalipada peroporsi normal. Aliran initerjadi
dalam 2-4 jam pertama setelahkelahiran bayi. Selama masa ini ibumengeluarkan
banyak sekalijumlah urin.
Hilangnya progesterone membantu mengurangi retensi cairan yang melekat
dengan meningkatkan vaskuler pada jaringan tersebut selama kehamilan bersama-
sama dengan trauma selama persalinan.pada persalinan pervaaginam kehilangan
darah sekitar 300 – 400cc. bila kelahiran melaluiseksio sesarea, maka kehilangan
darah dapat dua kalilipat.Perubahan terdiridari volume darah (blood volume) dan
hemokonsentrasi akan naik dan pada resiko sesaria, hemokonsentrasi cenderung
setabil dan kembalinormal setelah 4-6 minggu.
Setelah persalinan, shunt akan hilang dengan tiba-tiba. Volume darah ibu
relative akan bertambah. Keadaan iniakan menimbulkan beban pada jantung,
dapat menimbulkandecompensation cordial pada penderita vitum cordial.
Keadaan ini dapat diatasi dengan mekanisme kopensasi dengan timbulnya
haemokonsentrssi sehingga volume darah kembalih seperti sediakala, umumnya
ini terjadi pada hari 3-5 postpartum.

H.PERUBAHAN HEMATOLOGI
Selama minggu-minggu terakhir kehamilan,kadarfibrinogen dan pelasma
serta factor-faktor pembekuan darah meningkat. Pada hari pertamapospartum,
kadar fibrinogen dan pelasma akan sedikit menurun tetapi darah lebih mengetal
dengan peningkatan viskositas sehingga meningkatkan viskositss sehingga
meningkatkan factor pembekuan darah.
Leukositosis yang meningkat dimanajulah sel darah putih dapat mencapai
15000 selama persalinan akan tetap tinggi dalam beberapa hari pertama dari masa
postpartum. Jumlah sel darah putih tersebut masih bias naiklagi sampai 25000
atau 30000 tanpa adanya kondisi patologisjika wanita tersebut mengalami
persalinan lama. Jumlah hemoglobin, hema tokritdanerytrosytakan sangat
berpariasi pada awal-awal masa postpartum sebagai akibat dari volume
darah,volume plasenta dan tingkat volume darah yang berubah-ubah, semua
tingkatan ini akan dipengaruhi oleh setatus gizi dan hidrasi wanita tersebut.

23
Kira-kira selama kelahiran dan masa postpartum terjadi kehilangan darah
sekitar200-500 ml. penurunan volume dan peningkatan seldarah pada kehamilan
diasosiasikan dengan peningkatan hematokritdan hemoglobin pada hari ke 3-7
postepatrum dan akan kembali normal dalam 4-5 minggu post partum.

II.MANAJEMEN POST PARTUM DINI

A. Postpartum
Post partum adalah masa atau waktu sejak bayi dilahirkan dan plasenta keluar
lepas dari rahim, sampai enam minggu berikutnya, disertai dengan pulihnya
kembali organ-organ yang berkaitan dengan kandungan, yang mengalami
perubahan seperti perlukaan dan lain sebagainya berkaitan saat melahirkan
(Suherni, 2009).
Tujuan dari manajemen post partum yaitu untuk memberikan asuhan yang
adekuat dan terstandart pada ibu segera setelah melahirkan dengan
memperhatikan riwayat selama kehamilan dalam persalinan dan keadaan segera
setelah melahirkan agar terlaksananya asuhan segera/ rutin pada ibu post partum
termasuk melakukan pengkajian, membuat diagnosa, mengidentifikasi masalah
dan kebutuhan ibu, mengidentifikasi diagnosa dan masalah potensial, tindakan
segera, merencanakan asuhan serta melakukan evaluasi untuk menilai keadaan ibu
dan bayi baru lahir, mencegah, mendeteksi dan menangani masalah-masalah yang
terjadi, paling sedikit dilakukan 4 kali kunjungan nifas, lama hari rawat 24 jam.

24
Pengkajian data:
a. Anamnesis dan pemeriksaan fisik dilakukan berdasarkan tujuan asuhan dari
setiap waktu kunjungan yang dilakukan
b. Meninjau catatan/ record pasien, seperti:
1. Catatan perkembangan antepartum dan intrapartum
2. Berapa lama (jam/hari) pasien postpartum
3. Keadaan suhu, nadi, respirasi dan TD post partum
4. Pemeriksaan laboratorium
5. Catatan obat-obatan
c. Menanyakan riwayat kesehatan dan keluhan ibu, seperti:
1. Mobilisasi
2. BAK dan BAB
3. Keadaan nafsu makan
4. Ketidakyamanan/rasa sakit
5. Kekhawatiran
6. Makanan bayi
7. Reaksi pada bayi
8. Melakukan pemeriksaan fisik

B.Manajemen AsuhanAawal Post Psrtum


1. Kontak dini sesering mungkin dengan bayi
Kontak dini atau Bonding attachment bertujuan untuk memberikan
kehangatan, menurunkan rasa sakit ibu, memberikan rasa nyaman, identitas
peran bagi seorang ibu serta membantu ibu untuk segera menyusui yang
bermanfaat untuk merangsang oksitosin dan prolaktin hormon sehingga
meningkatkan kontraksi uterus, mencegah perdarahan postpartum dan
meningkatkan produksi ASI (Lowdermilk, Perry and Bobak, 1999).
Bonding attachment yang dilakukan sejak dini juga meningkatkan
keterikatan ibu dan bayi, sehingga akan mendorong ibu untuk kompeten dan

25
lebih percaya diri dalam merawat bayinya (Rubin, 1974 dalam Bobak and
Jensen, 1996).
2. Mobilisasi/istirahat baring ditempat tidur
Sebaiknya ibu-ibu post partum dapat melakukan ambulasi dini setelah
kondisi fisiknya mulai membaik. Ambulasi dilakukan secara bertahap yaitu:
a. Miring kanan/ miring kiri setelah 2 jam post partum
b. Duduk sendiri setelah 6-8 jam post partum
c. berjalan setelah 12 jam post partum
Istirahat disini bukan berarti istirahat fisiknya saja, melainkan jugamental.
Maka ibu harus terhindar dari masalah-masalah yang menyebabkan tidak tenang.
Kebutuhan istirahat/ tidur pada masa nifas antara 8 -10 jam sehari.

3. Gizi/diet
Makanan dan minuman merupakan faktor penting dalam
pemulihan kondisi tubuh serta pembentukan dan pengeluaran air susu ibu.
Maka diperlukan nutrisi tambahan dan tidak ada pembatasan cairan yang
masuk. Ibu yang menyusui seharusnya:
a. Mengkonsumsi tambahan 500 kalori tiap hari
b. Makan dengan diet berimbsng untuk mendapatkan protein, mineral,
dan vitamin yang cukup.
c. Minum sedikitnya 3 liter setiap hari.
d. Minum pil zat besi untuk menambah zat gizi setidaknya selama 40 hari
pasca bersalin (Saifudin, 2001).
4. Perawatan perineum
Perawatan perineum dilakukan agar terhindar dari infeksi dan
mempercepat penyembuhan luka episiotomi serta menjaga kebersihan
(Christina I, 1996).

26
C.Frekuensi Kunjungan Awal Nifas
Kunjungan pertama (6-8 jam setelah persalinan)
Tujuannya:
a. Mencegah perdarahan waktu nifas karena atonia uteri.
b. Mendeteksi dan merawat penyebab lain perdarahan, rujuk bila perdarahan
berlanjut.
c. Memberikan konseling pada ibu atau salah satu anggota keluarga bila
terjadi perdarahan banyak.
d. Pemberian ASI awal.
e. Melakukan hubungan antara ibu dan bayi.
f. Menjaga bayi agar tetap sehat dengan cara mencegah terjadinya
hipotermia.

Kunjungan kedua (6 hari setelah persalinan)


Tujuannya:
a. Memastikan involusi uteri berjalan normal, uterus berkontraksi, fundus
uteri dibawah umbikulus, tidak ada perdarahan abnormal dan tidak berbau.
b. Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi atau perdarahan abnormal.
c. Memastikan ibu mendapat cukup makanan, cairan dan istirahat.
d. Memastikan ibu menyusui bayinya dengan baik dan tidak menunjukkan
tanda-tanda penyulit.
e. Memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan pada bayi, tali pusat,
menjaga bayi supaya tetap hangat dan merawat bayi sehari-hari.
Kunjungan ke tiga (2-3 minggu setelah persalinan)
Tujuannya: sama dengan kunjungan ke dua.

Kunjungan ke empat (4-6 minggu setelah persalinan)


Tujuannya:
a. Menanyakan pada ibu tentang penyulit-penyulit yang ibu dan bayi alami.

