Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PENDAHULUAN

POST PARTUM NORMAL

RUMAH SAKIT ANTON SOEDJARWO PONTIANAK

RUANG BERSALIN (VK)

DOSEN PENGAMPU:

Erni Juniartati, S.ST, M.Tr. Keb

DISUSUN OLEH:

HATIKA 201101024

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PONTIANAK

JURUSAN KEPERAWATAN SINGKAWANG

PRODI D-III 2A KEPERAWATAN

2021/2022
A. Definisi
Post partum adalah proses lahirnya bayi dengan tenaga ibu sendiri, tanpa bantuan alat-alat
serta tidak melukai ibu dan bayi yang umumnya berlangsung kurang dari 24 jam.(Abdul
Bari Saifuddin, 2014) Post partum adalah masa atau waktu sejak bayi dilahirkan dan
plasenta keluar lepas dari rahim, sampai 6 minggu berikutnya disertai
dengan pulihnya kembali organ organ yang berkaitan dengan kandungan yang mengalami
perubahan seperti perlukaan, keluarnya cairan berupa lochea dan lain sebagainya berkaitan
saat melahirkan (Suherni, 2012) Post partum adalah masa sesudah persalinan dapat juga
disebut masa nifas (puerperium) yaitu masa sesudah persalinan yang diperlukan
untuk pulihnya kembali alat kandungan yang lamanya 6 minggu. Post partum
adalah masa 6 minggu sejak bayi lahir sampai organ-organ reproduksi sampai kembali ke
keadaan normal sebelum hamil(Bobak, 2010).Masa nifas atau puerperium adalah dimulai
sejak 1 jam setelah lahirnya plasenta sampai dengan 6 minggu (42 hari) setelah itu.
(Hadijono,2016)

B. Masalah dalam Post Partum


1) Masalah Traktus Urinarius
Pada 24 jam pertama pasca persalinan, pasien umumnya menderitakeluhan miksi akibat
defresi pada refleks aktivitas detrusor yangdisebabkan oleh tekanan dasar vesika urinaria
saat persalinan, keluhan inibertambah berat oleh karena adanya fase dieresis pasca
persalinan, bilaperlu retensio urine dapat diatasi dengan melakukan kateterisasi.
Rortveit, resiko inkontinensia urine pada pasien dengan persalinan pervagina sekitar 70%
lebih tinggi dibandingkansection Caesar. 10% pasien pasca persalinan menderita
inkkontinensia (biasanya stress inkontinensia) yang kadang–kadang menetap
sampaibeberapa minggu pasca persalinan. Untuk mempercepat penyembuhankeadaan ini
dapat dilakukan latihan otot dasar panggul (Serri, 2015).
2) Nyeri punggung
Nyeri punggung sering dirasakan pada trimester ketiga kehamilan danmenetap setelah
persalinan pada anak masa nifas. kejadian ini terjadi pada 25% wanita dalam masa post
partum namun keluhan ini dirasakan oleh 50% dari mereka sejak sebelum kehamilan.
Keluhan ini menjadi semakinhebat bila mereka harus merawat anaknya sendiri (Serri,
2014).

3) Anemia
Resiko anemia ini dapat terjadi bila ibu mengalami poendarahan yang banyak,apalagi bila
sudah sejak masa kehamilan ada riwayat kekurangan darah. Di masa nifas, anemia bisa
menyebabkan rahim susah berkontraksi. Ini karena darah tidak cukup memberikan oksigen
kedalam rahim. Ibu yang mengidap anemia dengan kondisi membahayakan, apalagi
mengalami perdarahan post partum, maka segera haris diberi transfusi darah. Jika
kondisinya tidak berbahaya maka cukup ditolong dengan pemberian obat–obatan
penambah darah yang mengandung zat besi (Serri,2014).

