Anda di halaman 1dari 12

1.

Judul : Laporan Kegiatan Promosi Kesehatan Mengenai Gangguan Akibat Kekurangan


Iodium di Posyandu Seruni

Latar Belakang :

Masalah kekurangan yodium sudah sejak lama dikenal di Indonesia. Yodium merupakan
zat gizi mikro penting untuk pertumbuhan fisik dan perkembangan mental. Sekitar 10% dari
populasi dunia memiliki resiko mengalami kekurangan yodium karena tinggal di daerah
ketinggian, dimana air minum hanya sedikit mengandung yodium. Yodium ditambahkan pada
garam yang biasa diperjualbelikan (garam beryodium). Garam beryodium yang digunakan
sebagai garam konsumsi harus memenuhi standar nasional indonesia (SNI) antara lain
mengandung yodium sebesar 30 – 80 ppm (Depkes RI, 2000). Pada kekurangan yodium, kelenjar
tiroid berusaha untuk menangkap lebih banyak iodida untuk sintesa hormon tiroid dan
mengalami pembesaran. IQ penderita dapat menurun, kesuburan berkurang. Pada orang dewasa,
hipotiroidisme dapat menyebabkan kulit seperti membengkak, suara serak, gangguan fungsi
mental, kulit kering dan mengelupas, rambut yang kasar dan jarang, tidak tahan terhadap udara
dingin, dan peningkatan berat badan. Seorang wanita hamil yang kekurangan yodium dapat
berisiko untuk terjadi keguguran dan bayi lahir mati. Janin dapat mengalami hambatan dalam
pertumbuhan, dan dapat terjadi kelainan pada otak. Jika tidak ditangani segera setelah dilahirkan,
maka dapat terjadi retardasi mental dan perawakan tubuh yang pendek (kretinisme). Bayi-bayi
tersebut dapat memiliki kelainan sejak lahir atau hipotiroidisme.

Dalam rangka mendukung program pemerintah untuk penanggaulangan Gangguan


Akibat Kekurang Iodium (GAKI) maka dilakukan penyuluhan promosi kesehatan mengenai
Gangguan Akibat Kekurangan Iodium di posyandu wilayah kerja puskesmas kambaniru.

Permasalahan :

Permasalahan yang ada pada masyarakat pada saat ini adalah :


1. Masih kurangnya pengetahuan masyarakat mengenai pentingnya menggunakan garam
beriodium
2. Masih kurangnya pengetahuan masyarakat mengenai gangguan akibat kekurangan iodium
3. Masih kurangnya pengetahuan masyarakat mengenai cara penyimpanan garam yang tepat
supaya kadar iodiumnya tidak hilang.
4. Masih kurangnya pengetahuan masyarakat mengenai cara menggunakan garam yang tepat
saat memasak supaya kadar iodiumnya tidak berkurang.

Perencanaan Dan Pemilihan Intervensi

Sesuai dengan permasalahan yang ada pada masyarakat pada saat ini sehingga di lakukan
perencanaan dan intervensi yang dapat dilakukan untuk mengatasinya :

1. Meningkatkan pengetahuan masyarakat mengenai gangguan akibat kekurangan iodium


Penyuluhan mengenai gangguan akibat kekurangan iodium dilakukan di posyandu seruni.
Pada saat penyuluhan di lakukan tanya jawab mengenai materi yang telah di paparkan untuk
menilai pengetahuan masyarakat mengenai materi penyuluhan yang telah di paparkan.
2. Penderita penyakit tiroid
Memberikan konseling pada pasien untuk melakukan pengobatan secara rutin. Pada pasien
yang telah di angkat kelenjar tiroidnya diberikan edukasi untuk meminum obat seumur
hidup.

