KEPERAWATAN MATERNITAS
NAMA :
ANIS ALMA AULIA
NIM :
PO713201181153
PROGRAM :
Diploma III Keperawatan (Reguler)
KELOMPOK :
5 KELAS 2 D
LAPORAN PENDAHULUAN
b. Lochea
Lochea adalah cairan sisa lapisan endometrium dan sisa dari tempat
implantasi plasenta (Manuaba, 1998).
Pengeluaran lochea dapat dibagi berdasarkan jumlah dan warna sebagai
berikut:
1) Lochea rubra (kruenta): 1 sampai 3 hari, berwarna merah dan hitam, terdiri
dari sel desidua, vernik kaseosa, rambut Lanugo, sisa mekonium, sisa
darah.
2) Lochea sanguinolenta: 3 sampai 7 hari, berwarna putih bercampur darah.
3) Lochea serosa: 7 sampai 14 hari, berwarna kekuningan.
4) Lochea alba: Setelah hari ke-14, berwarna putih.
5) Lochea purulenta: Terjadi infeksi, keluar cairan seperti nanah berbau
busuk.
c. Laktasi
Perubahan-perubahan pada kelenjar mamae sudah terjadi sejak dari kehamilan
yaitu proliferasi jaringan pada kelenjar-kelenjar alveoli dan jaringan lemak
bertambah keluaran cairan susu jolong dari duktus laktiferus disebut
colostrums berwarna kuning putih susu, hipervaskularisasi pada permukaan
dan bagian dalam dimana vena berdilatasi sehingga tampak jelas. Setelah
persalinan pengaruh sekresi estrogen dan progesterone hilang, maka timbul
pengaruh hormone laktogenik (LH) atau prolaktin yang akan merangsang air
susu. Pengaruh oksitosin menyebabkan mioefitel kelenjar susu berkontraksi
sehingga air susu keluar. Pada hari pertama sampai hari ketiga setelah bayi
lahir disebut kolostrum warna kekuningan dan agak kental. Kolostrum kaya
akan protein immunoglobulin yang mengandung antibodi sehingga
menambah kekebalan anak terhadap penyakit dan laktoferin, ASI masa
transisi dihasilkan mulai hari keempat sampai hari kesepuluh, dan ASI matur
dihasilkan mulai hari kesepuluh.
C. PATOFISIOLOGI
Dalam masa post partum atau masa nifas, alat-alat genetalia interna
maupun eksterna akan berangsur-angsur pulih kembali seperti keadaaan sebelum
hamil. Perubahan-perubahan alat genetalia ini dalam keseluruhan disebut
“involusi”. Di samping involusi terjadi perubahan-perubahan penting lain yakni
Hemokonsetrasi dan timbulnya laktasi yang terakhir ini karena pengaruh laktogenik
hormon dari kelenjar hipofisis terhadap kelenjar-kelenjar mamae.
Otot-otot uterus berkontraksi segera post partum, pembuluh-pembuluh
darah yang ada antara anyaman otot-otot uterus akan terjepit. Proses ini akan
menghentikan perdarahan setelah plasenta lahir. Perubahan-perubahan yang
terdapat pada serviks ialah segera post partum bentuk serviks agak menganga seperti
corong, bentuk ini disebabkan oleh korpus uteri terbentuk semacam cincin.
Perubahan-perubahan yang terdapat pada endometrium ialah timbulnya trombosis,
degerasi dan nekrosis ditempat implantasi plasenta pada hari pertama endometrium
yang kira-kira setebal 2-5 mm itu mempunyai permukaan yang kasar akibat
pelepasan desidua dan selaput janin regenerasi endometrium terjadi dari sisa-sisa
sel desidua basalis yang memakai waktu 2 sampai 3 minggu. Ligamen-ligamen dan
diafragma palvis serta fasia yang merenggang sewaktu kehamilan dan setelah janin
lahir berangsur-angsur kembali seperti sedia kala.