27
b. Memberikan konseling KB secara dini.
c. Tali pusat tetap kering, ibu perlu diberitahu bahaya membubuhkan sesuatu
pada tali pusat bayi, misalnya minyak atau bahan lain. Jika ada kemerahan
pada pusat, perdarahna tercium bau busuk, bayi segera dirujuk.
d. Perhatikan kondisi umum bayi, apakah ada ikhterus atau tidak. Ikhterus
pada hari ketiga postpartum adalah fisiologis yang tidak perlu pengobatan.
Namun bila ikhterus terjadi pada hari ketiga atau kapan saja dan bayi
malas untuk menyusu serta tampak mengantuk maka segera rujuk bayi ke
Rumah Sakit.
e. Bicarakan pemberian ASI dengan ibu dan perhatian apakah bayi menyusu
dengan baik.
f. Nasehati ibu, agar hanya memberikan ASI kepada bayi selama minimal 4-
6 bulan.
g. Catat semua dengan tepat, hal-hal yang diperlukan.
h. Jika ada yang tidak normal segeralah merujuk ibu dan bayi ke Puskesmas
atau Rumah Sakit.

III. ASPEK PSIKOSOSIAL PADA PERIODE POST PARTUM

A. Pengertian
Post partum adalah masa sesudah persalinan dapat juga disebut masa nifas
(puerperium) yaitu masa sesudah persalinan yang diperlukan untuk pulihnya
kembali alat kandungan yang lamanya 6 minggu. Post partum adalah masa 6
minggu sejak bayi lahir sampai organ-organ reproduksi sampai kembali ke
keadaan normal sebelum hamil (Bobak, 2010). Partus di anggap spontan atau
normal jika wanita berada dalam masa aterm, tidak terjadi komplikasi, terdapat
satu janin presentasi puncak kepala dan persalinana selesai dalam 24 jam (Bobak,
2005).
Partus spontan adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan
cukup bulan dengan ketentuan ibu atau tanpa anjuran atau obatobatan

28
(prawiroharjo, 2000). Ruptur perineum adalah robekan yang terjadi pada
perineum sewaktu persalinan (Mohtar, 1998).
B. Adaptasi Psikososial periode Post Partum
1. Adaptasi Fisiologi
a. Infolusi uterus
Proses kembalinya uterus ke keadaan sebelum hamil setelahmelahirkan,
proses ini dimulai segera setelah plasenta keluar akibat kontraksi otot-otot
polos uterus. Pada akhir tahap ketiga persalinan, uterus berada di garis
tengah, kira-kira 2 cm di bawah umbilikus dengan bagian fundus
bersandar pada promontorium sakralis.
Dalam waktu 12 jam, tinggi fundus mencapai kurang lebih 1 cm diatas
umbilikus. Fundus turun kira-kira 1 smpai 2 cm setiap 24 jam. Pada hari
pasca partum keenam fundus normal akan berada di pertengahan antara
umbilikus dan simpisis pubis. Uterus, pada waktu hamil penuh baratnya 11
kali berat sebelum hamil, berinvolusi menjadi kira-kira 500 gr 1 minggu
setelah melahirkan dan 350 gr 2 minggu setelah lahir. Satu minggu setelah
melahirkan uterus berada di dalam panggul. Pada minggu keenam,
beratnya menjadi 50-60 gr. Peningkatan esterogen dan progesteron
bertabggung jawab untuk pertumbuhan masif uterus selama hamil. Pada
masa pasca partum penurunan kadar hormon menyebapkan terjadinya
autolisis, perusakan secara langsung jaringan hipertrofi yang berlebihan.
Sel-sel tambahan yang terbentuk selama masa hamil menetap. Inilah
penyebap ukuran uterus sedikit lebih besar setelah hamil.
b. Kontraksi
Intensitas kontraksi uterus meningkat secara bermakna segera setelah bayi
lahir, diduga terjadi sebagai respon terhadap penurunan volume intrauterin
yang sangat besar. homeostasis pasca partum dicapai terutama akibat
kompresi pembuluh darah intramiometrium, bukan oleh agregasi trombosit
dan pembentukan bekuan. Hormon oksigen yang dilepas dari kelenjar
hipofisis memperkuat dan mengatur kontraksi uterus, mengopresi
pembuluh darah dan membantu hemostasis. Salama 1-2 jam pertama pasca

29
partum intensitas kontraksi uterus bisa berkurang dan menjadi tidak
teratur.
Untuk mempertahankan kontraksi uterus, suntikan oksitosin secara
intravena atau intramuskuler diberikan segera setelah plasenta lahir. Ibu
yang merencanakan menyusui bayinya, dianjurkan membiarkan bayinya di
payudara segera setelah lahir karena isapan bayi pada payudara
merangsang pelepasan oksitosin.
2. Adaptasi psikologis
Menjadi orang tua adalah merupakan krisis dari melewati masa transisi.
Masa transisi pada postpartum yang harus diperhatikan adalah :
a. Phase Honeymoon
Phase Honeymoon adalah Phase anak lahir dimana terjadi intimasi dan
kontak yang lama antara ibu – ayah – anak. Hal ini dapat dikatakan
sebagai “ Psikis Honeymoon “ yang tidak memerlukan hal-hal yang
romantik. Masing-masing saling memperhatikan anaknya dan
menciptakan hubungan yang baru.
b. Ikatan kasih ( Bonding dan Attachment )
Terjadi pada kala IV, dimana diadakan kontak antara ibu-ayah-anak,
dan tetap dalam ikatan kasih, penting bagi perawat untuk memikirkan
bagaimana agar hal tersebut dapat terlaksana partisipasi suami dalam
proses persalinan merupakan salah satu upaya untuk proses ikatan kasih
tersebut.
c. Bounding Attachment
Bounding merupakan satu langkah awal untuk mengungkapkan
perasaan afeksi ( kasih sayang )sedangkan Atachmen merupakan
interaksi antara ibu dan bayi secara spesifik sepanjang waktu.Jadi
Bounding Atachmen adalah kontak awal antara ibu dan bayi setelah
kelahiran, untuk memberikan kasih sayang yang merupakan dasar
interaksi antara keduanya secara terus menerus. Dengan kasih sayang
yang diberikan terhadap bayinya maka akan terbentuk ikatan antara
orang tua dan bayinya.

30
d. Respon Antara Ibu dan Bayinya Sejak Kontak Awal Hingga Tahap
Perkembangannya.
1) Touch ( sentuhan ).
Ibu memulai dengan ujung jarinya untuk memeriksa bagian kepala
dan ekstremitas bayinya. Dalam waktu singkat secara terbuka
perubahan diberikan untuk membelai tubuh. Dan mungkin bayi
akan dipeluk dilengan ibu. Gerakan dilanjutkan sebagai gerakan
lembut untuk menenangkan bayi. Bayi akan merapat pada payudara
ibu. Menggenggam satu jari atau seuntai rambut dan terjadilah
ikatan antara keduanya.
2) Eye To Eye Contact ( Kontak Mata )
Kesadaran untuk membuat kontak mata dilakukan kemudian
dengan segera. Kontak mata mempunyai efek yang erat terhadap
perkembangan dimulainya hubungan dan rasa percaya sebagai
factor yang penting sebagai hubungan manusia pada umumnya.
Bayi baru lahir dapat memusatkan perhatian pada suatu obyek, satu
jam setelah kelahiran pada jarak sekitar 20-25 cm, dan dapat
memusatkan pandangan sebaik orang dewasa pada usia kira-kira 4
bulan, perlu perhatian terhadap factor-faktor yang menghambat
proses tersebut
Mis ; Pemberian salep mata dapat ditunda beberapa waktu
sehingga tidak mengganggu adanya kontak mata ibu dan bayi
3) Odor ( Bau Badan ).
Indra penciuman bayi sudah berkembang dengan baik dan masih
memainkan peranan dalam nalurinya untuk mempertahankan
hidup.
Penelitian menunjukan bahwa kegiatan seorang bayi, detak
jantung dan pola bernapasnya berubah setiap kali hadir bau yang
baru, tetapi bersamaan makin dikenalnya bau itu sibayipun berhenti
bereaksi.Pada akhir minggu I seorang bayi dapat mengenali ibunya
dari bau badan dan air susu ibunya.Indra Penciuman bayi akan

31
sangat kuat, jika seorang ibu dapat memberikan bayinya ASI pada
waktu tertentu.
4) Body Warm ( Kehangatan Tubuh )
Jika tidak ada komplikasi yang serius seorang ibu akan dapat
langsung meletakan bayinya diatas perut ibu, baik setalah tahap
kedua dari proses melahirkan atau sebelum tali pusat dipotong.
Kontak yang segera ini memberikan banyak manfaat baik bagi ibu
maupun sibayi kontak kulit agar bayi tetap hangat.
5) Voice ( Suara )
Respon antara ibu dan bayi berupa suara masing-masing orang tua
akan menantikan tangisan pertama bayinya. Dari tangisan tersebut
ibu merasa tenang karena merasa bayinya baik ( hidup ). Bayi dapat
mendengar sejak dalam rahim, jadi tidak mengherankan bila ia
dapat mendengar suara-suara dan membedakan nada dan kekuatan
sejak lahir, meskipun suara-suara itu terhalang selama beberapa
hari terhalang cairan amniotic dari rahim yang melekat pada
telinga.
Banyak Penelitian memperhatikan bahwa bayi-bayi baru lahir
bukan hanya mendengar secara pasif melainkan mendengarkan
dengan sengaja dan mereka nampaknya lebih dapat menyesuaikan
diri dengan suara-suara tertentu daripada yang lain.Contoh ; suara
detak jantung ibu
6) Entrainment ( gaya bahasa )
BBL menemukan perubahan struktur pembicaraan dari orang
dewasa artinya perkembangan bayi dalam bahasa dipengaruhi
diatur, jauh sebelum ia menggunakan bahasa dalam berkomunikasi
( komunikasi yang positip )
7) Biorhytmicity ( Irama Kehidupan )
Janin dalam rahim dapat dikatakan menyesuaikan dengan irama
alamiah ibunya seperti halnya denyut jantung. Salah satu tugas bayi
setelah adalah menyesuaikan irama dirinya sendiri. Orang tua dapat