PELAKSANAAN

1. Bentuk kegiatan :
Penyuluhan, metode yang digunakan berupa metode penyuluhan kelompok besar, dimana
jumlah peserta penyuluhan lebih dari 15 orang. Peserta penyuluhan adalah ibu-ibu yang
datang ke posyandu seruni.
2. Sasaran: ibu-ibu dyang berkunjungke posyandu seruni
3. Materi:
- Definisi garam beryodium
- Sumber Makanan beryodium
- Manfaat garam beryodium
- Akibat kekurangan yodium
- Cara pengemasan dan pemakaian garam beryodium dirumah
4. Pelaksanaan
- Hari/ Tanggal : Kamis, 24 Agustus 2020
- Tempat : Posyandu Seruni
- Acara : Penyuluhan mengenai Gangguan Akibat Kekurangan Iodium di
Posyandu Seruni
- Waktu : 09.00 s/d selesai
5. Jumlah Peserta : 20 orang

Monitoring dan Evaluasi

MONITORING
Penyuluhan; peserta cukup antusias mendengarkan dan memberikan tanggapan. Dari penyuluhan
ini terlihat peserta cukup memahami mengenai GAKI, akan tetapi kebanyakan tidak mengetahui
bagaimana cara penyimpanan dan penggunaan garam beriodium yang tepat di rumah. Secara
garis besar peserta sudah mengerti tentang GAKI, sehingga diharapkan dari penyuluhan ini dapat
memberikan pengetahuan yang lebih luas dan dalam kepada para peserta tentang pentingnya
garam beriodium ini. Saat diberikan penyuluhan warga sangat antusias, hal tersebut terlihat dari
banyaknya pertanyaan saat penyuluhan. Evaluasi juga dilakukan dengan menanyakan kembali
hal-hal yang perlu diingatkan mengenai materi yang telah di berikan. peserta di tanya kembali
dengan pertanyaan-pertanyaan tentang materi yang disampaikan, peserta dengan baik dan lancar
dapat menjawab pertanyaan.

Evaluasi :

Pada penyuluhan ini metode yang dipilih adalah metode komunikasi secara langsung, melalui
pendekatan per kelompok tanpa menggunakan media. Kelebihan dari media ini adalah tidak
membutuhkan biaya, bisa mencakup banyak orang, dan dapat mempermudah pemahaman.
Namun, metode komunikasi secara langsung tanpa menggunakan media ini memiliki kelemahan
yaitu penyampaian materi kurang menarik karena peserta tidak dipaparkan gambar ataupun
video.

Evaluasi dilakukan secara langsung dengan melihat antusiasme peserta mengenai materi yang
telah disampaikan. Hal ini ditunjukkan dengan cukup banyak tanggapan saat dilakanakannya
penyuluhan. Secara garis besar peserta sudah mengerti tentang GAKI, sehingga diharapkan dari
penyuluhan ini dapat memberikan pengetahuan yang lebih luas dan dalam kepada para peserta
tentang pentingnya garam beriodium ini. Saat diberikan penyuluhan warga sangat antusias, hal
tersebut terlihat dari banyaknya pertanyaan saat penyuluhan. Evaluasi juga dilakukan dengan
menanyakan kembali hal-hal yang perlu diingatkan mengenai materi yang telah di berikan.
peserta di tanya kembali dengan pertanyaan-pertanyaan tentang materi yang disampaikan,
peserta dengan baik dan lancar dapat menjawab pertanyaan.

2.Judul : Promosi Kesehatan tentang Cara Mencuci Tangan yang Baik di Puskesmas Kambaniru

