Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

ASUHAN KEBIDANAN NIFAS DAN MENYUSUI

“MENGIDENTIFIKASI PERUBAHAN FISIOLOGI MASA NIFAS”

DOSEN : SYUUL ADAM,Spd,SKM,M.Kes

DI SUSUN OLEH KELOMPOK 3

1.IRMA SAFITRI AMALIA

2.ALCE SILINTOHE MOULA

3.EKA PRAMITA P ALLOLAYUK

4.DEIBY DEFNY POMBENGI

5.ASNAT FLORA

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MANADO

PROGRAM STUDI DIV ALIH JENJANG A KEBIDANAN

2019
BAB I

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Masa nifas adalah masa sesudah persalinan dan kelahiran bayi, plasenta, serta
selaput yang diperlukan untuk memulihkan kembali organ kandungan seperti
sebelum hamil dengan waktu kurang lebih 6 minggu (Saleha, 2009)

Pada masa nifas ini ibu akan mendapati beberapa perubahan pada tubuh maupun
emosi. Bagi yang belum mengetahui hal ini tentu akan merasa khawatir akan
perubahan yang terjadi, oleh sebab itu penting bagi ibu memahami apa saja
perubahan yang terjadi agar dapat menangani dan mengenali tanda bahaya secara
dini.

Pada masa nifas ini, terjadi perubahan-perubahan anatomi dan fisiologis pada ibu.
Perubahan fisiologis yang terjadi sangat jelas, walaupun dianggap normal, di
mana proses-proses pada kehamilan berjalan terbalik. Banyak faktor, termasuk
tingkat energi, tingkat kenyamanan, kesehatan bayi baru lahir dan perawatan serta
dorongan semangat yang diberikan oleh tenaga kesehatan, baik dokter, bidan
maupun perawat ikut membentuk respon ibu terhadap bayinya selama masa nifas
ini (Bobak, 2009)

Untuk memberikan asuhan yang menguntungkan terhadap ibu, bayi dan


keluarganya, seorang bidan atau perawat harus memahami dan memiliki
pengetahauan tentang perubahan-perubahan anatomi dan fisiologis dalam masa
nifas ini dengan baik.

Rumusan Masalah

1. Bagaimana fisiologi ibu nifas pada sistem reproduksi ?


2. Bagaimana fisiologi ibu nifas pada sistem TTV?
3. Bagaimana fisiologi ibu nifas pada sistem pencernaan ?
4. Bagaimana fisiologi ibu nifas pada sistem perkemihan ?

Tujuan
1. Agar mahasiswa dapat mengetahui fisiologi ibu nifas pada sistem reproduksi
2. Agar mahasiswa dapat mengetahui fisiologi ibu nifas pada sistem pencernaan
3. Agar mahasiswa dapat mengetahui fisiologi ibu nifas pada sistem perkemihan
4. Agar mahasiswa dapat mengetahui fisiologi ibu nifas pada sistem
muskuluskeletal
BAB II
PEMBAHASAN

A. Fisiologi Ibu Nifas Pada Sistem reproduksi


a. Payudara
Pada semua wanita yang telah melahirkan proses laktasi terjadi secara
alami. Proses menyusui mempunyai dua mekanisme fisiologis, yaitu
sebagai berikut:

a) Produksi susu

b) Sekresi susu atau let down


Selama sembilan bulan kehamilan, jaringan payudara tumbuh dan
menyiapkan fungsinya untuk menyediakan makanan bagi bayi baru
lahir. Setelah melahirkan, ketika hormon yang dihasilkan plasenta tidak
ada lagi untuk menghambatnya kelenjar pituitari akan mengeluarkan
prolaktin (hormon laktogenik). Sampai hari ketiga setelah melahirkan,
efek prolaktin pada payudara mulai bisa dirasakan. Pembuluh darah
payudara menjadi bengkak terisi darah, sehingga timbul rasa hangat,
bengkak, dan rasa sakit. Sel-sel acini yang menghasilkan ASI juga
mulai berfungsi. Ketika bayi menghisap puting, refleks saraf
merangsang lobus posterior pituitari untuk menyekresi hormon
oksitosin. Oksitosin merangsang refleks let down (mengalirkan),
sehingga menyebabkan ejeksi ASI melalui sinus aktiferus payudara ke
duktus yang terdapat pada puting. Ketika ASI dialirkan karena isapan
bayi atau dengan dipompa sel-sel acini terangsang untuk menghasilkan
ASI lebih banyak. Refleks ini dapat berlanjut sampai waktu yang
cukup lama (Saleha, 2009).
a. Uterus