32
membantu proses ini dengan memberikan perawatan penuh kasih
yang secara konsisten dan dengan menggunakan tanda bahaya
untuk mengembangkan respon bayi dan interaksi social serta
kesempatan untuk belajar.
Menurut Hamilton, 1995 adaptasi psikologis ibu post partum
dibagi menjadi 3 fase yaitu :
a. Fase taking in
Merupakan periode ketergantungan yang berlangsung pada
hari pertama sampai hari kedua setelah melahirkan. Pada saat itu
focus perhatian ibu terutama pada dirinya sendiri. Pengalaman
selama proses persalinan sering berulang diceritakannya. Hal ini
membuat cenderung ibu menjadi pasif terhadap lingkungannya.
b. Fase taking hold
Periode yang berlangsung antara 3-10 hari setelah
melahirkan. Pada fase ini ibu merasa khawatir akan
ketidakmampuannya dan rasa tanggung jawabnya dalam merawat
bayi. Pada fase ini ibu memerlukan dukungan karena saat ini
merupakan kesempatan yang baik untuk menerima berbagai
penyuluhan dalam merawat diri dan bayinya sehingga timbul
percaya diri.
c. Fase letting go
Menerima tanggung jawab akan peran barunya yang
verlangsung sepuluh hari setelah melahirkan. Ibu sudah dapat
menyesuaikan diri, merawat diri dan bayinya sudah meningkat.
Ada kalanya, ibu mengalami perasaan sedih yang berkaitan dengan
bayinya keadaan ini disebut baby blues.

C. Keberlanjutan Proses Transisi Menjadi OrangTua


Terjadinya perubahan peran, yaitu menjadi orang tua setelah
kelahiran anak. Sebenarnya suami dan istri sudah mengalami perubahan
peran mereka sejak masa kehamilan. Perubahan peran ini semakin

33
meningkat setelah kelahiran anak. Contoh, bentuk perawatan dan asuhan
sudah mulai diberikan oleh si ibu kepada bayinya saat masih berada dalam
kandungan adalah dengan cara memelihara kesehatannya selama masih
hamil, memperhatikan makanan dengan gizi yang baik, cukup istirahat,
berolah raga, dan sebagainya.
Selanjutnya, dalam periode postpartum atau masa nifas muncul tugas
dan tanggung jawab baru, disertai dengan perubahan-perubahan perilaku.
Perubahan tingkah laku ini akan terus berkembang dan selalu mengalami
perubahan sejalan dengan perkembangan waktu cenderung mengikuti
suatu arah yang bisa diramalkan. Pada awalnya, orang tua belajar
mengenal bayinya dan sebaliknya bayi belajar mengenal orang tuanya
lewat suara, bau badan dan sebagainya. Orang tua juga belajar mengenal
kebutuhan-kebutuhan bayinya akan kasih sayang, perhatian, makanan,
sosialisasi dan perlindungan.
Periode berikutnya adalah proses menyatunya bayi dengan keluarga
sebagai satu kesatuan/unit keluarga. Masa konsolidasi ini menyangkut
peran negosiasi (suami-istri, ayah-ibu, orang tua-anak, anak dan anak).
D. Konseptual Menjadi OrangTua
Menjadi orangtua bukanlah hal yang mudah, tetapi tidak juga sesulit
yang dibayangkan. Salah satu kunci sukses menjadi orangtua sukses
adalah mempersiapkan diri dari kedua belah pihak.
Menjadi orangtua merupakan dambaan bagi mereka yang sudah
membina rumah tangga. Oleh sebab itu, tidak ada salahnya jika sudah
mempersiapkan hal ini sejak awal. Dimulai dari persiapan kehamilan
sampai kelahiran. Namun ini bukan saja menjadi tugas seorang istri, tetapi
juga suami.
1. Persiapan Fisik
a. Hentikan kebiasaan merokok dan minum minuman beralkohol.
Himbauan ini berlaku bagi calon ayah dan ibu. Perokok aktif dan
pasif dapat membuat janin mengalami gangguan pertumbuhan.
Asap rokok yang terhirup oleh calon ibu dapat mengahmbat suplai

34
oksigen, sehingga resiko janin lahir prematur menjadi lebih tinggi.
Minuman berakohol membuat calon ibu menghadapi resiko
keguguran karena kandungan menjadi melemah. Sedangkan para
pria, kadar alkohol yang tinggi membuat jumlah sel sperma sedikit
jumlahnya sehingga tidak cukup untuk pembuahan.
b. Calon orangtua harus mulai mengonsumsi makanan dengan gizi
tinggi. Membatasi asupan makanan bergula dan berlemak tinggi
sangat dianjurkan. Usahakanlah dalam kondisi berat badan yang
ideal agar pembuahan berlangsung sempurna.
c. Lakukanlah tes kesehatan untuk memastikan kondisi kesehatan
calon ibu. Jika dalam pemeriksaan calon ibu dinyatakan
mengalami gangguan kesehatan tertentu, biasanya dokter akan
menyarankan agar pasangan menunda dulu kehamilan sampai
calon ibu dinyatakan sehat.
d. Melakukan vaksinasi yang perlu dilakukan oleh ibu untuk
melindungi janinnya selama kehamilan dan menjalani proses
persalinan.

2. Persiapan Psikologis.
Bagi calon ayah dan ibu, proses kehamilan hingga melahirkan akan
menjadi pengalaman istimewa. Namun, pengalaman yang luar biasa
akan dirasakan ketika pasangan suami-istri menjadi orangtua. Jadi
sebelum memiliki anak sebaiknya diskusikan perubahan dan
tantangan hidup yang akan dialami sehingga calon orangtua telah siap
dengan segala kemungkinan yang akan terjadi.

3. Persiapan Finansial
Persiapan finansial bisa dikatakan sama pentingnya dengan
persiapan fisik maupun psikologi. Persiapan yang dimaksud adalah
perencanaan keuangan untuk mencukupi keperluan anak sejak masih
berada dalam kandungan hingga lahir. Kehadiran seorang bayi berarti

35
pertambahan biaya tetap bagi sebuah keluarga, yang secara tetap akan
meningkat seiring kebutuhan pertumbuhan anak. Orangtua adalah
penentu kehidupan anak selanjutnya dan orang tualah yang memiliki
tanggung jawab untuk mendidik anak agar baik dalam hal
kepribadian, sosialisasi, penyesuaian dan pengendalian diri,
kemampuan berpikir dan lain hal yang kelak akan menentukan
keberhasilan dan kemandirian anak yang juga menentukan
keberhasilan anak saat menjadi orangtua.

Dalam kaitannya dengan kehadiran bayi sebagai anggota keluarga


baru, maka diperlukan adaptasi yang baik oleh suami sebagai seorang
ayah dan adaptasi anggota keluarga lainnya yaitu saudara dari bayi
tersebut karena terjadi perubahan pola interaksi sehingga tercipta
keserasian dalam kehidupan keluarga.

Dengan kehadiran bayi maka sistem dalam keluarga akan berubah dan
pola interaksi dalam keluarga harus dikembangkan (May, 1994).

E. Asumsi Peran OrangTua


Selama periode postpartum, tugas dan tanggung jawab baru
muncul dan kebiasaan lama perlu diubah atau ditambah dengan yang baru.
Ibu dan ayah, orang tua harus mengenali hubungan mereka dengan
bayinya. Bayi perlu perlindungan, perawatan dan sosialisasi. Periode ini
ditandai oleh masa pembelajaran yang intensif dan tuntutan untuk
mengasuh. Lama periode ini bervariasi, tetapi biasanya berlangsung
selama kira – kira 4 minggu.
Periode berikutnya mencerminkan satu waktu untuk bersama-sama
membangun kesatuan keluarga. Periode waktu meliputi peran negosiasi
(suami-istri, ibu-ayah, saudara-saudara) orang tua mendemonstrasikan
kompetensi yang semakin tinggi dalam menjalankan aktivitas merawat
bayi dan menjadi lebih sensitif terhadap makna perilaku bayi. Periode
berlangsung kira-kira selama 2 bulan.