Latar Belakang : Kebersihan diri adalah upaya individu dalam memelihara kebersihan
diri yang meliputi kebersihan rambut, gigi dan mulut, mata, telinga, kuku, kulit, dan kebersihan
dalam berpakaian dalam meningkatkan kesehatan yang optimal (Effendy, 1997).
Pemeliharaan kebersihan diri sangat menentukan status kesehatan, dimana individu
secara sadar dan atas inisiatif pribadi menjaga kesehatan dan mencegah terjadinya penyakit.
Upaya ini lebih menguntungkan bagi individu karena lebih hemat biaya, tenaga dan waktu dalam
mewujudkan kesejahteraan dan kesehatan.
Upaya pemeliharaan kebersihan diri mencakup tentang kebersihan rambut, mata, telinga,
gigi, mulut, kulit, kuku, serta kebersihan dalam berpakaian. Dalam upaya pemeliharaan
kebersihan diri ini, pengetahuan akan pentingnya kebersihan diri tersebut sangat diperlukan.
Karena pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk
tindakan seseorang (Notoatmodjo,1997).
Menurut DEPKES 2007, mencuci tangan adalah proses yang secara mekanis melepaskan
kotoran dan debris dari kulit tangan dengan menggunakan sabun biasa dan air.
Mencuci tangan adalah menggosok air dengan sabun secara bersama-sama seluruh kulit
permukaan tangan dengan kuat dan ringkas kemudian dibilas dibawah aliran air (Larsan, 1995).
Seperti halnya perilaku buang air besar sembarangan, perilaku cuci tangan, terlebih cuci
tangan pakai sabun merupakan masih merupakan sasaran penting dalam promosi kesehatan,
khususnya terkait perilaku hidup bersih dan sehat.
Permasalahan :
Permasalahan yang ada pada masyarakat pada saat ini adalah :
1. Masih ditemukannya pengunjung puskesmas yang tidak melakukan cuci tangan dengan
langkah yang benar
2. Meningkatnya kasus COVID-19 di masyarakat akibat kurang efektifnya pencegahan
salah satunya tidak mencuci tangan dengan baik dan benar

Perencanaan Dan Pemilihan Intervensi

Sesuai dengan permasalahan yang ada pada masyarakat pada saat ini sehingga di lakukan
perencanaan dan intervensi yang dapat dilakukan untuk mengatasinya :

1. Melakukan penyuluhan di ruang tunggu Puskesmas Kambaniru tentang cara mencuci


tangan yang baik dengan memberikan contoh prilaku secara langsung.

PELAKSANAAN

Bentuk kegiatan :
Telah dilakukan penyuluhan di ruang tunggu Puskesmas Kambaniru pada tanggal 29 Agustus
2020. Dalam pertemuan, peserta diberikan penjelasan mengenai hal-hal yang termasuk dalam
perilaku hidup bersih dan sehat. Kemudian dijelaskan setiap poinnya, terutama cara mencuci
tangan yang baik dan benar, disertai dengan pemberian contoh cara mencuci tangan yang baik
dan meminta semua warga yang ikut dalam penyuluhan untuk mengikuti gerakan yang telah
dicontohkan. Penyuluhan ini dilakukan di ruang tunggu Puskesmas Kambaniru mulai pukul
09.00-11.00, dihadiri oleh sekitar 30 orang yang terdiri dari pengunjung puskesmas.
Dalam pertemuan ini, juga dilakukan diskusi dan tanya jawab. Dari penyampaian materi,
ternyata banyak pertanyaan yang mengemuka.
Kesimpulan yang bisa didapatkan dari penyuluhan ini adalah masih rendahnya tingkat
pengetahuan para peserta posyandu terhadap pentingnya perilaku hidup bersih dan sehat dalam
kehidupan sehari-hari.
Monitoring dan Evaluasi

MONITORING
Penyuluhan; Secara keseluruhan, penyuluhan berjalan lancar dan tanpa hambatan. Tidak ada
gangguan teknis yang terjadi selama penyuluhan berlangsung. Para peserta posyandu juga
merespon dengan baik, ditandai dengan tingginya angka pertanyaan dan respon dalam mengikuti
gerakan cara mencuci tangan yang baik.. Saat diberikan penyuluhan warga sangat antusias, hal
tersebut terlihat dari banyaknya pertanyaan saat penyuluhan. Evaluasi juga dilakukan dengan
menanyakan kembali hal-hal yang perlu diingatkan mengenai materi yang telah di berikan.
peserta di tanya kembali dengan pertanyaan-pertanyaan tentang materi yang disampaikan,
peserta dengan baik dan lancar dapat menjawab pertanyaan.

