Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PENDAHULUAN

Nama Preceptee : AYU NUR HASANAH

NIM : P00220220004

Tempat Praktik : RUANG KEBIDANAN

Tanggal Praktik : 09-14 MEI 2022

Judul Kasus : Post Natal Care (PNC)

POLTEKKES KEMENKES PALU

PRODI DIII KEPERAWATAN POSO

TAHUN AJARAN 2022/2023

A. DEFINISI
Post partum adalah masa sesudah persalinan dapat juga disebut masa nifas
(puerperium) yaitu masa sesudah persalinan yang diperlukan untuk pulihnya kembali alat
kandungan yang lamanya 6 minggu. Post partum adalah masa 6 minggu sejak bayi lahir
sampai organ-organ reproduksi sampai kembali ke keadaan normal sebelum hamil
(Bobak,2010).
Masa nifas (puerperium) adalah masa yang dimulai setelah plasenta lahir dan berakhir
ketika alat-alat kandung kembali seperti keadaan semula (sebelum hamil) yang
berlangsung kurang lebih 6 minggu.
Masa nifas dibagi kedalam dalam 3 periode :
1. Puerperium dini yaitu kepulihan dimana ibu telah diperbolehkan berdiri dan berjalan-
jalan +40 hari
2. Puerperium intyermedial yaitu kepulihan menyeluruh alat-alat kandungan atau 
genetalia yang lamanya 6-8 minggu
3. Remote puerperium yaitu waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna
terutama selama hamil atau waktu persalinan mempunyai komplikasi, waktu untuk
sehat sempurna bisa berminggu-minggu, bulanan atau tahunan.

PERUBAHAN-PERUBAHAN YANG TERJADI


1. Involusi rahim
Setelah 2 hari uterus mengecil dengan cepat sehingga pada hari ke-10 uterus tidak
terba lagi dari luar.
2. Involusi tempat placenta
Mengecil dengan cepat pada akhir minggu ke-2 yaitu 3-4 cm dan pada akhir masa
nifas 2-3 cm.
3. Pembuliuh darah rahim
Setelah persalinan pembuluh-pembuluh darah akan mengecil kembali karena darah
yang diperlukan tidak sebanyak waktu hamil.
4. Servik dan vagina
Pada servik terbentuk sel-sel otot baru pada minggu ketiga post partum rugae kembali
nampak, luka pada jalan lahir bila tidak disertai infeksi akan sembuh dalam 6-7 hari.
5. Dinding perut dan peritonium
Setelah persalinan dinding perut longgar karena diregang begitu lama, namun
berangsur-angsur akan pulih kembali dalam 6 minggu.
6. Saluran kencing
Dapat terjadi udem, dan hyperemia, pada masa nifas (puerperium) kandung kemih 
kurang sensitif dan kapasitasnya bertambah sehingga kandung kencing masih terdapat
urine residual sisa urine dan trauma kandung kemih waktu persalinan akan
memudahkan terjadinya infeksi.
7. Laktasi
Keadaan buah dada / payudara 2 hari pertama nifas sama dengan keadaan dalam
kehamilan. Buah dada belum mengandung susu melainkan kolostrum. Mulai 3 hari
post partum buah dada membesar, keras dan nyeri.
8. Lokea
Lochea adalah cairan sekret yang berasal dari cavum uteri dan vagina dalam nifas.
Macam-macam lochea :
a. Lochea rubra (cruenta)
Merupakan darah segar dan terdapat sisa-sisa selaput ketuban, sel-sel desidua,
vetriks caseosa, lanugo dan mechonium selama 2 hari post partum.
b. Lochea sanguinolenta
Berwarna merah kekuningan berisi darh dan lendir, 3-7 hari post partum.
c. Lochea serosa
Berwarna kuning., cairan tidak berdarah lagi. Hari 7-14 post partum.
d. Lochea alba
Cairan berwarna putih setelah 2 minggu post partum.
e. Lochea purulenta
Bila terjadi infeksi, keluar cairan nanah berbau busuk.
9. Perubahan-perubahan penting lainya
a. Hemokonsentrasi
Pada masa hamil didapat hubungan pendek yang dikenal sebagai shunt antara
sirkulasi ibu dan plasenta, setelah melahirkan shunt akan hilang secara tiba-tiba,
sehingga volume darah ibu relatif akan bertambah dan dapat menimbulkan beban
pada jantung sehingga dapat menimbulkan decompensasi cordis. Keadaan ini
dapat diatasi dengan mekanisme kompensasi timbulnya hemokonsentrassi. Hal ini
terjadi pada hari ke 3 sampai 15 hari post partum.
b. Laktasi
Sejak kehamilan muda sudah terdapat persiapan-persiapan pada kelenjar mamae,
perubahan pada kedua mammae antara lain :
1) Proliferasi jaringan, terutama kelenjar – kelenjar dan alveolus mammae dan
lemak.
2) Pada duktus laktiferus terdapat cairan yang kadang-kadang dapat dikeluarkan
berwarna kuning (kolostrum).
3) Hipervaskularisasi, terdapat pada permukaan maupun pada bagian dalam
mammae.
c. Setelah partus, pengaruh menekan dari estrogen dan progesteron terhadap hipofise
hilang dan berpengaruh timbulnya hormon laktogenic (prolaktin), sehingga
mammae yang terlah dipersiapkan terpengaruhi dengan akibat kelenjar-kelenjar
berisi air susu. Pengaruh oksitosin mengakibatkan mioepitelium kelenjar-kelenjar
susu berkontraksi sehingga terjadi pengeluaran air susu yang berlangsung pada
hari 2-3 post partum.

