Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

TENTANG
PERUBAHAN SISTEM HEMATOLOGI
DOSEN PENGAMPU : Nurul khusnul Hatimah S. Tr. Keb

DI SUSUN OLEH KELOMPOK II

1) ANGGI PUTRI NINGSIH


2) YUNI ANDRIANI
3) KIKI LESTARI
4) INFITAR
5) NONA YUYUN

AKBID HAPAN BUNDA BIMA


TAHUN AKADEMIK 2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Alloh SWT. bahwa penulis telah
menyelesaikan tugas mata Kuliah Paska Persalinan dan Menyusui dengan
membahas Perubahan sistem heamtologi dalam bentuk makalah.

Dalam penyusunan tugas atau materi ini, tidak sedikit hambatan yang penulis
hadapi. Namun penulis menyadari bahwa kelancaran dalam penyusunan materi ini
tidak lain berkat bantuan, dorongan dan bimbingan orang tua, sehingga kendala-
kendala yang penulis hadapi teratasi. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima
kasih kepada :

Semoga materi ini dapat bermanfaat dan menjadi sumbangan pemikiran bagi
pihak yang membutuhkan, khususnya bagi penulis sehingga tujuan yang
diharapkan dapat tercapai, Amiin.

Kota Bima, 17 Oktober 2022

Penyusun
Kelompok
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Masa nifas atau masa puerperium adalah masa setelah partus selesai dan
berakhir setelah kira-kira 6 minggu. Masa nifas (puerperium) yaitu di mulainnya
setelah plasenta lahir dan berakhir ketika ala-alat kandungan kembali seperti
keadaan sebelum hamil. Masa nifas berlangsung kira-kira 6 minggu.
Adapun tahapan-tahapan masa nifas (post partum/puerperium) adalah :

1. Puerperium dini yaitu masa kepulihan, yakni saat-saat ibu telah


diperbolehkan berdiri dan berjalan-jalan.
2. Puerperium intermedial yaitu masa kepulihan menyeluruh dari organ-
organ genital, kira-kira antara 6-8 minggu.
3. Remot puerperium yaitu waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat
sempurna teutama apabila ibu selama hamil atau persalinan mempunyai
komplikasi. Sebagai catatan, waktu untuk sehat sempurna bias cepat bila
kondisi sehat prima, atau bisa juga berminggu-minggu, bulanan, bahkan
tahunan, bila ada gangguan-gangguan kesehatan lainnya.

B. RUMUSAN MASALAH

1 perubahan sistem reproduksi

2 perubahan sistem pencernaan

3 perubahan sistem perkemihan

4 perubahan sistem muskuloskeletal/diastasis rectie abdominis

5 perubahan sistem endokrin

6 perubahan tanda-tanda vital

7 perubahan sistem kardiovaskuler

8 perubahan sistem hematologi


BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN
Masa nifas atau masa puerperium adalah masa setelah partus selesai dan
berakhir setelah kira-kira 6 minggu. Masa nifas (puerperium) yaitu di mulainnya
setelah plasenta lahir dan berakhir ketika ala-alat kandungan kembali seperti
keadaan sebelum hamil. Masa nifas berlangsung kira-kira 6 minggu (YBS-PS :
122).
B. PERUBAHAN UTERUS DAN SISTEM REPRODUKSI PADA MASA

NIFAS

Perubahan alat-alat genital baik interna maupun eksterna kembali seperti


semula seperti sebelum hamil disebut involusi. Bidan dapat membantu ibu untuk
mengatasi dan memahami perubahan-perubahan seperti:

1.   Involusi uterus

Involusi uterus atau pengerutan uterus merupakan suatu proses dimana


uterus kembali ke kondisi sebelum hamil. Proses kembalinya uterus ke keadaan
sebelum hamil setelah melahirkan disebut involusi. Proses ini dimulai segera
setelah plasenta keluar akibat kontraksi otot-otot polos uterus. Pada akhir tahap
ketiga persalinan, uterus berada di garis tengah, kira-kira 2 cm di bawah
umbilikus dengan bagian fundus bersandar pada promontorium sakralis. Pada saat
ini besar uterus kira-kira sama dengan besar uterus sewaktu usia kehamilan 1
minggu (kira-kira sebesar grapefruit (jeruk asam) dan beratnya kira-kira 1000 g.
Dalam waktu 12 jam, tinggi fundus uteri mencapai 1 cm di atas tali
umbilikus. Dalam beberapa hari kemudian, perubahan involusi berlangsung
dengan cepat. Fundus turun kira-kira 1 sampai 2 cm setiap 24 jam. Pada hari
pascapartum keenam fundus normal akan berada di pertengahan antara umbilikus
dan simfisis pubis. Uterus tidak bisa dipalpasi pada abdomen pada hari ke-9
pascapartum.
Proses involusi uterus adalah sebagai berikut :

a) Iskemia Miometrium – Hal ini disebabkan oleh kontraksi dan retraksi yang
terus menerus dari uterus setelah pengeluaran plasenta sehingga membuat
uterus menjadi relatif anemi dan menyebabkan serat otot atrofi.
b) Atrofi jaringan – Atrofi jaringan terjadi sebagai reaksi penghentian
hormon esterogen saat pelepasan plasenta.
c) Autolysis – Merupakan proses penghancuran diri sendiri yang terjadi di
dalam otot uterus. Enzim proteolitik akan memendekkan jaringan otot
yang telah mengendur hingga panjangnya 10 kali panjang sebelum hamil
dan lebarnya 5 kali lebar sebelum hamil yang terjadi selama kehamilan.
Hal ini disebabkan karena penurunan hormon estrogen dan progesteron.
d) Efek Oksitosin – Oksitosin menyebabkan terjadinya kontraksi dan retraksi
otot uterus sehingga akan menekan pembuluh darah yang mengakibatkan
berkurangnya suplai darah ke uterus. Proses ini membantu untuk
mengurangi situs atau tempat implantasi plasenta serta mengurangi
perdarahan.

 Perubahan Pada Pembuluh Darah Uterus

Kehamilan yang sukses membutuhkan peningkatan aliran darah uterus


yang cukup besar. Untuk menyuplainya , arteri dan vena di dalam uterus ,
terutama plasenta , menjadi luar biasa membesar , begitu juga pembuluh darah ke,
dan dari uterus . Di dalam uterus , pembentukan pembuluh – pembuluh darah baru
juga menyebabkan peningkatan aliran darah yang bermakna. Setelah pelahiran ,
kepiler pembuluh darah ekstra uterin berkurang sampai mencapai atau paling
tidak mendekati keadaan sebelum hamil. Pada masa nifas , di dalam uterus
pembuluh – pembuluh darah mengalami obliterasi akibat perubahan hialin , dan
pembuluh – pembuluh yang lebih kecil menggantikannya . Resorpsi residu hialin
dilakukan melalui suatu proses yang menyerupai proses pada ovarium setelah
ovulasi dan pembentukan korpus luteum . Namun , sisa – sisa dalam jumlah kecil
dapat bertahan selama bertahun – tahun.

 Perubahan Pada Serviks dan Segmen Bawah Uterus

Tepi luar serviks, yang berhubungan dengan os eksternum, biasanya


mengalami laserasi terutama di bagian lateral. Ostium serviks berkontraksi
perlahan, dan beberapa hari setelah bersalin ostium serviks hanya dapat ditembus
oleh dua jari. Pada akhir minggu pertama, ostium tersebut telah menyempit.
Karena ostium menyempit, serviks menebal dan anal kembali terbentuk.
Meskipun involusi telah selesai, os eksternum tidak dapat sepenuhnya kembali ke
keadaan seperti sebelum hamil. Os ini tetap agak melebar, dan depresi bilateral
pada lokasi laserasi menetap sebagai perubahan yang permanen dan menjadi ciri
khas serviks para. Harus diingat juga bahwa epitel serviks menjalani pembentukan
kembali dalam jumlah yang cukup banyak sebagai akibat pelahiran bayi.
Contohnya, Ahdoot dan rekan ( 1998 ) menemukan bahwa sekitar 50 % wanita
dengan sel skuamosa intraepithelial tingkat tinggi mengalami regresi akibat
persalinan pervaginam. Segmen bawah uterus yang mengalami penipisan cukup
bermakna akan berkontraksi dan tertarik kembali, tapi tidak sekuat pada korpus
uteri. Dalam waktu beberapa minggu, segmen bawah telah

mengalami perubahan dari sebuah struktur yang tampak jelas dan cukup
besar untuk menampung hampir seluruh kepala janin, menjadi isthmus uteri yang
hampir tak terlihat dan terletak di antara korpus uteri diatasnya dan os internum
serviks di bawahnya.