Evaluasi :

Pada penyuluhan ini metode yang dipilih adalah metode komunikasi secara langsung, melalui
pendekatan per kelompok tanpa menggunakan media. Kelebihan dari media ini adalah tidak
membutuhkan biaya, bisa mencakup banyak orang, dan dapat mempermudah pemahaman.
Namun, metode komunikasi secara langsung tanpa menggunakan media ini memiliki kelemahan
yaitu penyampaian materi kurang menarik karena peserta tidak dipaparkan gambar ataupun
video. Evaluasi juga dilaukan denganmengetes cara mencuci tangan yang baik oleh pengunjung
puskesmas tanpa perlu dibimbing. Sebagian besar sudah mempraktikan cara mencuci tangan
dengan baik.

3 Judul : Laporan Kegiatan Upaya Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat Mengenai
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di Puskesmas Kambaniru

Latar Belakang :

Paradigma sehat tersebut dijabarkan dan dioperasionalkan dalam bentuk Perilaku Hidup
Bersih dan Sehat (PHBS), yaitu dalam budaya hidup perorangan, keluarga dan masyarakat yang
berorientasi sehat, serta bertujuan untuk meningkatkan, memelihara dan melindungi
kesehatannya baik fisik, mental maupun sosial.
Berdasarkan paradigma sehat ditetapkan visi Indonesia Sehat 2010,dimana ada 3 pilar yang
perlu mendapat perhatian khusus, yaitu lingkungan sehat, perilaku sehat serta pelayanan
kesehatan yang bermutu, adil dan merata. Untuk perilaku sehat bentuk kongkritnya yaitu
perilaku proaktif memelihara dan meningkatkan kesehatan. mencegah risiko terjadinya penyakit,
melindungi diri dari ancaman penyakit serta berpartisipasi aktif dalam upaya kesehatan.
Mengingat dampak dari perilaku terhadap derajat kesehatan cukup besar (30-35%) terhadap
derajat kesehatan), maka diperlukan berbagai upaya untuk mengubah perilaku yang tidak sehat
menjadi sehat. Salah satunya melalui program Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS).
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat 2010 atau PHBS 2010 adalah keadaan dimana individu-
individu dalam rumah tangga (keluarga) masyarakat Indonesia telah melaksanakan perilaku
hidup bersih dan sehat (PHBS) dalam rangka :
1. Mencegah timbulnya penyakit dan masalah-masalah kesehatan lain
2. Menanggulangi penyakit dan masalah-masalah kesehatan lain, dalam rangka meningkatkan
derajat kesehatan
3. Memanfaatkan pelayanan kesehatan
4. Mengembangkan dan menyelenggarakan upaya kesehatan bersumber masyarakat

PERMASALAHAN DI MASYARAKAT
 Rendahnya tingkat pengetahuan dan pemahaman masyarakat tentang perilaku hidup bersih dan
sehat dalam tatanan rumah tangga
 Dalam rangka pencegahan COVID-19, maka pemahaman dan peningkatan PHBS di msyarakat
harus ditingkatkan

PERENCANAAN DAN PEMILIHAN INTERVENSI


Pemberian informasi dilakukan dengan metode penyuluhan kepada para pengunjung
Puskesmas Kambaniru. Penyuluhan disampaikan dengan metode langsung (direct
communication/ face to face communication) dengan menggunakan power point dan juga
demonstrasi cara mencuci tangan 6 langkah.

PELAKSANAAN
Hari/tanggal : Selasa, 1 September 2020
Waktu : 09.00-11.00
Tempat : Puskesmas Kambaniru
Peserta : 15 orang
Kegiatan : Penyuluhan mengenai PHBS
Penyuluhan dimulai dengan pembukaan, dilanjutkan dengan penyuluhan tentang PHBS,
meliputi definisi, poin, manfaat, serta indikator untuk mencapai target PHBS. Setelah
penyampaian materi selesai, kegiatan dilanjutkan dengan tanya jawab, dan kemudian
demonstrasi cara mencuci tangan 6 langkah.

MONITORING, EVALUASI

Monitoring dan evaluasi dilakukan dengan pengecekan pemahaman peserta


penyuluhan dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan seputar materi yang telah
disampaikan. Pertanyaan yang dijawab dengan benar oleh peserta penyuluhan merupakan
bukti keberhasilan bahwa penyuluhan yang telah dilakukan mampu di terima dan dipahami
oleh peserta.

