Anda di halaman 1dari 8

A.

Pengertian Perilaku

Perilaku adalah segenap manifestasi hayati individu dalam


berinteraksi dengan lingkungan, mulai dari perilaku yang paling nampak
sampai yang tidak tampak, dari yang dirasakan sampai paling yang tidak
dirasakan (Okviana, 2015).
Perilaku merupakan hasil daripada segala macam pengalaman serta
interaksi manusia dengan lingkunganya yang terwujud dalam bentuk
pengetahuan, sikap dan tindakan. Perilaku merupakan respon/reaksi
seorang individu terhadap stimulus yang berasal dari luar maupun dari
dalam dirinya (Notoatmojo, 2010).Sedangkan menurut Wawan (2011)
Perilaku merupakan suatu tindakan yang dapat diamati dan mempunyai
frekuensi spesifik, durasi dan tujuan baik disadari maupun tidak.Perilaku
adalah kumpulan berbagai faktor yang saling berinteraksi. Skiner (1938)
dalam Notoatmodjo (2011) merumuskan bahwa perilaku merupakan
respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar).

Pengertian perilaku menurut para ahli :


1. Soekidjo Notoatmodjo, 1987 : segala perbuatan atau tindakan yang
dilakukan oleh makhluk hidup.
2. Robert Y. Kwick , 1972 :tindakan atau perbuatan suatu organisme
yang dapat diamati dan bahkan dipelajari.
3. Ensiklopedi Amerika : suatu aksi dan reaksi organisme terhadap
lingkungannya, hal ini berarti bahwa perilaku baru akan terwujud
bila ada sesuatu yang diperlukan untuk menimbulkan tanggapan
yang disebut rangsangan, dengan demikian maka suatu rangsangan
tertentu akan menghasilkan perilaku tertentu pula.

Perilaku dibedakan menjadi dua :

a) Perilaku tertutup (convert behavior)


Perilaku tertutup adalah respon seseorang terhadap stimulus
dalam bentuk terselubung atau tertutup (convert). Respon atau
reaksi terhadap stimulus ini masih terbatas pada perhatian, persepsi,
pengetahuan, kesadaran, dan sikap yang terjadi pada orang yang
menerima stimulus tersebut, dan belum dapat diamati secara jelas
oleh orang lain.
b) Perilaku terbuka (overt behavior)
Respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk tindakan
nyata atau terbuka. Respon terhadap stimulus tersebut sudah jelas
dalam bentuk tindakan atau praktek, yang dengan mudah dapat
diamati atau dilihat oleh orang lain.

B. Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Perilaku


Menurut Sunaryo (2004) faktor yang mempengaruhi perilaku
manusia yaitu ;
1. Faktor genetik atau faktor endogen
Faktor genetik atau keturunan merupakan konsepsi dasar atau
modal untuk kelanjutan perkembangan perilaku makhluk hidup itu.
Faktor genetik berasal dari dalam diri individu (endogen), antara lain:
a) Jenis ras, setiap ras didunia memiliki perilaku yang spesifik, saling
berbeda satu dengan yang lainnya.
b) Jenis kelamin, perbedaan perilaku pria dan wanita dapat dilihat dari
cara berpakaian dan melakukan pekerjaan sehari-hari. Pria
berperilaku atas dasar pertimbangan rasional atau akal, sedangkan
wanita atas dasar pertimbangan emosional atau perasaan. Perilaku
pada pria disebut maskulin sedangkan pada wanita disebut feminin.
c) Sifat fisik, kalau kita amati perilaku individu akan berbeda-beda
karena sifat fisiknya, misalnya perilaku individu yang pendek dan
gemuk berbeda dengan individu yang memiliki fisik tinggi kurus.
d) Sifat kepribadian. Salah satu pengertian kepribadian yang
dikemukakan oleh Maramis (1999) adalah “keseluruhan pola
pikiran, perasaan, dan perilaku yang sering digunakan oleh
seseorang dalam usaha adaptasi yang terus menerus terhadap
hidupnya”. Kepribadian menurut masyarakat awam adalah
bagaimana individu tampil dan menimbulkan kesan bagi individu
lainnya.
e) Bakat pembawaan
Bakat merupakan interaksi dari faktor genetik dan lingkungan serta
bergantung pada adanya kesempatan untuk pengembangan.
f) Intelegensi
Intelegensi adalah kemampuan untuk membuat kombinasi,
sedangkan individu yang intelegen yaitu individu yang dalam
mengambil keputusan dapat bertindak tepat, cepat, dan mudah.
Sebaliknya bagi individu yang memiliki intelegensi rendah dalam
mengambil keputusan akan bertindak lambat.
2. Faktor eksogen atau faktor dari luar individu
a) Faktor lingkungan. Lingkungan di sini menyangkut segala sesuatu
yang ada di sekitar individu, baik fisik, biologis maupun sosial.
b) Pendidikan. Secara luas pendidikan mencakup seluruh proses
kehidupan individu sejak dalam ayunan hingga liang lahat, berupa
interaksi individu dengan lingkungannya, baik secara formal
maupun informal. Proses dan kegiatan pendidikan pada dasarnya
melibatkan masalah perilaku individu maupun kelompok.
c) Agama. merupakan tempat mencari makna hidup yang terakhir
atau penghabisan. Agama sebagai suatu keyakinan hidup yang
masuk ke dalam konstruksi kepribadian seseorang sangat
berpengaruh dalam cara berfikir, bersikap, bereaksi, dan
berperilaku individu.
d) Sosial ekonomi. telah disinggung sebelumnya bahwa salah satu
lingkungan yang berpengaruh terhadap perilaku seseorang adalah
lingkungan sosial. Lingkungan sosial dapat menyangkut sosial
budaya dan sosial ekonomi.
e) Kebudayaan. merupakan ekspresi jiwa terwujud dalam cara-cara
hidup dan berpikir, pergaulan hidup, seni kesusastraan, agama,
rekreasi dan hiburan.

3. Faktor-faktor Lain
a. Susunan Saraf Pusat
Memegang peranan penting karena merupakan sarana
untuk memindahkan energi yang berasal dari stimulus melalui
neuron ke system saraf tepi yang setrusnya akan berubah menjadi
perilaku.
b. Persepsi
Merupakan proses diterimanya rangsangan melalui panca
indera yang didahului oleh perhatian (attention) sehingga individu
sadar tentang sesuatu yang ada didalam maupun diluar dirinya.
c. Emosi
Emosi adalah manifestasi perasaan atau efek karena disertai
banyak komponen fisiologik, biasanya berlangsung tidak lama.

C. Cara Merubah Perilaku


Untuk mencapai perubahan perilaku, ada beberapa cara yang biasa
ditempuh, yaitu :
1. Dengan paksaan.
a. Mengeluarkan instruksi atau peraturan dan ancaman hukuman
kalau tidak mentaati instruksi atau peraturan tersebut. Misalnya,
instruksi
b. atau peraturan tidak membuang sampah di sembarangan tempat
dan ancaman hukuman atau denda jika tidak mentaati.
c. Menakut – nakuti tentang bahaya yan mungkin akan diderita kalau
tidak mengerjakan apa yang dianjurkan. Misalnya, menyampaikan
kepada ibu – ibu bahwa anaknya bias mati kalau tidak diberi oralit
waktu diare.
2. Dengan memberi imbalan.
Imbalan bisa berupa materi seperti uang atau barang, teteapi
bisa juga imbalan yang tidak berupa materi, seperti pujian dan
sebagainya.
Contoh : kalau ibu – ibu membawa anaknya ke posyandu untuk
ditimban dan diiumunisasi, maka anaknya akan sehat (ini juga imbalan
non materi), dalam hal ini orang berbuat sesuatu karena terdorong atau
tertarik oleh imbalan tersebut, bukan karena kesadaran atau keyakinan
akan manfaatnya.
3. Dengan membina hubungan baik.
Kalau kita mempunyai hubungan yang baik dengan seseorang
atau dengan masyarakat. Biasanya orang tersebut atau masyarakat akan
mengikuti anjuran kita untuk berbuat sesuatu, karena ingin memelihara
hubungan baiknya dengan kita.
4. Dengan menunjukkan contoh – contoh.
Salah satu sifat manusia ialah ingin meniru karena itu
usahakanlah agar memberikan contoh yang baik. Misalnya, menjaga
lingkungan agar bersih, berpakaian rapi dan bersih, berperilaku sehat.
5. Dengan memberikan kemudahan.
Misalnya kita ingin agar masyarakat memanfaatkan puskesmas,
maka puskesmas didekatkan kepada masyarakat, pembayarannya dibuat
sedemikian hingga masyarakat mampu membayar, pelayanan yang baik
dan ramah, dan sebagainya. Semua ini merupakan kemudahan bagi
masyarakat. Semua ini merupakan kemudahan bagi masyarakat, maka
diharapkan masyarakat akan tergerak untuk memanfaatkan puskesmas.
6. Dengan menanamkan kesadaran dan motivasi.
Dalam hal ini individu, kelompok, maupun masyarakat diberi
pengetian yang benar tentang kesehatan. Kemudia ditunjukkan kepada
mereka baik secara langsung maupun tidak langsung, yaitu misalnya
melalui film, slide, foto, gambar, atau cerita. Bagaimana bahayanya
perilaku yang tidak sehat. Selanjutnya berkali – kali disampaikan
ataupun ditunjukkan kepada mereka bahwa telah makin banyak orang
yang berperilaku sehat tersebut dan sekaligus ditunjukkan atau
disampaikan pula keuntungan – keuntungannya, hingga mereka akan
tergerak untuk berperilaku sehat.