Uterus, yang pada waktu hamil penuh beratnya 11 kali berat sebelum hamil,
berinvolusi menjadi kira-kira 500 g, 1 minggu setelah melahirkan dan 350 g, 2
minggu setelah melahirkan uterus berada di dalam panggul sejati lagi. Pada
minggu ke enam, beratnya sampai 60 g. Dan pada minggu ke-8, uterus memiliki
berat 30 g, yaitu sebesar uterus normal.
Peningkatan kadar estrogen dan progesteron bertanggung jawab untuk
prtumbuhan masif uterus selama masa hamil. Pertumbuhan uterus prenatal
tergantung pada hiperplasia, pningkatan jumlah sel-sel otot, dan hipertrofi,
pembesaran sel-sel yang sudah ada. Pada masa pascapartum penurunan kadar
hormon-homon ini menyebabkan terjadinya autolisis, perusakan secara langsung
jaringan hipertiroid yang berlebihan. Sel-sel tambahan yang terbentuk selama
masa hamil menetap. Inilah penyebab ukuran uterus sedikit lebih besar setelah
hamil.
Ukuran uterus pada masa nifas akan mengecil seperti sebelum hamil.
Perubahan-perubahan normal pada uterus selama postpartum adalah sebagai
berikut :

Involusi Uteri Tinggi Fundus Uteri Berat Uterus Diameter


Uterus

Plasenta lahir Setinggi pusat 1000 gram 12,5 cm

7 hari (minggu 1) Pertengahan pusat dan 500 gram 7,5 cm


simpisis

14 hari (minggu 2) Tidak teraba 350 gram 5 cm

6 minggu Normal 60 gram 2,5 cm

D. PERUBAHAN FISIOLOGIS MASA NIFAS PADA SISTEM


PENCERNAAN

Sistem gastrointestinal selama kehamilan dipengaruhi oleh beberapa hal,


diantaranya tingginya kadar progesteron yang dapat mengganggu keseimbangan cairan
tubuh, meningkatkan kolestrol darah, dan melambatkan kontraksi otot-otot polos. Pasca
melahirkan, kadar progesteron juga mulai menurun. Namun demikian, faal usus
memerlukan waktu 3-4 hari untuk kembali normal.

Beberapa hal yang berkaitan dengan perubahan pada sistem pencernaan, antara
lain:

- Nafsu makan.
- Motilitas.
- Pengosongan usus.
Nafsu makan

Pasca melahirkan, biasanya ibu merasa lapar sehingga diperbolehkan untuk


mengkonsumsi makanan. Pemulihan nafsu makan diperlukan waktu 3–4 hari sebelum
faal usus kembali normal. Meskipun kadar progesteron menurun setelah melahirkan,
asupan makanan juga mengalami penurunan selama satu atau dua hari.

Motilitas
Secara khas, penurunan tonus dan motilitas otot traktus cerna menetap selama
waktu yang singkat setelah bayi lahir. Kelebihan analgesia dan anastesia bisa
memperlambat pengembalian tonus dan motilitas ke keadaan normal.

Pengosongan usus

Pasca melahirkan, ibu sering mengalami konstipasi. Hal ini disebabkan tonus otot
usus menurun selama proses persalinan dan awal masa pascapartum, diare sebelum
persalinan, enema sebelum melahirkan, kurang makan, dehidrasi, hemoroid ataupun
laserasi jalan lahir. Sistem pencernaan pada masa nifas membutuhkan waktu untuk
kembali normal.

E. PERUBAHAN ANATOMIS PERKEMIHAN PADA IBU HAMIL

1. Trimester I

Pada bulan-bulan pertama kehamilan kandung kencing tertekan sehingga sering


timbul kencing. Dan keadaan ini hilang dengan tuanya kehamilan bila uterus
gravidus keluar dari rongga panggul. Pada kehamilan normal , fungsi ginjal cukup
banyak berubah, laju filtrasi glomelurus dan aliran plasma ginjal meningkat pada
kehamilan.