Segera setelah lahirnya plasenta, pada uterus yang berkontraksi posisi


fundus uteri berada kurang lebih pertengahan antara umbilikus dan
simfisis, atau sedikit lebih tinggi. Dua hari kemudian, kurang lebih sama
dan kemudian mengerut, sehingga dalam dua minggu telah turun masuk
kedalam rongga pelvis dan tidak dapat diraba lagi dari luar. Involusi
uterus melibatkan pengreorganisasian dan pengguguran desidua serta
penglupasan situs plasenta, sebagaimana di perlihatkan dalam
pengurangan dalam ukuran dan berat serta warna dan banyaknya lokia.
Banyaknya lokia dan kecepatan involusi tidak akan terpengaruh oleh
pemberian sejumlah preparat metergin dan lainya dalam proses
persalinan. Involusi tersebut dapat dipercepat proses bila ibu menyusui
bayinya.

Desidua tertinggal di dalam uterus. Uterus pemisahan dan pengeluaran


plasenta dan membran terdiri atas lapisan zona spongiosa, basalis
desidua dan desidua parietalis. Desidua yang tertinggal ini akan berubah
menjadi dua lapis sebagai akibat invasi leukosit. Suatu lapisan yang
lambat laun akan manual neorco, suatu lapisan superfisial yang akan
dibuang sebagai bagian dari lokia yang akan di keluarkan melalui lapisan
dalam yang sehat dan fungsional yang berada di sebelah miometrium.
Lapisan yang terakhir ini terdiri atas sisa-sisa kelenjar endometrium
basilar di dalam lapisan zona basalis. Pembentukan kembali sepenuhnya
endometrium pada situs plasenta skan memakan waktu kira-kira 6
minggu.

Penyebarluasan epitelium akan memanjang ke dalam, dari sisi situs


menuju lapisan uterus di sekelilingnya, kemudian ke bawah situs
plasenta, selanjutnya menuju sisa kelenjar endometriummasilar di dalam
desidua basalis. Penumbuhan endometrium ini pada hakikatnya akan
merusak pembuluh darah trombosa pada situs tersebut yang
menyebabkannya mengendap dan di buang bersama dangan caira
lokianya.

Dalam keadaan normal, uterus mencapai ukuran besar pada masa


sebelum hamil sampai dengan kurang dari 4 minggu, berat uterus setelah
kelahiran kurang lebih 1 kg sebagai akibat involusi. Satu minggu setelah
melahiran beratnya menjadi kurang lebih 500 gram, pada akhir minggu
kedua setelah persalinan menjadi kurang lebih 300 gram, setelah itu
menjadi 100 gram atau kurang. Otot-otot uterus segera berkontraksi
setelah postpartum. Pembuluh-pembuluh darah yang berada di antara
anyaman otot uterus akan terjepit. Proses ini akan menghentikan
perdarahan setelah plasenta di lahirkan. Setiap kali bila di timbulkan,
fundus uteri berada di atas umbilikus, maka hal-hal yang perlu di
pertimbangkan adalah pengisian uterus oleh darah atau pembekuan darah
saat awal jam postpartum atau pergeseran letak uterus karena kandung
kemih yang penuh setiap saat setelah kelahiran.

Pengurangan dalam ukuran uterus tidak akan mengurangi jumlah otot


sel. Sebaliknya, masing-masing sel akan berkurang ukurannya secara
drastis saat sel-sel tersebut membebaskan dirinya dari bahan-bahan
seluler yang berlebihan. Bagaimana proses ini dapat terjadi belum di
ketahui sampai sekarang.
Pembuluh darah uterus yang besar pada saat kehamilan sudah tidak di
perlukan lagi. Hal ini karena uterus yang tidak pada keadaan hamil tidak
mempunyai permukaan yang luas dan besar yang memerlukan banyak
pasokan darah. Pembuluh darah ini akan menua kemudian akan menjadi
lenyap dengan penyerapan kembali endapan-endapan hialin. Mereka
dianggap telah di gantikan dangan pembuluh-pembuluh darah baru yang
lebih kecil.

