Anda di halaman 1dari 15

PROGRAM PRAKTEK KLINIK

KEPERAWATAN MATERNITAS

NAMA :
ANIS ALMA AULIA
NIM :
PO713201181153
PROGRAM :
Diploma III Keperawatan (Reguler)
KELOMPOK :
5 KELAS 2 D

PRODI DIII KEPERAWATAN JURUSAN KEPERAWATAN


POLTEKKES KEMENKES MAKASSAR
2020

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN MATERNITAS PADA IBU DENGAN POST NATAL


CARE (PNC)
1. KONSEP TEORI
A. PENGERTIAN
Masa nifas dimulai setelah partus selesai & berakhir kira-kira 6 minggu,
akan tetapi seluruh alat genital baru pulih kembali seperti sebelum ada kehamilan
dalam waktu 3 bulan (Sarwono P. 2005: 237).
Setelah persalinan seorang wanita mengalami suatu masa yang disebut
masa nifas (puerperium). masa nifas dimulai setelah kelahiran plasenta dan
berakhir setelah alat kandungan kembali ke keadaan sebelum hamil. masa nifas
berlangsung kira-kira 6-8 minggu. (Sarwono P, 2006:12).
Pada masa nifas, terjadi perubahan-perubahan fisiologis yaitu perubahan
fisik, involusi uterus, pengeluaran lochea, lakatasi, perubahan sistem tubuh lainnya
dan perubahan psikologis. masa nifas berlangsung selama 6 minggu, sekitar 42 hari,
pada keadaan normal dijumpai 2 keadaan penting, yaitu involusi dan laktasi (FKUI,
2001:316)
Masa setelah melahirkan selama 6 minggu atau 40 hari menurut hitungan
orang awam merupakan masa nifas yang penting sekali untuk terus di pantau, lama
masa nifas itu berbeda-beda pada setiap ibu. Darah nifas mengandung trombosit,
sel-sel degeneratif, sel-sel nekrosis, sel-sel endometrium sisa.Cepat ataupun lambat,
darah nifas harus lancar mengalir keluar. Bila tidak, misalnya karena tertutupnya
mulut rahim maka kuman dapat tumbuh subur di dalam rahim, sehingga bisa terjadi
infeksi. Oleh karena itu dibutuhkan perawatan bagi ibu nifas meliputi kebersihan
diri, istirahat, latihan, penurunan gizi, menyusui, perawatan payudara, senggama
maupun KB. (Buku Panduan Praktis Maternal & Neonatal, 2002 : N26–N28)
Nifas atau puerperium adalah periode dimana organ-organ reproduksi
kembali seperti kepada keadaan tidak hamil. (Fairer Helen. 2001: 225)
Masa nifas (puerperium) adalah masa setelah plasenta lahir & berakhir
ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil (Abdul Bari.S,
dkk. 2002)
Kala puerperium berlangsug selama 6 minggu atau 42 hari merupakan
waktu yang dipergunakan untuk pulihnya alat kandungan ke keadaan normal yaitu
involusi dan proses laktasi (IBG Manuaba, 1998)
Periode Masa nifas dibagi dalam 3 peride, yaitu :
1. Puerperium dini Yaitu kepulihan dimana ibu diperbolehkan berdiri dan berjalan.
Dalam agama Islam telah dianggap bersih dan boleh bekerja setelah 40 hari.
2. Puerperium Intermedial Yaitu kepulihan menyeluruh alat-alat genetalia yang
lamanya 6-8 minggu.
3. Remote puerperium Yaitu waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat
sempurna terutama bila selama hamil dan waktu persalinan mempunyai
komplikasi.