Bila satu organ membesar, maka organ lain akan mengalami tekanan, dan pada
kehamilan tidak jarang terjadi gangguan berkemih pada saat kehamilan. Ibu akan
merasa lebih sering ingin buang air kecil. Pada bulan pertama kehamilan kandung
kemih tertekan oleh uterus yang mulai membesar.

Pada kehamilan normal fungsi ginjal cukup banyak berubah. Laju filtrasi
glomerulus dan aliran plasma ginjal meningkat pada awal kehamilan.Ginjal
wanita harus mengakomodasi tuntutan metabolisme dan sirkulasi ibu yang
meningkat dan juga mengekskresi produk sampah janin. Ginjal pada saat
kehamilan sedikit bertambah besar, panjangnya bertambah 1-1,5 cm. Ginjal
berfungsi paling efisien saat wanita berbaring pada posisi rekumbeng lateral dan
paling tidak efisien pada saat posisi telentang. Saat wanita hamil berbaring
telentang, berat uterus akan menekan vena ekava dan aorta, sehingga curah
jantung menurun. Akibatnya tekanan darah ibu dan frekuensi jantung janin
menurun, begitu juga dengan volume darah ginjal.

2. Trimester II

Kandung kencing tertekan oleh uterus yang membesar mulai berkurang, karena
uterus sudah mulai keluar dari uterus. Pada trimester 2, kandung kemih tertarik
keatas dan keluar dari panggul sejati kea rah abdomen. Uretra memanjang samapi
7,5 cm karena kandung kemih bergeser kearah atas. Kongesti panggul pada masa
hamil ditunjukkan oleh hyperemia kandung kemih dan uretra. Peningkatan
vaskularisasi ini membuat mukosa kandung kemih menjadi mudah luka dan
berdarah. Tonus kandung kemih dapat menurun. Hal ini memungkinkan distensi
kandung kemih sampai sekitar 1500 ml. Pada saaat yang sama, pembesaran uterus
mennekan kandung kemih, menimbulkan rasa ingin berkemih walaupun kandung
kemih hanya berisi sedikit urine.

3. Trimester III

Pada akhir kehamilan, bila kepala janin mulai turun kepintu atas panggul keluhan
sering kencing akan timbul lagi karena kandung kencing akan mulai tertekan
kmbali. Selain itu juga terjadi hemodilusi menyebabkan metabolisme air menjadi
lancar. Pada kehamilan tahap lanjut, pelvis ginjal kanan dan ureter lebih
berdilatasi daripada pelvis kiri akibat pergeseran uterus yang berat ke kanan akibat
terdapat kolon rektosigmoid di sebelah kiri. Perubahan-perubahan ini membuat
pelvis dan ureter mampu menampung urine dalam volume yang lebih besar dan
juga memperlambat laju aliran urine.

E. PERUBAHAN SISTEM MUSKULOSKELETAL PADA MASA


KEHAMILAN

Perubahan sistem muskuloskeletal terjadi pada saat umur kehamilan


semakin betambah. Adaptasi ini mencakupi peningkatan berat badan,
bergesernya pusat akibat pembesaran rahim, relaksasi dan mobilitas. Namun
demikian, pada saat psot partum system muskuloskeletal akan berangsur-
angsur pulih kembali.

Adapun sistem muskuloskeletal pada masa nifas meliputi :


1. Dinding perut dan peritoneum
2. Kulit abdomen
3. Striae
4. Perubahan ligament
5. Simpisis pubis

1. Dinding perut dan peritoneum


Dinding perut akan longgar pasca persalinan. Keadaan ini akan pulih
kembali dalam 6 minggu. Pada saat wanita asthenis terjadi diastasis dari
otot-otot rectus abdonimis, sehingga sebagian dari dinding perut di garis
tengah hanya terdiri dari peritoneum, fasia tipis, dan kulit.