1. InvolusiUterus
Involusi atau pengerutan uterus merupakan suatu proses dimana uterus
kembali ke kondisi sebelum hamil dengan berat sekitar 60 gram. Proses
ini dimulai segera setelah plasenta lahir akibat kontraksi otot-otot polos
uterus (Ambarwati, 2010).

Proses involusi uterus adalah sebagai berikut:

1. Iskemia Miometrium: Hal ini disebabkan oleh kontraksi dan retraksi


yang terus menerus dari uterus setelah pengeluaran plasenta sehingga
membuat uterus menjadi relatif anemi dan menyebabkan serat otot
atrofi.
2. Atrofijaringan : Atrofi jaringan terjadi sebagai reaksi penghentian
hormon esterogen saat pelepasan plasenta.
3. Autolysis : Merupakan proses penghancuran diri sendiri yang terjadi
di dalam otot uterus. Enzim proteolitik akan memendekkan jaringan
otot yang telah mengendur hingga panjangnya 10 kali panjang
sebelum hamil dan lebarnya 5 kali lebar sebelum hamil yang terjadi
selama kehamilan. Hal ini disebabkan karena penurunan hormon
estrogen dan progesteron.
4. Efek Oksitosin : Oksitosin menyebabkan terjadinya kontraksi dan
retraksi otot uterus sehingga akan menekan pembuluh darah yang
mengakibatkan berkurangnya suplai darah ke uterus. Proses ini
membantu untuk mengurangi situs atau tempat implantasi plasenta
serta mengurangi perdarahan. Ukuran uterus pada masa nifas akan
mengecil seperti sebelum hamil.

Perubahan-perubahan normal pada uterus selama postpartum dapat


dilihat di bawah ini:

Involusi Tinggi Fundus Berat Fundus

Bayi lahir Sepusat 1000 gr

Plasenta
lahir 2 jari bawah pusat 750 gr

7 hari ( 1 Pertengahan pusat –


mgg ) symphysis 500 gr

14 hari ( 2
mgg) Tak teraba diatas symphibis 350 gr

42 hari ( 6
mgg) Bertambah kecil 50 gr

56 hari ( 8
mgg) Normal 30 gr
1. Lochea
Akibat involusi uteri, lapisan luar desidua yang mengelilingi situs
plasenta akan menjadi nekrotik. Desidua yang mati akan keluar bersama
dengan sisa cairan. Percampuran antara darah dan desidua inilah yang
dinamakan lokia.

Lochea adalah istilah untuk sekret dari uterus yang keluar melalui vagina
selama puerperium (Varney, 2007; 960).Lochea mempunyai perubahan
karena proses involusi.

Proses keluarnya darah nifas atau lochea terdiri atas 4 tahapan, yaitu:

Lochea Hari warna Ciri-ciri

Berisi sisa-sisa
selaput ketuban sel-
sel desidua verniks
kaseosa, lanugo, sisa
Rubra 1-2 hari Merah kehitaman meconium

Sanguin Berisi darah tambah


olenta 3-7 hari Merah kuning lendir

7-14 Cairan tidak berdarah


Serosa hari kuning lagi

Setelah
2
minggu
sampai
Alba selesai putih Cairan putih
a. Vagina
Pada sekitar minggu ketiga, vagina mengecil dan timbul rugae kembali.
Vagina yang semula sangat teregang akan kembali secara bertahap
seperti ukuran sebelum hamil pada minggu ke 6-8 setelah melahirkan.
Rugae akan terlihat kembali pada minggu ke 3 atau ke 4. Esterogen
setelah melahirkan sangat berperan dalam penebalan mukosa vagina dan
pembentukan rugae kembali (Maryunani, 2009; 14).

b. Perineum
Jalan lahir mengalami penekanan serta peregangan yang sangat besar
selama proses melahirkan bayi, sehingga menyebabkan mengendurnya
organ ini bahkan robekan yang memerlukan penjahitan, namun akan
pulih setelah 2-3 minggu (tergantung elastic tidak atau seberapa sering
melahirkan) , walaupun tetap lebih kendur di banding sebelum
melahirkan.