B. FISIOLOGI POST PARTUM


1. Perubahan Fisik pada Post Partum
Pada masa nifas dapat dijumpai tiga kejadian penting, yaitu: involusi uterus,
lochea, dan laktasi.
a. Involusi Uterus
Setelah bayi dilahirkan, uterus yang selama persalinan mengalami
kontraksi dan retraksi akan menjadi keras, sehingga dapat menutup pembuluh
darah besar yang bermuara pada bekas implantasi plasenta. Otot rahim terdiri
dari 3 lapis otot yang membentuk anyaman sehingga pembuluh darah dapat
tertutup sempurna, dengan demikian terhindari dari perdarahan post partum.
Pada involusi uteri, jaringan ikat dan jaringan otot mengalami proses
proteolitik, berangsur-angsur akan mengecil sehingga pada akhir kala nifas
besarnya seperti semula dengan berat 30 gram. Proses proteolitik adalah
pemecahan protein yang akan dikeluarkan melalui urine. Dengan penimbunan
air saat hamil akan terjadi pengeluaran urine setelah persalinan, sehingga hasil
pemecahan protein dapat dikeluarkan.
PROSES INVOLUSI UTERI MENURUT MANUABA, 1999
Involusi Tinggi Fundus Berat uterus
1 2 3
Plasenta lahir Sepusat 1000 gram
7 hari (1 Minggu) Pertengahan pusat simfisis 500 gram
14 hari (2 Minggu) Tak teraba 350 gram
42 hari (6 Minggu) Sebesar hamil 2 minggu 50 gram
56 hari (8 Minggu) Normal 20 gram

b. Lochea
Lochea adalah cairan sisa lapisan endometrium dan sisa dari tempat
implantasi plasenta (Manuaba, 1998).
Pengeluaran lochea dapat dibagi berdasarkan jumlah dan warna sebagai
berikut:
1) Lochea rubra (kruenta): 1 sampai 3 hari, berwarna merah dan hitam, terdiri
dari sel desidua, vernik kaseosa, rambut Lanugo, sisa mekonium, sisa
darah.
2) Lochea sanguinolenta: 3 sampai 7 hari, berwarna putih bercampur darah.
3) Lochea serosa: 7 sampai 14 hari, berwarna kekuningan.
4) Lochea alba: Setelah hari ke-14, berwarna putih.
5) Lochea purulenta: Terjadi infeksi, keluar cairan seperti nanah berbau
busuk.

c. Laktasi
Perubahan-perubahan pada kelenjar mamae sudah terjadi sejak dari kehamilan
yaitu proliferasi jaringan pada kelenjar-kelenjar alveoli dan jaringan lemak
bertambah keluaran cairan susu jolong dari duktus laktiferus disebut
colostrums berwarna kuning putih susu, hipervaskularisasi pada permukaan
dan bagian dalam dimana vena berdilatasi sehingga tampak jelas. Setelah
persalinan pengaruh sekresi estrogen dan progesterone hilang, maka timbul
pengaruh hormone laktogenik (LH) atau prolaktin yang akan merangsang air
susu. Pengaruh oksitosin menyebabkan mioefitel kelenjar susu berkontraksi
sehingga air susu keluar. Pada hari pertama sampai hari ketiga setelah bayi
lahir disebut kolostrum warna kekuningan dan agak kental. Kolostrum kaya
akan protein immunoglobulin yang mengandung antibodi sehingga
menambah kekebalan anak terhadap penyakit dan laktoferin, ASI masa
transisi dihasilkan mulai hari keempat sampai hari kesepuluh, dan ASI matur
dihasilkan mulai hari kesepuluh.

2. Perubahan Psikososial pada Post Partum


a. Periode Taking In
Pada masa ini ibu pasif dan tergantung, energi difokuskan pada perubahan
tubuh, ibu sering mengulang kembali pengalaman persalinan. Nutrisi
tambahan mungkin diperlukan karena selera makan ibu meningkat. Periode
ini berlangsung 1-2 hari setelah melahirkan.
b. Periode Taking Hold
Pada masa ini ibu menaruh perhatiannya pada kemampuannya untuk menjadi
orang tua yang berhasil dan menerima peningkatan tanggung jawab terhadap
bayinya, ibu berusaha untuk terampil dalam perawatan bayi baru lahir.
Periode ini berlangsung 2-4 hari setelah melahirkan.
c. Periode Letting Go
Umumnya terjadi setelah ibu baru kembali ke rumah, ibu menerima tanggung
jawab untuk merawat bayi baru lahir, ibu harus beradaptasi terhadap otonomi,
kemandirian dan interaksi sosial.

