SUBINVOLUSI UTERUS
Oleh :
Preseptor:
dr. H. Erman Ramli, SpOG (K)
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Nifas merupakan proses alamiah yang dialami oleh seorang wanita setelah
relatif tidak kompleks dibandingkan dengan kehamilan, nifas ditandai oleh banyak
perubahan fisiologis.1
Dalam masa nifas alat alat genitalia interna maupun eksterna akan berangsur
angsur pulih kembali seperti keadaan sebelum hamil. Perubahan perubahan alat
alat genitalia ini dalam keseluruhannya disebut involusi. Sesudah partus berakhir
uterus yang beratnya 1000 gram mengecil sampai menjadi 40 60 gram dalam 6
minggu. Proses ini yang dinamakan involusi uterus, didahului oleh kontraksi
kontraksi uterus yang kuat, yang menyebabkan berkurangnya peredaran darah dalam
alat tersebut. Kontraksi itu dalam masa nifas berlangsung terus, biarpun tidak sekuat
seperti permulaan. Hal tersebut, serta hilangnya pengaruh estrogen dan progesteron,
menyebabkan autolisis dengan akibat bahwa sel sel otot pada dinding uterus
Banyak diantara wanita yang dalam masa nifas (kehamilan) itu kurang
Maka dari itu seorang dokter harus memahami tentang masa nifas baik
penangan yang baik, sesuai klasifikasi sub involusi yang terjadi. Supaya seorang
dokter harus bisa lebih mengerti proses nifas bukan hanya pada kelahiran bayi tetapi
juga memproritaskan kesehatan ibu. Sehingga dapat memberikan asuhan dengan tepat
sesuai dengan standar asuhan kedokteran yang baik dan benar sesuai kode etik dan
2. Tujuan Penulisan
Uterus.
3. Manfaat Penulisan
subinvolusi uterus.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.Involusi Uteri
Sesaat setelah pengeluaran plasenta, uterus akan mulai berubah secara fisiologis seperti
keadaan semula keadaan ini disebut involusi. Fundus uteri yang berkontraksi tersebut terletak
sedikit dibawah umbilikus. Bagian tersebut sebagian besar terdiri dari miometrium yang
ditutupi oleh serosa dan dilapisi oleh desidua basalis. Dinding posterior dan anterior dalam
jarak yang terdekat, masing-masing tebalnya 4 sampai 5 cm. Pada saat post partum, berat
Selama nifas, terjadi destruksi dan dekonstruksi yang luar biasa pada uterus. Dua hari
setelah persalinan, uterus mulai berinvolusi, dan pada minggu pertama beratnya sekitar 500 g.
Pada minggu kedua beratnya sekitar 300 g. Sekitar 4 minggu setelah melahirkan, uterus
kembali ke ukuran sebelum hamil yaitu 100 g atau kurang. Uterus biasanya kembali ke
ukuran semula setelah sekitar 4 bulan. Jumlah sel otot mungkin tidak berkurang cukup besar.
Akan tetapi ukuran masing-masing sel menurun secara bermakna dari 500-800m kali 5-10
Dalam 2 atau 3 hari setelah persalinan, desidual yang tersisa di dalam uterus
berdiferensiasi menjadi dua lapisan. Lapisan superficial menjadi nekrotik dan terlepas dalam
bentuk lokia. Lapisan basal yang berdekatan dengan miometrium yang berisi fundus kelenjar
Tabel 1 tinggi fundus uteri dan berat uterus menurut masa involusi 3
Proses involusi uterus yang terjadi pada pada masa nifas melalui tahapan berikut:2
a. Autolysis
Autolysis merupakan proses penghancuran diri sendiri yang terjadi di dalam otot
uterine. Enzim proteolitik akan memendekkan jaringan otot yang telah mengendur hingga
10 kali panjangnya dari semula dan 5 kali lebar dari semula selama kehamilan. Diketahui
adanya penghancuran protoplasma dan jaringan yang diserap oleh darah kemudian
dikeluarkan oleh ginjal. Inilah sebabnya beberapa hari setelah melahirkan ibu sering
berkemih. Pengrusakan secara langsung jaringan hipertropi yang berlebihan ini
b. Atrofi jaringan
produksi estrogen dalam jumlah besar menyertai pelepasan plasenta. Selain perubahan
atrofi pada otot otot uterus, lapisan desidua akan mengalami atrofi dan terlepas dengan