2. Dinding perut dan peritoneum


Selama masa kehamilan, kulit abdomen akan melebar, melonggar dan
mengendur hingga berbulan-bulan. Otot-otot dari dinding abdomen dapat
kembali normal kembali dalam beberapa minggu pasca melahirkan
dengan latihan post natal.

3. Dinding perut dan peritoneum


Striae adalah suatu perubahan warna seperti jaringan parut pada
dinding abdomen. Striae pada dinding abdomen tidak dapat menghilang
sempurna melainkan membentuk garis lurus yang samar. Tingkat
diastasis muskulus trektus abdominis pada ibu post partum dapat dikaji
melalui keadaan umum, aktivitas, paritas, dan jarak kehamilan, sehingga
dapat membantu menentukan lama pengembalian tonis otot menjadi
normal.

4. Perubahan Ligamen
Setelah janin lahir, ligament-ligamen, diafragma pelvis dan fasia yang
meregang sewaktu kehamilan dan partus berangsur-angsur menciut
kembali seperti sediakala. Tidak jarang ligametum rotundum menjadi
kendor yang mengakibatkan letak uterus menjadi retrofleksi.

5. Simpisis pubis
Pemisahan simpisis pubis jarang terjadi. Namun demikian, hal ini
dapat menyebabkan mordibitas maternal. Gejala dari pemisahan simpisis
pubis antara lain : nyeri tekan pada pubis disertai peningkatan nyeri saat
bergerak di tempat tidur ataupun waktu berjalan. Pemisahan simpisis
dapat dipalapasi. Gejala ii dapat menghilang setelah beberapa minggu
atau bulan pasca meahirkan, bahkan ada yang menetap.

Beberapa gejala sistem muskuloskeletal yang timbul pada masa pasca


partum antara lain :
1. Nyeri punggung bawah
2. Sakit kelapa dan nyeri leher
3. Nyeri pelvis posterior
4. Disfungsi simpisis pubis
5. Diastasis rekti
6. Osteoporosis akibat kehamilan
7. Disfungsi rongga panggul

1. Nyeri punggung bawah


Nyeri punggung merupakan gejala pasca partum jangka panjang yang
sering terjadi. Hal ini disebabkan adanya ketegangan postural pada
sistem muskuloskeletal akibat posisi saat persalinan.
2. Sakit kepala dan nyeri leher
Pada minggu pertama dan tiga bulan setelah melahirkan, sakit kepala
dan migraine bisa terjadi. Gejala ini dapat mempengaruhi aktifitas dan
ketidaknyamanan pada ibu post partum. Sakit kepala dan nyeri leher
yang jangka panjang dapat timbul akibat setelah pemberian anestasi
umum.
3. Nyeri pelvis posterior
Nyeri pelvis posterior ditunjukkan untuk rasa nyeri dan disfungsi area
sendi sakrioiaka. Gejala ii timbul sebelum nyeri punggung bawah dan
disfungsi simfisis pubis yang ditandai nyeri di atas sendi satrioiaka pada
bagian otot penumpu berat badan serta timbul pada saat membalikkan
tubuh di tempat tidur. Nyeri ini dapat menyebar ke bokong dan paha
posterior.
4. Disfungsi simfisis pubis
Merupakan istilah yang menggambarkan gangguan fungsi sendi simfisis
pubis dan nyeri yang dirasakan di sekitar area sendi. Fungsi sendi
simfibis pubis adalah menyempurnakan cincin tulang pelvis dan
memintahkan berat badan melalui pada posisi tegak. Bila sendi ii tidak
menjalankan fungsi semestinya, akan terdapat fungsi/stabilitas pelvis
yang abnormal, diperburuk dengan terjadinya perbuhan mekanis, yang
dapat mempengaruhi gaya berjalan suatu gerakan lembur pada sendi
simfibis pubis untuk menumpu berat badan dan disertai rasa nyeri yang
hebat.