B. Perubahan Tanda-tanda Vital

a. Suhu

Suhu tubuh wanita inpartu tidak lebih dari 37,2 derajat Celsius. Sesudah
partus dapat naik kurang lebih 0,5 derajat celcius dari keadaan normal,
namun tidak akan melebihi 8 derajat celcius. Sesudah 2 jam pertama
melahirkan umumnya suhu badan akan kembali normal. Bila suhu lebih dari
38 derajat celcius, mungkin terjadi infeksi pada klien.(Siti saleha,2009)

b. Nadi

Denyut nadi normal pada orang dewasa 60-80 kali per menit. Pasca
melahirkan, denyut nadi dapat menjadi bradikardi maupun lebih cepat.
Denyut nadi yang melebihi 100 kali per menit, harus waspada kemungkinan
infeksi atau perdarahan post partum.

c. Tekanan Darah
Tekanan darah adalah tekanan yang dialami darah pada pembuluh arteri
ketika darah dipompa oleh jantung ke seluruh anggota tubuh manusia.
Tekanan darah normal manusia adalah sistolik antara 90-120 mmHg dan
diastolik 60-80 mmHg. Pasca melahirkan pada kasus normal, tekanan darah
biasanya tidak berubah. Perubahan tekanan darah menjadi lebih rendah
pasca melahirkan dapat diakibatkan oleh perdarahan. Sedangkan tekanan
darah tinggi pada post partum merupakan tanda terjadinya pre eklamsia post
partum. Namun demikian, hal tersebut sangat jarang terjadi.

d. Pernafasan
Frekuensi pernafasan normal pada orang dewasa adalah 16-24 kali per
menit. Pada ibu post partum umumnya pernafasan lambat atau normal. Hal
ini dikarenakan ibu dalam keadaan pemulihan atau dalam kondisi istirahat.
Keadaan pernafasan selalu berhubungan dengan keadaan suhu dan denyut
nadi. Bila suhu nadi tidak normal, pernafasan juga akan mengikutinya,
kecuali apabila ada gangguan khusus pada saluran nafas. Bila pernafasan
pada masa post partum menjadi lebih cepat, kemungkinan ada tanda-tanda
syok.

C. Fisiologi Ibu Nifas Pada Sistem pencernaan


Sistem gastrointestinal selama kehamilan dipengaruhi oleh beberapa hal,
diantaranya tingginya kadar progesteron yang dapat mengganggu
keseimbangan cairan tubuh, meningkatkan kolestrol darah, dan
melambatkan kontraksi otot-otot polos. Pasca melahirkan, kadar progesteron
juga mulai menurun. Namun demikian, faal usus memerlukan waktu 3-4
hari untuk kembali normal.
Beberapa hal yang berkaitan dengan perubahan pada sistem pencernaan,
antara lain:

1. Nafsu Makan
Pasca melahirkan, biasanya ibu merasa lapar sehingga diperbolehkan
untuk mengkonsumsi makanan. Pemulihan nafsu makan diperlukan
waktu 3–4 hari sebelum faal usus kembali normal. Meskipun kadar
progesteron menurun setelah melahirkan, asupan makanan juga
mengalami penurunan selama satu atau dua hari.
2. Motilitas
Secara khas, penurunan tonus dan motilitas otot traktus cerna menetap
selama waktu yang singkat setelah bayi lahir. Kelebihan analgesia dan
anastesia bisa memperlambat pengembalian tonus dan motilitas ke
keadaan normal.
3. Pengosongan Usus
Pasca melahirkan, ibu sering mengalami konstipasi. Hal ini disebabkan
tonus otot usus menurun selama proses persalinan dan awal masa
pascapartum, diare sebelum persalinan, enema sebelum melahirkan,
kurang makan, dehidrasi, hemoroid ataupun laserasi jalan lahir. Sistem
pencernaan pada masa nifas membutuhkan waktu untuk kembali normal.
Beberapa cara agar ibu dapat buang air besar kembali teratur, antara lain:
1. Pemberian diet / makanan yang mengandung serat.
2. Pemberian cairan yang cukup.
3. Pengetahuan tentang pola eliminasi pasca melahirkan.
4. Pengetahuan tentang perawatan luka jalan lahir.
Bila usaha di atas tidak berhasil dapat dilakukan pemberian huknah atau
obat yang lain.