36
Tugas dan tanggung jawab orang tua:
Tugas pertama orang tua adalah mencoba menerima keadaan bila
anak ang dilahirkan tidak sesuai dengan yang diharapkan. Karena dampak
dari kekecewaan ini dapat mempengaruhi proses pengasuhan anak.
Walaupun kebutuhan fisik terpenuhi, tetapi kekecewaan tersebut
akan menyebabkan orang tua kurang melibatkan diri secara penuh dan
utuh. Bila perasaan kecewa tersebut tidak segera diatasi, akan
membutuhkan waktu yang lama untuk dapat menerima kehadiran anak
yang tidak sesuai dengan harapan tersebut.
Orang tua perlu memiliki keterampilan dalam merawat bayi
mereka, yang meliputi kegiatan-kegiatan pengasuhan, mengamati tanda-
tanda komunikasi yang diberikan bayi untuk memenuhi kebutuhannya
serta bereaksi secara cepat dan tepat terhadap tanda-tanda tersebut.
Berikut ini adalah tugas dan tanggung jawab orang tua terhadap bayinya,
antara lain :

1. Orang tua harus menerima keadaan anak yang sebenarnya dan tidak
terus terbawa dengan khayalan dan impian yang dimilikinya tentang
figur anak idealnya. Hal ini berarti orang tua harus menerima
penampilan fisik, jenis kelamin, temperamen dan status fisik anaknya.
2. Orang tua harus yakin bahwa bayinya yang baru lahir adalah seorang
pdibadi yang terpisah dari diri mereka, artinya seseorang yang memiliki
banyak kebutuhan dan memerlukan perawatan.
3. Orang tua harus bisa menguasai cara merawat bayinya. Hal ini
termasuk aktivitas merawat bayi, memperhatikan gerakan komunikasi
yang dilakukan bayi dalam mengatakan apa yang diperlukan dan
member respon yang cepat
4. Orang tua harus menetapkan criteria evaluasi yang baik dan dapat
dipakai untuk menilai kesuksesan atau kegagalan hal-hal yang
dilakukan pada bayi.

37
5. Orang tua harus menetapkan suatu tempat bagi bayi baru lahir di dalam
keluarga. Baik bayi ini merupakan yang pertama atau yang terakhir,
semua anggota keluarga harus menyesuaikan peran mereka dalam
menerima kedatangan bayi.
6. Respon Ayah dan Keluarga
Respon terhadap bayi Baru lahir berbeda antara ayah yang satu dengan
ayah yang lain. Hal ini tergantung bisa positif bisa negative. Masalah
lain juga dapat berpengaruh misalnya masalah pada jumlah anak
keadaan ekonomi.
Respon Positif
a. Ayah dan keluarga menyambut kelahiran bayinya dengan suka cita
karena bayinya sebagai anggota baru dalam keluarga dianggap
sebagai anugrah yang menyenangkan.
b. Ayah bertambah giat dalam mencari nafkah
c. Ayah dan keluarga melibatkan dirinya dalam merawat bayi
d. Ayah dan keluarga lebih menyayangi dan mencinta ibu yang telah
melahirkan anak yang telah diidam-idamkan.
Respon Negatif
a. Keluarga atau ayah dari Bayi tidak mengiginkan kelahiran bayi
karena jenis kelaminnya tidak sesuai dengan keinginan.
b. Kurang bahagia karena kegagalan KB
c. Ayah merasa kurang mendapat perhatian dari istri karena lebih
perhatian pada anaknya.
d. Faktor ekonomi mempengaruhi rasa kurang senang atau kawatir
dalam membina keluarga karena kecemasan dalam biaya hidup.
e. Anak lahir cacat menyebabkan rasa malu bagi orang tua dan
keluarga
f. Bayi yang dilahirkan dari hasil hubungan gelap atau hubungan
Haram akan menyebabkan rasa malu atau aib.
Dalam menunaikan tugas dan tanggung jawabnya, harga diri orang tua
akan tumbuh bersama dengan meningkatnya kemampuan merawat/mengasuh

38
bayi. Oleh sebab itu bidan perlu memberikan bimbingan kepada si ibu,
bagaimana cara merawat bayinya, untuk membantu mengangkat harga
dirinya.
Faktor-faktor yang mempengaruhi suksesnya masa transisi ke masa menjadi
orang tua pada masa post partum adalah :
1. Respon dan dukungan dari keluarga dan teman
2. Hubungan dari pengalaman melahirkan terhadap harapan dan aspirasi
3. Pengalaman melahirkan dan membesarkan anak yang lalu
4. Pengaruh budaya

F. Diagnosa Keperawatan yang mungkin muncul


1. Nyeri berhubungan dengan involusi uterus, nyeri setelah melahirkan.
(Doenges, 2001)
2. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan laserasi dan proses persalinan.
(Doenges, 2001)
3. Resiko menyusui tidak efektif berhubungan dengan kurang pengetahuan
cara perawatan payudara bagi ibu menyusui. (Bobak,2004)
4. Gangguan pola eliminasi bowel berhubungan dengan adanya konstipasi.
(Bobak, 2004)
5. Resiko tinggi kekurangan volume cairan dan elektrolit berhubungan
dengan kehilangan darah dan intake ke oral. (Doenges, 2001)
6. Gangguan pola tidur berhubungan dengan respon hormonal psikologis,
proses persalinan dan proses melelahkan. (Doenges, 2001)
G. Fokus Intervensi dan Rasional
1. Nyeri berhubungan dengan involusi uterus, nyeri setelah melahirkan
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan nyeri berkurang Kriteria
Hasil :
a. Klien mengatakan nyeri berkurang dengan skala nyeri 3-4
b. Klien terlihat rileks, ekspresi wajah tidak tegang, klien bisa tidur
nyaman

39
c. Tanda-tanda vital dalam batas normal : suhu 36-370 C, N 60-100
x/menit, RR 16-24 x/menit, TD 120/80 mmHg
Intervensi :
a. Kaji karakteristik nyeri klien dengan PQRST ( P : faktor penambah
dan pengurang nyeri, Q : kualitas atau jenis nyeri, R : regio atau
daerah yang mengalami nyeri, S : skala nyeri, T : waktu dan
frekuensi) Rasional : untuk menentukan jenis skala dan tempat terasa
nyeri
b. Kaji faktor-faktor yang mempengaruhi reaksi klien terhadap nyeri
Rasional : sebagai salah satu dasar untuk memberikan tindakan atau
asuhan keperawatan sesuai dengan respon klien
c. Berikan posisi yang nyaman, tidak bising, ruangan terang dan tenang
Rasional : membantu klien rilaks dan mengurangi nyeri
d. Biarkan klien melakukan aktivitas yang disukai dan alihkan perhatian
klien pada hal lain
Rasional : beraktivitas sesuai kesenangan dapat mengalihkan
perhatian klien dari rasa nyeri
e. Kolaborasi pemberian analgetik
Rasional : untuk menekan atau mengurangi nyeri
2. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan kurangnya pengetahuan cara
perawatan Vulva
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan tidak terjadi infeksi,
pengetahuan bertambah
Kriteria hasil :
a. Klien menyertakan perawatan bagi dirinya
b. Klien bisa membersihkan vagina dan perineumnya secara mandiri
c. Perawatan pervagina berkurang
d. Vulva bersih dan tidak inveksi
e. Tidak ada perawatan
f. Vital sign dalam batas normal
Intervensi :

40
a. Pantau vital sign
Rasional : peningkatan suhu dapat mengidentifikasi adnya infeksi
b. Kaji daerah perineum dan vulva
Rasioal : menentukan adakah tanda peradangan di daerah vulva dan
perineum
c. Kaji pengetahuan pasien mengenai cara perawatan ibu post partum
Rasional : pasien mengetahui cara perawatan vulva bagi dirinya
d. Ajarkan perawatan vulva bagi pasien
Rasional : pasien mengetahui cara perawatan vulva bagi dirinya
e. Anjurkan pasien mencuci tangan sebelum memegang daerah vulvanya
Rasional : meminimalkan terjadinya infeksi
f. Lakukan perawatan vulva
Rasional : mencegah terjadinya infeksi dan memberikan rasa nyaman
bagi pasien
3. Resiko menyusui tidak efektif berhubungan dengan kurang pengetahuan
cara perawatan payudara bagi ibu menyusui
Tujuan : pasien mengetahui cara perawatan payudara bagi ibu menyusui
Kriteria hasil :
a. Klien mengetahui cara perawatan payudara bagi ibu menyusui
b. Asi keluar
c. Payudara bersih
d. Payudara tidak bengkak dan tidak nyeri
e. Bayi mau menetek
Intervensi :
a. Kaji pengetahuan paien mengenai laktasi dan perawatan payudara
Rasional : mengetahui tingkat pengetahuan pasien dan untuk
menentukan intervensi selanjutnya.
b. Ajarkan cara merawat payudara dan lakukan cara brest care
Rasional : meningkatkan pengetahuan pasien dan mencegah terjadinya
bengkak pada payudara

41
c. Jelaskan mengenai manfaat menyusui dan mengenai gizi waktu
menyusui
Rasional : memberikan pengetahuan bagi ibu mengenai manfaat ASI
bagi bayi
d. Jelaskan cara menyusui yang benar
Rasional : mencegah terjadinya aspirasi pada bayi