B. ETIOLOGI
Penyebab timbulnya persalinan sampai sekarang belum diketahui secara pasti atau
jelas terdapat beberapa teori antara lain (Rustma Muchtar, 1998) :
1. Penurunan kadar progesterone : Progesteron menimbulkan relaksasi otot-otot rahim,
sebaliknya estrogen meninggikan ketentraman otot rahim.
2. Penurunan kadar progesterone : Pada akhir kehamilan kadar oxytocinbertambah, oleh
karena itu timbul kontraksi otot rahim.
3. Keregangan otot-otot : Dengan majunya kehamilan makin regang otot-otot dan otot-
otot rahim makin rentan.
4. Pengaruh janin : Hypofisis dan kelenjar suprarenal janin rupa-rupanya juga
memegang peranan oleh karena itu pada enencephalus kehamilan sering lebih lama
dan biasa.
5. Teori prostaglandin : Teori prostaglandin yang dihasilkan dan decidua, disangka
menjadi salah satu sebab permulaan persalinan.
C. Manifestasi Klinis
Sebelum terjadi persalinan sebenarnya beberapa minggu sebelumnya wanita
memasuki “bulannya atau minggunya atau harinya” yang disebut kala pendahuluan
(preparatory stage of labor) ini memberikan tanda-tanda sebagai berikut :
1. Lightening atau setting atau droping yaitu kepala turun memasuki pintu atas panggul
terutama pada primigravida pada multipara tidak begitu kentara.
2. Perut kelihatan lebih melebar, fundus uteri turun.
3. Perasaan sering atau susah kencing (potakisurla) karena kandung kemih tertekan oleh
bagian terbawa janin.
4. Perasaan sakit perut dan dipinggang oleh adanya kontraksi lemah dari uterus, kadang
disebut “false labor pains”.
5. Serviks menjadi lembek, mulai melebar dan sekresinya bertambah dan bisa
bercampur darah (bloody shoe).

D. PATOFISIOLOGI
Dalam masa post partum atau masa nifas, alat-alat genetalia interna maupun eksterna
akan berangsur-angsur pulih kembali seperti keadaan sebelum hamil. Perubahan-
perubahan alat genetal ini dalam keseluruhannya disebut “involusi”. Disamping involusi
terjadi perubahan-perubahan penting lain yakni memokonsentrasi dan timbulnya laktasi
yang terakhir ini karena pengaruh lactogenik hormon dari kelenjar hipofisis terhadap
kelenjar-kelenjar mamae. Otot-otot uterus berkontraksi segera post psrtum, pembuluh-
pembuluh darah yang ada antara nyaman otot-otot uretus akan terjepit. Proses ini akan
menghentikan pendarahan setelah plasenta lahir. Perubahan-perubahan yang terdapat
pada serviks ialah segera post partum bentuk serviks agak menganga seperticorong,
bentuk ini disebabkan oleh korpus uteri terbentuk semacam cincin. Peruabahan-
perubahan yang terdapat pada endometrium ialah timbulnya trombosis, degenerasi dan
nekrosis ditempat implantasi plasenta pada hari pertama endometrium yang kira-kira
setebal 2- 5 mm itu mempunyai permukaan yang kasar akibat pelepasan desidua dan
selaput janin regenerasi endometrium terjadi dari sisa-sisa sel desidua basalis yang
memakai waktu 2 sampai 3 minggu. Ligamen-ligamen dan diafragma palvis serta fasia
yang merenggang sewaktu kehamilan dan pertu setelah janin lahir berangsur-angsur
kembali seperti sedia kala.
PATHWAY
E. PEMERIKSAAAN POST NATAL ATAU POST PARTUM
1. Pemeriksaan umum : tanda-tanda vital, keluhan
2. Payudara : ASI, puting susu
3. Dinding perut, perineum, kandung kemih, rectum, dll
4. Sekret yang keluar (lochea, fluor albus)
5. Keadaan alat reproduksi