C. PATOFISIOLOGI
Dalam masa post partum atau masa nifas, alat-alat genetalia interna
maupun eksterna akan berangsur-angsur pulih kembali seperti keadaaan sebelum
hamil. Perubahan-perubahan alat genetalia ini dalam keseluruhan disebut
“involusi”. Di samping involusi terjadi perubahan-perubahan penting lain yakni
Hemokonsetrasi dan timbulnya laktasi yang terakhir ini karena pengaruh laktogenik
hormon dari kelenjar hipofisis terhadap kelenjar-kelenjar mamae.
Otot-otot uterus berkontraksi segera post partum, pembuluh-pembuluh
darah yang ada antara anyaman otot-otot uterus akan terjepit. Proses ini akan
menghentikan perdarahan setelah plasenta lahir. Perubahan-perubahan yang
terdapat pada serviks ialah segera post partum bentuk serviks agak menganga seperti
corong, bentuk ini disebabkan oleh korpus uteri terbentuk semacam cincin.
Perubahan-perubahan yang terdapat pada endometrium ialah timbulnya trombosis,
degerasi dan nekrosis ditempat implantasi plasenta pada hari pertama endometrium
yang kira-kira setebal 2-5 mm itu mempunyai permukaan yang kasar akibat
pelepasan desidua dan selaput janin regenerasi endometrium terjadi dari sisa-sisa
sel desidua basalis yang memakai waktu 2 sampai 3 minggu. Ligamen-ligamen dan
diafragma palvis serta fasia yang merenggang sewaktu kehamilan dan setelah janin
lahir berangsur-angsur kembali seperti sedia kala.
Ada beberapa kelainan atau hambatan pada proses persalinan yang
menyebabkan bayi tidak dapat lahir secara normal/spontan, misalnya plasenta
previa sentralis dan lateralis, panggul sempit, disproporsi cephalo pelvic, rupture
uteri, partus lama, partus tidak maju, pre-eklamsia, distorsia serviks, dan
malpresentasi janin. Kondisi tersebut menyebabkan perlu adanya suatu tindakan
pembedahan, yaitu Sectio Caesarea.
Dalam proses operasinya dilakukan tindakan anestesi yang akan
menyebabkan pasien mengalami imobilisasi sehingga akan menimbulkan masalah
intoleransi aktivitas. Adanya kelumpuhan sementara dan kelemahan fisik akan
menyebabkan pasien tidak mampu melakukan aktivitas perawatan diri pasien secara
mandiri sehingga timbul masalah defisit perawatan diri.
Kurangnya informasi mengenai proses pembedahan, penyembuhan, dan
perawatan post operasi akan menimbulkan ansietas pada pasien. Selain itu, dalam
proses pembedahan juga akan dilakukan tindakan insisi pada dinding abdomen
sehingga menyebabkan terputusnya inkontinuitas jaringan, pembuluh darah, dan
saraf-saraf di sekitar daerah insisi. Hal ini akan merangsang pengeluaran histamin
dan prostaglandin yang akan menimbulkan rasa nyeri (nyeri akut). Setelah proses
pembedahan berakhir, daerah insisi akan ditutup dan menimbulkan luka post operasi
yang bila tidak dirawat dengan baik akan menimbulkan masalah resiko infeksi.