4. Gangguan pola eliminasi bowel berhubungan dengan adanya konstipasi


Tujuan : kebutuhan eliminasi pasien terpenuhi
Kriteria hasil :
a. Pasien mengatakan sudah BAB
b. Pasien mengatakan tidak konstipasi
c. Pasien mengatakan perasaan nyamannya
Intervensi :
a. Auskultasi bising usus, apakah peristaltik menurun
Rasional : penurunan peristaltik usus menyebapkan konstpasi
b. Observasi adanya nyeri abdomen
Rasional : nyeri abdomen menimbulkan rasa takut untuk BAB
c. Anjurkan pasien makan-makanan tinggi serat
Rasional : makanan tinggi serat melancarkan BAB
d. Anjurkan pasien banyak minum terutama air putih hangat
Rasional : mengkonsumsi air hangat melancarkan BAB
e. Kolaborasi pemberian laksatif ( pelunak feses ) jika diperlukan
Rasional : penggunana laksatif mungkan perlu untuk merangsang
peristaltik usus dengan perlahan atau evakuasi feses
5. Resiko tinggi kekurangan volume cairan dan elektrolit berhubungan
dengan kehilangan darah dan intake ke oral
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan kebutuhan cairan
terpenuhi

42
Kriteria hasil :
a. Menyatakan pemahaman faktor penyebap dan perilaku yang perlu
untuk memenuhi kebutuhan cairan, seperti banyak minum air putih
dan pemberian cairan lewat IV.
b. Menunjukkan perubahan keseimbangan cairan, dibuktikan oleh
haluaran urine adekuat, tanda-tanda vital stabil, membran mukosa
lembab, turgor kulit baik
Intervensi :

a. Mengkaji keadaan umum pasien dan tanda-tanda vital


Rasional : menetapkan data dasar pasien untuk mengetahui
penyimpangan dari keadaan normal
b. Mengobservasi kemungkinan adanya tanda-tanda syok
Rasional : agar segera dilakukan rehidrasi maksimal jika terdapat
tanda- tanda syok
c. Memberikan cairan intravaskuler sesuai program
Rasional : pemberian cairan IV sangat penting bagi pasien yang
mengalami difisit volume cairan dengan keadaan umum yang
buruk karena cairan IV langsung masuk ke pembuluh darah.
6. Gangguan polatidur berhubungan dengan respon hormonal psikologis,
proses persalinan dan proses melelahkan
Kemungkinan dibuktikan oleh mengungkapkan laporan kesulitan jatuh
tidur / tidak merasa segera setelahistirahat, peka rangsang, lingkaran gelap
di bawah mata sering menguap
Tujuan : istirahat tidur terpenuhi
Kriteria hasil :
a. Mengidentifikaasikan penilaian untuk mengakomodasi perubahan
yang diperlukan dengan kebutuhan terhadap anggota keluarga baru.
Melaporkan peningkatan rasa sejahtera istirahat
Intervensi :

43
a. Kaji tingkat kelelahan dan kebutuhan untuk istirahat. Catat lama
persalinan dan jenis kelahiran
Rasional : persalinan/ kelahiran yang lama dan sulit khususnya bila
terjadi malam meningkatkan tingkat kelelahan.
b. Kaji faktor-faktor bila ada yang mempengaruhi istirahat
Rasional : membantu meningkatkan istirahar, tidur dan relaksasi,
menurunkan rangsang
c. Berikan informasi tentang kebutuhan untuk tidur / istirahat setelah
kembali ke rumah
Rasional : rencana kreatif yang memperoleh untuk tidur dengan
bayi lebih awal serta tidur lebih siang membantu untuk memenuhi
kebutuhan tubuh serta menyadari kelelahan berlebih, kelelahan
dapat mempengaruhi penilaian psikologis, suplai ASI dan
penurunan reflek secara psikologis
7. Kurang pengetahuan mengenai perawatan diri dan bayi berhubungan
dengan kurang mengenai sumber informasi
Tujuan : memahami parawatan diri dan bayi
Kriteria hasil :
a. Mengungkapkan pemahaman perubahan fiiologis kebutuhan individu
Intervensi :
a. Pastikan persepsi klien tentang persalian dan kelahiran, lama
persalinan dan tingkat kelelahan klien
Rasional : terdapat hubungan lama persalinan dan kemampuan
untuk melakukan tanggung jawab tugas dan aktivitas perawatan
dari atau perawatan bayi
b. Kaji kesiapan klien dan motifasi untuk belajar, bantu klien dan
pasangan dalam mengidentifikasi hubungan
Rasional : periode postnatal dapat merupakan pengalaman positif
bila penyuluhan yang tepat diberikan untuk membantu
mengembangkan pertumbuhan ibu maturasi, dan kompetensi

44
c. Berikan informasi tentang peran progaram latihan postpartum
progresif
Rasional : latiahn membantu tonus otot, meningkatkan sirkulasai,
menghasilkan tubuh yang seimbang dan meningkatkan perasaan
sejahtera secara umum
d. Identifikasi sumber-sumber yang tersedia misal pelayanan perawat,
berkunjung pelayanan kesehatan masyarakat
Rasional : meningkatkan kemandirian dan memberikan dukunagan
untuk adaptasi pada perubahan multiple.

H. Kunjungan Rumah Pelayanan Post Partum


Jadwal kunjungan rumah bagi ibu post partum mengacu pada
kebijakan teknis pemerintah, yaitu 6 hari, 2 minggu, dan 6 minggu post
partum. Dari pemenuhan targetpertemuan antara perawat dengan pasien
sangat bervariasi, dapat dilakukan dengan mengunjungi rumah pasien atau
pasien datang ke puskesmas atau RS ketika mengontrolkan kesehatan bayi
dan dirinya.Kunjungan nifas dilakukan paling sedikit 4 kali. Hal ini
dilakukan untuk menilai status ibu dan bayi baru lahir serta untuk
mencegah terjadinya masalah.Kunjungan pertama dilakukan 6-8 jam
setelah persalinan. Kunjungan kedua 6 hari setelah persalinan Kunjungan
ke tiga 2-3 minggu setelah persalinanKunjungan ke empat 4-6 minggu
setelah persalinan

I. Waktu Pemasangan
Insersi IUD post partum terdiri dari Immediate post placental
insertion (IPP) yaitu IUD dipasang dalam waktu 10 menit setelah plasenta
dilahirkan dan Early post partum insertion (EP) yaitu IUD dipasang antara
10 menit sampai dengan 72 jam post partum (Pengurus Daerah IBI Daerah
Istimewa Yogyakarta, 2012). Waktu ideal untuk melakukan pemasangan
IUD post partum adalah 10 menit setelah keluarnya plasenta atau paling
lambat sampai 48 jam post partum (Shukla, Qureshi, Chandrawati, 2012).

45
Jenis IUD yang biasanya digunakan yaitu Copper-T 380A,
Multiload Copper 375, dan IUD dengan levonorgestrel. IUD jenis copper-
T 380A sangat banyak tersedia dan pada program pilihan KB pasca
persalinan. Jenis IUD Copper T 380A ini paling banyak digunakan karena
selain karakteristiknya yang baik, harga IUD jenis ini juga lebih terjangkau
dibanding dengan jenis IUD yang lain. IUD dengan levonorgestrel
(misalnya Mirena) belum terlalu banyak tersediadan jika tersedia harganya
mahal, dan IUD jenis ini biasanya tidak direkomendasikan sebagai IUD
post partum. (Category 3 in WHO’s medical eligibility criteria, 2010).

IUD yang dipasang setelah persalinan selanjutnya juga akan


berfungsi seperti IUD yang dipasang saat siklus menstruasi. Pada
pemasangan IUD post partum, umumnya digunakan jenis IUD yang
mempunyai lilitan tembaga yang menyebabkan terjadinya perubahan
kimia diuterus sehingga sperma tidak dapat membuahi sel telur (Nisa’,
2011).

46
IV. KEBUTUHAN PENDIDIKAN KESEHATAN PADA POST PARTUM DINI

Masa nifas (puerperium) adalah masa yang dimulai setelah plasenta keluar
dan berakhir ketika alat- alat kandungan kembali seperti keadaan semula (sebelum
hamil). Biasanya berlangsung selama lebih kurang 6-8 minggu.
Saat melahirkan ibu telah banyak mengeluarkan tenaga untuk melahirkan
anaknya. Setelah melahirkan ibu biasanya akan kelelahan dan kurang tenaga.
Maka dari itu ibu sangatlah membutuhkan tenaga yang banyak untuk menyusui
bayinya yang baru lahir yangmana sangat membutuhkan makanan setelah
dilahirkan. Dalam proses laktasi ibu sangat membutuhkan makanan yang bergizi
untuk kesempurnaan produksi ASI. Jika ASI yang diproduksi ibu banyak maka
bayi ibu akan tumbuh dengan sehat dan berkembang seperti seharusnya atau
normal.
Menyusui sangat banyak manfaatnya bagi ibu untuk proses pengembalian
atau pemulihan kembali kesehatan dan organ-organ ibu. Maka dari itu ibu
membutuhkan makanan yang bergizi. Belakangan ini ibu banyak yang tidak
menyusui bayinya, banyak alasan yang diajukan,  padahal menyusui sangatlah
banyak untungnya.