Setelah kelahiran bayi dan plasenta, otot uterus berkontraksi sehingga sirkulasi darah
Kekurangan darah ini bukan hanya karena kontraksi dan retraksi yang cukup lama seperti
tersebut di atas tetapi disebabkan oleh pengurangan aliran darah ke uterus, karena pada
masa hamil uterus harus membesar menyesuaikan diri dengan pertumbuhan janin. Untuk
hiperplasi setelah bayi dilahirkan tidak diperlukan lagi. Maka pengaliran darah berkurang,
c. Efek oksitosin
Oksitosin merupakan zat yang dapat merangsang miometrium uterus sehingga dapat
berkontraksi. Kontraksi uterus merupakan suatu proses yang kompleks dan terjadi karena
adanya pertemuan aktin dan myosin. Dengan demikian aktin dan myosin merupakan
komponen kontraksi. Pertemuan aktin dan myosin disebabkan kaena adanya myocin light
chine kinase (MLCK) dan dependent myosin ATP ase, prose ini dapat dipercepat oleh
banyaknya ion kalsium yang masuk dalam sel, sedangkan oksitosin merupakan suatu yang
memperbanyak masuknya ion kalsium ke dalam intra sel. Sehingga dengan adanya
diduga terjadi sebagai respon terhadap penurunan volume intrauterin yang sangat besar.
Hormon oksitosin yang terlepas dari kelenjar hipofisis memperkuat dan mengatur
Kontraksi dan retraksi otot uteri akan menurangi pedarahan. Selama 1 sampai 2 jam
pertama masa nifas intensitas kontraksi uterus bisa berkurang dan menjadi tertatur, karena
itu penting sekali menjaga dan mempertahankan kontraksi uterus pada masa itu.
Subinvolusi adalah kegagalan perubahan fisiologis pada sistem reproduksi pada masa
nifas yang terjadi pada setiap organ dan saluran yang reproduktif untuk kembali ke keadaan
Subinvolusi Uteri adalah kegagalan uterus untuk mengikuti pola normal involusi/proses
terhambat.3
2.3.FAKTOR PREDISPOSISI
1. Seksio Sesaria
Tindakan SC dapat memperlama terjadinya penyembuhan dari otot uterus sehingga dapat
Pada masa nifas dibutuhkan tambahan energi sebesar 500 kkal per hari, kebutuhan
tambahan energi adalah untuk menunjang proses kontraksi uterus pada proses involusi
menuju normal. Kekurangan energi pada ibu nifas dapat menyebabkan proses kontraksi tidak
Laktasi adalah produksi dan pengeluaran ASI, laktasi ini dapat dipercepat dengan
memberiksan rangsangan puting susu (isapan bayi). Pada puting susu terdapat saraf saraf
sensorik yang jika mendapat rangsangan (isapan bayi) maka timbul impuls menuju
hipotalamus kemudian disampaikan pda kelenjar hipofisi bagian depan dan belakang. Pada
kelenjar hipofisis bagian depan akan mempengaruhi pengeluran hormon prolaktin yang
berperan dalam peningkatan produksi ASI, sedangkan kelenjar hipofisis bagian belakang
akan mempengaruhi pengeluaran hormon oksitosin yang berfungsi memacu kontraksi otot
polos yang ada di dinding alveolus dan dinding saluran, sehingga ASI dipompa keluar serta
memacu kontraksi otot rahim sehingga involusi uterus berlangsung lebih cepat.
4. Kurang mobilisasi
kembali fungsi gastrointestinal normal. Dengan mobilisasi dini kotraksi uterus akan baik
sehingga fundus uteri keras, maka resiko perdarahan yang abnormal dapat dihindarkan,
5. Usia
Proses involusi uterus sangat dipangaruhi oleh usia ibu yang melahirkan. Usai 20 30
tahun merupakan usia yang sangat ideal untuk terjadinya proses involusi yang baik. Hal ini
disebakan karena faktor elastisitas dari otot uterus mengingat ibu yang telah berusia 35 tahun
Pada usia kurang dari 20 tahu elastisitasnya belum maksimal karena organ reproduksi
yang belum matang. Sedangkan usia diatas 35 tahun sering terjadi komplikasi saat sebelum
dan setelah kelahiran dikarenakan elastisitas otot rahimnya sudah menurun, menyebabkan
kontraksi uterus tidak maksimal. Pada ibu yang usianya lebih tua proses involusi banyak
dipengaruhi oleh proses penuaan, dimana proses penuaan terjadi peningkatan lemak.