F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan laboratorium
a) Pemeriksaan darah lengkap harus dilakukan sejak periode antenatal terutama pemeriksaan
Hb
b) Pemeriksaan golongan darah dan test antibodi harus dilakukan sejak antenatal
c) Perlu dilakukan pemeriksaan koagulasi seperti waktu perdarahan dan waktu pembekuan
2. Pemeriksaan radiologi
a) Pemeriksaan USG dapat membantu melihat adanya bekuan darahdan retensi sisa
plasenta
b) Pemeriksaan USG periode antenatal dilakukan untuk mendeteksi pasien dengan
resiko tinggi perdarahan dengan postpartum, seperti plasenta previa.

G.   PENATALAKSANAAN
1. Ketahui secara pasti kondisi ibu bersalin sejak awal
2. Selalu siapkan keperluan tindakan gawat darurat
3. Segera dilakukan penilaian klinis dan upaya pertolongan dihadapkanpada masalah komplkasi dan
Atasi syok bila terjadi
4. Pimpin persalinan dengan mengacu pada persalinan bersih dan aman
5. Pastikan kontraksi berlangsung dengan baik (keluarkan bekuan darah,lakukan masase uterus, beri
uterotonika 10 ml, dilanjutkan infus 20 mldalam 500 cc NS/RL dengan tetesan 40 tpm)
6. Pastikan plasenta telah lahir lengkap dan eksplorasi
7. Pasang kateter dan pantau cairan keluar dan masuk
8. Lakukan observasi ketat pada 2 jam pertama pasca melahirkan dan lanjutkan pemantauan terjadwal
hingga jam berikutnya.

H. ASUHAN KEPERAWATAN
a. PENGKAJIAN
1) Identitas pasien
2) Keluhan Utama Sakit perut, perdarahan, nyeri pada luka jahitan, takut bergerak
3) Riwayat Kehamilan Umur kehamilan serta riwayat penyakit menyetai
4) Riwayat Persalinan
 Tempat persalinan
 Normal atau terdapat komplikasi
 Keadaan bayi
 Keadaan ibu
5) Riwayat Nifas Yang Lalu
 Pengeluaran ASI lancar / tidak
 BB bayi
 Riwayat ber KB / tidak
6) Pemeriksaan Fisik
 Keadaan umum pasien
 Abdomen
 Saluran cerna
 Alat kemih
 Lochea
 Vagina
 Perinium dan rectum
 Ekstremitas
 Kemampuan perawatan diri
7) Pemeriksaan psikososial
 Respon dan persepsi keluarga
 Status psikologis ayah, respon keluarga terhadap bayi
b. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1) Nyeri berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan,kontraksi uterus,
distensi abdomen,luka episiotomi
2) Ketidakefektifan proses menyusui berhubungan dengan, belum berpengalaman
menyusui, pembengkakan payudara,lecet putting susu,kurangnya produksi ASI.
3) Gangguan eliminasi BAK berhubungan dengan distensi kandung kemih,
perubahan-perubahan jumlah / frekuensi berkemih.
4) Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan trauma jaringan, penurunan
sistemkekebalan tubuh.
5) Resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan berhubungan dengan
kehilangan cairan berlebih (perdarahan)
6) Gangguan istirahat / perubahan pola istirahat tidur berhubungan dengan
kecemasan hospitalisasi, waktu perawatan bayi.