A. NUTRISI DAN CAHAYA


Nutrisi yang dikonsumsi harus bermutu tinggi, bergizi dan cukup kalori.
Kalori bagus untuk proses metabolism tubuh, kerja organ tubuh, proses

47
pembentukan ASI. Wanita dewasa membutuhkan 2.200 kalori. Ibu menyusui
memerlukan kalori yang sama dengan wanita dewasa + 700 kalori pada 6 bulan
pertama kemudian + 500 kalori bulan selanjutnya.
Gizi Ibu Menyusui
1. Mengkonsumsi tambahan 500 kalori tiap hari.
2. Makan diet berimbang untuk mendapatkan protein, mineral, dan vitamin
yang cukup.
3. Minum sedikitnya 3 liter setiap hari (anjurkan ibu untuk minum setiap kali
menyusui)
4. Pil zat besi harus diminum untuk menambah zat gizi setidaknya selama 40
hari pasca bersalin.
5. Minum vitamin A (200.000 unit) agar bias memberikan vitamin A kepada
bayinya melalui ASInya.
Sesudah satu bulan pasca persalinan, makanlah makanan yang
mengandung kalori cukup banyak untuk mempertahankan berat badan si
ibu. Tujuan pemenuhan nutrisi
1. Memulihkan kesehatan
2. Pembentukan dan pengeluaran ASI
Adapun manfaat nutrisi dan cairan untuk ibu nifas:
1. Memberi tenaga atau energi
2. Membangun, memelihara dan mengganti jaringan tubuh yang rusak.
3. Mengatur dan mengkoordinir pekerjaan tubuh.
4. Menjaga kecukupan ASI.
Jika ibu ingin menyusui bayi kembar dua, kembar tiga atau bayi baru lahir
beserta dengan kakaknya yang balita ibu membutuhkan kalori lebih banyak
daripada ibu menyusui satu bayi saja. Jika ibu ingin menurunkan berat badan
batasi besarnya penurunan tersebut sampai setengah kilogram perminggu.
Pastikan diet ibu mengandung 1500 kalori dan hidrusi diet cairan atau obat-
obatan pengurus badan.
Anjuran pemenuhan nutrisi dan cairan untuk ibu nifas:

48
1. Makan 5 – 6 kali sehari, yaitu 3 kali makanan utama dan 2 – 3 kali
makanan selingan.
2. Menu berpedoman pada menu seimbang.
3. Memilih makanan dan minuman yang berkhasiat dan memberi efek positif
bagi produksi ASI.
4. Menghindari makanan yang pedas, yang merangsang kembung dan yang
terlalu manis dan berlemak (pantangan).

Zat – zat yang dibutuhkan ibu pasca persalinan antara lain:


1. Kalori
Kebutuhan kalori pada masa menyusui sekitar 400 – 500 kalori. Wanita
dewasa memerlukan 1800 kalori per hari. Sebaiknya ibu nifas jangan
mengurangi kebutuhan kalori, karena akan mengganggu proses metabolisme
tubuh dan menyebabkan ASI rusak.
2. Protein
Kebutuhan protein yang dibutuhkan adalah 3 porsi perhari. Satu porsi setara
dengan tiga gelas susu, 2 butir telur, lima putih telur, 120 gram keju, 1¾ gelas
yoghurt, 120-140 gram ikan/ daging/ ungags, 200-240 gram tahu atau 5 – 6
sendok selai kacang.
3. Kalsium dan vitamin D
Kalsium dan vitamin D berguna untuk pembentukan tulang dan gigi.
Kebutuhan kalsium dan vitamin D didapat dari minum susu rendah kalori
atau berjemur dipagi hari. Konsumsi kalsium pada masa menyusui meningkat
menjadi 5 porsi erhari. Satu porsi setara dengan 50-60 gram keju, satu cangkir
susu krim, 160 gram ikan salmon, 120 gram ikan sarden, 280 gram tahu
kalsium.
4. Magnesium

49
Magnesium dibutuhkan sel tubuh untuk membantu gerak otot, fungsi syaraf
dan memperkuat tulang. Kebutuhan magnesium di dapat pada gandum dan
kacang-kacangan.
5. Sayuran hijau dan buah
Kebutuhan yang diperlukan sedikitnya 3 porsi satu hari, satu porsi setara
dengan ⅛ semangka, ¼ manga, ¾ cangkir brokoli, ½ wortel, ¼ - ½ cangkir
sayuran hijau yang telah dimasak, satu tomat.
6. Karbohidrat
Selama menyusui kebutuhan karbohidrat diperlukan 6 porsi perhari. Satu
porsi setara dengan ½ cangkir nasi, ¼ cangkir jagung pipil, satu porsi sereal
atau oat, satu iris roti dari bijian utuh, ½ kue muffin dari bijian utuh, 2 – 6
biskuit kering atau crackers, ½ cangkir kacang-kacangan, ⅔ cangkir kacang
koro, atau 40 gram mie/ pasta dari bijian utuh.
7. Lemak
Rata – rata kebutuhan lemak dewasa adalah 4½ lemak (14 gram perporsi)
perharinya. Satu porsi lemak sma dengan 80 gram keju, 3 sendok makan
kacang tanah atau kenari, 4 sendok makan krim, secangkir eskrim, ½ buah
alpukat, 2 sendok makan selai kacang, 120 – 140 gram daging tanpa lemak,
Sembilan kentang goring, 2 iris cake, satu sendok makan mayones atau
mentega, atau 2 sendok makan saus salad.
8. Garam
Selama periode nifas, hindari konsumsi garam berlebihan. Hindari makanan
asin, keripik kentang atau acar.
9. Cairan
Konsumsi cairan sebanyak 8 gelas perhari. Minumsedikitnya 3 liter tiap hari.
Kebutuhan akan cairan diperoleh dari air putih, sari buah, susu dan sup.
10. Vitamin
Vitamin yang dibtuhkan antara lain:
a. Vitamin A yang berguna bagi kesehatan kulit, kelenjar serta mata.
Vitamin A terdapat dalam telur, hati dan keju. Jumlah yang
dibutuhkan adalah 1,300 mg.

50
b. Vitamin B6 membantu penyerapan protein dan meningkatkan fungsi
syaraf. Asupan B6 sebanyak 2-0 mg perhari. Vitamin B6 dapat ditemi
di daging, hati, padi-padian, kacang polong dan kentang.
c. Vitamin E berfungsisebagai antioksidan, meningkatkan stamin dan
daya tahan tubuh. Terdapat dalam makanan berserat, kacang-
kacangan, minyak nabati dan gandum.
11.Zinc (Seng)
Berfungsi untuk kekebalan tubuh, penyembuhan luka dan pertumbuhan.
Kebutuhan zinc didapat dalam daging, telur dan gandum. Enzim dalam
pencernaan dan metabolism memerlukan seng. Kebutuhan seng tiap hari
sekitar 12 mg. sumber seng terdapat pada seafood, hati dan daging.
12.DHA
DHA penting untuk perkembangan daya lihat dan mental bayi. Asupan DHA
berpengaruh langsung pada kandungan dalam ASI. Sumber DHA ada pada telur,
otak, hati dan ikan.
Tabel. Contoh menu sehari-hari ibu nifas dan menyusui
Jenis makanan Bayi 0 – 6 bulan Bayi > 6 bulan

Nasi 5 piring 4 piring

Ikan 3 potong 2 potong

Tempe 5 potong 4 potong

Sayuran 3 mangkuk 3 mangkok

Buah 2 potong 2 potong

Gula 5 sdm 5 sdm

Susu 1 gelas 1 gelas

Air 8 gelas 8 gelas

B.AMBULISASI

51
Setelah bersalin, ibu akan merasa lelah. Oleh karena itu, ibu harus sehat.
Mobilisasi yang dilakukan tergantung pada komplikasi persalinan, nifas dan
sembuhnya luka.
Ambulasi dini (early ambulation) adalah mobilisasi segera setelah ibu
melahirkan dengan membimbing ibu untuk bangun dari tempat tidurnya. Ibu
postpartum diperbolehkan bangun dari tempat tidurnya 24 – 48 jam setelah
melahirkan. Anjurkan ibu untuk memulai mobilisasi dengan miring kanan/kiri,
duduk kemudian berjalan.
Keuntungan ambulasi dini adalah:
1. Ibu merasa lebih sehat dan kuat.
2. Fungsi usus, sirkulasi, paru-paru dan perkemihan lebih baik.
3. Memungkinkan kita mengajrkan ibu cara merawat anakanya selama ibu
masih dirumah sakit. Misalnya memandikan, mengganti pakaian, dan
memberi makan.
4. Lebih sesuai dengan keadaan Indonesia (social ekonomis).
Menurut penelitian tidak berpengaruh buruk, tidak menyebabkan
perdarahan abnormal, tidak mempengaruhi penyembuhan luka episiotemi
maupun luka diperut, serta tidak memperbesar kemungkinan prolapses
uteri. Early ambulation tidak dianjurkan pada bu postpartum dengan
penyulit, seperti anemia, penyakit jantung, penyakit paru-paru, demam,
dan sebagainya.