5. Dinding perut dan peritoneum


Diastase rekti adalah pemisahan otot rektus abdominis lebih dari 2,5 cm
pada tepat setinggi umbilicus sebagai akibat pengaruh hormone terhadap
linea alba serta akibat dari peregangan mekanis dinding abdomen. Kasus
ini sering terjadi pada multi pariatas, bayi besar , poli hidramnion,
kelemahan otot abdomen dan postur yang salah. Selain itu, juga
disebabkan gangguan kolagen yang lebih ke arah keturunan, sehingga ibu
dan anak mengalami diastasis.
6. Osteoporosis akibat kehamilan
Osteoporosis timbul pada trimester ketiga atau pasca natal. Gejala ini
ditandai dengan nyeri, fraktur tulang belakang dan panggul, serta adanya
hendaya (tidak dapat berjalan), ketidak mampuan mengangkat atau
menyusui bayi pasca natal, berkurangnya tinggi badan, postur tubuh yang
buruk.

7. Disfungsi dasar panggul


Disfungsi dasar panggul meliputi :
a. Inkontinensia urin, adalah keluhan rembesan urin yang tidak disadari.
Masalah yang paling umum dalam kehamilan dan pasca partum
adalah inkontinensia stress.
b. Inkontinensia alvi, disebabkan oleh robeknya atau merenggangnya
sfingter anal atau kerusakan yang nyata pada suplai saraf dasar
panggul selama persalinan.
c. Prolaps. Prolaps genetalia, dikaitkan dengan persalinan per vagina
yang dapat disebabkan peregangan dan kerusakan pada fasia dan
persyarafan pelvis. Prolaps uterus adalah penururnan uterus. Sistokel
adalah prolaps kandung kemih dalam vagina, sedangkan rektokel
adalah prolaps rectum ke dalam vagina.

F. PERUBAHAN SISTEM ENDOKRIN

Ketika bagian penting dari tubuh manusia, kelenjar sistem


endokrin mengontrol pelepasan hormon. Setiap kelenjar bertanggung
jawab untuk memproduksi hormon yang membantu mengontrol fungsi
tubuh yang diperlukan. Tanpa kelenjar ini, kontrol keseluruhan proses
vital akan terancam. Kelenjar dari sistem endokrin adalah salah satu
struktur yang paling rumit dalam tubuh manusia.
Setiap kelenjar bertanggung jawab untuk mensekresi hormon jenis
tertentu yang digunakan dalam berbagai kapasitas seluruh tubuh.
Hormon ini digunakan untuk segala sesuatu dari pertumbuhan dan
pengembangan sampai mengatur fungsi metabolisme tubuh. Kelenjar
dari sistem endokrin juga dapat menderita dari berbagai gangguan yang
mempengaruhi beragam jaringan dan sinyal ke seluruh tubuh.

Kelainan pada Sistem Endokrin

1 Gangguan pertumbuhan, seseorang yang kelebihan hormon


pertumbuhan akan mengalami pertumbuhan yang luar biasa.
Pada anak-anak kelebihan hormon pertumbuhan disebut
gigantisme dan pada orang dewasa disebut ackromegali.
Sebaliknya, bila anak-anak mengalami kekurangan hormon, ia
akan mengalami kekerdilan.

2 Hyperprolactinemia, sekresi prolaktin yang berlebihan. Hal ini bisa


menyebabkan produksi/keluarnya air susu ibu (galactoorhea)
meski tidak mengandung atau tidak menstruasi
(amemorrhea).

3 Kegagalan fungsi gonad (hypogonadisme,) akibat kekurangan sekresi


Hormon Peluteinan (LH) dan Hormon Perangsang Folikel
(FSH). Keadaan ini biasanya sering dialami pria, yakni berupa
kegagalan menghasilkan jumlah sperma yang normal.

4 Penyakit tiroid, hormon tiroid yang berlebihan sebagai hasil dari


kelenjar tiroid yang terlalu aktif disebut hyperthyroidisme. Hal
ini akan menyebabkan badan meningkatkan keadaan metabolik
yang naik. Kondisi ini akan mengabkibatkan banyak sistem
dalam tubuh mengembangkan fungsi yang tidak normal.
G. perubahan perubahan tanda-tanda vital