4) Masalah Psikologi: defresi masa nifas


Depresi yang terjadi pada masa nifas biasanya dapat dilihat di minggu–minggu pertama
setelah melahirkan, dimana kadar hormone masih tinggi. Gejalanya adalah gelisah, sedih,
dan ingin menangis tanpa sebab yang jelas. Tingkatannya pun bermacam–macam, mulai
dari neurologis, atau gelisah saja yang disertai kelainan tingkah laku. Situasi depresi ini
akan sembuh bila ibu bisa beradaptasi dengan situaasi yang nyatanya. Defresi masa nifas
seharusnya dikenali oleh suami dan juga keluarga. Gejalanya sama dengan depresi prahaid.
Hal ini dikarenanakan pengaruh perubahan hormonal, adanya proses involusi, dan ibu
kurang tidur serta lelah karena mengurus bayi, dan sebagainya. Depresi juga bisa timbul
jika ibu dan keluarganya mengalami konflik rumah tangga, anak yang lahir tak diharapkan,
keadaan sosial ekonominya lemah, atau trauma karenamengalami cacat Keberadaan bayi
tidak jarang justru menimbulkan “stress” bagi beberapa ibu yang baru melahirkan. Ibu
merasa bertanggung jawab untuk merawat bayi, melanjutkan mengurus suami, setiap
malam merasa terganggu dan sering merasakan adanya ketidak mampuan dalam mengatasi
semua beban tersebut (Serri, 2014).

C. Patofisiologi
Dalam masa post partum atau masa nifas, alat-alat genetalia interna maupun eksterna akan
berangsur-angsur pulih kembali seperti keadaaan sebelum hamil. Perubahan-perubahan
alat genetalia ini dalam keseluruhan disebut “involusi”. Di samping involusi terjadi
perubahan-perubahan penting lain yakni memokonsetrasi dan timbilnya laktasi yang
terakhir ini karena pengaruh laktogenik hormon dari kelenjar hipofisis terhadapkelenjar-
kelenjar mamae. Otot-otot uterus berkontraksi segera post partum, pembuluh-pembuluh
darah yang ada antara anyaman otot-otot uterus akan terjepit. Proses ini akan
menghentikan perdarahan setelah plasenta lahir. Perubahan-perubahan yang terdapat pada
serviks ialah segera post partum bentuk serviks ialah segera post partum bentuk serviks
agak menganga seperti corong, bentuk ini disebabkan oleh korpus uteri terbentul semacam
cincin. Perubahan-perubahan yang terdapat pada endometrium ialah timbulnya trombosis,
degerasi dan nekrosis ditempat implantasi plasenta pada hari pertama endometrium yang
kira-kira setebal 2-5 mm itu mempunyai permukaan yang kasar akibat pelepasan desidua
dan selaput janin regenerasi endometrium terjadi dari sisa-sisa sel desidua basalis yang
memakai waktu 2 sampai 3 minggu. Ligamen-ligamen dan diafragma palvis serta fasia
yang merenggang sewaktu kehamilan dan setelah janin lahir berangsur-angsur kembali
seperti sedia kala. Ada beberapa kelainan atau hambatan pada proses persalinan yang
menyebabkan bayi tidak dapat lahir secara normal/spontan, misalnya plasenta previa
sentralis dan lateralis, panggul sempit, disproporsi cephalo pelvic, rupture uteri, partus
lama, partus tidak maju, pre-eklamsia, distorsia serviks, dan malpresentasi janin. Kondisi
tersebut menyebabkan perlu adanya suatu tindakan pembedahan, yaitu Sectio Caesarea.
Dalam proses operasinya dilakukan tindakan anestesi yang akan menyebabkan pasien
mengalami imobilisasi sehingga akan menimbulkan masalah intoleransi aktivitas. Adanya
kelumpuhan sementara dan kelemahan fisik akan menyebabkan pasien tidak mampu
melakukan aktivitas perawatan diri pasien secara mandiri sehingga timbul masalah defisit
perawatan diri. Kurangnya informasi mengenai proses pembedahan, penyembuhan, dan
perawatan post operasi akan menimbulkan ansietas pada pasien. Selain itu, dalam proses
pembedahan juga akan dilakukan tindakan insisi pada dinding abdomen sehingga
menyebabkan terputusnya inkontinuitas jaringan, pembuluh darah, dan saraf-saraf di
sekitar daerah insisi. Hal ini akan merangsang pengeluaran histamin dan prostaglandin
yang akan menimbulkan rasa nyeri (nyeri akut). Setelah proses pembedahan berakhir,
daerah insisi akan ditutup dan menimbulkan luka post operasi yang bila tidak dirawat
dengan baik akan menimbulkan masalah resiko infeksi.
D. Fisiologi Post Partum
1) Perubahan Fisik pada Post Partum
Pada masa nifas dapat dijumpai tiga kejadian penting, yaitu: involusi uterus, lochea,
dan laktasi.
a. Involusi Uterus
Setelah bayi dilahirkan, uterus yang selama persalinan mengalami kontraksi dan
retraksi akan menjadi keras, sehingga dapat menutup pembuluh darah besar yang
bermuara pada bekas implantasi plasenta. Otot rahim terdiri dari 3 lapis otot yang
membentuk anyaman sehingga pembuluh darah dapat tertutup sempurna, dengan
demikian terhindari dari perdarahan post partum. Pada involusi uteri, jaringan ikat
dan jaringan otot mengalami proses proteolitik, berangsur-angsur akan mengecil
sehingga pada akhir kala nifas besarnya seperti semula dengan berat 30 gram.
Proses proteolitik adalah pemecahan protein yang akan dikeluarkan melalui urine.
Dengan penimbunan air saat hamil akan terjadi pengeluaran urine setelah
persalinan, sehingga hasil pemecahan protein dapat dikeluarkan.

