SUBINVOLUSI UTERI
Oleh :
Preseptor:
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
disebut involusi. Sesudah partus berakhir uterus yang beratnya 1000 gram
tersebut. Kontraksi itu dalam masa nifas berlangsung terus, biarpun tidak
dan progesteron, menyebabkan autolisis dengan akibat bahwa sel – sel otot
1
Maka dari itu seorang dokter harus memahami tentang masa nifas
involusi yang terjadi. Supaya seorang dokter harus bisa lebih mengerti
proses nifas bukan hanya pada kelahiran bayi tetapi juga memproritaskan
dengan standar asuhan kedokteran yang baik dan benar sesuai kode etik
2. Tujuan Penulisan
3. Manfaat Penulisan
2
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.Involusi Uteri
fisiologis seperti keadaan semula keadaan ini disebut involusi. Fundus uteri yang
besar terdiri dari miometrium yang ditutupi oleh serosa dan dilapisi oleh desidua
basalis. Dinding posterior dan anterior dalam jarak yang terdekat, masing-masing
tebalnya 4 sampai 5 cm. Pada saat post partum, berat uterus kira-kira menjadi
1.000 g.1,3
Selama nifas, terjadi destruksi dan dekonstruksi yang luar biasa pada uterus.
Dua hari setelah persalinan, uterus mulai berinvolusi, dan pada minggu pertama
beratnya sekitar 500 g. Pada minggu kedua beratnya sekitar 300 g. Sekitar 4
minggu setelah melahirkan, uterus kembali ke ukuran sebelum hamil yaitu 100 g
atau kurang. Uterus biasanya kembali ke ukuran semula setelah sekitar 4 bulan.
Jumlah sel otot mungkin tidak berkurang cukup besar. Akan tetapi ukuran
masing-masing sel menurun secara bermakna dari 500-800µm kali 5-10 µm saat
Dalam 2 atau 3 hari setelah persalinan, desidual yang tersisa di dalam uterus
terlepas dalam bentuk lokia. Lapisan basal yang berdekatan dengan miometrium
yang berisi fundus kelenjar endometrium tetap utuh dan merupakan sumber
endometrium baru.3
3
Involusi Tinggi Fundus Uteri Berat Uterus
Tabel 1 tinggi fundus uteri dan berat uterus menurut masa involusi3
Proses involusi uterus yang terjadi pada pada masa nifas melalui tahapan
berikut:2
a. Autolysis
dalam otot uterine. Enzim proteolitik akan memendekkan jaringan otot yang
telah mengendur hingga 10 kali panjangnya dari semula dan 5 kali lebar dari
4
semula selama kehamilan. Diketahui adanya penghancuran protoplasma dan
jaringan yang diserap oleh darah kemudian dikeluarkan oleh ginjal. Inilah
b. Atrofi jaringan
plasenta. Selain perubahan atrofi pada otot – otot uterus, lapisan desidua akan
mengalami atrofi dan terlepas dengan meninggalkan lapisan basal yang akan
(lokal iskhemia). Kekurangan darah ini bukan hanya karena kontraksi dan
retraksi yang cukup lama seperti tersebut di atas tetapi disebabkan oleh
pengurangan aliran darah ke uterus, karena pada masa hamil uterus harus
hiperplasi setelah bayi dilahirkan tidak diperlukan lagi. Maka pengaliran darah
c. Efek oksitosin
kompleks dan terjadi karena adanya pertemuan aktin dan myosin. Dengan
5
demikian aktin dan myosin merupakan komponen kontraksi. Pertemuan aktin
dan myosin disebabkan kaena adanya myocin light chine kinase (MLCK) dan
dependent myosin ATP ase, prose ini dapat dipercepat oleh banyaknya ion
kalsium yang masuk dalam sel, sedangkan oksitosin merupakan suatu yang
yang sangat besar. Hormon oksitosin yang terlepas dari kelenjar hipofisis
dan membantu proses homeostatis. Kontraksi dan retraksi otot uteri akan
kontraksi uterus bisa berkurang dan menjadi tertatur, karena itu penting sekali
pada masa nifas yang terjadi pada setiap organ dan saluran yang reproduktif
untuk kembali ke keadaan tidak hamil. Penyebab paling umum adalah infeksi
plasenta
6
2.3.Faktor predisposisi
1. Seksio Sesaria
Pada masa nifas dibutuhkan tambahan energi sebesar 500 kkal per hari,
kebutuhan tambahan energi adalah untuk menunjang proses kontraksi uterus pada
proses involusi menuju normal. Kekurangan energi pada ibu nifas dapat
berjalan lambat.