4 Judul : Mengenal Lebih Jauh Diabetes Melitus

Latar Belakang :

Promosi kesehatan merupakan salah satu basic six pelayanan dasar yang dilaksanakan di
puskesmas. Promosi kesehatan adalah upaya untuk memampukan atau memberdayakan
masyarakat agar dapat memelihara, meningkatkan dan melindungi kesehatannya (WHO).
Pelaksanaan kegiatan promosi kesehatan bukanlah pekerjaan yang mudah, karena menyangkut
aspek perilaku yang erat kaitannya dengan sikap, kebiasaan, kemampuan, potensi dan faktor
budaya pada umumnya.
DiabetesMelitus (DM) adalah merupakan penyakit Global endemik. Saat ini diperkirakan
171 juta pasien menderita DM seluruh dunia dan diperkirakan tahun 2030 akan menjadi dua kali
lipatnya. Penderita Diabetes Melitus (DM) di Indonesia secara epidemiologi diperkirakan bahwa
pada tahun 2030 prevalensi mencapai 21,3 juta orang atau merupakan negara urutan keempat
dengan jumlah perkiraan penderita DM didunia. Semua pasien tersebut beresiko mengalami
komplikasi baik mikrovaskular maupun makrovaskular yang dapat menyebabkan tingginya biaya
perawatan dan pengobatan.
Bertambahnya jumlah penderita DM yang meningkat terus menerus ini dipengaruhi oleh
pertumbuhan penduduk, proses penuaan, urbanisasi dan pertambanhan jumlah prevalensi
obesitas dan physical inactivity. Sehingga diperlukan suatu upaya promotif dan preventif
terhadap penyakit DM. Bagi pasien yang telah terkena DM maka manajemen DM yang baik
diharapkan dapat menurunkan resiko komplikasi. Tujuan penatalaksanaan DM meliputi .
Mencegah komplikasi, meningkatkan kualitas hidup, dengan menormalkan kadar gula darah dan
dikatakan DM terkontrol, sehingga sama dengan orang normal

PERMASALAHAN DI MASYARAKAT
 Rendahnya tingkat pengetahuan dan pemahaman masyarakat tentang gejala awal DM, dan
pentingnya untuk mengontrol penyakit dm jika sudah terdiagnosis penyakit DM.
 Masih banyak nya pasien yang sudah terdiagnosis penyakit gula, namun tidak teratur minum
obat, kemudian datang ke puskesmas dengan komplikasi DM seperti abses, ulkus dll.

PERENCANAAN DAN PEMILIHAN INTERVENSI


Metode yang digunakan dalam upaya promosi kesehatan dan pemberdayaan masyarakat
kali ini adalah Ceramah yang dibantu dengan alat penunjang berupa power point.
Sasaran kegiatan ditujukan kepada Masyarakat di wilayah Kambaniru.

PELAKSANAAN
Hari/tanggal : Sabtu , 5 September 2020
Waktu : 09.00-11.00
Tempat : Posbindu Prailiu
Peserta : 25 orang
Kegiatan : Penyuluhan mengenai DM
Proses Pelaksanaan

Kegiatan dimulai dengan pembukaan yaitu perkenalan, lalu diteruskan dengan pemberian
materi mengenai Diabetes Melitus. Dilanjutkan sesion tanya jawab.

Hasil
Hasil yang didapat pada kegiatan ini adalah berupa peningkatan pengetahuan mengenai
Diabetes Melitus. Peningkatan pengetahuan ini dilakukan dengan cara mengevaluasi tingkat
pengetahuan peserta dengan cara sesion tanya jawab oleh pembicara dan peserta.