D. KOMPLIKASI
Beberapa diagnosa yang terjadi pada ibu post partum :
1. Rasa nyeri
2. Rasa gelisah
3. Infeksi
4. Perdarahan
Dalam masa puerperium ada beberapa masalah yang harus diwaspadai sebagai
tanda-tanda bahaya masa nifas, yaitu :
1. Perdarahan yang hebat yang tiba-tiba meningkat dari vagina
2. Pengeluaran cairan dari vagina yang berbau busuk
3. Rasa nyeri di bagian bawah abdomen
4. Sakit kepala terus-menerus, nyeri epigastrium
5. Pembengkakan di tangan
6. Demam, muntah, sakit saat BAK
7. Payudara nampak merah, panas dan nyeri
8. Kehilangan nafsu makan untuk jangka waktu lama
9. Rasa nyeri warna merah dan lembek, bengkak pada kaki
10. Merasa sesak nafas

E. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Pemeriksaan Darah Lengkap
Memberikan informasi tentang jumlah dari sel-sel darah merah (RBC), sel-sel
darah putih (WBC), nilai hematokrit (Ht) dan haemoglobin (Hb).
2. Pemeriksaan Pap Smear
Mencari kemungkinan kelainan sitologi sel serviks atau sel endometrium.
3. Pemeriksaan Urine: Urine lengkap (UL)
Pemeriksaan ini mencari kemungkinan terdapatnya bakteri dalam urine seperti
streptokokus.

F. PENATALAKSANAAN MEDIS
1. Tes Diagnostik
a. Jumlah darah lengkap, hemoglobin/hematokrit (Hb/Ht)
b. Urinalisis: Kadar Urin
2. Terapi
a. Memberikan tablet zat besi untuk mengatasi anemia
b. Memberikan antibiotik bila ada indikasi

2. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN POST PARTUM


A. PENGKAJIAN
1. Data Umum Klien meliputi: nama klien, usia, agama, status perkawinan,
pekerjaan, pendidikan terakhir, nama suami, umur suami, agama, pekerjaan
suami, pendidikan terakhir suami, dan alamat
2. Anamnesa meliputi: keluhan utama, keluhan saat pengkajian, riwayat penyakit
sekarang, riwayat menstruasi (menarchea, siklus, jumlah, lamanya, keteraturan,
dan apakah mengalami dismenorhea), riwayat perkawinan, riwayat kehamilan
dan persalinan yang lalu, riwayat kehamilan sekarang (ANC).
3. Riwayat persalinan sekarang meliputi:
a. Jenis persalinan apakah spontan atau operasi SC
b. Tanggal/jam persalinan
c. Jenis kelamin bayi
d. Jumlah perdarahan
e. Penyulit dalam persalinan baik dari ibu maupun bayi
f. Keadaan air ketuban meliputi warna dan jumlah
4. Riwayat genekologi kesehatan masa lalu apakah ibu pernah mengalami operasi
atau tidak
5. Riwayat KB baik jenis maupun lama penggunaan
6. Riwayat kesehatan keluarga apakah ada penyakit menurun atau menular dari
keluarga
7. Pola aktivitas sehari-hari meliputi Eliminasi, nutrisi, istirahat. Kebersihan
8. Riwayat psikososial
Adaptasi psikologis post partum menurut teori rubin dibagi dalam 3 periode yaitu
sebagai berikut:
a. Periode Taking In
1) Berlangsung 1-2 hari setelah melahirkan
2) Ibu pasif terhadap lingkungan. Oleh karena itu, perlu menjaga komunikasi
yang baik.
3) Ibu menjadi sangat tergantung pada orang lain, mengharapkan segala
sesuatru kebutuhan dapat dipenuhi orang lain.
4) Perhatiannya tertuju pada kekhawatiran akan perubahan tubuhnya
5) Ibu mungkin akan bercerita tentang pengalamannya ketika melahirkan
secara berulang-ulang
6) Diperlukan lingkungan yang kondusif agar ibu dapat tidur dengan tenang
untuk memulihkan keadaan tubuhnya seperti sediakala.
7) Nafsu makan bertambah sehingga dibutuhkan peningkatan nutrisi, dan
kurangnya nafsu makan menandakan ketidaknormalan proses pemulihan.
b. Periode Taking Hold
1) Berlangsung 3-10 hari setelah melahirkan
2) Pada fase ini ibu merasa khawatir akan ketidakmampuannya dalam
merawat bayi
3) Ibu menjadi sangat sensitive, sehingga mudah tersinggung. Oleh karena itu,
ibu membutuhkan sekali dukungan dari orang-orang terdekat
4) Saat ini merupakan saat yang baik bagi ibu untuk menerima berbagai
penyuluhan dalam merawat diri dan bayinya. Dengan begitu ibu dapat
menumbuhkan rasa percaya dirinya
5) Pada periode ini ibu berkonsentrasi pada pengontrolan fungsi tubuhnya,
misalkan buang air kecil atau buang air besar, mulai belajar untuk
mengubah posisi seperti duduk atau jalan, serta belajar tentang perawatan
bagi diri dan bayinya
c. Periode Letting Go
1) Berlangsung 10 hari setelah melahirkan.
2) Secara umum fase ini terjadi ketika ibu kembali ke rumah
3) Ibu menerima tanggung jawab sebagai ibu dan mulai menyesuaikan diri
dengan ketergantungan bayinya
4) Keinginan untuk merawat bayi meningkat
5) Ada kalanya ibu mengalami perasaan sedih yang berkaitan dengan
bayinya, keadaan ini disebut baby blues
9. Pemeriksaan Fisik meliputi:
a. Status Obstetri
b. TTV: nadi, suhu, tekanan darah, dan pernapasan
c. Pemeriksaan mata: konjungtiva, sclera pucat atau tidak.
d. Pemeriksaan mulut: mukosa bibir kering atau tidak.
e. Pemeriksaan thorax: retraksi otot dada, bunyi nafas, bunyi jantung.
f. Pemeriksaan abdomen: luka jaritan operasi, keadaan luka, bising usus.
g. Pemeriksaan ekstremitas: pergerakan, edema, sianosis, terpasang infus IVFD
atau tidak, akral dingin.
h. Pemeriksaan genetalia: pengeluaran lochea, kebersihan.
i. Obat-obatan yang dikonsumsi
j. Pemeriksaan penunjang seperti darah lengakap: WBC, HCT, HGB.