Laktasi adalah produksi dan pengeluaran ASI, laktasi ini dapat dipercepat
dengan memberiksan rangsangan puting susu (isapan bayi). Pada puting susu
terdapat saraf – saraf sensorik yang jika mendapat rangsangan (isapan bayi) maka
bagian depan dan belakang. Pada kelenjar hipofisis bagian depan akan
pengeluaran hormon oksitosin yang berfungsi memacu kontraksi otot polos yang
ada di dinding alveolus dan dinding saluran, sehingga ASI dipompa keluar serta
memacu kontraksi otot rahim sehingga involusi uterus berlangsung lebih cepat.
7
4. Kurang mobilisasi
kotraksi uterus akan baik sehingga fundus uteri keras, maka resiko perdarahan
5. Usia
Proses involusi uterus sangat dipangaruhi oleh usia ibu yang melahirkan. Usai
20 – 30 tahun merupakan usia yang sangat ideal untuk terjadinya proses involusi
yang baik. Hal ini disebakan karena faktor elastisitas dari otot uterus mengingat
Pada usia kurang dari 20 tahu elastisitasnya belum maksimal karena organ
reproduksi yang belum matang. Sedangkan usia diatas 35 tahun sering terjadi
ibu yang usianya lebih tua proses involusi banyak dipengaruhi oleh proses
otot dan penurunan penyerapan lemak, protein, dan karbohidrat. Bila proses ini
dihubungkan dengan penurunan protein pada proses penuaan, maka hal ini akan
6. Parietas
primipara kekuatan kontraksi uterus lebih tinggi dan uterus terasa lebih keras,
8
sedangkan pada multipara kontraksi uterus dan retraksi uterus berlangsung lebih
otot rahim selama 9 bulan kemudian. Semakin sering ibu hamil dan melahirkan,
semakin dekat jarak kehamilan dan kelahiran, elastisitas uterus semakin terganggu
pengeluaran lokia, semakin tinggi paritas semakin cepat proses pengeluaran lokia.
Akan tetapi karena kondisi otot rahim pada ibu bersalin multipara cenderung
sudah tidak terlalu kuat maka proses involusi berjalan lebih lambat.
8. Terdapat sisa plasenta dan selaputnya dalam uterus sehingga proses involusi
10. Inflamasi
9
2.4.Patofisiologi
uterus pada masa kehamilan menjadi 2 kali lipat dari keadaan sebelum hamil.
Pada saat bayi lahir, maka pengaliran darah ke uterus akan berkurang, kembali
seperti biasa. Pembuluh darah akan berkurang akibat kontraksi uterus yang baik
pembuluh darah yang lebar tidak menutup sempurna, sehingga pendarahan terjadi
involusi yang mestinya terjadi setelah nifas terganggu karena akibat dari
permasalah-permasalahan diatas.1,2
2.5.Manifestasi klinis
pasca nifas.
c. Lochia bisa tetap dalam bentuk rubra dalam waktu beberapa hari
10
d. Lochia bisa lebih banyak daripada yang diperkirakan
2.6.Diagnosis3,5
1. Anamnesis
a. Identitas pasien
b. Keluhan yang dirasakan ibu saat ini : pengeluaran lochia yang tetap
menyengat)
c. Riwayat penyakit
e. Riwayat obstetric
11
Riwayat perkawinan meliputi : usia kawin, kawin yang
ada abortus
persalinan, anak lahir hidup / mati, berat badan & panjang anak
waktu lahir.
kontraksi.
12
2. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan ibu
e. Uterus
uterus.
13
antara jari telunjuk dan jari tengah dan pengukuran
f. Lochia
g. Perineum
Diobservasi untuk melihat apakah ada tanda infeksi dan luka jahitan
h. Vulva
3. Pemeriksaan penunjang
USG
Radiologi
2.7.Penatalaksanaan
1. Pemberian antibiotik
2. Pemberian uterotonika1,3
a. Oksitosin
14
b. Metilergonovine 0,2 mg setiap 3 sampai 4 jam selama 24 sampai 48
jam
3. Pemberian transfusi
plasenta
2.8.Komplikasi
pembuluh darah yang lebar tidak menutup sempurna, sehingga perdarahan terjadi
terus menerus. Perdarahan postpartum (PPH) merupakan perdarahan vagina yang lebih
dari 24 jam setelah melahirkan. Penyebab utama adalah subinvolusi uterus. Yakni kondisi
15
DAFTAR PUSTAKA
1. Cunningham FG, Leveno KJ, Bloom SL, Spong CY, Dashe JS, Hoffman BL, et
16