Tanda–tanda vital atau tanda–tanda dasar meliputi suhu, denyut nadi,


pernapasan, dan tekanan darah. Pengukuran tanda vital menyediakan data
untuk menentukan status kesehatan klien (data dasar). Banyak faktor yang
dapat menyebabkan perubahan tanda vital sampai keluar rentang normal,
seperti suhu lingkungan, kegiatan fisik klien, dan pengaruh penyakit.
Perubahan tanda vital menunjukan adanya perubahan pada fungsi fisiologis.
Pemeriksaan tanda vital menyediakan data untuk mengenali diagnosis
keperawatan, melalui intervensi, dan mengevaluasi hasil perawatan.
Perubahan tanda vital menandakan dibutuhkannya intervensi medis atau
keperawatan.
Tanda vital merupakan cara cepat untuk memonitor kondisi klien,
mengenali masalah, dan mengevaluasi respon klien terhadap intervensi.
Teknik dasar tanda–tanda vital seperti inspeksi, palpasi, dan auskultasi
untuk memperoleh tanda vital. Tanda vital dan pemeriksaan fisiologis
lainnya adalah dasar dari pemecahan masalah klinis.
H. PERUBAHAN SISTEM KARDIOVASKULER PADA MASA
KEHAMILAN

Selama kehamilan dan nifas, terjadi perubahan hebat yang melibatkan jantung
dan sirkulasi. Perubahan terpenting pada fungsi jantung terjadi dalam 8 minggu
pertama kehamilan. (cuningham : 2009 : hal 24-25).

Setelah terjadi diuresis yang mencolok akibat penurunan kadar estrogen,


volume darah kembali kepada keadaan tidak hamil. Jumlah sel darah merah dan
kadar hemoglobin kembali normal pada hari ke-5.

Meskipun kadar estrogen mengalami penurunan yang sangat besar selama


masa nifas, namun kadarnya masih lebih tinggi daripada normal. Plasma darah
tidak begitu mengandung cairan dan dengan demikian daya koagulasi meningkat.
Pembekuan darah harus dicegah dengan penanganan yang cermat dan penekanan
pada ambulasi dini (Helen farrer : 2001 : hal 227)

Jantung

Seiring dengan kemajuan kehamilan, apeks jantung agak bergeser ke lateral dari
posisinya dalam keadaan tidak hamil normal, dan pada radiografi dijumpai
peningkatan ukuran bayangan jantung. Wanita hamil normal sedikit banyak
mengalami efusi pericardium jinak yang dapat memperbesar siluet jantung.
Pariabilitas factor-faktor ini menyebabkan kardiomegali derajat sedang sulit
diidentifikasi secara pasti dengan pemeriksaan sinar X biasa.

Selama kehamilan, kecepatan nadi istirahat meningkat sekitar 10 kali per menit.
Selain itu, sebagian dari bunyi jantung mungin berubah. Sebagai contoh, terjadi
peningkatan pemisahan bunyi jantung pertama disertai peningkatan kekuatan
bunyi kedua komponen, dan adanya bunyi jantung ketiga yang jelas terdengar.
Mur-mur sistolik yang segera lenyap setelah persalinan terdengar pada 90%
wanita hamil.

Kehamilan normal tidak menimbulkan perubahan khas pada elektro kardiogram


selain deviasi rigan sumbu listrik kiri akibat perubahan posisi jantung.
(cuningham : 2009 : 25)

Volume Darah

Perubahan volume darah bergantung pada beberapa factor, misalnya kehilangan


darah selama melahirkan dan mobilisasi, serta pengeluaran cairan ekstravaskular
(edema fisiologis). Kehilangan darah merupakan akibat penurunan volume darah
total yang cepat, tetapi terbatas. Setelah itu perpindahan normal cairan tubuh yang
menyebabkan volume darah menurun dengan lambat. Pada minggu ke-3 dan ke-4
setelah bayi lahir, volume darah biasanya menurun sampai mencapai volume
darah sebelum hamil. Pada persalinan per vaginam, ibu kehilangan darah sekitar
300-400 cc. bila kelahiran melalui SC, maka kehilangan darah dapat dua kali lipat.
Perubahan terdiri atas volume darah dan hematocrit (haemoconcentration). Pada
persalinan per vaginam, hematocrit akan naik, sedangkan pada SC, hemaktokrit
cenderung stabi dan kembali normsl setelah 4-6 minggu.

Tiga perubahan fisiologis pascapartum yang terjadi pada wanita antara lain
sebagai berikut.