MONITORING, EVALUASI

Monitoring dan evaluasi dilakukan dengan pengecekan pemahaman peserta


penyuluhan dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan seputar materi yang telah
disampaikan. Pertanyaan yang dijawab dengan benar oleh peserta penyuluhan merupakan
bukti keberhasilan bahwa penyuluhan yang telah dilakukan mampu di terima dan dipahami
oleh peserta. Peserta cukup antusias terhadap penyuluhan yang diberikan. Evaluasi dilihat
dengan peningkatan jumlah kunjungan ke posbindu

5 Judul : Bahaya Merokok

Latar Belakang :

Jumlah perokok usia remaja di Indonesia terus meningkat. Secara keseluruhan, Indonesia menempati
peringkat ketiga di dunia sebagai jumlah perokok terbanyak setelah China dan India. Celakanya, di
Indonesia hingga kini menunjukkan tren peningkatan jumlah perokok dari kalangan remaja. Data dari
Kementerian Kesehatan menunjukkan, prevalensi perokok remaja pada tahun 2013 naik menjadi 19
persen. Jumlah perokok anak makin tahun semakin meningkat. Bahkan selama 12 tahun diperkirakan
jumlah perokok anak meningkat 6 kali lipat. Tren perokok anak dan remaja semakin mengkhawatirkan.
Bila dibandingkan, data Riskesdas 1995 menunjukkan ada 71.126 perokok anak di Indonesia (10-14
tahun), sedangkan tahun 2007 meningkat menjadi 426.214 orang. Sedangkan untuk remaja (15-19
tahun), data Riskesdas 2010 menunjukkan 19 persen remaja Indonesia telah merokok. Data tersebut
juga menunjukkan, karakter perokok Indonesia yang biasanya sudah mulai menghisap tembakau pada
usia 14-19 tahun. Ironisnya budaya merokok saat ini bukan saja terjadi pada kaum laki-laki, namun juga
terjadi di kalangan kaum perempuan. Menurut Data Kemenkes menunjukkan, dari 2000 sampai tahun
lalu jumlah perokok juga makin melebar di kalangan perempuan. Empat persen dari total jumlah
perokok Indonesia adalah kalangan hawa. Berdasarkan data dari badan kesehatan dunia di bawah PBB,
WHO, jumlah perokok di Indonesia tiap tahunnya mencapai 400 ribu orang.
PERMASALAHAN DI MASYARAKAT
 Masih banyak nya pasien yang discreening saat pelayanan di poli umu yang menyatakan masih
merokok.
 Kurangnya pengetahuan masyarakat tentang bahay merokok, yang menyebabkan masih
tingginya angka PPOK akibat merokok dalam jangka waktu lama

PERENCANAAN DAN PEMILIHAN INTERVENSI


Metode yang digunakan dalam upaya promosi kesehatan dan pemberdayaan masyarakat
kali ini adalah Ceramah.
Sasaran kegiatan ditujukan kepada Masyarakat di wilayah kambaniru pada umumnya, dan para
kader posyandu pada khususnya.

PELAKSANAAN
Hari/tanggal : Selasa, 15 September 2020
Waktu : 09.00-11.00
Tempat : Puskesmas Kambaniru
Peserta : 25 orang
Kegiatan : Penyuluhan mengenai Bahaya Merokok
Proses Pelaksanaan

Kegiatan dimulai dengan pembukaan yaitu perkenalan, kemudia peserta mengisi pre-test
terlebih dahulu, lalu diteruskan dengan pemberian materi mengenai Bahaya Merokok dan
komplikasinya. Materi penyuluhan disajikan dengan verbalisasi. Penyuluhan dilaksanakan selama 10
menit dilanjutkan sesi diskusi.

MONITORING, EVALUASI

Monitoring dan evaluasi dilakukan dengan pengecekan pemahaman peserta


penyuluhan dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan seputar materi yang telah
disampaikan. Pertanyaan yang dijawab dengan benar oleh peserta penyuluhan merupakan
bukti keberhasilan bahwa penyuluhan yang telah dilakukan mampu di terima dan dipahami
oleh peserta. Peserta cukup antusias terhadap penyuluhan yang diberikan. Evaluasi dilihat
dengan pemberian pre test lalu setelah diberikan penyuluhan diberikan post test. Dan dari
hasil yang didapatkan terlihat peningkatan dari hasil jawaban benar oleh masyarakat setelah
diberikan penyuluhan.

Anda mungkin juga menyukai