PROSES INVOLUSI UTERI


Involusi Tinggi Fundus Berat uterus
1 2 3
Plasenta lahir Sepusat 1000 gram
7 hari (1 Minggu) Pertengahan pusat simfisis 500 gram
14 hari (2 Minggu) Tak teraba 350 gram
42 hari (6 Minggu) Sebesar hamil 2 minggu 50 gram
56 hari (8 Minggu) Normal 20 gram

b. Lochea
Lochea adalah cairan sisa lapisan endometrium dan sisa dari tempat implantasi
plasenta
Pengeluaran lochea dapat dibagi berdasarkan jumlah dan warna sebagai berikut:
1. Lochea rubra (kruenta): 1 sampai 3 hari, berwarna merah dan hitam,
terdiri dari sel desidua, vernik kaseosa, rambut Lanugo, sisa
mekonium, sisa darah.
2. Lochea sanguinolenta: 3 sampai 7 hari, berwarna putih bercampur
darah.
3. Lochea serosa: 7 sampai 14 hari, berwarna kekuningan.
4. Lochea alba: Setelah hari ke-14, berwarna putih.
5. Lochea purulenta: Terjadi infeksi, keluar cairan seperti nanah berbau
busuk.
c. Laktasi
Perubahan-perubahan pada kelenjar mamae sudah terjadi sejak dari kehamilan yaitu
proliferasi jaringan pada kelenjar-kelenjar alveoli dan jaringan lemak bertambah
keluaran cairan susu jolong dari duktus laktiferus disebut colostrums berwarna
kuning putih susu, hipervaskularisasi pada permukaan dan bagian dalam dimana
vena berdilatasi sehingga tampak jelas. Setelah persalinan pengaruh sekresi
estrogen dan progesterone hilang, maka timbul pengaruh hormone laktogenik (LH)
atau prolaktin yang akan merangsang air susu. Pengaruh oksitosin menyebabkan
mioefitel kelenjar susu berkontraksi sehingga air susu keluar. Pada hari pertama
sampai hari ketiga setelah bayi lahir disebut kolostrum warna kekuningan dan agak
kental. Kolostrum kaya akan protein immunoglobulin yang mengandung antibodi
sehingga menambah kekebalan anak terhadap penyakit dan laktoferin, ASI masa
transisi dihasilkan mulai hari keempat sampai hari kesepuluh, dan ASI matur
dihasilkan mulai hari kesepuluh.