Ada beberapa kelainan atau hambatan pada proses persalinan yang
menyebabkan bayi tidak dapat lahir secara normal/spontan, misalnya plasenta
previa sentralis dan lateralis, panggul sempit, disproporsi cephalo pelvic, rupture
uteri, partus lama, partus tidak maju, pre-eklamsia, distorsia serviks, dan
malpresentasi janin. Kondisi tersebut menyebabkan perlu adanya suatu tindakan
pembedahan, yaitu Sectio Caesarea.
Dalam proses operasinya dilakukan tindakan anestesi yang akan
menyebabkan pasien mengalami imobilisasi sehingga akan menimbulkan masalah
intoleransi aktivitas. Adanya kelumpuhan sementara dan kelemahan fisik akan
menyebabkan pasien tidak mampu melakukan aktivitas perawatan diri pasien secara
mandiri sehingga timbul masalah defisit perawatan diri.
Kurangnya informasi mengenai proses pembedahan, penyembuhan, dan
perawatan post operasi akan menimbulkan ansietas pada pasien. Selain itu, dalam
proses pembedahan juga akan dilakukan tindakan insisi pada dinding abdomen
sehingga menyebabkan terputusnya inkontinuitas jaringan, pembuluh darah, dan
saraf-saraf di sekitar daerah insisi. Hal ini akan merangsang pengeluaran histamin
dan prostaglandin yang akan menimbulkan rasa nyeri (nyeri akut). Setelah proses
pembedahan berakhir, daerah insisi akan ditutup dan menimbulkan luka post operasi
yang bila tidak dirawat dengan baik akan menimbulkan masalah resiko infeksi.
D. KOMPLIKASI
Beberapa diagnosa yang terjadi pada ibu post partum :
1. Rasa nyeri
2. Rasa gelisah
3. Infeksi
4. Perdarahan
Dalam masa puerperium ada beberapa masalah yang harus diwaspadai sebagai
tanda-tanda bahaya masa nifas, yaitu :
1. Perdarahan yang hebat yang tiba-tiba meningkat dari vagina
2. Pengeluaran cairan dari vagina yang berbau busuk
3. Rasa nyeri di bagian bawah abdomen
4. Sakit kepala terus-menerus, nyeri epigastrium
5. Pembengkakan di tangan
6. Demam, muntah, sakit saat BAK
7. Payudara nampak merah, panas dan nyeri
8. Kehilangan nafsu makan untuk jangka waktu lama
9. Rasa nyeri warna merah dan lembek, bengkak pada kaki
10. Merasa sesak nafas
E. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Pemeriksaan Darah Lengkap
Memberikan informasi tentang jumlah dari sel-sel darah merah (RBC), sel-sel
darah putih (WBC), nilai hematokrit (Ht) dan haemoglobin (Hb).
2. Pemeriksaan Pap Smear
Mencari kemungkinan kelainan sitologi sel serviks atau sel endometrium.
3. Pemeriksaan Urine: Urine lengkap (UL)
Pemeriksaan ini mencari kemungkinan terdapatnya bakteri dalam urine seperti
streptokokus.
F. PENATALAKSANAAN MEDIS
1. Tes Diagnostik
a. Jumlah darah lengkap, hemoglobin/hematokrit (Hb/Ht)
b. Urinalisis: Kadar Urin
2. Terapi
a. Memberikan tablet zat besi untuk mengatasi anemia
b. Memberikan antibiotik bila ada indikasi
C. INTERVENSI
1. Ketidaknyamanan pasca partum berhubungan dengan involusi uteri
Tujuan : setelah di lakukan tindakan selama 1x24 jam diharapkan status
kenyamanan pasca partum meningkat
Kriteri hasil :
Keluhan tidak nyaman menurun
Meringis menurun
Kontraksi uterus menurun
Intervensi Rasional
1. Kaji karakteristik, skala nyeri 1. untuk mengetahui skala nyeri
2. Motivasi untuk mobilisasi dan memberikan tindakan
sesuai indikasi selanjutnya
3. Anjurkan penggunaaan teknik 2. memperlancar pengeluaran
relaksasi. lochea, mempercepat involusi
4. Kolaborasi pemberian dan mengurangi nyeri secara
analgetik bertahap.
3. Untuk mengatur rasa nyeri luka
post op
4. Obat analgetik di berikan untuk
menghilangkan rasa nyer