1. Hilangnya sirkulasi uteroplasenta yang mengurangi ukuran pembuluh darah


maternal 10-15%
2. Hilangnya fungsi endokrin plasenta yang menghilangkan stimulus vasodilatasi.
3. Terjadinya mobilisasi air ekstravaskuler yang disimpan selama wanita hamil
(Vivian nani, dkk : 2011 : hal 60 – 61).

Curah Jantung

Denyut jantung, volume sekuncup, dan curah jantung meningkat sepanjang masa
hamil. Segera setelah melahirkan, keadaan ini meningkat bahkan lebih tinggi
selama 30-60 menit karena darah yang biasanya melintasi sirkulasi uteroplasenta
tiba-tiba kembali ke sirkulasi umum. Nilai ini meningkat pada semua jenis
kelahiran

I. Perubahan Sistem Hematologi


Pada minggu-minggu terakhir kehamilan,
kadar fibrinogendan plasma serta faktor-faktor pembekuan darah meningkat.
Pada hari pertama post partum, kadar fibrinogen dan plasma akan sedikit
menurun tetapi darah lebih mengental dengan
peningkatan viskositas sehingga meningkatkan faktor pembekuan darah.
Leukositosis adalah meningkatnya jumlah sel-sel darah putih sebanyak
15.000 selama persalinan. Jumlah leukosit akan tetap tinggi selama beberapa
hari pertama masa post partum. Jumlah sel darah putih akan tetap bisa naik
lagi sampai 25.000 hingga 30.000 tanpa adanya kondisi patologis
jika wanita tersebut mengalami persalinan lama.
Pada awal post partum, jumlah hemoglobin, hematokrit
dan eritrosit sangat bervariasi. Hal ini disebabkan volume darah,
volume plasenta dan tingkat volume darah yang berubah-ubah. Tingkatan ini
dipengaruhi oleh status gizi dan hidarasi dari wanita tersebut. Jika hematokrit
pada hari pertama atau kedua lebih rendah dari titik 2 persen atau lebih tinggi
daripada saat memasuki persalinan awal, maka pasien dianggap telah
kehilangan darah yang cukup banyak. Titik 2 persen kurang lebih sama
dengan kehilangan darah 500 ml darah.
Penurunan volume dan peningkatan sel darah pada kehamilan
diasosiasikan dengan peningkatan hematokrit dan hemoglobin pada hari ke 3-
7 post partum dan akan normal dalam 4-5 minggu post partum.
Jumlah kehilangan darah selama masa persalinan kurang lebih 200-500 ml,
minggu pertama post partum berkisar 500-800 ml dan selama sisa
masa nifas berkisar 500 ml.
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Masa nifas atau masa puerperium adalah masa setelah partus selesai dan
berakhir setelah kira-kira 6 minggu. Masa nifas (puerperium) yaitu di mulainnya
setelah plasenta lahir dan berakhir ketika ala-alat kandungan kembali seperti
keadaan sebelum hamil. Masa nifas berlangsung kira-kira 6 minggu.
Adapun tahapan-tahapan masa nifas (post partum/puerperium) adalah :

1. Puerperium dini yaitu masa kepulihan, yakni saat-saat ibu telah


diperbolehkan berdiri dan berjalan-jalan.
2. Puerperium intermedial yaitu masa kepulihan menyeluruh dari organ-
organ genital, kira-kira antara 6-8 minggu.
3. Remot puerperium yaitu waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat
sempurna teutama apabila ibu selama hamil atau persalinan mempunyai
komplikasi. Sebagai catatan, waktu untuk sehat sempurna bias cepat bila
kondisi sehat prima, atau bisa juga berminggu-minggu, bulanan, bahkan
tahunan, bila ada gangguan-gangguan kesehatan lainnya.

B. SARAN
Saran penulis kepada pembaca yaitu penulis mengharapkan kritik dan
saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan pembuatan makalah
selanjutnya. Terima kasih
DAFTAR PUSTAKA
Ambarwati, 2008. Asuhan Kebidanan Nifas. Yogyakarta: Mitra Cendikia

Saleha, 2009. Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas. Jakarta: Salemba Medika

Suherni, 2007. Perawatan Masa Nifas. Yogyakarta: Fitramaya

Anda mungkin juga menyukai