2) Perubahan Psikososial pada Post Partum


a) Periode Taking In
Pada masa ini ibu pasif dan tergantung, energi difokuskan pada perubahan tubuh,
ibu sering mengulang kembali pengalaman persalinan. Nutrisi tambahan mungkin
diperlukan karena selera makan ibu meningkat. Periode ini berlangsung 1-2 hari
setelah melahirkan.
b) Periode Taking Hold
Pada masa ini ibu menaruh perhatiannya pada kemampuannya untuk menjadi orang
tua yang berhasil dan menerima peningkatan tanggung jawab terhadap bayinya, ibu
berusaha untuk terampil dalam perawatan bayi baru lahir. Periode ini berlangsung
2-4 hari setelah melahirkan.
c) Periode Letting Go
Umumnya terjadi setelah ibu baru kembali ke rumah, ibu menerima tanggung
jawab untuk merawat bayi baru lahir, ibu harus beradaptasi terhadap otonomi,
kemandirian dan interaksi sosial.
E. Pemeriksaan Diagnostik
1. Pemeriksaan Darah Lengkap
Memberikan informasi tentang jumlah dari sel-sel darah merah (RBC), sel-sel darah
putih (WBC), nilai hematokrit (Ht) dan haemoglobin (Hb).
2. Pemeriksaan Pap Smear
Mencari kemungkinan kelainan sitologi sel serviks atau sel endometrium.
3. Pemeriksaan Urine: Urine lengkap (UL)
Pemeriksaan ini mencari kemungkinan terdapatnya bakteri dalam urine seperti
streptokokus.
F. Penatalaksanaan Medis
1. Tes Diagnostik
a. Jumlah darah lengkap, hemoglobin/hematokrit (Hb/Ht)
b. Urinalisis: Kadar Urin
2. Terapi
a. Memberikan tablet zat besi untuk mengatasi anemia\
b. Memberikan antibiotik bila ada indikasi
BAB II

Konsep Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian

A. Data Umum Klien meliputi: nama klien, usia, agama, status perkawinan, pekerjaan,
pendidikan terakhir, nama suami, umur suami, agama, pekerjaan suami, pendidikan
terakhir suami, dan alamat

B. Anamnesa meliputi: keluhan utama, keluhan saat pengkajian, riwayat penyakit


sekarang, riwayat menstruasi (menarchea, siklus, jumlah, lamanya, keteraturan, dan
apakah mengalami dismenorhea), riwayat perkawinan, riwayat kehamilan dan
persalinan yang lalu, riwayat kehamilan sekarang (ANC),

C. Riwayat persalinan sekarang meliputi:

a. Jenis persalinan apakah spontan atau operasi SC

b. Tanggal/jam persalinan

c. Jenis kelamin bayi

d. Jumlah perdarahan

e. Penyulit dalam persalinan baik dari ibu maupun bayi

f. Keadaan air ketuban meliputi warna dan jumlah

g. Riwayat genekologi kesehatan masa lalu apakah ibu pernah mengalami operasi
atau tidak

h. Riwayat KB baik jenis maupun lama penggunaan

i. Riwayat kesehatan keluarga apakah ada penyakit menurun atau menular dari
keluarga

j. Pola aktivitas sehari-hari meliputi Eliminasi, nutrisi, istirahat. Kebersihan

k. Riwayat psikososial

Adaptasi psikologis post partum menurut teori rubin dibagi dalam 3 periode
yaitu sebagai berikut:

1. Periode Taking In

1) Berlangsung 1-2 hari setelah melahirkan


2) Ibu pasif terhadap lingkungan. Oleh karena itu, perlu menjaga komunikasi yang
baik.

3) Ibu menjadi sangat tergantung pada orang lain, mengharapkan segala sesuatru
kebutuhan dapat dipenuhi orang lain.

4) Perhatiannya tertuju pada kekhawatiran akan perubahan tubuhnya

5) Ibu mungkin akan bercerita tentang pengalamannya ketika melahirkan secara


berulang-ulang

6) Diperlukan lingkungan yang kondusif agar ibu dapat tidur dengan tenang untuk
memulihkan keadaan tubuhnya seperti sediakala.

7) Nafsu makan bertambah sehingga dibutuhkan peningkatan nutrisi, dan kurangnya


nafsu makan menandakan ketidaknormalan proses pemulihan.