D. Teori Tentang Perubahan Perilaku


a) TEORI S-O-R
Teori ini mendasarkan asumsi bahwa penyebab terjadinya
perubahan perilaku tergantung kepada kualitas rangsang (stimulus)
yang berkomunikasi dengan organisme. Artinya kualitas dari
sumber komunikasi (sources) misalnya kredibilitas,
kepemimpinan, gaya berbicara sangat menentukan keberhasilan
perubahan perilaku seseorang, kelompok atau masyarakat.
Hosland, et al (1953) mengatakan bahwa proses perubahan
perilaku pada hakekatnya sama dengan proses belajar. Proses
perubahan perilaku tersebut menggambarkan proses belajar pada
individu yang terdiri dari:
1. Stimulus (rangsang) yang diberikan pada organisme dapat
diterima atau ditolak. Apabila stimulus tersebut tidak diterima
atau ditolak berarti stimulus itu tidak efektif mempengaruhi
perhatian individu dan berhenti disini. Tetapi bila stimulus
diterima oleh organisme berarti ada perhatian dari individu dan
stimulus tersebut efektif.
2. Apabila stimulus telah mendapat perhatian dari organisme
(diterima) maka ia mengerti stimulus ini dan dilanjutkan kepada
proses berikutnya. Setelah itu organisme mengolah stimulus
tersebut sehingga terjadi kesediaan untuk bertindak demi
stimulus yang telah diterimanya (bersikap).
3. Akhirnya dengan dukungan fasilitas serta dorongan dari
lingkungan maka stimulus tersebut mempunyai efek tindakan
dari individu tersebut (perubahan perilaku).

b) TEORI “DRIVING FORCES”


Kurt Lewin (1970) berpendapat bahwa perilaku manusia
adalah suatu keadaan yang seimbang antara kekuatan-kekuatan
pendorong (driving forces) dan kekuatan-kekuatan penahan
(restrining forces). Perilaku ini dapat berubah apabila terjadi
ketidakseimbangan antara kedua kekuatan tersebut didalam diri
seseorang. Sehingga ada 3 kemungkinan terjadinya perubahan
perilaku pada diri seseorang itu, yakni
1. Kekuatan-kekuatan pendorong meningkat. Hal ini terjadi
karena adanya stimulus-stimulus yang mendorong untuk
terjadinya perubahan-perubahan perilaku. Stimulus ini berupa
informasi-informasi sehubungan dengan perilaku yang
bersangkutan.
2. Kekuatan-kekuatan penahan menurun. Hal ini akan terjadi
karena adanya stimulus-stimulus yang memperlemah kekuatan
penahan tersebut.
3. Kekuatan pendorong meningkat, kekuatan penahan menurun.
Dengan keadaan semacam ini jelas juga akan terjadi perubahan
perilaku