C.ELIMINASI
1. BAK/ Miksi
Buang air kecil sendiri sebaiknya dilakukan secepatnya. Miksi normal bila
BAK spontan setiap 3-4 jam. Kesulitan BAK dapat disebabkan karena springter
uretra tertekan oleh kepala janin dan spasme oleh iritasi muskulo spingter ani
selama persalinan, atau dikarenakan oedem kandung kemih selama persalinan.
Lakukan kateterisasi apabila kandung kemih penuh dan sulit berkemih.
2. Defekasi / BAB

52
Ibu diharapkan dapat BAB sekitar 3-4 hari postpartum. Apabila mengalami
kesuliatan BAB atau obstipasi, lakukan diet teratur ; cukup cairan : konsumsi
makanan berserat; olahraga; berikan obat rangsangan per oral atau per rektal atau
lakukan klisma bilamana perlu

D. KEBERSIHAN DIRI
Kebersihan diri berguna untuk mengurangi infeksi dan meningkatkan
perasaan nyaman. Kebersihan diri meliputi kebersihan tubuh, pakaian, tempat
tidur maupun lingkungan.
Beberapa hal yang dapat dilakukan ibu postpartum dalam menjaga kebersihan
diri, adalah sebagai berikut:

1. Mandi teratur minimal 2 kali sehari


2. Mengganti pakaian dan alas tempat tidur
3. Menjaga lingkungan sekitar tempat tinggal
4. Melakukan perawatan perineum
5. Mengganti pembalut minimal 2 kali sehari
6. Mencuci tangan setiap membersihkan daerah genitalia.
Berikut mengenai cara membersihkan vagina yang benar :
1. Siram mulut vagina hingga bersih dengan air setiap kali BAK dan BAB.
Air yang dipergunakan tak perlu matang asalkan bersih. Basuh dari arah
depan ke belakang hingga tidak adda sisa-sisa kotoran yang menempel
disekitar vagina baik itu dari air seni maupun feses yang mengandung
kuman dan bisa menimbulkan infeksi pada luka jahitan.
2. Vagina boleh dicuci menggunakan sabun maupun cairan antiseptic karena
dapat berfungsi sebagai penghilang kuman. Yang penting jangan takut
memegang daerah tersebut dengan saksama.
3. Bila ibu benar-benar takut menyentuh luka jahitan, upaya menjaga
kebersihan vagina dapat dilakukan dengan cara duduk berendam dalam
cairan antiseptic selama 10 menit. Lakukan setelah BAK atau BAB.

53
4. Yang kadang terlupakan, setelah vagina dibersihkan, pembalutnya tidak
diganti. Bila seperti itu caraya maka akan percuma saja. Bukankah
pembalut tersebut sudah dinodai darah dan kotoran? Berarti bila pembalut
tidak diganti, maka vagina akan tetap lembab dan kotor.
5. Setelah dibasuh, keringkan perineum dengan handuk lembut, lalu kenakan
pembalut baru. Ingat pembalut harus diganti setiap habis BAK atau BAB
atau minimal 3 jam sekali atau bila sudah dirasa tidak nyaman.
6. Setelah semua langkah tadi dilakukan, perineum dapat diolesi salep
antibiotic yang diresepkan oleh dokter.

E. ISTIRAHAT
Istirahat yang memuaskan bagi ibu yang baru merupakan masalah yang
sangat penting sekalipun kadang-kadang tidak mudah dicapai. Keharusan ibu
untuk beristirahat sesudah melahirkan memang tidak diragukan lagi, kehamilan
dengan beban kandungan yang berat dan banyak keadaan yang menganggu
lainnya, plus pekerjaan bersalin. Dengan tubuh yang letih dan mungkin pula
pikiran yang sangat aktif, ibu sering perlu diingatkan dan dibantu agar mendapat
istirahat yang cukup.
Hal – hal yang dapat dilakukan ibu dalam memenuhi kebutuhan istirahatnya
antara lain:
1. Anjurkan ibu untuk cukup istirahat.
2. Sarankan ibu untuk melakukan kegiatan rumah tangga secara perlahan.
3. Tidur siang atau istirahat saat bayi tidur.
Kurang istirahat dapat menyebabkan:
1. Jumlah ASI berkurang.
2. Memperlambat proses involusio uteri.
3. Menyebabkan depresi dan ketidakmampuan dalam merawat bayi.

F.AKTIFITAS SEKSUAL
Secara fisik aman memulai hubungan suami istri begitu darah merah berhenti
dan ibu dapat memasukkan satu dua jarinya kedalam vagina tanpa rasa nyeri,

54
maka ibu aman untuk memulai melakukan hubungan suami istri kapan saja ibu
siap.
Banyak buadaya yang mempunyai tradisi menunda hubungan suami istri
sampai masa waktu tertentu, misalnya setelah 40 hari atau 6 minggu setelah
persalinan. Keputusan ini bergantung pada pasangan yang bersangkutan.

Hal yang dapat menyebabkan pola seksual selama nifas berkurang antara lain:
1. Gangguan/ ketidaknyamanan fisik.
2. Kelelahan.
3. Ketidakseimbangan hormone.
4. Kecemasan berlebihan.

G SENAM NIFAS
Senam Nifas adalah senam yang dilakukan oleh ibu setelah persalinan,
setelah keadaan ibu normal ( pulih kembali ) . senam nifas merupakan latihan
yang tepat untuk memulihkan kondisi tubuh ibu dan keadaan ibu secara pisiologis
maupun psikologis. Wanita yang setelah persalina seringkali mengeluhkan bentuk
tubuhnya yang melar. Hal ini dapat dimaklumi karena merupakan akibat
membesarnya otot rahim karena pembesaran selama kehamilan dan otot perut jadi
memanjang sesuai usai kehamilan yang terus bertambah . setelah persalinan, otot
otot tersebut akan mengendur. Selain itu, peredaran darah dan pernafasan belum
kembali normal. Hingga untuk mengembalikan tubuh ke bentuk dan kondisi
semula salah satunya dengan melakukan senam nifas yang teratur di samping
anjuran-anjuran lainnya.
Beberapa factor yang menentukan kesiapan ibu untuk memulai senam nifas
antara lain :
1. Tingkat kebugaran tubuh ibu
2. Riwayat persalinan
3. Kemudahan bayi dalam pemberian asuhan
4. Kesulitan adaptasi postpartum.

55
Tujuan senam nifas:
1. Membantu mempercepat pemulihan kondisi ibu.
2. Mempercepat proses involusio uteri.
3. Membantu memulihkan dan mengencangkan otot panggul, perut, dan
perineum.
4. Memperlancar pengeluaran lokhia.
5. Membantu mengurangi rasa sakit.
6. Merelaksasikan otot-otot yang menunjang proses kehamilan dan
persalinan.
Manfaat senam nifas
a. Membantu memperbaiki sirkulasi darah
b. Memperbaiki sikap tubuh dan punggung pasca persalinan.
c. Memperbaiki otot tonus, pelvis dan peregangan otot abdomen.
d. Memperbaiki dan memperkuat otot panggul.
e. Membantu ibu lebih relaks dan segar pasca persalinan.
Senam nifas dilakukan pada saat ibu benar-benar pulih dan tidak ada
komplikasi atau penyulit masa nifas atau diantara waktu makan. Sebelum
senam nifas, persiapan yang dapat dilakukan adalah :
1.    Mengenakan baju yang nyaman untuk olahraga.
2.    Minum banyak air putih
3.    Dapat dilakukan di tempat tidur.
4.    Dapat diiringi musik
5.    Perhatikan keadaan ibu.
Latihan senam nifas yang dapat dilakukan antara lain :
1. Senam otot dasar panggul (dapat dilakukan setelah 3 hari pasca persalinan)
Langkah-langkah senam otot dasar panggul : kerutkan atau kencangkan otot
sekitar vagina, seperti kita menahan BAK selama 5 detik, kemudian kendorkan
selama 3 detik, selajutnya kencangkan lagi. Mulailah dengan 10 kali 5 detik
pengencangan otot 3 kali sehari, secara bertahap lakukan senam, ini sampai
mencapai 30-50 kali 5 detik dalam sehari.
2. Senam otot perut (dilakukan setelah 1 minggu nifas)