B. DIAGNOSA YANG MUNGKIN MUNCUL


1. Aktual
a. Ketidaknyamanan pasca partum berhubungan dengan involusi uteri
b. Nyeri akut berhubungan dengan bekas luka post op sc atau robekan jalan lahir
c. Gangguan eliminasi BAK berhubungan dengan sensasi pada kandung kemih
d. Kurang perawatan diri berhubungan dengan efek-efek anestesi, penurunan
kekuatan dan ketahanan, ketidaknyamana fisik
2. Resiko
a. Resiko infeksi berhubungan dengan peningkatan kerentanan tubuh terhadap
bakteri pembedahan

C. INTERVENSI
1. Ketidaknyamanan pasca partum berhubungan dengan involusi uteri
Tujuan : setelah di lakukan tindakan selama 1x24 jam diharapkan status
kenyamanan pasca partum meningkat
Kriteri hasil :
 Keluhan tidak nyaman menurun
 Meringis menurun
 Kontraksi uterus menurun

Intervensi Rasional
1. Kaji karakteristik, skala nyeri 1. untuk mengetahui skala nyeri
2. Motivasi untuk mobilisasi dan memberikan tindakan
sesuai indikasi selanjutnya
3. Anjurkan penggunaaan teknik 2. memperlancar pengeluaran
relaksasi. lochea, mempercepat involusi
4. Kolaborasi pemberian dan mengurangi nyeri secara
analgetik bertahap.
3. Untuk mengatur rasa nyeri luka
post op
4. Obat analgetik di berikan untuk
menghilangkan rasa nyer