c. INTERVENSI
1. Nyeri berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan,kontraksi uterus,
distensi abdomen,luka episiotomi
Tujuan : Mengatasi rasa nyeri.
Kriteria Hasil :
1) Klien secara verbal menyatakan nyeri berkurang.
2) Klien mampu menerapkan secara khusus intervensi untuk
mengatasi
Intervensi:
a. Kaji ulang skala nyeri
Rasional : mengidentifikasi kebutuhan dan intervensi yang
tepat
b. Anjurkan ibu agar menggunakan teknik relaksasi dan
distraksi rasa nyeri
Rasional : untuk mengalihkan perhatian ibu dan rasa nyeri
yang dirasakan
c. Anjurkan klien untuk berambulasi perlahan-lahan terutama
saat duduk.
Rasionalisasi : Mengurangi tekanan pada perineum.
d. Berikan kompres hangat
Rasional : meningkatkan sirkulasi pada perinium e.
Kolaborasi pemberian analgetik Rasional : melonggarkan
system saraf perifer sehingga rasa nyeri berkurang

2. Ketidakefektifan proses menyusui berhubungan dengan, belum


berpengalaman menyusui,pembengkakan payudara,lecet putting
susu,kurangnya produksi ASI.
Tujuan: Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan ibu dapat mencapai
kepuasan menyusui
Kriteria Hasil:
1) ibu mengungkapkan proses situasi menyusui, bayi
mendapat ASI yang cukup.
Intervensi:
a. Kaji ulang tingkat pengetahuan dan pengalaman ibu tentang
menyusui sebelumnya.
Rasional: membantu dalam mengidentifikasi kebutuhan saat ini
agar memberikan intervensi yang tepat.
b. Demonstransikan dan tinjau ulang teknik menyusui
Rasional: posisi yang tepat biasanya mencegah luka/pecah
putting yang dapat merusak dan mengganggu.
c. Anjurkan ibu mengeringkan puting setelah menyusui
Rasional : agar kelembapan pada payudara tetap dalam batas
normal.
d. Ajarkan ibu untuk melakukan perawatan payudara 1x sehari
Rasional: agar bendungan air susu tidak terjadi dan dapat
memperlancar pengeluaranasi.
e. Anjurkan ibu makan makanan yang bergizi
Rasional: makanan bergizi membantu produksi asi yang baik
3. Gangguan eliminasi BAK berhubungan dengan distensi kandung kemih,
perubahan-perubahan jumlah / frekuensi berkemih.
Tujuan: Setelah diberikan askep diharapkan ibu tidak mengalami gangguan
eliminasi (BAK)
Kriteria Hasil:
1) Ibu dapat berkemih sendiri dalam 6-8 jam post partum tidak
merasa sakit saat BAK,
2) jumlah urine 1,5-2 liter/hari.
Intervensi:
a. Kaji dan catat cairan masuk dan keluar tiap 24 jam.
Rasional: mengetahui balance cairan pasien sehingga diintervensi dengan
tepat.
b. Anjurkan berkamih 6-8 jam post partum.
Rasional: melatih otot-otot perkemihan.
c. Berikan teknik merangsang berkemih seperti rendam duduk, alirkan air
keran.
Rasional: agar kencing yang tidak dapat keluar, bisa dikeluarkan sehingga
tidak ada retensi.
DAFTAR PUSTAKA

1. Rahmawati, Z. N. (2005) ‘Perawatan Postnatal Care terhadap kondisi ibu setelah


melahirkan ’, kebidanan, pp. 7–40.
2. Yusuf, I. and Rasma, S. (2015) ‘Pelayanan dan perawatan Postnatal Care terhadap kondisi
ibu’, Keperawatan Maternitas, pp. 1–8.
3. Bidan dan Dosen Kebidanan Indonesia. 2017. Teori dan Asuhan Kebidanan Vol 2.
EGC.Jakarta
4. Bobak, M.L., Jensen, D.M., 2000, Perawatan Maternitas (terjemahan), Edisi I, YIA-PKP,
Bandung
5. Bobak, Lowdermik, Jensen, 2004, Buku Ajar Kepearwatan Maternitas (terjemahan), Edisi
IV, EGC, Jakarkta.

Poso,………………2022

Preceptor Klinik Preceptee

(………………………………….) (………………………………)

Precepror Institusi
(…………………………………….)

Anda mungkin juga menyukai