56
Senam dilakukan dengan posisi berbaring dan lutut tertekuk pada alas yang
datar dank eras. Mulailah dengan melakukan 5 kali per hari untuk setiap jenis
senam di bawah ini. Setiap minggu tambahkan frekuensinya dengan 5 kali lagi,
maka pada akhir masa nifas setiap jenis senam ini dilakukan 30 kali.
Langkah-Langkah senam otot perut :
a. Menggerakkan panggul
a. Ratakan bagian bawah punggung dengan alas tempat berbaring
b. Keraskan otot perut atau panggul, tahan sampai 5 hitungan, bernafas
biasa
c. Otot kembali relaksasi, bagian bawah punggung kembali ke posisi.
b.  Bernafas dalam
Tariklah nafas dalam-dalam dengan tangan diatas perut. Perut dan tangan
diatasnya akan tertarik keatas. Tahan selam 5 detik. Keluarkan nafas panjang.
Perut dan tangan diatasnya akan terdorong kebawah. Kencangkan otot perut
dan tahan selama 5 detik.
c.  Menyilangkan tungkai
Lakukan posisi seperti pada langkah A. pada posisi tersebut, lakukan tumit
ke pantat. Bila hal ini tak dapat dilakukan, maka dekatkan tumit ke pantat
sebisanya. Tahan selama 5 detik, pertahankan bagian bawah punggung tetap
rata.
d.  Menekukkan tubuh
Lakukan posisi seperti langkah A. tarik dengan menarik dagu dan
mengangkat kepala. Keluarkan nafas dan angkat kedua bahu untuk mencapai
kedua lutut. Tahan selama 5 detik. Tariklah nafas sambil ke posisi dalam 5
hitungan.
e.  Bila kekuatan tubuh semakin baik, lakukan sit-up yang lebih sulit.
Dengan kedua lengan diatas dada. Selanjutnya tangan di belakang kepala,
ingatlag untuk tetap mengencangkan otot perut. Bagian bawah punggung
tetap menempel pada alas tempat berbaring.

57
Catatan : Bila ibu merasa pusing, merasa sangat lelah atau darah nifas yang
keluar bertambah banyak, ibu sebaiknya menghentikan latihan senam nifas.
Mulai lagi beberapa hari kemudian dan membatasi pada latihan senam yang
dirasakan tidak terlalu melelehkan

RANGKUMAN

Frekuensi pernafasan normal pada orang dewasa adlah 16-24 kali per
menit. Pada ibu post partum umumnha pernafasan lambat atau normal. Hal in
dikarenakan ibu dalam keadaan pemulihan atau dalam kondisi istirahat.
Keadaan pernafasan selalu berhubungan dengan keadaan suhu tubuh dan
denyut nadi. Bila suhu dan denyut nadi tidak normal, pernapasan juga akan
mengikutinya, kecuali apabila ada gangguan khusus pada saluran nafas. Bila
pernafasan pada masa post partum menjadi lebih cepat, kemungkinan ada
tanda-tanda syok.
Postpartum adalah masa atau waktu sejak bayi dilahirkan dan plasenta
keluar lepas dari rahim, sampai enam minggu berikutnya, disertai dengan
pulihnya kembali organ-organ yang berkaitan dengan kandungan, yang
mengalami perubahan seperti perlukaan dan lain sebagainya berkaitan saat
melahirkan (Suherni, 2009).
Asuhan ibu nifas oleh bidan dilakukan dengan cara mengumpulkan data,
menetapkan diagnose dan rencana tindakan melaksanakannya untuk

58
mempercepat proses pemulihan, mencegah komplikasi dengan memenuhi
kebutuhan ibu dan bayi selama periode nifas.
Perempuan masa nifas perlu dipenuhi kebutuhannya untuk bisa
memulihkan kondisi setelah melahirkan dan untuk persiapan laktasi supaya
bayinya tumbuh kembangnya berjalan dengan normal. Kebutuhan yang
essensial dari perempuan Nifas.

EVALUASI TES FORMATIF

1. Sebutkan yang bukan merupakan Salah satu Perubahan Reproduksi yang


terjadi pada masa nifas ?
a. Perubahan pada uterus
b. Perubahan pada vagina
c. Perubahan pada perineum
d. Perubahan pada kulit

2. Pada waktu melahirkan alat pencernaan mendapat tekanan yang


menyebabkan kolon menjadi kosong, pengeluaran cairan yang berlebihan
pada waktu persalinan disebut dengan
a. Opstipasi
b. Relaxin
c. Estrogen dan progesteron
d. Hormon plasenta

59
3. Salah satu cara yang dapat mengurangi wasir atau ambein pada ibu setelah
melahirkan adalah
a. Memperbanyak asupan serat
b. Memperbanyak buah dan sayur
c. Makan makanan tinggi protein
d. Sering melakukan senam nifas

4. Perubahan pada masa hamil (kadar steroid yang tinggi) turut menyebabkan
peningkatan fungsi ginjal. Fungsi ginjal kembali normal dalam waktu ?
a. Dua bulan
b. Satu bulan
c. Dua minggu
d. Satu minggu

5. Masa nifas berlangsung selama kira-kira…


a. 4 minggu
b. 5 minggu
c. 6 minggu
d. 7 minggu

6. Kebijakan program nasional kunjungan pada masa nifas  dilakukan:


a. 2 kali
b. 4 kali
c. 6 kali
d. 8 kali

7. Yang merupakan proses penting dimasa nifas adalah, kecuali


a. Pengecilan rahim atau involusi
b. Kekentalan darah (hemokonsentrasi) kembali normal
c. Proses penyusupan kepala bayi

60
d. Proses Laktasi atau Menyusui

8. Mendeteksi kebutuhan dan komplikasi nifas dapat dilakukan pada saat…...


a. 6-8 jam setelah persalinan
b. 2 jam setelah persalinan
c. 2 hari setela persalinan
d. 8 minggu setelah persalinan

9. Masa nifas berlangsung selama kira-kira…


a. 4 minggu
b. 5 minggu
c. 6 minggu
d. 7 minggu
e.

10. Salah satu tujuan pemberian asuhan pada masa nifas adalah :
a. Memberikan pelayanan keluarga berencana
b. Menjaga kesehatan bapak dan bayinya baik fisik maupun psikologi
c. Mendeteksi masalah kesehatan lingkungan
d. Memberikan pelayanan prima dalam lingkungan komunitasnya

11.Pada ibu nifas atau postpartum dibutuhkan tambahan kalori setiap hari
sebanyak.....
a. 800/hari
b. 500/hari
c. 1000/hari
d. 200/hari

12.Ny. D telah melahirkan bayinya 1 hari yang lalu mengeluh susah BAB.
Apakah tindakan yang tepat...
a. Anjurkan mengkomsumsi makanan yang mengandung serat

61
b. Berikan obat antibiotik
c. Senam
d. Olahraga

13.Masa nifas adalah juga dapat disebut sebagai masa


a. Involusio uteri
b. Pueperium
c. postpartum
d. Partus

62
KUNCI JAWABAN

1.D
2.A
3.C
4.B
5.C
6.B
7.C
8.A
9.C
10.C
11.B
12.A
13.C

63
DAFTAR PUSTAKA

Anggraini, yetti. 2010. Asuhan Kebidanan Masa Nifas. Yogyakarta: Pustaka


Rihanna                                
Ari Sulistyawati. 2009. Buku Ajar Asuhan Kebidanan pada Masa
Nifas.Yogyakarta: Penerbit Andi.
Bahiyatun. 2008. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Nifas Normal. Jakarta: EGC
Cuningham, Gant, Leveno dkk.2004. Obstetri Williams edisi 21. Jakarta : EGC
Damayanti. 2011. Asuhan kebidanan masa nifas. Refika Aditama. Bandung.
Heryani, Reni.2015. Buku Ajar Asuhan Kebidanan pada Ibu Nifas Dan Menyusui.
Jakarta: Trans Info Media.
Handayani, Sri.2011. Asuhan Kebidanan Ibu Masa Nifas. Yogyakarta: Gosyen
Publishing
Irene, bobak, dkk. 2005. Keperawatan Maternitas.Jakarta:EGC
Lusa. 2011. Kebutuhan Dasar Ibu Nifas. http://www.lusa.web.id/kebutuhadasar-
ibu-nifas/
Pitriani, risa. 2014. Panduan Lengkap Asuhan Kebidanan Ibu Nifas Normal
(Askeb III). Yogyakarta. CV Budi Utama
Prawirohardjo, Sarwono.2008. Ilmu Kebidanan.  Jakarta: PT Bina Pustaka
Saleha, siti. 2009. Asuhan Kebidanan pada Masa Nifas. Jakarta. Salemba Medika
Sulistyawati, Ari. 2009. Buku Ajar Asuhan Kebidanan pada Ibu Nifas. Andi :
Yogyakarta
Siti Saleha. 2009. Asuhan Kebidanan pada Masa Nifas. Jakarta: Salemba Medika.
Sulistyawati, ari. 2009. Asuhan Kebidanan pada Ibu Nifas. Yogyakarta. Penerbit
Andi
Varney,Helen, dkk. 2003.Buku Ajar Asuhan Kebidanan Edisi 4.Jakarta :EGC
Walyani, dkk. 2015. Asuhan Kebidanan Masa Nifas dan
Menyusui.Yogyakarta:PT Pustaka Baru
Walyani, dkk. 2015. Asuhan Kebidanan Masa Nifas dan
Menyusui.Yogyakarta:PT Pustaka Baru
Yeyeh ai,dkk. 2011. Asuhan kebidanan III (Nifas). Jakarta : TIM

64
.

65

Anda mungkin juga menyukai