D. Fisiologi Ibu Nifas Pada Sistem perkemihan


Hari pertama biasanya ibu mengalami kesulitan buang air kecil, selain
khawatir nyeri jahitan juga karena penyempitan saluran kencing akibat
penekanan kepala bayi saat proses melahirkan. Pasca melahirkan kadar
steroid menurun sehingga menyebabkan penurunan fungsi ginjal.
Fungsi ginjal kembali normal dalam waktu satu bulan setelah wanita
melahirkan. Urin dalam jumlah yang besar akan dihasilkan dalam
waktu 12-36 jam sesudah melahirkan. Hal yang menyebabkan kesulitan
buang air kecil pada ibu postpartum, antara lain :
1. Adanya odema trigonium yang menimbulkan obstruksi sehingga
terjadi etensi urin.
2. Diaphoresis yaitu mekanisme tubuh untuk mengurangi cairan yang
terentasi dalam tubuh, terjadi selama 2 hari setelah melahirkan.
3. Depresi dari sfinter uretra oleh karna penekanan kepala janin dan
spasme oleh iritasi muskulus sfinterani selama persalinan, sehingga
menyebabkan miksi tidak tertahankan
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Pada masa nifas ini, terjadi perubahan-perubahan anatomi dan fisiologis pada
ibu. Perubahan fisiologis yang terjadi sangat jelas, walaupun dianggap normal, di
mana proses-proses pada kehamilan berjalan terbalik. Banyak faktor, termasuk
tingkat energi, tingkat kenyamanan, kesehatan bayi baru lahir dan perawatan
serta dorongan semangat yang diberikan oleh tenaga kesehatan, baik dokter,
bidan maupun perawat ikut membentuk respon ibu terhadap bayinya selama
masa nifas ini. Adapun perubahan yang terjadi adalah sebagai berikut :

1. Payudara
2. Uterus
3. Vagina
4. Perineum
5. TTV
6. Sistem pencernaan
7. Sistem perkemihan
Perubahan-perubahan tersebut ada yang bersifat fisiologis dan patologis. Oleh
karena itu, tenaga kesehatan terutama bidan harus memehami perubahan-
perubahan tersebut agar dapat memberikan penjelasan dan intervensi yang tepat
kepada pasien.

Saran
Untuk memberikan asuhan yang menguntungkan terhadap ibu, bayi dan
keluarganya, seorang bidan atau perawat harus memahami dan memiliki
pengetahauan tentang perubahan-perubahan anatomi dan fisiologis dalam masa
nifas ini dengan baik.
Dan semoga makalah ini dapat digunakan sebaik-baiknya agar makalah ini selalu
dapat digunakan. Bagi mahasiswa dapat membaca makalah ini sebagai referensi
dalam proses kegiatan belajar mengajar. Dan juga sebagai referensi terhadap
perubahan organ reproduksi selama masa nifas.
DAFTAR PUSTAKA

Ambarwati, 2008. Asuhan Kebidanan Nifas. Yogyakarta: Mitra Cendikia. (hlm:


73-80)
Anggrani, Yetti. 2010. Asuhan Kebidanan Masa Nifas. Pustaka Rihama :
Yogyakarta
Bobak Irene, Lowdermik Deitra Leonard, Jensen Margaret Duncan. 2005.
Keperawatan Maternitas.Jakarta:EGC
Fitria, Dina. 2012, 16 Desember. Perubahan Organ Reproduksi Selama Masa
Nifas. Di Unduh : 04-09-
14. http://difiramidwife.blogspot.com/2012/12/perubahan-organ-reproduksi-
selama-masa.html
Saleha, 2009. Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas. Jakarta: Salemba Medika
(hlm: 53-57).
Sinta, Janing. 2013, 23 Juli. Perubahan fisiologis masa nifas. Di unduh : 01-08-
14.

Anda mungkin juga menyukai