2. Nyeri berhubungan dengan bekas luka


Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam, nyeri
hilang, berkurang.
Kriteria hasil:
 Klien mengungkapkan nyeri berkurang
 Klien tampak tenang
Intervensi Rasional
5. Kaji karakteristik, skala nyeri 5. untuk mengetahui skala nyeri
6. Motivasi untuk mobilisasi dan memberikan tindakan
sesuai indikasi selanjutnya
7. Anjurkan penggunaaan teknik 6. memperlancar pengeluaran
relaksasi. lochea, mempercepat involusi
8. Kolaborasi pemberian dan mengurangi nyeri secara
analgetik bertahap.
7. Untuk mengatur rasa nyeri luka
post op
8. Obat analgetik di berikan untuk
menghilangkan rasa nyer

3. Gangguan eliminasi urine


Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam, ibu tidak
mengalami gangguan eliminasi (BAK)
Kriteria Hasil: ibu dapat berkemih sendiri dalam 6-8 jam post partum tidak
merasa sakit saat BAK, jumlah urine 1,5-2 liter/hari.
Intervensi Rasional
1. Kaji dan catat cairan masuk 1. Mengetahui balance cairan pasien
dan keluar tiap 24 jam sehingga diintervensi dengan
2. Anjurkan berkemih 6-8 jam tepat.
post partum 2. Melatih otot-otot perkemihan.
3. Berikan teknik merangsang 3. Agar kencing yang tidak dapat
berkemih keluar, bisa dikeluarkan sehingga
4. Kolaborasi pemasangan tidak ada retensi.
kateter 4. Mengurangi distensi kandung
kemih.

4. Kurang perawatan diri berhubungan dengan efek-efek anestesi, penurunan


kekuatan dan ketahanan, ketidaknyamana fisik
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 24 jam
diharapkan ibu dapat memenuhi ADLnya dengan mandiri.
Kriteria hasil:
 Ibu dapat melakukan perawatan terhadap dirinya
 Kebutuhan ADL terpenuhi
Intervensi Rasional
1. Bimbing dan demonstrasikan pada 1. Bimbingan dan demonstrasi yang
ibu tentang bagaimana cara benar dapat memberi contoh bagi
melakukan perawatan diri ibu untuk dapat melakukannya
2. Beri bantuan sesuai dengan dengan baik bila telah pulang dari
kebutuhan (misalnya : perawatan rumah sakit
mulut, mandi dan vulva hygiene) 2. Bantuan tindakan dapat
3. Jelaskan kepada ibu tentang membantu ibu dalam memenuhi
pentingnya menjaga kondisi tubuh perawatan dirinya yang tidak
dengan mempertahankan nutrisi mampu dilakukan secara mandiri
dan kebersihan ibu 3. Untuk mempercepat proses
penyembuhan dan mencegah
terjadinya komplikasi

5. Resiko infeksi berhubungan dengan peningkatan kerentanan tubuh terhadap


bakteri pembedahan
Tujuan: untuk mencegah terjadinya infeksi yang tidak diharapkan dan dapat
berdampak buruk bagi klien.
Kriteria hasil:
 Klien bebas dari tanda dan gejala infeksi
 Menunjukan perilaku hidup sehat
Intervensi Rasional
1. Bersihkan lingkungan setelah 1. Mencegah terjadi penularan
dipakai pasien lain penyakit dari pasien satu ke
2. Cuci tangan setiap sebelum dan pasien lainnya
sesudah tindakan keperawatan 2. Dengan cuci tangan dapat
3. Menganjurkan ibu menganti memutuskan rantai penularan
softek setiap 3-4 jam sekali penyakit
4. Melakukan rawat luka pada 3. Menganti softek secara rutin dan
waktunya sering menjaga daerah reproduksi
5. Ajarkan pasien dan keluarga dari kelembaban dimana bakteri
tanda dan gejala infeksi dan jamur sering berkembang
biak
4. Rawat luka dapat memp[ercepat
penyembuhan sehingga resiko
infeksi kecil
5. Dengan pasien dan keluarga
mengetahui tanda dan gejala,
mereka akan segera melapor
kepada pelayan kesehatan.

Anda mungkin juga menyukai