Penurunan elastisitas otot dan penurunan penyerapan lemak, protein, dan karbohidrat. Bila
proses ini dihubungkan dengan penurunan protein pada proses penuaan, maka hal ini akan
6. Parietas
Parietas mempengaruhi proses involusi uterus. Parietas pada ibu multipara cenderung
kontraksi uterus lebih tinggi dan uterus terasa lebih keras, sedangkan pada multipara
kontraksi uterus dan retraksi uterus berlangsung lebih lama begitu juga ukuran uterus pada
proses involusi.
Setiap kehamilan rahim mengalami pembesaran, terjadi peregangan otot otot rahim
selama 9 bulan kemudian. Semakin sering ibu hamil dan melahirkan, semakin dekat jarak
kehamilan dan kelahiran, elastisitas uterus semakin terganggu akibatnya uterus tidak akan
pengeluaran lokia, semakin tinggi paritas semakin cepat proses pengeluaran lokia. Akan
tetapi karena kondisi otot rahim pada ibu bersalin multipara cenderung sudah tidak terlalu
8. Terdapat sisa plasenta dan selaputnya dalam uterus sehingga proses involusi uterus tidak
10. Inflamasi
2.4.PATOFISIOLOGI
memenuhi kebutuhannya, darah banyak dialirkan ke uterus, aliran darah ke uterus pada masa
kehamilan menjadi 2 kali lipat dari keadaan sebelum hamil. Pada saat bayi lahir, maka
pengaliran darah ke uterus akan berkurang, kembali seperti biasa. Pembuluh darah akan
berkurang akibat kontraksi uterus yang baik setelah melahirkan. Demikian dengan adanya
hal-hal tersebut ditambah dengan pengaruh hormon estrogen dan progesteron, sehingga
Pada kasus subinvolusi uterus, kontraksi uterus menurun sehingga pembuluh darah
yang lebar tidak menutup sempurna, sehingga pendarahan terjadi terus menerus,
menyebabkan permasalahan lainya baik itu infeksi maupun inflamasi pada bagian rahim
terkhususnya endromatrium. Sehingga, proses involusi yang mestinya terjadi setelah nifas
2.5.MANIFESTASI KLINIS
Biasanya tanda dan gejala subinvolusi tidak tampak,sampai kira-kira 4 6 minggu pasca
nifas.
b. Keluaran kochia seringkali gagal berubah dari bentuk rubra ke bentuk serosa,lalu
2.6.DIAGNOSIS3,5
1. Anamnesis
a. Identitas pasien
record, dll.
b. Keluhan yang dirasakan ibu saat ini : pengeluaran lochia yang tetap berwarna
merah (dalam bentuk rubra dalam beberapa hari postpartum atau lebih dari 2
c. Riwayat penyakit
sisa plasenta.
e. Riwayat obstetric
mulai hamil.
tempat bersalin, adakah kesulitan dalam persalinan, anak lahir hidup / mati,
b) Hamil tua: keluhan selama hamil tua, peningkatan BB, suhu nadi,
keluhan lain.
2. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan ibu
e. Uterus
kosong atau penuh dan juga bagaimana keadaan uterus apakah dalam
meteran.32
f. Lochia
g. Perineum
Diobservasi untuk melihat apakah ada tanda infeksi dan luka jahitan
h. Vulva
3. Pemeriksaan penunjang
USG
Radiologi
Bleeding time )
2.7.PENATALAKSANAAN
1. Pemberian antibiotik
yang sesuai.1
2. Pemberian uterotonika1,3
a. Oksitosin
3. Pemberian transfusi
2.8.KOMPLIKASI
yang lebar tidak menutup sempurna, sehingga perdarahan terjadi terus menerus. Perdarahan
postpartum (PPH) merupakan perdarahan vagina yang lebih dari 24 jam setelah melahirkan. Penyebab
utama adalah subinvolusi uterus. Yakni kondisi dimana uterus tidak dapat berkontraksi dan kembali
kebentuk awal.
DAFTAR PUSTAKA
1. Cunningham FG, Leveno KJ, Bloom SL, Spong CY, Dashe JS, Hoffman BL, et al. 2014.