Anda di halaman 1dari 8

UJIAN LABORATORIUM KEPERAWATAN GAWAT DARURAT

SOP BHD (BANTUAN HIDUP DASAR)

DI SUSUSN OLEH :

ANIS ALMA AULIA

PO713201181153

POLTEKKES KEMENKES MAKASSAR

DIII KEPERAWATAN

T. A 2019/ 2020
1. BHD merupakan usaha yang pertama kali dilakukan utuk mempertahankan

kondisi jiwa seseorang pada saat mengalami kegawatdaruratan.

PENGERTIAN 2. Henti jantung merupakan berhentinya kontraksi yang efektif di tandai dengan

pasien yang tidak sadar, tidak bernafas dan tidak ada nadi

3. Henti napas merupakan suatu kegawatan yang disebabkan oleh gangguan

pertukaran gas (O2 dan CO2) di dalam tubuh sehingga sistem pernafasan tidak

mampu memenuhi metabolisme tubuh.

1. Mencegah berhentinya sirkulasi atau berhentinya pernafasan

2. Memberikan bantuan eksternal terhadap sirkulasi dan ventilasi dari pasien

TUJUAN yang mengalami henti jantung atau henti nafas melalui resusitasi jantung paru

( RJP ).

Apabila Bantuan Hidup Dasar dilakukan cukup cepat, kematian mungkin dapat

PELUANG dihindari.

KEBERHASILAN Keterlambatan Kemungkinan berhasil

• 1 menit 98 % dari 100 %

• 2 menit 50 % dari 100 %

• 10 menit 1 % dari 100 %

1. Sirkulasi dan ventilasi spontan

RJP DI HENTIKAN 2. Penolong kelelahan

APABILA 3. Adanya perintah untuk tidak melakukan RJP

4. Adanya Tanda- tanda kematian


a. Lebam mayat

Muncul sekitar 20 – 30 menit setelah kematian, darah akan berkumpul pada

bagian tubuh yang paling rendah akibat daya tarik bumi. Terlihat sebagai

TANDA – TANDA warna ungu pada kulit.

KEMATIAN b. Kaku mayat

Kaku pada tubuh dan anggota gerak setelah kematian. Terjadi 1- 23 jam

kematian

c. Tanda lainnya :

cedera mematikanCedera yang bentuknya begitu parah sehingga hampir

dapat dipastikan pasien/korban tersebut tidak mungkin bertahan hidup.

d. Pupil pada Mata Orang Mati diameternya melebar

e. Refleks Pupil terhadap Cahaya sudaha tidak ada (negatif)

“ Jika anda menemukan korban dengan ciri-ciri diatas, tidak perlu

lakukan RJP”

Jika Menemukan korban yang Henti nafas dan Henti jantung dan tidak

menemukan tanda-tanda kematian,maka Lakukan RJP (Resusitasi Jantung Paru).

Langkah – langkah RJP

PROSEDUR D R S C A B

1. DANGER

a. Gunakan sarung tangan dan alat pelindung diri lainnya (jika tersedia)

b. Pastikan kemanan (Aman Penolong, Aman Lingkungan, Aman Pasien)

2. RESPONSE

Cek Respon korban


Teriak “ Bangun Pak/Bu!” Atau “Buka Mata Pak/Bu!” dan tepuk bahu

dan/atau beri stimulus nyeri.

a. A (Alert)

b. V (Verbal)

c. P (Pain)

d. U (Unresponsive)

“Hati – Hati Kemungkinan Trauma Leher !!!”

3. SHOUT FOR HELP

(meminta bantuan, sambil tetap bersama korban)

a. Tetaplah bersama korban. Gunakan handphone untuk panggil bantuan,

aktifkan speaker untuk berkomunikasi dan mendengar instrusi tenaga

kesehatan.

b. Jika sendirian tanpa handphone, berteriak meminta tolong dan ambil

AED (Jika dapat tersedia segera) sebelum memulai RJP.

4. CIRCULATION

Cek napas dan nadi bersamaan kurang dari 10 detik

Lakukan teknik look, listen and feel (pastikan ada

tidaknya nadi karotis. Raba nadi karotis 2-3 cm di

samping trakhea)

a. Lihat apakah ada pergerakan dada, dengarkan apakah ada suara napas dan

rasakan apakah ada hembusan napas.

b. Jika korban bernafas normal lakukan recovery position untuk menjaga

jalan napas dan mencegah aspirasi.


c. Jika nadi tidak teraba (beri 30 kompresi dan 2

ventilasi)

d. Jika nadi teraba namun tidak ada napas maka (beri

ventilasi tiap 6 detik 10 kali/menit)

e. Penolong awam tidak terlatih (tidak di anjurkan

mengecek nadi, dianjurkan kompresi tanpa

kombinasi bantuan napas karena akan

membingungkan penolong awam)

CIRCULATION

a. Atur posisi pasien di atas permukaan yang keras dan datar.

b. Posisi penolong berlutut disamping pasien/ berdiri di samping tempat

tidur pasien

c. Letakkan pangkal telapak tangan pada pertengahan dada (seperdua bawah

sternum) dengan telapak tangan di tumpuk dengan jari di tautkan.

d. Lakukan kompresi dengan kedalaman 5 cm (tapi tidak lebih dari 6 cm)

Kecepatan 100 – 200 kali/menit. Kompresi dengan lengan lurus.

KEDALAMAN RASIO TEKNIK KECEPATAN

Dewasa (> 8 30 : 2 (1 Kedua Tangan Di 80 – 100 Kali /

Tahun) Atau 2 Satukan Pada Menit

5-6 Cm Penolong) Seperdua Bawah

Sternum (2-3 Jari Di


Atas Prosessus

Xipoideus)

Anak 30 : 2 (1 2 Atau 1 Tangan 80 – 100 Kali /

(1 S.D 8 Tahun) Penolong) Pada Seperdua Menit

3-4 Cm 15 : 2 (2 Bawah Sternum (1

Penolong) Jari Di Atas

Prosessus Xipoideus)

Bayi (< 1 Tahun) 30 : 2 (1 Menggunakan 2-3 > 100 Kali /

1 – 1,5 Cm Penolong) Jari (2 Jari Di Bawah Menit

Nipple Line)

15 : 2 (2 Menggunakan 2-3

penolong) jari (2 jempol di

bawah nipple line)

5. AIRWAY

Terdiri dari 2 tahap :

a. Membersihkan jalan napas

b. Membuka jalan napas (Head Tilt Dan Chin Lift, pada

pasien yang di curigai trauma servikal gunakan teknik

Jaw Thrust)

c. Penolong awam lebih di recomendasikan

manual immobilization dibandingkan

menggunakan immobilization device.


Manual immobilization immobilization device

6. BREATHING

Beri napas 2 kali dengan volume tidal, dengan

teknik :

a. Mouth to mouth

b. Mouth to barrier device

c. Mouth to nose

d. Mouth to stoma

e. Bag Valve Mask

Lakukan tidak lebih dari 10 detik

7. EVALUASI

Evaluasi dilakukan tiap 2 menit

a. Jika napas (-) dan nadi (-) → kompresi dan ventilasi 30 : 2

b. Jika napas (-) dan nadi (+)→ ventilasi 10 kali/ menit

c. Jika napas (+) dan nadi (+)→ beri Recovery Position

Anda mungkin juga menyukai