2. Periode Taking Hold

1) Berlangsung 3-10 hari setelah melahirkan

2) Pada fase ini ibu merasa khawatir akan ketidakmampuannya dalam merawat bayi

3) Ibu menjadi sangat sensitive, sehingga mudah tersinggung. Oleh karena itu, ibu
membutuhkan sekali dukungan dari orang-orang terdekat

4) Saat ini merupakan saat yang baik bagi ibu untuk menerima berbagai penyuluhan
dalam merawat diri dan bayinya. Dengan begitu ibu dapat menumbuhkan rasa
percaya dirinya

5) Pada periode ini ibu berkonsentrasi pada pengontrolan fungsi tubuhnya, misalkan
buang air kecil atau buang air besar, mulai belajar untuk mengubah posisi seperti
duduk atau jalan, serta belajar tentang perawatan bagi diri dan bayinya

3. Periode Letting Go

1) Berlangsung 10 hari setelah melahirkan.

2) Secara umum fase ini terjadi ketika ibu kembali ke rumah

3) Ibu menerima tanggung jawab sebagai ibu dan mulai menyesuaikan diri dengan
ketergantungan bayinya

4) Keinginan untuk merawat bayi meningkat

5) Ada kalanya ibu mengalami perasaan sedih yang berkaitan dengan bayinya,
keadaan ini disebut baby blues

1. Pemeriksaan Fisik meliputi:

a. Status Obstetri
b. TTV: nadi, suhu, tekanan darah, dan pernapasan

c. Pemeriksaan mata: konjungtiva, sclera pucat atau tidak.

d. Pemeriksaan mulut: mukosa bibir kering atau tidak.

e. Pemeriksaan thorax: retraksi otot dada, bunyi nafas, bunyi jantung.

f. Pemeriksaan abdomen: luka jaritan operasi, keadaan luka, bising usus.

g. Pemeriksaan ekstremitas: pergerakan, edema, sianosis, terpasang infus IVFD atau


tidak, akral dingin.

h. Pemeriksaan genetalia: pengeluaran lochea, kebersihan.

i. Obat-obatan yang dikonsumsi

j. Pemeriksaan penunjang seperti darah lengakap: WBC, HCT, HGB.

1. Diagnosa Keperawatan

a. Gangguan Rasa Nyaman berhubungan dengan gangguan adaptasi kehamilan. D.0074

b. Defisit pengetahuan: Perawatan kehamilan berhubungan dengan Kurangnya informasi.


D.0111

c. Gangguan Pola Tidur berhubungan dengan reistrain fisik karena kehamilan. D.0055

2. Intervensi Keperawatan

No DIAGNOSA KRITERIA HASIL INTERVENSI RASIONAL

1. Gangguan Kriteria Hasil Perawatan Kenyamanan 1. Untuk menambah


Rasa Nyaman 1.0824 pengetahuan ibu
Status mengetahui yang di
berhubungan
Kenyamanan (L. Observasi alaminya
dengan
08064) 2. Untuk mengetahui
gangguan - Identifikasi pemahaman masalah yang terjadi
adaptasi - Kesejahteraan tentang kondisi, situasi dan 3. Untuk mengurangi rasa
kehamilan. fisik meningkat perasaannya nyeri
- Kesejahteraan
- Identifikasi masalah 4. Untuk menghangatkan
D.0074
emosional dan spiritual badan
psikologis
Terapeutik 5. Dengan lingkungan
meningkat
yang nyaman pasien
- Perawatan
- Berikan posisi yang nyanan akan merasakan rileks
sesuai - Berikan kompres dingin
kebutuhan atau hangat
meningkat - Ciptakan lingkungan yang
- Rileks meningkat nyaman
- keluhan tidak - Berikan pemijatan Berikan
nyaman terapi akupresur
menurun - Berikan terapi hipnosis
- Gelisah - Dukung keluarga dan
menurun pengasuh terlibat dalam
- Keluhan sulit terapi/pengobatan
tidur menurun - Diskusikan mengenai situasi
dan pilihan
- Mual menurun
terapi/pengobatan yang
- Lelah menurun
diinginkan
- Merintih
Edukasi
menurun
- Menangis - Jelaskan mengenai kondisi
menurun dan pilihan
- Pola eliminasi terapi/pengobatan
membaik
- Pola tidur
membaik
2. Defisit Kecukupan Edukasi Perawatan Kehamilan -
pengetahuan: informasi kognitif I.12425
Perawatan yang berkaitan
Tindakan
kehamilan dengan topik
berhubungan tertentu Observasi
dengan meningkat. L.12111
Kurangnya - Identifikasi kesiapan dan
- Perilaku sesuai kemampuan menerima
informasi.
dengan informasi
D.0111 pengetahuan - Identifikasi pengetahuan
meningkat tentang perawatan masa
- Perilaku kehamilan
membaik Terapeutik
- Pertanyaan
masalah yang - Sediakan materi dan media
dihadapi menurun pendidikan kesehatan
- Persepsi yang - Jadwalkan pendidikan
keliru terhadap kesehatan sesuai
masalah kesepakatan
menurun - Berikan kesempatan untuk
bertanya
Edukasi