c) TEORI FUNGSI
Perubahan perilaku terjadi karena adanya kebutuhan. Oleh
sebab itu stimulus atau obyek perilaku harus sesuai dengan
kebutuhan orang (subyek). Prinsip teori fungsi:
a. Perilaku merupakan fungsi instrumental (memenuhi kebutuhan
subyek)
b. Perilaku merupakan pertahanan diri dalam mengahadapi
lingkungan (bila hujan, panas)
c. Perilaku sebagai penerima obyek dan pemberi arti obyek
(respons terhadap gejala sosial)
d. Perilaku berfungsi sebagai nilai ekspresif dalam menjawab
situasi.(marah, senang)

d) TEORI HEALTH BELIEF MODEL (MODEL KEPERCAYAAN


KESEHATAN)
Model perilaku ini dikembangkan pada tahun 50an dan
didasarkan atas partisipasi masyarakat pada program deteksi dini
tuberculosis. Analisis terhadap berbagai faktor yang
mempengaruhi partisipasi masyarakat pada program tersebut
kemudian dikembangkan sebagai model perilaku. Health belief
Model didasarkan atas 3 faktor esensial ;
a. Kesiapan individu intuk merubah perilaku dalam rangka
menghindari suatu penyakit atau memperkecil risiko
kesehatan.
b. Adanya dorongan dalam lingkungan individu yang
membuatnya merubah perilaku.
c. Perilaku itu sendiri.
Ketiga faktor diatas dipengaruhi oleh faktor-faktor lain
yang berhubungan dengan kepribadian dan lingkungan individu,
serta pengalaman berhubungan dengan sarana & petugas
kesehatan.
Kesiapan individu dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti
persepsi tentang kerentanan terhadap penyakit, potensi ancaman,
motivasi untuk memperkecil kerentanan terhadap penyakit, potensi
ancaman, dan adanya kepercayaan bahwa perubahan perilaku akan
memberikan keuntungan. Faktor yang mempengaruhi perubahan
perilaku adalah perilaku itu sendiri yang dipengaruhi oleh
karakteristik individu, penilaian individu terhadap perubahan yang
di tawarkan, interaksi dengan petugas kesehatan yang merekomen-
dasikan perubahan perilaku, dan pengalaman mencoba merubah
perilaku yang serupa.
Menurut Rosenstock (1974, 1977), model ini dekat dengan
Pendidikan Kesehatan. Perilaku kesehatan merupakan fungsi dari
pengetahuan dan sikap. Secara khusus bahwa persepsi sesorang
tentang kerentanan dan kemujaraban pengobatan dapat
mempengaruhi keputusan seseorang dalam perilaku kesehatannya
Aspek-aspek pokok perilaku kesehatan menurut Rosenstock:
1) Ancaman
a) Persepsi tentang kerentanan diri terhadap penyakit (atau
kesediaanmenerima diagnosa penyakit)
b) Persepsi tentang keparahan penyakit/kondisi kesehatannya
2) Harapan
a) Persepsi tentang keuntungan suatu tindakan
b) Persepsi tentang hambatan-hambatan untuk melakukan
tindakan itu
3) Pencetus tindakan
a) Media
b) Pengaruh orang lain
c) Hal-hal yang mengingatkan (reminders)
4) Faktor-faktor Sosio-demografi (pendidikan, umur, jenis
kelamin/gender, sukubangsa)
5) Penilaian diri (Persepsi tentang kesanggupan diri untuk
melakukan tindakan itu)

d) TEORI DISSONANCE
Perilaku seseorang pada saat tertentu karena adanya
keseimbangan antara sebab atau alasan dan akibat atau keputusan
yang diambil (conssonance). Apabila terjadi stimulus dari luar
yang lebih kuat, maka dalam diri orang tersebut akan terjadi
ketidak seimbangan (dissonance). Kalau akhirnya stilmulus
tersebut direspons positif (menerimanya dan melakukannya) maka
berarti terjadi perilaku baru (hasil perubahan), dan akhirnya
kembali terjadi keseimbangan lagi (conssonance).
Rumus perubahan perilaku menurut Festinger: terjadinya
perubahan perilaku karena adanya perbedaan elemen kognitif yang
seimbang dengan elemen tidak seimbang.
Contoh: Seorang ibu hamil memeriksakan kehamilannya terjadi
karena ketidak seimbangan antara keuntungan dan kerugian
stimulus (anjuran perikasa hamil).

Anda mungkin juga menyukai