- -Jelaskan perubahan fisik


dan psikologis masa
kehamilan
- Jelaskan perkembangan
janin
- Jelaskan ketidaknyamanan
selama kehamilan
- Jelaskan kebutuhan nutrisi
kehamilan
- Jelaskan seksualitas masa
kehamilan kebutuhan
aktivitas dan istirahat.
- Jelaskan tanda bahaya
kehamilan
- Jelaskan adaptasi siblings
Jelaskan persiapan
persalinan
- Jelaskan sistern dukungan
selama kehamilan
- Jelaskan persiapan
menyusul
- Ajarkan cara mengatasi
ketidaknyamanan selama
kehamilan
- Ajarkan manajemen nyeri
persalinan
- Ajarken cara perawatan
bayi
- Anjurkan menerima peran
baru dalam keluarga
Anjurkan ibu rutin
memeriksakan kehamilannya.

3. Gangguan Pola Keadekuatan Dukungan Tidur 1.05174


Tidur kualitas dan
Tindakan
berhubungan kuantitas tidur
dengan membaik L.05045 Observasi
reistrain fisik
- Keluhan sulit - Identifikasi pola aktivitas
karena
tidur menurun dan tidur Identifikasi faktor
kehamilan. - Keluhan sering pengganggu tidur (fisik
D.0055 terjaga menurun dan/atau psikologis)
- Keluhan tidak - Identifikasi makanan dan
puas tidur minuman yang
menurun mengganggu tidur (mis.
- Keluhan istirahat kopi, teh, alkohol, makan
tidak cukup mendekati waktu tidur,
menurun minum banyak air sebelum
Kemampuan tidur)
beraktifitas - Identifikasi obat tidur yang
meningkat dikonsumsl
Terapeutik

- Modifikasi lingkungan
(mis. pencahayaan,
kebisingan, suhu, matras,
dan tempat tidur)
- Batasi waktu tidur siang,
jika perlu
- Fasilitasi menghilangkan
stres sebelum tidur
- Tetapken jadwal tidur rutin
- Lakukan prosedur untuk
meningkatkan kenyamanan
(mis. pijat, pengaturan
posisi, terapi
- Sesuaikan jadwai
pemberian obat dan/atau
tindakan untuk menunjang
siklus tidur-terjaga
Edukasi

- Jelaskan pentingnya tidur


cukup selama sakit
- Anjurkan menepati
keblasaan waktu tidur,
- Anjurkan menghindari
makanan/minuman yang
mengganggu tidur
- Anjurkan penggunaan
obat tidur yang tidak
mengandung supresor
terhadap tidur REM
- Ajarkan faktor-faktor
yang berkontribusi
terhadap gangguan pola
tidur (mis. psikologis,
gaya hidup, sering
berubah shift bekerja)
Ajarkan relaksasi otot
autogenik atou cara
nonfamakologi lainnya
DAFTAR PUSTAKA

Hutahean, Serri. 2014. Asuhan Keperawatan dalam Maternitas dan Ginekologi. Jakarta. TIM
Mitayani, 2014. Asuhan Keperawatan Maternitas. Jakarta: Salemba Medika.
Nuraruf, Huda Amin, dkk. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
PPNI (2016), Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan Indikator Diagnosis,
Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.
PPNI (2018), Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria Hasil
Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.
PPNI (2018), Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan
Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN PENDAHULUAN

Laporan pendahuluan tentang diare pada anak telah disetujui dan disahkan pada hari/ tanggal

……………………. Juli 2022

Mahasiswa,

HATIKA

201101024

Pembimbing Lahan/CI Pembimbing Akademik

Anda mungkin juga menyukai